Kidung Agung

Kitab Kidung Agung adalah kumpulan nyanyian yang digubah oleh raja Salomo seperti yang diungkapkan di Kidung 1:1 “Kidung agung dari Salomo”. (terj. NIV: Solomon’s Song of Songs. Diungkapkan di 1 Raja-raja 4:32 bahwa “Ia menggubah tiga ribu amsal, dan nyanyiannya ada seribu lima.” Dari begitu banyak nyanyian yang digubah Salomo, Kidung Agung adalah kumpulan nyanyian terbaik dari 1005 nyanyian tersebut.Kalau Kidung Agung ini merupakan karya puncak dari raja Salomo yang dituliskan atas dorongan Roh Kudus, pastilah ada pesan penting yang Tuhan hendak sampaikan kepada umat-Nya.Hal ini dipercayai juga oleh umat Israel di masa lalu sehingga Kidung Agung tidak pernah diragukan untuk masuk dalam kanon Alkitab. Bentuk puisi seperti Kitab Kidung Agung tidaklah sering dibahas di kalangan orang percaya di Indonesia. Mungkin karena kita tidak terbiasa dalam mendekati puisi, takut salah tafsir, terlalu romantis dan terlalu membumi, tidak relevan dengan situasi modern masa kini, atau bahkan bisa saja ada yang menganggap bahwa kitab Kidung Agung itu membingungkan. Kita harus mengubah sikap kita karena, kalau kitab Kidung Agung tidak diragukan sebagai bagian integral dari kanon Perjanjian Lama, pastilah Tuhan mempunyai pesan yang bisa saja unik untuk kita. Oleh sebab itu, gereja Tuhan di Indonesia sudah selayaknya mencari tahu apa pesan Tuhan dari kitab Kidung Agung ini untuk diaplikasikan dalam kehidupan umat. (BHS)
Nyanyian di Kidung Agung merupakan nyanyian berbalasan antara mempelai wanita dan mempelai pria dalam kemesraan hubungan pria dan wanita. Kidung 1:2-3 melukiskan kerinduan dari mempelai wanita akan cinta mempelai pria: “Kiranya ia mencium aku dengan kecupan! Karena cintamu lebih nikmat dari pada anggur, harum bau minyakmu, bagaikan minyak yang tercurah namamu, oleh sebab itu gadis-gadis cinta kepadamu!” Cinta mempelai pria dilukiskan mempelai wanita sebagai lebih nikmat dari anggur dan lebih harum dari minyak parfum.Ini adalah gambaran cinta kasih yang membawa damai sejahtera serta keharuman kesaksian kristiani yang seharusnya mencirikan pernikahan kristiani dan kehidupannya. Cinta kasih yang berkembang di pernikahan kristiani semestinya tidak egois, tidak sok, suka damai, dan memancarkan kebaikan. Hubungan cinta kasih seperti ini pasti akan menjadikan nama Tuhan makin ditinggikan. Apakah cinta kasih seperti itu hanya berlaku untuk suami isteri?Tentu saja tidak.Bila mempelai pria itu gambaran Kristus dan mempelai wanita adalah jemaat-Nya, maka cinta kasih Kristus adalah cinta kasih yang menyenangkan dan membawa kebaikan bagi umat percaya.Kasih Kristus yang begitu dalam dan indah itu disambut oleh cinta kasih jemaat terhadap Kristus. Di dalam relasi cinta kasih seperti inilah umat Tuhan akan membawa terang kasih Kristus ke segala pelosok Indonesia dan dunia. (BHS)
Mempelai pria membawa mempelai wanita ke kamarnya. Kidung 1:4a melukiskan kegembiraan sang mempelai wanita, “Tariklah aku di belakangmu, marilah kita cepat-cepat pergi! Sang raja telah membawa aku ke dalam maligai-maligainya.” Sahabat-sahabat mempelai wanitapun ikut bergembira di Kidung 4:1b, “Kami akan bersorak-sorai dan bergembira karena engkau, kami akan memuji cintamu lebih dari pada anggur!” Di Kidung 1:4c, sang mempelai wanitapun kembali memuji sang mempelai pria, “Layaklah mereka cinta kepadamu!” Rangkaian nyanyian kegembiraan ini menunjukkan bahwa hubungan cinta kasih ini adalah hubungan yang mesra dan hangat, dan bukan sekedar hubungan formal normatif. Hubungan dalam pernikahan Kristen semestinya hubungan yang tidak sekedar formal normatif dan dingin, tetapi ada rasa cinta yang mesra dan hangat yang perlu terus dirawat dari hari kehari.Inilah pernikahan Kristen yang membawa kesaksian indah.Gambaran kehidupan pernikahan dalam relasi yang mesra dan hangat ini seharusnya juga menggambarkan hubungan Kristus sebagai mempelai pria dan jemaat-Nya sebagai mempelai wanita.Karya Kristus di kayu salib telah memperbaiki relasi Allah dan manusia yang sebelumnya telah rusak karena dosa.Karya Kristus ini membuat jemaat bisa mempunyai hubungan yang mesra dan akrab dengan Tuhan.Kalau Tuhan sudah buka jalan, jemaat harus menyambutnya bukan? (BHS)
Bagaimana kondisi calon mempelai wanita sebelum menikah dengan raja Salomo? Ini gambaran di Kidung 1:5-6, “Memang hitam aku, tetapi cantik, hai puteri-puteri Yerusalem, seperti kemah orang Kedar, seperti tirai-tirai orang Salma. Janganlah kamu perhatikan bahwa aku hitam, karena terik matahari membakar aku. Putera-putera ibuku marah kepadaku, aku dijadikan mereka penjaga kebun-kebun anggur; kebun anggurku sendiri tak kujaga.” Sang calon mempelai wanita mengalami diskriminasi dari saudara-saudara laki-lakinya untuk bekerja keras menjaga kebun anggur mereka. Akibatnya, kulitnya hitam karena terbakar matahari. Anugerah sang Raja telah mengangkatnya tinggi. Dari kalangan rakyat, gadis penjaga kebun anggur yang tertindas itu diangkat menjadi mempelai wanita raja Salomo.Ini adalah anugerah besar.Dulu dia bukan siapa-siapa, tetapi sekarang statusnya berubah sebagai mempelai wanita raja. Inilah gambaran dari bangsa Israel di Perjanjian Lama dan gereja Tuhan di Perjanjian Baru yang telah dipanggil Allah dari kegelapan menuju terang-Nya yang ajaib. Wahai orang percaya di Indonesia, mari kita syukuri anugerah besar Tuhan ini dan mari kita hidup di dalam status baru kita. Kecenderungan hati, gaya hidup, perilaku, pertimbangan dan keputusan kita harus mencerminkan status baru kita ini. Marilah kita bersandar pada sang pemberi anugerah dan bukan yang lainnya!(BHS)
Kerinduan hati dari sang isteri untuk selalu dekat dengan suaminya dilukiskan di Kidung Agung 1:7 “Ceriterakanlah kepadaku, jantung hatiku, di mana kakanda menggembalakan domba, di mana kakanda membiarkan domba-domba berbaring pada petang hari. Karena mengapa aku akan jadi serupa pengembara dekat kawanan-kawanan domba teman-temanmu?” Pada waktu sang suami sedang menggembalakan domba-dombanya, sang isteri menunjukkan kerinduan hatinya untuk selalu dekat dengan suaminya. Ini tidaklah hanya kerinduan isteri terhadap suami semata, tetapi ini adalah gambaran kerinduan hati jemaat untuk selalu dekat dengan Kristus, sang Gembala Agung dan Sang Kepala Gereja. Cinta kasih seorang isteri terhadap suaminya telah digambarkan sebagai cinta kasih yang berkerinduan hati untuk selalu dekat dengan suami, memiliki fokus yang jelas dan tidak terbagi, serta tetap setia walau menghadapi banyak tantangan kehidupan.Refleksi komitmen isteri ini merupakan gambaran tentang komitmen jemaat Tuhan di Indonesia untuk tetap mempunyai kerinduan hati dan kesetiaan terhadap Kristus, sebesar apapun tantangan yang harus dihadapi. Semakin kuat kerinduan, komitmen, dan kesetiaan jemaat Tuhan kepada Kristus, maka akan semakin besar pulalah kekuatan jemaat untuk menghadapi segala tantangan kehidupan. Gereja Tuhan, marilah kita terus setia pada-Nya! (BHS)
Apa yang disampaikan teman-teman sang mempelai wanita melihat kerinduannya untuk bertemu dengan suaminya? Kidung Agung 1:8 adalah nasihat mereka: “Jika engkau tak tahu, hai jelita di antara wanita, ikutilah jejak-jejak domba, dan gembalakanlah anak-anak kambingmu dekat perkemahan para gembala.” Mengikuti jejak domba yang digembalakan sang suami adalah cara terbaik untuk bertemunya karena para domba pasti akan mengikuti gembalanya. Jejak para pengikut Kristus yang setia pastilah membawa orang untuk bertemu sang Gembala Agung yaitu Kristus. Membangun persekutuan yang kuat antar orang percaya akan memastikan pertumbuhan iman yang sehat dari jemaat. Kehidupan setiap orang percaya di Indonesia pastilah meninggalkan jejak seperti halnya jejak domba. Permasalahannya, rekam jejak macam apa yang kita tinggalkan? Apakah rekam jejak kita itu akan membawa orang makin dekat kepada Kristus, sang Gembala Agung, atau justru membawa orang makin jauh dari-Nya? Di dalam persekutuan orang percaya, setiap dari kita dipanggil Tuhan untuk saling memberikan teladan yang baik sebagai teman sekerja dalam ladang Tuhan. Di dalam suasana persekutuan yang saling berlomba untuk menjadi teladan inilah, jemaat Tuhan akan bertumbuh kuat dan sehat untuk menjadi saksi Kristus bagi bangsa dan negara Indonesia. Tanpa teladan yang sehat, jemaat tidak akan kuat. (BHS)
Raja Salomo, sebagai mempelai pria, memuji sang mempelai wanita yang sangat dikasihinya. Ini pujiannya di Kidung Agung 1:9-11, “Dengan kuda betina dari pada kereta-kereta Firaun kuumpamakan engkau, manisku. Moleklah pipimu di tengah perhiasan-perhiasan dan lehermu di tengah kalung-kalung. Kami akan membuat bagimu perhiasan-perhiasan emas dengan manik-manik perak.” Kuda betina kereta Firaun itu adalah kuda yang sangat berharga, terpilih, anggun, dan mulia sehingga gambaran ini merupakan pujian tertinggi yang bisa diberikan kepada seorang wanita di jaman itu. Penghargaan yang tinggi atas sang mempelai wanita ditunjukkan juga melalui perhiasan-perhiasan emas yang diberikan sang Raja. Seperti penghargaan tinggi yang diberikan raja Salomo kepada isterinya, demikian juga Tuhan menghargai umat tebusan-Nya.Darah Kristus yang begitu mahal yang jauh lebih mahal dari segala perhiasan emas permata rela diberikan demi mengangkat kita dari lumpur dosa. Betapa berharganya kita di mata Tuhan! Keberhargaan kita di mata Allah itu bukanlah karena kita produktif, banyak harta, bisa memberi perpuluhan besar, berpenampilan menarik, berjabatan, atau pandai berbicara, tetapi kita berharga karena kita adalah ciptaan Tuhan yang diciptakan segambar dengan rupa Allah. Keberhargaan kita terletak pada hakekat kita sebagai manusia dan bukan pada asesorisnya. Sadarkah kita? (BHS)
Bagaimana pandangan sang mempelai perempuan terhadap suaminya? Ini gambaran di Kidung Agung 1:12-14, “Sementara sang raja duduk pada mejanya, semerbak bau narwastuku. Bagiku kekasihku bagaikan sebungkus mur, tersisip di antara buah dadaku. Bagiku kekasihku setangkai bunga pacar di kebun-kebun anggur En-Gedi.” Minyak narwastu, mur, dan bunga pacar adalah parfum mahal yang dipakai oleh para wanita jaman dulu. Parfum ini sangat berharga dan selalu memancarkan wewangian yang sedap. Mempelai wanita melihat sang suami begitu berharga dan selalu dekat di hati dan pikirannya. Inilah pikiran dan perasaan yang harusnya ada di setiap orang percaya terhadap Kristus. Seperti gambaran wewangian yang begitu berharga dan menguasai hati serta pikiran senantiasa, demikian juga seharusnya sikap umat percaya di Indonesia terhadap Kristus, juru selamatnya. Bila hati, pikiran, dan perasaan kita dipenuhi Roh Kristus, maka segala peri laku serta keputusan kita dimanapun kita berada pastilah akan diwarnai oleh wewangian Kristus. Bila tidak, maka bau busuk dari pikiran jahat, kotor, manipulasi, keji, dengki, dan culas akan mewarnai segala tindakan dan keputusan. Wahai umat Tuhan di Indonesia, mari kita pancarkan wewangian Kristus bagi sekitar kita di mana saja dan kapan saja! Bila wewangian Kristus semerbak di mana-mana karena kehadiran orang percaya, alangkah indahyq dunia ini! (BHS)
Di dalam cinta kasih yang mendalam, suami dan isteri saling memuji. Kidung Agung 1:15 adalah pujian sang suami, “Lihatlah, cantik engkau, manisku, sungguh cantik engkau, bagaikan merpati matamu.” Sang suami memuji kecantikan dan khususnya mata isterinya yang penuh dengan kelembutan dan kasih. Sang isteri juga memuji suaminya di Kidung Agung 1:16-17, “Lihatlah, tampan engkau, kekasihku, sungguh menarik; sungguh sejuk petiduran kita. Dari kayu aras balok-balok rumah kita, dari kayu eru papan dinding-dinding kita.” Sang isteri memuji ketampanan sang suami yang telah begitu menarik hatinya. Sang suami telah memberinya rasa aman dan hati nyaman. Saling memuji memang sikap positif untuk relasi suami isteri. Rasa cinta kasih mendorong suami isteri untuk saling melihat hal-hal positif pada diri pasangannya. Mereka selalu mencoba melakukan hal-hal baik bagi yang lain, tidak suka menyimpan kesalahan, selalu mencoba melindungi, dan selalu menaruh percaya pada pasangannya. Ini sejalan dengan ciri-ciri kasih di 1 Korintus 12:4-7.Hubungan Kristus dan jemaat-Nya sering dilukiskan dalam gambaran relasi kasih suami isteri juga.Karena kasih-Nya, Kristus selalu mengupayakan yang baik bagi jemaat-Nya, tetapi sudahkah jemaat-Nya melakukan hal yang menyenangkan Kristus? Hai jemaat Tuhan di Indonesia, mari senangkan Dia dengan menaati-Nya! (BHS)
Raja Salomo, sang suami, memuji isterinya di Kidung Agung 2:2, “Seperti bunga bakung di antara duri-duri, demikianlah manisku di antara gadis-gadis.” Bunga bakung atau bunga Lily tentu saja berbeda sekali dengan duri-duri karena kehadiran bunga bakung memancarkan keindahan dan bau harum sedangkan kehadiran duri akan menusuk dan menyakitkan. Sang suamipun dipuji isterinya dengan gambaran di Kidung Agung 2:3 “Seperti pohon apel di antara pohon-pohon di hutan, demikianlah kekasihku di antara teruna-teruna. Di bawah naungannya aku ingin duduk, buahnya manis bagi langit-langitku.” Sang suami dipuji karena dia berkarakter baik, melindungi, dan membahagiakan isterinya. Betapa senangnya isteri! Apa khususnya isteri bagi sang suami? Apakah karakter dan perilakunya indah dan harum seperti bunga bakung atau menyakitkan dan memalukan seperti duri? Apa spesialnya suami di mata sang isteri? Apakah seperti pohon apel yang baik, yang melindungi dan yang membahagiakan sang isteri? Gambaran bunga bakung dan pohon apel mengilustrasikan karakter yang baik yang harus dimiliki baik oleh suami maupun isteri.Bila relasi Kristus dan jemaat-Nya dilukiskan sebagai relasi suami isteri, maka Kristus adalah pohon apel yang memberi naungan yang aman bagi jemaat-Nya sehingga jemaat-Nya mampu untuk menjadi bunga bakung yang indah dan harum bagi siapa saja. Bukankah demikian? (BHS)
Sang mempelai wanita telah merasakan kelimpahan cinta kasih dari mempelai pria seperti yang dinyatakannya di Kidung Agung 2:4, “Telah dibawanya aku ke rumah pesta, dan panjinya di atasku adalah cinta. Kuatkanlah aku dengan penganan kismis, segarkanlah aku dengan buah apel, sebab sakit asmara aku. Tangan kirinya ada di bawah kepalaku, tangan kanannya memeluk aku.” Cinta kasih yang ditunjukkan oleh sang suami kepada sang isteri begitu besar sehingga sang isteri merasa dilingkupi dan terbenam sepenuhnya oleh kasih sampai seperti orang sakit asmara. Perhatian sepenuhnya dari sang suami telah menimbulkan rasa aman yang besar sehingga dia merasa bahagia dalam naungan sang suami. Gambaran Kidung Agung tentang cinta kasih yang begitu besar dari seorang suami kepada isterinya merupakan gambaran yang sangat indah.Bagaimana mungkin seorang suami begitu mengasihi isterinya kalau bukan karena kekuatan dan kemampuan dari Tuhan?Dalam relasi antara Allah dan manusia, Allah sendiri telah memberikan teladan dalam mengasihi manusia melalui kerelaan Allah mengutus Yesus Kristus sebagai penebus dosa manusia.Di atas dasar kasih Allah inilah jemaat Tuhan berdiri. Oleh sebab itu, hai jemaat Tuhan di Indonesia, mari kita belajar mengasihi dengan mulai menyampaikan ungkapan kasih, mulai dari perkataan dan pikiran, dan kemudian terwujud juga dalam perbuatan. (BHS)
Apa yang menjadi kerinduan sang mempelai wanita yang disampaikan kepada teman-teman wanitanya di Kidung Agung 2:7 tentang cintanya kepada suaminya? Ini kerinduannya: “Kusumpahi kamu, puteri-puteri Yerusalem, demi kijang-kijang atau demi rusa-rusa betina di padang: jangan kamu membangkitkan dan menggerakkan cinta sebelum diingininya!” Begitu mendalam cinta kasih sang isteri kepada suaminya sehingga dia rindu untuk selalu bersamanya. Cinta kasih yang tulus dan murni ini tidaklah dapat dipaksakan tetapi cinta kasih itu harus terus dipupuk dan dirawat dari hari ke hari supaya cinta kasih itu bisa tetap bertumbuh sehat di dalam anugerah kasih Tuhan.Merawat kasih memang penting walau tidak mudah. Memupuk dan merawat cinta kasih memang memerlukan waktu dan itu bukanlah sekedar polesan luar demi pencitraan semata untuk dilihat orang.Ini tentu bukanlah sekedar sok mencintai tetapi ini memang benar-benar cinta kasih yang tulus dan murni antara suami dan isteri yang tidak dipaksakan melainkan dirawat supaya terus bertumbuh subur. Seperti halnya kasih suami isteri, kasih jemaat kepada Kristus juga haruslah terus dipupuk dan dirawat karena dengan makin bertumbuhnya cinta kasih orang percaya kepada Kristus, maka makin sehatlah jemaat Tuhan sehingga makin menyukakan hati Tuhan. Untuk itu, gereja Tuhan di Indonesia haruslah merawat umat dengan baik sehingga cinta kasih kepada Kristus makin tumbuh. (BHS)
Mempelai wanita menunggu kedatangan sang mempelai pria dengan kegembiraan hati yang meluap seperti dinyatakan di Kidung Agung 2:8-9: “Dengarlah! Kekasihku! Lihatlah, ia datang, melompat-lompat di atas gunung-gunung, meloncat-loncat di atas bukit-bukit. Kekasihku serupa kijang, atau anak rusa. Lihatlah, ia berdiri di balik dinding kita, sambil menengok-nengok melalui tingkap-tingkap dan melihat dari kisi-kisi.” Kedatangan sang kekasih hati begitu ditunggu-tunggu dan diharapkan oleh mempelai wanita. Mempelai priapun begitu antusias dan bergairah untuk datang menemui mempelai wanita.Cinta kasih yang besar memang menimbulkan harapan dan gairah untuk senantiasa bertemu. Bila cinta kasih dari pasangan suami isteri dipupuk dan dirawat senantiasa di dalam kasih Tuhan, pastilah hubungan mereka akan tetap bergairah dan penuh harapan walaupun harus menghadapi banyak tantangan kehidupan. Seperti halnya relasi suami isteri, hubungan antara Kristus dan jemaat-Nya juga merupakan relasi yang harus dipelihara sehingga umat Tuhan dapat selalu hidup dalam antisipasi akan kedatangan Kristus, sang mempelai pria. Masalahnya, dalam rutinitas kesibukan kehidupan di era informasi ini, jangan-jangan orang percaya tidak lagi merasa bergairah dalam pengharapan untuk kedatangan Kristus kedua kalinya. Oleh sebab itu, mari kita merawat iman orang percaya! Ini penting! (BHS)
Apa yang disampaikan mempelai pria kepada isterinya sewaktu mereka berjumpa? Mari lihat Kidung Agung 2:10-13! “Kekasihku mulai berbicara kepadaku: "Bangunlah manisku, jelitaku, marilah! Karena lihatlah, musim dingin telah lewat, hujan telah berhenti dan sudah lalu. Di ladang telah nampak bunga-bunga,... Pohon ara mulai berbuah, dan bunga pohon anggur semerbak baunya.” Sang suami mengajak isterinya untuk bersemangat menyongsong masa depan yang penuh bunga-bunga, pohon ara yang berbuah, dan pohon anggur yang semerbak yang melambangkan suasana masa depan yang indah dan berkelimpahan yang akan diberikan oleh suami setelah segala musim dingin dan hujan persoalan terlewati. Perspektif ke masa depan yang penuh harapan merupakan perspektif yang konstruktif bagi sebuah pernikahan. Bila suami isteri hanya hidup dalam perspektif persoalan masa lalu dan mengabaikan harapan ke depan, maka pernikahan bisa tidak harmonis bahkan hancur. Ingat! Masa lalu kita telah ditebus oleh Kristus dan masa depan kita penuh dengan pengharapan karena Kristus menyertai sampai kepada kehidupan yang kekal. Hubungan Kristus dengan jemaat-Nya juga harus berperspektif ke depan. Dari masa lalu dosa yang kelam, jemaat telah ditebus untuk suatu masa depan yang penuh pengharapan. Dalam kebersamaan dengan Kristus, amanlah dan terjaminlah masa depan kita. (BHS)
Sang mempelai pria merayu sang mempelai wanita untuk menemuinya. Ini rayuan sang mempelai pria di Kidung Agung 2:14-15, “Merpatiku di celah-celah batu, di persembunyian lereng-lereng gunung, perlihatkanlah wajahmu, perdengarkanlah suaramu! Sebab merdu suaramu dan elok wajahmu!" Tangkaplah bagi kami rubah-rubah itu, rubah-rubah yang kecil, yang merusak kebun-kebun anggur, kebun-kebun anggur kami yang sedang berbunga!” Dengan cinta kasih yang besar, sang suami merayu isterinya dengan pujian. Pujian yang tulus tentu akan membesarkan hati sang isteri. Walaupun bisa ada banyak rubah-rubah persoalan dalam pernikahan, penghargaan dan kasih tulus pasutri akan membantu mengatasinya. Pernikahan kristen tidaklah imun terhadap berbagai permasalahan. Untuk itu, pasutri haruslah benar-benar saling mengasihi yang terwujud dalam penghargaan terhadap pasangan melalui kata dan perbuatan. Bila kasih itu hanya tersembunyi di dalam hati semata, maka rubah-rubah persoalan bisa saja merusak kebun anggur pernikahan.Ini adalah tantangan nyata bagi setiap pasutri Kristen di Indonesia.Untuk itu, hai gereja Tuhan, mari perkuat landasan pernikahan Kristen dalam Kristus sehingga kasih dan penghargaan tulus tumbuh subur. Bila pernikahan Kristen kokoh, kesaksian umqt Tuhan di Indonesia pasti kokoh dan dampaknya bagi masyarakat pasti akan besar pula. Bisakah? (BHS)
Sang mempelai wanita menanggapi pujian yang diberikan mempelai pria. Ini ungkapan kasih sang isteri yang disampaikan di Kidung Agung 2:16-17, “Kekasihku kepunyaanku, dan aku kepunyaan dia yang menggembalakan domba di tengah-tengah bunga bakung. Sebelum angin senja berembus dan bayang-bayang menghilang, kembalilah, kekasihku, berlakulah seperti kijang, atau seperti anak rusa di atas gunung-gunung tanaman rempah-rempah!” Sebagai pasutri yang saling mencintai, ada rasa saling memiliki yang hangat.Inilah hakekat kesatuan dalam pernikahan dimana dua menjadi menjadi satu dalam Kristus sehingga ada kerinduan yang mendalam untuk saling bertemu.Inilah yang harus selalu dijaga dalam pernikahan. Kehangatan dalam pernikahan yang didasari cinta kasih yang mendalam dalam Kristus adalah hal yang harus terus dirawat dan dikembangkan dalam pernikahan Kristen di Indonesia.Banyaknya persoalan, kesibukan kerja, dan rutinitas roda kehidupan sering membuat dinginnya kehidupan pernikahan pasutri.Kidung Agung seharusnya bisa menjadi inspirasi dan motivasi untuk selalu merawat hidup pernikahan yang hangat dalam Tuhan.Bila relasi pasutri itu juga menjadi gambaran relasi Kristus dan jemaat-Nya, hubungan kasih ini juga harus dipelihara sehingga kedekatan dan kehangatan spiritual orang percaya tetap terjaga.Inilah yang seharusnya diusahakan dan diperjuangkan. Terang-Nya pasti akan makin nyata! (BHS)
Di dalam tidurnya, sang mempelai wanita bermimpi berpisah dari suaminya seperti yang diungkapkannya di Kidung Agung 3:1-2, “Di atas ranjangku pada malam hari kucari jantung hatiku. Kucari, tetapi tak kutemui dia. Aku hendak bangun dan berkeliling di kota; di jalan-jalan dan di lapangan-lapangan kucari dia, jantung hatiku. Kucari, tetapi tak kutemui dia.” Karena cinta kasihnya yang besar, sang mempelai wanita merasa gelisah karena berpisah dengan orang yang dicintainya sehingga terbawa ke mimpinya. Rasa rindu adalah hal yang baik dalam keterpisahan pasangan suami isteri. Ini adalah karunia yang indah dari Tuhan untuk makin memperkokoh cinta kasih pasutri. Rasa rindu antara suami dan isteri adalah alat Tuhan yang dianugerahkan bagi umat percaya di Indonesia guna kemuliaan-Nya.Melaluinya, Tuhan bekerja untuk menjadikan kesaksian orang percaya untuk lebih cemerlang. Masalahnya, bila rasa rindu itu berubah menjadi gairah yang tak terkendali, ini bisa menimbulkan perselingkuhan atau penyelewengan yang tidak berkenan di mata Tuhan. Karena pernikahan Kristen adalah komponen fundamental dalam gereja Tuhan, maka marilah kita mengusahakan pembinaan, konseling, dan keteladanan untuk memperkuatnya. Niscaya terang kesaksian orang percaya akan makin cemerlang dalam kehidupan masyarakat. (BHS)
Di dalam mimpi keterpisahan dengan sang suami, mempelai wanita yang gelisah karena rindu itu akhirnya bertemu dengan suaminya seperti di Kidung Agung 3:3-4, “Aku ditemui peronda-peronda kota. "Apakah kamu melihat jantung hatiku?" Baru saja aku meninggalkan mereka, kutemui jantung hatiku; kupegang dan tak kulepaskan dia, sampai kubawa dia ke rumah ibuku, ke kamar orang yang melahirkan aku.” Adalah suatu kegembiraan yang besar bagi sang isteri untuk bisa bertemu dengan kekasih hatinya walaupun di dalam mimpi. Ini adalah refleksi hati sang isteri yang begitu merindukan suaminya. Kerinduan yang menggebu-gebu seperti inilah juga yang seharusnya ada pada orang percaya sebagai mempelai Kristus. Bila Kristus telah mengangkat jemaat-Nya untuk menjadi mempelai wanita-Nya, tentu saja jemaat-Nya seharusnya memupuk rasa rindu yang besar untuk selalu bisa berjumpa dengan sang kekasih hati yaitu Kristus. Ini adalah hal yang semestinya ada dalam relasi orang percaya dengan Kristus, Tuhan dan juru selamatnya. Hanya saja, yang sering terjadi adalah bahwa ada perselingkuhan rohani dimana kerinduan kepada Kristus tergantikan oleh yang lain seperti mengejar kekayaan, mendambakan jabatan, ambisi politik, atau menyembah ilah lain. Dengan demikian, kehidupan orang percaya tidaklah lagi berfokus pada Kristus. Marilah kita usahakan supaya ini tidak terjadi pada umat Tuhan di Indonesia! (BHS)
Seperti sebelumnya di Kidung Agung 2:7, Kidung Agung 3:5 merupakan refrain dari kumpulan nyanyian Salomo tentang cinta kasih. Ini dia refrainnya: “Kusumpahi kamu, puteri-puteri Yerusalem, demi kijang-kijang atau demi rusa-rusa betina di padang: jangan kamu membangkitkan dan menggerakkan cinta sebelum diingininya!” Refrain nyanyian cinta ini memberikan penekanan dari mempelai wanita kepada teman-temannya yaitu putri Yerusalem tentang pentingnya cinta itu berkembang, bukan dalam suasana liar, tetapi dalam relasi yang semestinya yaitu relasi suami isteri. Anugerah Tuhan, bila bertumbuh sehat dalam relasi yang benar, tentu akan menjadi berkat bagi banyak orang. Bukankah demikian? Cinta kasih antara suami isteri adalah anugerah yang besar dan indah dari Tuhan.Ini haruslah selalu dipupuk dan dirayakan dalam relasi yang benar dan bukan relasi yang liar dan tidak semestinya. Pada jaman sekarang ini, baik di Indonesia maupun berbagai pelosok dunia, telah terjadi kemerosotan moral dan spiritual yang banyak mengikis nilai-nilai cinta kasih yang semestinya itu sehingga banyak relasi liar yang terjadi antara pria dan wanita. Hal ini juga melanda umat percaya sehingga ada perselingkuhan, sex bebas, KDRT, perceraian, dan lainnya. Ini haruslah dihindarkan. Untuk itu, hai gereja Tuhan di Indonesia, marilah kita tingkatkan pembinaan umat untuk hidup dalam anugerah cinta kasih yang benar dan tidak liar! (BHS)
Apa yang dirindukan oleh mempelai wanita untuk berjumpa dengan suaminya yang sampai terbawa mimpi itu tidaklah sia-sia. Kidung Agung 3:6-7 memberi gambarannya: “Apakah itu yang membubung dari padang gurun seperti gumpalan-gumpalan asap tersaput dengan harum mur dan kemenyan dan bau segala macam serbuk wangi dari pedagang? Lihat, itulah joli Salomo, dikelilingi oleh enam puluh pahlawan dari antara pahlawan-pahlawan Israel.” Di dalam kebesaran dan keagungan, raja Salomo pergi menjemput sang mempelai wanita. Sikap penantian dari mempelai wanita tidaklah sia-sia.Kristus, sang mempelai pria, pasti datang menjemput jemaat-Nya. Kedatangan Kristus yang kedua kalinya pada akhir jaman nanti telah digambarkan dengan begitu megah dan indah di Kidung Agung.Kristus, sang mempelai pria, telah berjanji untuk menjemput mempelainya yaitu gereja-Nya. Hanya saja, masih adakah sikap penantian yang diliputi oleh cinta kasih yang besar dalam menanti kedatangan Kristus?Jangan-jangan tidak ada karena jemaat Tuhan terlalu sibuk dengan urusan-urusan duniawi yang telah mengikis sikap penantian itu. Kalau seperti ini, jangan-jangan bila Kristus, sang mempelai pria, datang menjemput, kita tidak siap. Alangkah malangnya kita nanti! Mari kita terus memupuk rasa rindu untuk kedatangan Kristus dan selalu siap siaga karena kita tidak tahu kapan kedatangan-Nya itu. (BHS)
Gambaran kemegahan kedatangan mempelai pria untuk menjemput mempelai wanita digambarkan di Kidung Agung 3:9-11, “Raja Salomo membuat bagi dirinya suatu tandu dari kayu Libanon. Tiang-tiangnya dibuatnya dari perak, sandarannya dari emas, tempat duduknya berwarna ungu, bagian dalamnya dihiasi dengan kayu arang. Hai puteri-puteri Yerusalem, puteri-puteri Sion, keluarlah dan tengoklah raja Salomo dengan mahkota yang dikenakan kepadanya oleh ibunya pada hari pernikahannya, pada hari kesukaan hatinya.” Ini adalah gambaran akan kemegahan, keagungan, dan sukacitq besar yang akan terjadi bila Kristus datang kembali kelak. Dia akan datang sebagai Raja dan Hakim atas semua. Orang Kristen Indonesia biasanya merayakan Natal secara meriah dan penuh sukacita untuk merayakan kedatangan Kristus sebagai manusia. Bahkan Natal bisa identik dengan pesta, kado, pohon terang, hiasan Natal, lagu-lagu Natal, liburan panjang, dan tentu saja bisnis yang menguntungkan. Dalam sukaria Natal itu, sering kali Kristus justru tersingkir. Ironis bukan? Perayaan Natal seharusnya mengingatkan kita bahwa Kristus tidak hanya datang sebagai bayi di palungan di kandang domba, tetapi Dia akan datang kembali dalam keagungan dan kemegahan sebagai Raja dan Hakim atas semua pada hari kiamat kelak. Oleh sebab itu, mari kita selalu hidup berpengharapan akan hari itu dengan menghidupi masa kini bersama-Nya. (BHS)
Kecantikan paras sang mempelai wanita dipuji oleh sang mempelai pria di Kidung Agung 4:1-2, “Lihatlah, cantik engkau, manisku, sungguh cantik engkau! Bagaikan merpati matamu di balik telekungmu.Rambutmu bagaikan kawanan kambing yang bergelombang turun dari pegunungan Gilead. Gigimu bagaikan kawanan domba yang baru saja dicukur, yang keluar dari tempat pembasuhan, yang beranak kembar semuanya, yang tak beranak tak ada.” Pujian mempelai pria atas kecantikan dan kesempurnaan wajah sang mempelai wanita melalui ungkapan puitis yang sangat indah ini pastilah akan sangat membesarkan hati sang mempelai wanita. Pujian yang tulus dari kekasih hati tentu menambah keharmonisan keluarga. Cinta kasih yang tulus dan mendalam kepada kekasih hati perlu juga terungkap melalui kata dan perbuatan sehingga pasangan suami isteri akan makin saling mengasihi dari hari ke hari sampai akhir hayat. Inilah anugerah Allah untuk merawat pernikahan Kristiani sehingga melaluinya, terang Tuhan makin cemerlang.Relasi Kristus dan jemaat-Nya sering juga digambarkan sebagai relasi suami dan isteri. Kristus, dalam cinta kasih yang begitu besar kepada jemaat-Nya, selalu memberi dorongan, penguatan, pujian dan penghiburan kepada umat-Nya supaya jemaat-Nya bisa makin sempurna di mata-Nya. Tetapi ironisnya, jemaat-Nya justru sering mengecewakan hati Tuhan. Jemaat Kristus, ayo kita bertobat! (BHS)
Kerinduan mempelai pria untuk bersama dengan mempelai wanita dalam persatuan suami isteri atas dasar cinta kasih yang tulus terungkap di Kidung Agung 4:6-7, “Sebelum angin senja berembus dan bayang-bayang menghilang, aku ingin pergi ke gunung mur dan ke bukit kemenyan. Engkau cantik sekali, manisku, tak ada cacat cela padamu.” Di mata sang mempelai pria, kecantikan sang isteri baginya tiada duanya dan tanpa cacat cela. Walaupun manusia pasti tidak ada yang sempurna, kasih yang besar akan melampaui segala kesalahan. Ini hanya dimungkinkan karena ada jalan pengampunan melalui darah Kristus. Pernikahan yang didasarkan pada pengampunan Kristus akan menumbuhkan cinta kasih besar. Di dalam sebuah pernikahan, sering kali cinta kasih antara suami isteri makin menjadi hambar, penuh curiga, bahkan saling menjauhi.Ini bukanlah ciri pernikahan Kristen.Pengampunan Kristus seharusnya memampukan pasutri untuk saling mengampuni sehingga pasangan seakan-akan tidak bercacat cela.Cinta kasih dan kerinduan yang besar dan tuluslah yang seharusnya berkembang karena anugerah Kristus.Ini tentu bukanlah hal yang mudah.Oleh sebab itu, gereja Tuhan di Indonesia dipanggil untuk memperkokoh fondasi pernikahan orang percaya atas dasar penebusan Kristus. Hanya pernikahan Kristen yang seperti itulah yang akan mampu untuk menghadapi setiap badai kehidupan. Inilah pernikahan yang membawa terang cemerlang.(BHS)
Mempelai pria mengajak pengantinnya melalui Kidung Agung 4:8-9 untuk bersamanya: “Turunlah kepadaku dari gunung Libanon, pengantinku, datanglah kepadaku dari gunung Libanon, turunlah dari puncak Amana, dari puncak Senir dan Hermon, dari liang-liang singa, dari pegunungan tempat macan tutul!Engkau mendebarkan hatiku, dinda, pengantinku, engkau mendebarkan hati dengan satu kejapan mata, dengan seuntai kalung dari perhiasan lehermu.” Puncak-puncak gunung dimana banyak singa dan macan tutul berkeliaran itu merupakan gambaran dari keadaan sang pengantin wanita yang datang dari latar belakang kesusahan besar. Cinta kasih yang mendebarkan hati mengatasi segala persoalan. Gambaran cinta kasih dari mempelai pria terhadap mempelai wanita yang datang dari latar belakang kesusahan besar itu adalah gambaran kasih Allah yang begitu besar dalam mengasihi kita, manusia yang berdoa.Penderitaan dan kematian Kristus adalah harga yang harus dibayar untuk membawa kita turun dari gunung-gunung dosa dan liang-liang Iblis.Datang ke pelukan Allah Bapa melalui iman kepada Yesus Kristus adalah anugerah yang diberikan Allah kepada kita.Inilah dasar utama dari gereja Tuhan. Marilah kita menikmati pelukan cinta kasih Allah Bapa dalam Yesus Kristus dalam kehidupan kita setiap hari! Jangan lari dari pelukan-Nya karena, bersama Dia, tidak ada kesulitan yang terlalu besar yang tidak dapat diatasi. Ayolah! (BHS)
Ungkapan cinta kasih yang begitu mendalam dari mempelai pria terhadap pengantinnya nyata di Kidung Agung 4:10-11, “Betapa nikmat kasihmu, dinda, pengantinku! Jauh lebih nikmat cintamu dari pada anggur, dan lebih harum bau minyakmu dari pada segala macam rempah. Bibirmu meneteskan madu murni, pengantinku, madu dan susu ada di bawah lidahmu, dan bau pakaianmu seperti bau gunung Libanon.” Ungkapan isi hati yang terdalam dari sang mempelai pria yang begitu mencintai pengantinnya menunjukkan kerinduan hatinya untuk selalu dekat, yang memang ciri dari kasih. Ini jugalah yang seharusnya menjadi ciri dari orang percaya untuk selalu dekat dan menikmati kebersamaan dengan Tuhan. Cinta kasih yang besar dari pasangan suami isteri menyebabkan adanya kerinduan yang besar untuk selalu bersama.Ini adalah hal yang seharusnya terjadi. Hanya saja, kehangatan dalam relasi suami isteri ini bisa saja terpadamkan oleh adanya gila kerja, ambisi kaya, nafsu politik, ego besar, salah prioritas, miskomunikasi, ketidak jujuran atau juga ketidak setiaan. Cinta kasih yang padam menyebabkan hilangnya kerinduan untuk selalu dekat.Ini adalah sebuah malapetaka yang harus diwaspadai dan dihindari.Terang kesaksian Kristen bergantung pada upaya menghindari malapetaka ini. Bagaimana caranya? Suami isteri harus merawat relasi dengan Tuhan dengan selalu hidup dalam penebusan Kristus. (BHS)
Bagaimana pandangan mempelai pria terhadap mempelai wanita? Ini gambaran puitis di Kidung Agung 4:12-15, “Dinda, pengantinku, kebun tertutup engkau, kebun tertutup dan mata air termeterai. Tunas-tunasmu merupakan kebun pohon-pohon delima dengan buah-buahnya yang lezat, ...beserta pelbagai rempah yang terpilih. O, mata air di kebun, sumber air hidup, yang mengalir dari gunung Libanon!” Mempelai pria memuji kemurnian hati sang mempelai wanita yang berkomitmen hanya untuk sang suami. Di dalam komitmen ini, sang isteri membawa berbagai hikmat, kelimpahan, dan kesejukan untuk pernikahan yang diberkati Tuhan seperti mata air yang tidak habis-habisnya dan kebun yang subur melimpah. Pernikahan yang disertai dengan kemurnian hati dan komitmen akan membawa pada pernikahan yang berkelimpahan dan diberkati Tuhan. Di dalam pernikahan seperti ini, pasangan suami isteri akan merasakan kesejukan serta gairah yang terpupuk baik dengan cinta kasih di antara mereka serta kecintaan mereka kepada Tuhan. Inilah pernikahan yang pasti membawa berkat bagi sekitarnya.Hanya saja, pada jaman sekarang ini, kemurnian dan komitmen dalam pernikahan sering kali sudah makin terkikis oleh berbagai cara pandang dunia.Untuk itu, pasutri Kristen dipanggil Tuhan untuk memiliki pernikahan yang murni dan berkomitmen sehingga membawa dampak yang baik bagi masyarakat. (BHS)
Setelah sebelumnya sang mempelai pria memberikan pujiannya yang begitu puitis dan indah kepada mempelai wanita, Kidung Agung 4:16 adalah respons dari mempelai wanita: “Bangunlah, hai angin utara, dan marilah, hai angin selatan, bertiuplah dalam kebunku, supaya semerbaklah bau rempah-rempahnya! Semoga kekasihku datang ke kebunnya dan makan buah-buahnya yang lezat.” Kalau mempelai wanita adalah kebun, yang indah, maka kerinduannya adalah supaya semerbak bau sedap dirinya, baik itu kebaikan karakternya maupun kecantikannya, boleh mengundang sang mempelai pria untuk cepat datang untuk menikmati cinta kasih bersamanya. Ini adalah suatu respons kasih yang mendalam dari sang mempelai wanita. Kalau gereja Tuhan, yang dilukiskan sebagai kebun, adalah sang mempelai wanita dan Kristus adalah sang mempelai pria, maka gereja Tuhan seharusnyalah memancarkan semerbak bau sedap untuk Kristus, sang pemilik gereja. Hanya saja, sering kali kebun Kristus itu justru memancarkan bau busuk yang mendukakan Kristus.Bau busuk itu bisa berupa perebutan kekuasaan, perpecahan, intrik, cinta uang, kompromi iman, berita bohong, ajaran palsu, nafsu jahat, benci, ataupun dengki.Adanya bau busuk tentu menyebabkan kebun Kristus ini dihindari sehingga semerbak bau berita Injil Yesus Kristus terhalang.Marilah kita berdoa dan berusaha supaya kebun Kristus tetap semerbak sedap.Bukankah ini panggilan kita? (BHS)
Menanggapi cinta kasih dari sang mempelai wanita yang dilukiskan sebagai kebun, mempelai pria menjawabnya di Kidung Agung 5:1 dengan kerinduannya: “Aku datang ke kebunku, dinda, pengantinku, kukumpulkan mur dan rempah-rempahku, kumakan sambangku dan maduku, kuminum anggurku dan susuku. Makanlah, teman-teman, minumlah, minumlah sampai mabuk cinta!” Segala hasil dari kebun itu seperti misalnya mur, rempah-rempah, dan anggur melukiskan segala talenta, daya, kemampuan, dan keberadaan dari sang mempelai wanita. Di dalam cinta kasih dan rasa syukur, mempelai pria menikmati anugerah Tuhan ini dalam ikatan pernikahan.Kenikmatan cinta kasih hanya ada dalam anugerah-Nya. Ada saja orang di Indonesia ini yang mencoba mengejar kenikmatan cinta kasih di luar anugerah pernikahan, tak terkecuali orang Kristen.Itulah sebabnya ada saja kasus-kasus perselingkuhan yang bisa menyebabkan cekcok, pisah ranjqng, dan berujung pada perceraian. Bila pernikahan Kristen adalah anugerah Tuhan, maka kenikmatan cinta kasih tentu hanya akan terawat dan bertumbuh di dalam komitmen pasutri kepada Tuhan. Tanpa komitmen ini, anugerah cinta kasih yang sejati tidak akan bisa dinikmati. Wahai pasutri Kristen di Indonesia, jangan sia-siakan anugerah Tuhan dalam pernikahan kita! Rawatlah cinta kasih di dalam takut akan Tuhan! Terang Tuhan pasti memancar terang ke mana-mana. Maukah kita? (BHS)
Dalam mimpinya, sang isteri mendengar suara suaminya di pintu rumahnya. Ini kisah di Kidung Agung 5:2, “Aku tidur, tetapi hatiku bangun. Dengarlah, kekasihku mengetuk. “Bukalah pintu, dinda, manisku, merpatiku, idam-idamanku, karena kepalaku penuh embun, dan rambutku penuh tetesan embun malam!" Dalam mimpinya, sang isteri agak enggan membuka pintu seperti diceritakan di Kidung Agung 5:3, “Bajuku telah kutanggalkan, apakah aku akan mengenakannya lagi? Kakiku telah kubasuh, apakah aku akan mengotorkannya pula?" Walaupun ada cinta kasih, di dalam pernikahan, ada saja sifat kedagingan yang mencemari kasih yang murni. Keengganan merupakan salah satu sifat kedagingan dari manusia yang bisa mengganggu cinta kasih dalam pernikahan Kristen.Oleh sebab itu, sifat kedagingan manusia, seperti misalnya enggan, dengki, iri, marah, dan mementingkan diri sendiri, perlu diwaspadai dan dihindari dengan mendahulukan sikap hati yang mau melayani.Kecenderungan hati untuk melayani ini menjadikan cinta kasih itu nyata dalam tindakan sehari-hari dan bukan hanya di pikiran dan emosi saja.Dalam relasi antara jemaat dan Kristus, sifat kedagingan sering juga menyebabkan umat Tuhan untuk kurang peka serta enggan untuk mendengar suara-Nya dan menaati-Nya.Bertobat adalah respons yang benar bagi kita semua. Masalahnya, masih enggankah kita?(BHS)
Dalam mimpinya, sang isteri yang semula enggan membuka pintu, kemudian membuka pintu setelah sang suami berupaya membukanya. Tetapi apa yang terjadi? Mari lihat Kidung Agung 5:4-6, “Kekasihku memasukkan tangannya melalui lobang pintu, berdebar-debarlah hatiku. Aku bangun untuk membuka pintu bagi kekasihku,...Kekasihku kubukakan pintu, tetapi kekasihku sudah pergi, lenyap. Seperti pingsan aku ketika ia menghilang. Kucari dia, tetapi tak kutemui, kupanggil, tetapi tak disahutnya.” Kekuatiran hati sang isteri ditinggal sang suami terbawa ke mimpinya. Cinta kasih yang disertai kerinduan yang besar menyebabkan sang isteri ingin selalu bersama dengan suaminya walaupun ada sifat kedagingan yang mengganggu. Walaupun suami isteri hidup dalam cinta kasih, ada saja persoalan yang timbul akibat masih adanya sifat kedagingan dalam pernikahan, seperti amarah, ketersinggungan, ketakutan, gengsi, dan mau menang sendiri.Akibatnya, bisalah timbul rasa kuatir dalam kehidupan rumah tangga karena rayap-rayap rumah tangga ini bisa menggerogoti sendi pernikahan Kristen secara perlahan dan menghancurkannya bila tidak diwaspadai.Untuk itu, memperkuat pernikahan Kristen harus menjadi salah satu fokus utama bagi gereja Tuhan. Bila pernikahan kuat, maka keluarga Kristen akan kuat dan gereja Tuhanpun akan lebih mampu untuk membawa terang Kristus ke segala bidang kehidupan. Marilah kita jadi terang Kristus! Bersediakah? (BHS)
Setelah sang isteri membukakan pintu dan tidak menemukan suaminya, mimpi sang isteri berlanjut. Ini dia mimpinya di Kidung Agung 5:7-8, “Aku ditemui peronda-peronda kota, dipukulinya aku, dilukainya, selendangku dirampas oleh penjaga-penjaga tembok. Kusumpahi kamu, puteri-puteri Yerusalem: bila kamu menemukan kekasihku, apakah yang akan kamu katakan kepadanya? Katakanlah, bahwa sakit asmara aku!” Kegelisahan hati sang isteri terwujud dalam mimpi kekerasan yang dialaminya dari penjaga tembok. Bayangan keterpisahan dari sang suami membuat sang isteri merasa gelisah seperti orang sakit asmara. Kegelisahan dalam pernikahan pasti teratasi bila mau berserah pada Tuhan. Kegelisahan yang timbul dalam pernikahan Kristen karena adanya potensi berpisah dengan pasangan selama kurun waktu tertentu adalah hal yang wajar dan manusiawi. Cinta kasih yang dirawat dan dilandaskan pada Tuhan akan memberikan keyakinan untuk mengatasi segala kegelisahan. Disinilah pentingnya untuk pasangan suami isteri mempunyai relasi dengan Tuhan dari hari ke hari sehingga pernikahannya akan makin bertambah kokoh dalam Tuhan sambil terus mengingat pesan Yesus Kristus bahwa kekuatiran tidak akan menambah sehasta dalam jalan hidup kita. (Lihat Matius 6:27 Di dalam segala kegelisahan pernikahan kita, mari kita tetap bergantung pada Tuhan! Dia pasti akan memberi kekuatan dan jalan keluar. (BHS)
Putri-putri Yerusalem yaitu teman-teman sang mempelai wanita, bertanya kepada sang mempelai wanita tentang suaminya? Ini pertanyaan mereka di Kidung Agung 5:9, “Apakah kelebihan kekasihmu dari pada kekasih yang lain, hai jelita di antara wanita? Apakah kelebihan kekasihmu dari pada kekasih yang lain, sehingga kausumpahi kami begini?” Pertanyaan tentang kelebihan sang suami adalah pertanyaan sangat mendasar dalam relasi suami isteri. Siapa dia bagi sang isteri? Mengapa menjatuhkan pilihan padanya? Apa kelebihannya? Seperti halnya relasi suami isteri, demikian juga relasi Kristus dengan jemaat-Nya.Apa kelebihan Kristus?Apa yang telah dilakukan-Nya?Umat Tuhan harus siap menjawabnya. Dalam segala ketidak-sempurnaan relasi suami isteri, pasutri harus selalu mengingat tentang kelebihan pasangannya. Fokus hanya pada kekurangan pasangan hanya akan menggerogoti pernikahan. Dengan pertolongan Tuhan, pasutri bisa saling mengisi kelemahan yang lain dengan kelebihan masing-masing. Bukankah seharusnya demikian? Mengingat selalu akan kasih Kristus dan segala kelebihan yang telah dilakukan Kristus kepada umat-Nya, pasti akan memperkuat iman pasutri Kristen untuk menjalani kehidupan pernikahan yang membawa terang. Bila pernikahan Kristen kuat, pastilah gereja Tuhan akan makin mampu bersinar di tengah kegelapan kehidupan berbangsa dan bermasyarakat di Indonesia. (BHS)
Sang isteri dengan hati berbunga-bunga memuji suaminya di Kidung Agung 5:10-12, “Putih bersih dan merah cerah kekasihku, menyolok mata di antara selaksa orang. Bagaikan emas, emas murni, kepalanya, rambutnya mengombak, hitam seperti gagak. Matanya bagaikan merpati pada batang air, bermandi dalam susu, duduk pada kolam yang penuh.” Sang isteri memuji ketampanan sang suami, yang baginya, melebihi yang lainnya. Keberadaan sang suami begitu menonjol di tengah-tengah orang-orang lain. Walaupun sebagai manusia seorang suami pasti tidak sempurna, di dalam cinta kasih yang mendalam, maka kasih menutupi segala kekurangan. Belajar fokus kepada kelebihan pasangan memang bukan hal yang mudah. Kekurangan dan kelemahan seringkali lebih terkenang karena emosi negatif, seperti rasa iri, jengkel, dendam, dan benci, rupanya lebih membekas dalam dibandingkan dengan emosi yang positif, seperti gembira, puas, lega, dan bahagia. Melihat kelebihan pasangan memang sering tidak bisa terjadi dengan sendirinya.Ini harus diusahakan.Seperti halnya Kristus begitu menghargai dan mengasihi jemaat-Nya, bahkan mau menebus dan mengampuni umat-Nya, demikian pula pasutri.Melihat kelebihan pasangan, harus disertai hati yang mau mengampuni kelemahan yang ada.Melaluinya, Tuhan menjadikan pasutri berkat bagi semua. (BHS)
Di dalam cinta kasih yang mendalam, sang isteri memuji keberadaan suaminya di Kidung Agung 5:13-16, “Pipinya bagaikan bedeng rempah-rempah,... Bunga-bunga bakung bibirnya,... Tangannya bundaran emas,... tubuhnya ukiran dari gading,... Kakinya adalah tiang-tiang marmar putih,... Perawakannya seperti gunung Libanon,... Kata-katanya manis semata-mata, segala sesuatu padanya menarik...” Ungkapan puitis dari sang isteri menggambarkan betapa menariknya sang suami di matanya, baik penampilannya maupun tutur katanya, yang juga mencerminkan kepribadian dan hati yang baik. Secara rohani, ini menggambarkan tentang kesempurnaan Kristus di mata jemaat tebusan-Nya. Kristus memang manusia sempurna karena dia Allah yang berinkarnasi menjadi manusia. Dialah sang Imanuel. Di Perjanjian Baru, kesempurnaan Kristus diungkapkan di Kolose 1:15-20 tentang betapa Kristus lebih utama dari semua karena segala kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia. Ibrani 1-7 juga menyampaikan bahwa Kristus lebih tinggi dari malaikat, Musa, imam Melkisedek, bahkan imam besar Harun. Oleh sebab itu, tidaklah mengherankan bila jemaat tebusan-Nya harus selalu bersandar dan memuji Dia senantiasa.Sayangnya, ada saja umat Tuhan yang tidak menjadikan Kristus sebagai pembimbing dalam kehidupannya.Inilah saatnya bagi kita untuk berubah. Ayolah..! (BHS)
Dalam sukacita, teman-teman mempelai wanita menyampaikan godaannya di Kidung Agung 6:1-3 “Ke mana perginya kekasihmu, hai jelita di antara wanita? Ke jurusan manakah kekasihmu pergi, supaya kami mencarinya besertamu?” Menyambut godaan mereka, sang mempelai wanita menjawab di Kidung Agung 6:2-3, “Kekasihku telah turun ke kebunnya, ke bedeng rempah-rempah untuk menggembalakan domba dalam kebun dan memetik bunga bakung. Aku kepunyaan kekasihku, dan kepunyaanku kekasihku, yang menggembalakan domba di tengah-tengah bunga bakung.” Di dalam cinta kasih dan sukacita, sang mempelai wanita menyambut sang mempelai pria dan mereka berkomitmen saling memiliki. Di dalam pernikahan Kristen, suami isteri berkomitmen di hadapan Tuhan dan jemaat-Nya untuk saling memiliki satu dengan lainnya.Komitmen untuk saling memiliki dalam Kristus inilah yang harusnya memampukan mereka untuk terus berupaya mengatasi segala persoalan kehidupan seberat apapun. Bila pernikahan adalah seperti perahu, pernikahan tanpa komitmen adalah seperti perahu dari kayu lapuk yang pasti akan hancur oleh perceraian bila diterpa badai gelombang kehidupan. Bila melihat banyaknya perceraian di masa kini, bukankah seharusnya pasutri Kristen menjadi teladan dalam pernikahan yang berkomitmen? Atau, apakah kita telah menjadi serupa dengan gaya dunia sekitar kita? Semoga tidak! (BHS)
Mempelai pria memuji mempelai wanita di Kidung Agung 6:4-6 pada waktu mereka berjumpa: “Cantik engkau, manisku, seperti kota Tirza, juita seperti Yerusalem,...Palingkanlah matamu dari padaku, sebab aku menjadi bingung karenanya.Rambutmu bagaikan kawanan kambing yang bergelombang turun dari Gilead. Gigimu bagaikan kawanan domba, yang keluar dari tempat pembasuhan,...” Karena cinta, di mata sang mempelai pria, kecantikan kekasihnya telah begitu menawan hatinya. Cinta terhadap pasangan adalah anugerah Tuhan yang harus terus dirawat dan ditumbuhkan sepanjang hayat sehingga pernikahan bisa terus dinikmati dan menjadi berkat bagi banyak orang. Pernikahan Kristen yang dirawat sepanjang hayat bukanlah hal yang mudah karena begitu banyaknya tantangan yang harus dihadapi. Kecantikan dan ketampanan pasti akan berlalu, baik karena tua ataupun kecelakaan. Kesehatan bisa berlalu karena usia ataupun penyakit. Kemampuan mental intelektual bisa menurun karena pikun ataupun sakit menahun.Banyak hal bisa berubah drastis dalam pernikahan. Yang menjadi pertanyaan besar adalah: Mampukah pasutri untuk tetap bisa merawat cinta kasih dan makin menikmati pernikahan dalam anugerah Tuhan? Mampukah pasutri menikmati kecantikan dan ketampanan luar dalam pasangannya sepanjang hayat? Itu baru namanya terang Tuhan. (BHS)
Bagaimana mempelai wanita di mata sang mempelai pria? Kidung Agung 6:8-9 menjelaskannya: “Permaisuri ada enam puluh, selir delapan puluh, dan dara-dara tak terbilang banyaknya. Tetapi dialah satu-satunya merpatiku, idam-idamanku, satu-satunya anak ibunya, anak kesayangan bagi yang melahirkannya; puteri-puteri melihatnya dan menyebutnya bahagia, permaisuri-permaisuri dan selir-selir memujinya.” Gambaran raja Salomo tentang mempelai wanitanya melukiskan betapa sang wanita begitu berharga di matanya lebih dari yang lainnya. Oleh karenanya, sang mempelai pria mau untuk memberi perhatian yang mendalam terhadap isterinya yang memang dikasihinya. Perhatian yang mendalam terhadap pasangan adalah ciri relasi suami isteri dalam sebuah pernikahan. Tetapi, pada jaman sekarang ini, banyak hal lain yang berkompetisi untuk merebut perhatian dari pasangan misalnya media sosial, game, youtube, atau kesibukan kerja. Di tengah gempuran ini, apakah pasutri masih bisa punya waktu cukup untuk saling memberi perhatian yang mendalam? Hal yang sama terjadi dalam hubungan orang percaya dengan Kristus. Kristus pasti selalu memberi perhatian yang mendalam kepada umat-Nya.Apakah kita selalu memberi perhatian yang mendalam untuk Dia yang telah menyelamatkan kita? Bila kita fokus pada Kristus, pasti hidup kita akan bawa dampak baik. Maukah kita? (BHS)
Para wanita di istana Salomo yang melihat kedatangan sang mempelai wanita mengungkapkan pujian mereka di Kidung Agung 6:10, “Siapakah dia yang muncul laksana fajar merekah, indah bagaikan bulan purnama, bercahaya bagaikan surya, dahsyat seperti bala tentara dengan panji-panjinya?" Kehadiran mempelai wanita dilukiskan sebagai pembawa terang fajar yang indah, cemerlang, dan dahsyat mengagumkan sehingga ia benar-benar berbeda dengan sekitarnya. Inilah yang seharusnya menjadi gambaran dari gereja Tuhan, sang mempelai wanita dari Kristus. Gereja Tuhan haruslah hadir seperti terang fajar cemerlang yang secara dahsyat mengusir kegelapan dosa.Inilah gereja Tuhan yang siap menanti kedatangan Kristus Tuhan-Nya. Apakah kehadiran gereja Tuhan di Indonesia ini telah menjadi pembawa terang fajar cemerlang bagi kegelapan di sekitarnya?Apa jawab kita terhadap pertanyaan tersebut? Memang tidak mudah! Kalau di dalam gereja Tuhan masih banyak konflik, rebutan pengaruh, skandal, cinta uang, sikap arogansi, dengki, fitnah bahkan korupsi dan manipulasi, maka gereja Tuhan pasti tidak terang cemerlang di mata masyarakat, apalagi di mata Tuhan. Ini tantangan besar bagi segenap umat Tuhan di Indonesia. Marilah kita berbenah diri dan menjauhkan tindakan kegelapan! Marilah kita bertobat dan lebih giat untuk setia membina diri supaya dari kehidupan kita sebagai umat Tuhan, terang cemerlang kesaksian kita makin merekah seperti fajar. (BHS)
Merespons pujian yang disampaikan mempelai pria, mempelai wanita melukiskan kerinduannya yang mendalam karena cinta kasih kepada suaminya seperti yang terungkap di Kidung Agung 6:11-12, “Ke kebun kenari aku turun melihat kuntum-kuntum di lembah, melihat apakah pohon anggur berkuncup dan pohon-pohon delima berbunga. Tak sadar diri aku; kerinduanku menempatkan aku di atas kereta orang bangsawan.” Dalam penantian yang mendebarkan hatinya, sang isteri menikmati kehidupan yang ceria dan penuh pengharapan. Pengharapan itu tidak sia-sia sewaktu sang suami menjemputnya dan membawa serta bersamanya. Bukankah ini gambaran umat yang menantikan kedatangan Kristus?Kristus pasti datang kembali. Sikap penantian dalam kerinduan akan kedatangan Kristus seharusnya sikap yang ada pada umat Tuhan. Walaupun memang tidak ada seorangpun yang tahu kapan Kristus akan datang kembali, tidak berarti umat Tuhan boleh hidup seenaknya serta semau gue. Seperti halnya mempelai wanita dari raja Salomo, gereja Tuhan menantikan kedatangan Kristus Sang Raja sambil menikmati kehidupan selama di dunia ini dalam anugerah Tuhan. Memang tantangan dan godaan dunia besar, tetapi cinta kasih umat kepada Kristus juru selamat-Nya pasti akan memampukannya untuk menikmati hidup. Oleh sebab itu, wahai umat Tuhan, marilah kita belajar menikmati kehidupan ini di dalam Kristus selagi ada kesempatan. Ayolah..! (BHS)
Sang mempelai wanita, yang berasal dari daerah Sulam di sebelah tenggara kota Nazaret, hendak berpisah dengan para wanita di istana Salomo, tetapi ia dipanggil untuk kembali di Kidung Agung 6:13(a, “Kembalilah, kembalilah, ya gadis Sulam, kembalilah, kembalilah, supaya kami dapat melihat engkau!” Gadis Sulam itu merasa heran karena dia mendapat perhatian banyak orang dan ia menjawabnya di Kidung Agung 6:13(b, “Mengapa kamu senang melihat gadis Sulam itu seperti melihat tari-tarian perang?” Di dalam kerendahan hatinya, sang gadis Sulam merasa enggan menjadi pusat perhatian. Ini sebuah gambaran bagaimana mempelai Kristus yaitu umat Tuhan harus pula hidup dalam kerendahan hati. Kerendahan hati adalah salah satu nilai kristiani yang sangat penting, tidak hanya untuk umat Tuhan tetapi juga untuk masyarakat banyak. Di tengah gaya dunia yang penuh gengsi dan mengejar materi, sikap rendah hati akan menjadi seperti mercu suar keteladanan yang menarik banyak orang. Seperti halnya Kristus, sang Anak Allah yang mau menjelma jadi manusia bahkan mengambil rupa sebagai hamba dan mati bagi kita, demikian juga seharusnya umat Tuhan. Sayangnya, umat Tuhan sering kali terhanyut dengan standar dunia yang lebih mementingkan gengsi dan gaya hidup tinggi dan bukannya gaya hidup yang rendah hati dan mau berbagi. Mari kita belajar rendah hati dan menjauhi sikap arogansi! Bersediakah? (BHS)
Mempelai pria memuji isterinya yang sedang menari dengan indahnya di Kidung Agung 7:1, “Betapa indah langkah-langkahmu dengan sandal-sandal itu, puteri yang berwatak luhur! Lengkung pinggangmu bagaikan perhiasan, karya tangan seniman.” Di mata suaminya, tidak hanya tampilan luar serta gerak gerik isterinya begitu menarik hatinya tetapi terlebih lagi watak luhur isterinya itulah yang sungguh menawan hatinya. Seperti di Amsal 31, seorang isteri yang berkarakter luhur tentu akan tampak lebih cantik dan menarik karena penampilan luar saja tidaklah memadai bagi seorang wanita. Watak luhur ini juga yang seharusnya dikembangkan dalam jemaat Tuhan sebagai mempelai Kristus sehingga Kristus akan memuji jemaat-Nya. Di dunia masa kini, penampilan luar sering kali dianggap begitu pentingnya sehingga orang berlomba-lomba untuk meningkatkan penampilan luar melalui diet, make-up, barang bermerek, parfum, pergi ke gym dan penampilan seronok. Bila itu dilakukan secara sewajarnya, tentu itu baik-baik saja.Tetapi ada saja orang yang begitu terobsesi dengan penampilan luar dan melupakan pentingnya watak luhur. Penampilan luar terbatas gunanya tetapi watak luhur inilah yang akan berguna sepanjang hayat. Oleh sebab itu, watak luhur bagi pasutri dalam pernikahan Kristen serta bagi semua umat haruslah dikembangkan. Melaluinya, Tuhan akan menjadikan kita berkat bagi sekitar kita dan Kristus dimuliakan. (BHS)
Pada waktu isterinya menari, sang mempelai pria begitu terpesona dan memuji kecantikan isterinya dalam ungkapan puisi nan indah di Kidung Agung 7:2-5, “Pusarmu seperti cawan yang bulat,... Perutmu timbunan gandum,... Seperti dua anak rusa buah dadamu,... Lehermu bagaikan menara gading, matamu bagaikan telaga di Hesybon,... hidungmu seperti menara di gunung Libanon,... Kepalamu seperti bukit Karmel, rambut kepalamu merah lembayung; seorang raja tertawan dalam kepang-kepangnya.” Di dalam anugerah-Nya, Tuhan menciptakan wanita seperti permata yang berharga dan begitu indah.Menghargai wanita adalah menghargai Penciptanya.Mengeksploitasi wanita adalah penghinaan terhadap Penciptanya. Tuhan menciptakan wanita dalam keindahan dan keunikannya yang memang berbeda dengan pria.Di dalam keunikannya ini, wanita menjalankan maksud Tuhan dalam kehidupan suami isteri. Seperti halnya penulis Kidung Agung yang begitu menghargai isterinya, demikian juga para suami di gereja Tuhan masa kini haruslah belajar untuk menghargai anugerah Tuhan melalui keindahan dan keunikan dari sang isteri. Tanpa itu, tidak ada pernikahan yang indah dan bahagia.Sayangnya, di dalam arus dunia yang deras ini, sering kali ada yang menganggap wanita sebagai obyek eksploitasi yang tentu merupakan penghinaan terhadap Sang Penciptanya. Basmi ini dan muliakanlah Tuhan Sang Penciptanya! (BHS)
Raja Salomo, sang mempelai pria, memuji gadis Sulam, isterinya, di Kidung Agung 7:6-8, “Betapa cantik, betapa jelita engkau, hai tercinta di antara segala yang disenangi. Sosok tubuhmu seumpama pohon korma dan buah dadamu gugusannya. Kataku: "Aku ingin memanjat pohon korma itu dan memegang gugusan-gugusannya. Kiranya buah dadamu seperti gugusan anggur dan nafas hidungmu seperti buah apel.” Di dalam cinta kasih, sang suami memuji keindahan tubuh kewanitaan sang isteri yang digambarkan sebagai pohon korma dan gugusan anggur yang menyebabkan sang suami bergairah. Gairah cinta dalam hubungan suami isteri yang dilakukan dalam takut akan Tuhan adalah anugerah yang kudus dari Tuhan. Gairah cinta dari jaman dulu sampai sekarang sering diselewengkan dalam hubungan yang tidak kudus, misalnya dalam bentuk perselingkuhan, pelacuran, atau seks bebas. Penyelewengan terhadap anugerah Tuhan yang kudus ini telah menimbulkan banyak permasalahan, seperti perang, permusuhan, bahkan pembunuhan. Orang Kristen dipanggil Tuhan untuk menggunakan gairah cinta kasih itu dengan semestinya yaitu dalam relasi suami isteri yang kudus dan berkenan di mata Tuhan.Eksploitasi gairah cinta adalah penyelewengan anugerah Tuhan yang keji dan dibenci Tuhan. Wahai gereja Tuhan, mari bina umat untuk menghidupi pernikahan dalam gairah cinta yang kudus dan indah di mata Tuhan. Di sanalah ada berkat Tuhan! (BHS)
Kidung Agung 7:9-10 ini merupakan nyanyian kasih bersahut-sahutan antara suami isteri, setelah sang suami mengutarakan gairah cintanya terhadap sang isteri. Isteri: “Kata-katamu manis bagaikan anggur!" Suami: “Ya, anggur itu mengalir kepada kekasihku dengan tak putus-putusnya, melimpah ke bibir orang-orang yang sedang tidur!” Isteri: “Kepunyaan kekasihku aku, kepadaku gairahnya tertuju.” Saling puji di antara suami isteri ini timbul karena ada gairah cinta kasih yang mendalam di antara keduanya.Gairah ini adalah keindahan yang dianugerahkan Tuhan dalam sebuah pernikahan kudus.Karena dosa, gairah cinta ini sering terselewengkan dan justru membawa petaka. Tuhan Allah sejak dari mulanya telah membuat institusi pernikahan antara suami dan isteri sebagai suatu anugerah. Di dalam pernikahan ini, Tuhan menganugerahkan juga gairah cinta kasih untuk dinikmati bersama, tidak hanya untuk maksud beranak pinak dan memenuhi bumi, tetapi terlebih lagi ini adalah suatu bentuk syukur suami isteri kepada Tuhan yang telah memberikan gairah cinta kasih itu. Sayang sekali! Anugerah gairah cinta ini telah membawa banyak petaka di sepanjang sejarah manusia.Sesuatu yang seharusnya disyukuri dan dirayakan malahan telah menjadi sumber pertikaian besar.Oleh sebab itu, umat Tuhan harus menjadi pelopor untuk menempatkan anugerah gairah cinta ini pada tempat yang semestinya. (BHS)
Di dalam cinta kasih yang mendalam, sang isteri mengajak suaminya untuk pergi menikmati anugerah cinta kasih jauh dari keramaian kota untuk pergi ke padang bebas seperti yang disampaikan di Kidung Agung 7:11-12, “Mari, kekasihku, kita pergi ke padang, bermalam di antara bunga-bunga pacar! Mari, kita pergi pagi-pagi ke kebun anggur dan melihat apakah pohon anggur sudah berkuncup, apakah sudah mekar bunganya, apakah pohon-pohon delima sudah berbunga! Di sanalah aku akan memberikan cintaku kepadamu!” Kemampuan untuk menikmati hidup pernikahan adalah anugerah yang berharga. Di manapun sang suami isteri berada, mereka tetap dapat menikmatinya. Banyak pernikahan, termasuk pernikahan Kristen di Indonesia, yang mengalami berbagai masalah sehingga suami isteri sering bertengkar dan kurang saling peduli lagi.Ditambah dengan wabah materialisme, akhirnya banyak kehidupan pernikahan yang menjadi hambar, bahkan sampai berujung pada perceraian.Gairah cinta kasih dalam pernikahan yang telah dianugerahkan Tuhan itu tersia-siakan. Hai para pasutri Kristen, mari kita mohon kepada sang pemberi anugerah kenikmatan pernikahan untuk memampukan kita untuk tetap mampu merawat anugerah Tuhan itu. Terang pernikahan Kristen akan terpancar jauh, bahkan sampai ke generasi mendatang. (BHS)
Bagaimana persiapan sang isteri dalam menyambut sang suami yang dikasihinya? Mari lihat Kidung Agung 7:13! “Semerbak bau buah dudaim; dekat pintu kita ada pelbagai buah-buah yang lezat, yang telah lama dan yang baru saja dipetik. Itu telah kusimpan bagimu, kekasihku!” Di dalam kegembiraan hati, sang isteri siap menyambut suaminya dengan mempersiapkan buah Dudaim yang memancarkan wangi semerbak serta berbagai buah yang disukai suaminya. Sikap kegembiraan dan kesiapan sang isteri dalam menyambut suaminya ini merupakan gambaran sikap yang seharusnya ada pada gereja Tuhan dalam menyambut kedatangan Kristus kelak. Umat Tuhan harus siapkan buah pelayanan yang disukai Tuhan. Memang tidak seorangpun yang tahu kapan Kristus akan datang kembali kelak. Dalam masa penantian ini, umat Tuhan di Indonesia seharusnya tetap bersiap sedia dalam kegembiraan hati untuk menyambut Kristus di tengah-tengah segala permasalahan dan tantangan gereja serta bangsa Indonesia masa kini.Sayangnya, sering kali gereja Tuhan lalai dalam mempersiapkan buah-buah pelayanan yang wangi semerbak dan disukai Tuhan.Yang ada justru buah berbau busuk yang dibenci Tuhan.Bau busuk dari gereja itu bisa datang dari pertengkaran, penyalahgunaan uang, intrik, berebut kedudukan, tidak peduli orang miskin, dsb. Selagi masih ada kesempatan, marilah kita bersiap sedia dalam pertobatan yang sungguh! (BHS)
Apa harapan sang isteri dalam hubungan pernikahannya? Lihatlah Kidung Agung 8:1-3! “O, seandainya engkau saudaraku laki-laki, yang menyusu pada buah dada ibuku, akan kucium engkau bila kujumpai di luar, karena tak ada orang yang akan menghina aku! Akan kubimbing engkau dan kubawa ke rumah ibuku, supaya engkau mengajar aku.Akan kuberi kepadamu anggur yang harum untuk diminum, air buah delimaku. Tangan kirinya ada di bawah kepalaku, tangan kanannya memeluk aku.” Fakta hubungan sedarah tidak bisa dipungkiri oleh masalah apapun, sedangkan dalam relasi suami isteri, masalah masih bisa menyebabkan adanya perceraian. Itulah gambaran sang isteri tentang keeratan hubungannya dengan suaminya. Baik orang berkomitmen atau tidak dalam hubungan saudara sekandung, maka fakta hubungan sedarah itu tidak bisa dipungkiri.Berbeda dengan itu, tanpa komitmen maka relasi suami isteri bisa saja tercederai.Oleh sebab itu, komitmen adalah bagian yang tidak terpisahkan dari cinta kasih. Pada jaman sekarang ini, ada saja pasangan yang tidak peduli akan komitmen dalam pernikahannya walaupun katanya mengaku saling cinta. Ini bukanlah cinta kasih yang dimaksudkan Tuhan bagi umat-Nya. Lihatlah cara Kristus mengasihi! Kristus rela merendahkan diri bahkan mati bagi kita.Inilah contoh cinta kasih yang berkomitmen. Bila cinta kasih yang penuh komitmen itu ada, niscaya terang pernikahan Kristen akan memancar di masyarakat. (BHS)
Orang banyak menyambut kedatangan kedua mempelai yang datang dari padang. Ini dia sambutan mereka di Kidung Agung 8:5(a “Siapakah dia yang muncul dari padang gurun, yang bersandar pada kekasihnya?” Dalam cinta kasih, suami isteri ini datang dalam kemesraan.Inilah proklamasi cinta kasih mereka di hadapan banyak orang.Seperti halnya hakekat garam dan terang yang membawa dampak bagi sekitarnya, demikian juga kehidupan suami isteri Kristen di tengah-tengah masyarakat. Dampak seperti apa yang akan dibawa pasangan suami isteri? Kemesraan dan hubungan yang harmonis dari pasangan suami isteri adalah bentuk kesaksian Kristen bagi dunia di sekitarnya karena Allah adalah kasih. Kemesraan pasangan suami isteri yang diungkapkan secara etis dan estetis merupakan suatu bentuk kesaksian yang tersendiri di masyarakat Indonesia. Dengan banyaknya berita seputar perpecahan dalam rumah tangga serta gosip-gosip kawin cerai selebritis, relasi yang harmonis dari pasangan suami isteri Kristen adalah seperti air sejuk di tengah-tengah padang gurun kering. Relasi yang mesra dan harmonis dari suami isteri ini harus diusahakan dengan didasarkan pada pengenalan dan pertumbuhan dalam Kristus. Di atas dasar yang kokoh ini, pasutri Kristen membangun kesaksian mereka. Bila kita melihat pasangan yang mesra dan harmonis, sangat menyenangkan bukan? Mari diusahakan! (BHS)
Sang isteri mengungkapkan cinta kasih kepada suaminya di Kidung Agung 8:6-7, “Taruhlah aku seperti meterai pada hatimu, seperti meterai pada lenganmu, karena cinta kuat seperti maut, kegairahan gigih seperti dunia orang mati, nyalanya adalah nyala api, seperti nyala api TUHAN! Air yang banyak tak dapat memadamkan cinta, sungai-sungai tak dapat menghanyutkannya. Sekalipun orang memberi segala harta benda rumahnya untuk cinta, namun ia pasti akan dihina.” Cinta kasih sang isteri digambarkan begitu indah, kuat, dan berkuasa seperti meterai dalam hati, yang lebih berkuasa dari maut, yang tak dapat dipadamkan dengan air ataupun dihanyutkan oleh sungai, bahkan tidak bisa dibeli dengan segala harta. Cinta kasih dalam pernikahan Kristen seharusnya bukanlah cinta kasih yang menggebu-gebu dan membara sebentar serta kemudian padam. Mestinya, cinta kasih antara suami dan isteri itu justru akan makin berkobar seiring dengan berjalannya waktu. Apakah mungkin? Tentu saja mungkin bila suami isteri mengutamakan kehendak Kristus dalam pernikahannya. Bila pernikahan itu mendahulukan kehendak sendiri dan mau menang-menangan saja, niscaya cinta kasih akan luntur. Marilah kita datang kepada Tuhan yang telah memberikan kita anugerah cinta kasih! Dalam kekuatan yang dari Bapa di sorga, pasutri Kristen pasti akan dimampukan untuk membawa kesaksiannya ke masyarakat! (BHS)
Setelah sang isteri mengalami keindahan cinta kasih bersama suaminya, apa hikmat yang didapatkannya bagi para gadis? Ini nasihatnya di Kidung Agung 8:8-9, “Kami mempunyai seorang adik perempuan, yang belum mempunyai buah dada. Apakah yang akan kami perbuat dengan adik perempuan kami pada hari ia dipinang? Bila ia tembok, akan kami dirikan atap perak di atasnya; bila ia pintu, akan kami palangi dia dengan palang kayu aras.” Tembok kemurnian hidup dan pintu pergaulan yang benar bagi para gadis haruslah dijaga melalui doa, nasihat, serta teladan kehidupan dari orang-orang yang takut Tuhan. Merekalah atap perak dan palang kayu aras yang menjaga kehidupan generasi muda jemaat Tuhan. Di Indonesia masa kini, menjaga kemurnian hidup dalam pergaulan yang benar bagi anak-anak muda menjadi makin tidak mudah.Keterbukaan akses ke berbagai jenis informasi, termasuk hal-hal yang tidak membangun iman, bisa mendorong anak-anak muda kepada suatu pergaulan bebas muda mudi.Kumpul kebo dan seks sebelum menikah makin menjadi hal yang biasa. Norma- norma iman menjadi terabaikan. Peran atap perak dan palang kayu aras dari orang-orang yang takut Tuhan sangatlah diperlukan untuk ikut menjaga anak-anak muda dalam kemurnian hidup dan pergaulan yang benar melalui doa, nasihat dan keteladanan hidup. Ayolah kita ikut menjaga generasi muda gereja dan bangsa! (BHS)
Kalau sang isteri mengumpamakan adiknya yang masih gadis itu sebagai tembok yang harus dijaga kemurnian hidupnya oleh atap perak, maka iapun menjaga kemurnian hidupnya seperti yang dinyatakannya di Kidung Agung 8:10 “Aku adalah suatu tembok dan buah dadaku bagaikan menara. Dalam matanya ketika itu aku bagaikan orang yang telah mendapat kebahagiaan.” Di mata sang suami, kemurnian hidup sang isteri yang terjaga sewaktu masa gadisnya telah membuat sang isteri mendapat kebahagiaan. Ini adalah hal yang menarik hati sang suami dan membuatnya berbahagia pula. Sang isteri tidak hanya memberikan nasihat tentang kemurnian hidup kepada adiknya, tetapi ia juga menghidupi apa yang dinasihatkannya itu. Memberi keteladanan dalam kemurnian hidup merupakan tantangan besar bagi orang percaya. Dalam kehidupan jaman modern di Indonesia ini, gaya hidup yang menjaga kemurnian hidup sudah dianggap ketinggalan jaman. Tetapi apakah kemudian kehidupan dalam pergaulan muda-mudi yang bebas itu membahagiakan? Ternyata tidak! Pelajaran dari Firman Tuhan menunjukkan bahwa kemurnian hidup yang dijaga sejak dari masa muda akan membawa kebahagiaan yang tersendiri bila tiba saatnya berkeluarga. Peran keteladanan dari pasutri yang hidup berintegritas sejak masa mudanya merupakan kesaksian hidup yang membawa terang cemerlang, baik bagi gereja tetapi juga bagi masyarakat. (BHS)
Bagaimana sang gadis Sulam, isteri Salomo, melihat keberadaan dirinya? Ini pandangannya di Kidung Agung 8:11-12, “Salomo mempunyai kebun anggur di Baal-Hamon. Diserahkannya kebun anggur itu kepada para penjaga, masing-masing memberikan seribu keping perak untuk hasilnya. Kebun anggurku, yang punyaku sendiri, ada di hadapanku; bagimulah seribu keping itu, raja Salomo, dan dua ratus bagi orang-orang yang menjaga hasilnya.” Bila gadis Sulam itu menggambarkan dirinya sebagai kebun anggur yang melimpah hasilnya maka sang gadis Sulam diberi anugerah Tuhan untuk memenuhi harapan dan menjadi berkat bagi raja Salomo, bahkan juga menjadi berkat bagi orang-orang di sekitarnya. Di dalam anugerah Tuhan, isteri dapat berperan sebagai penolong yang sepadan bagi suaminya seperti halnya yang digambarkan dengan 1000 keping perak sebagai hasil dari kebun Salomo. Tanpa anugerah Tuhan, tidak mungkinlah sang isteri dapat berperan sebagai isteri yang semestinya . Bila relasi suami isteri diwarnai oleh cinta kasih yang mendalam maka masing-masing pihak akan berusaha untuk menjadi berkat bagi pasangannya dan bukannya malah menjadi noda, keluhan, bahkan kutuk. Upaya untuk bertumbuh dalam iman dan karakter kristiani merupakan jalan untuk menjadi pasangan yang saling menjadi berkat, baik bagi pasangannya maupun sekitarnya. (BHS)
Sebagai penutup Kidung Agung, sang suami mengungkapkan kembali kerinduan hatinya kepada isterinya, sang penghuni kebun, seperti terungkap di Kidung Agung 8:13, “Hai, penghuni kebun, teman-teman memperhatikan suaramu, perdengarkanlah itu kepadaku!” Sang suami merindukan untuk bisa selalu dekat dan mendengar suara isterinya. Kerinduan sang suami direspons oleh kerinduan isterinya untuk cepat bertemu dengannya seperti terungkap di Kidung Agung 8:14, “Cepat, kekasihku, berlakulah seperti kijang, atau seperti anak rusa di atas gunung-gunung tanaman rempah-rempah.” Seperti kerinduan suami isteri ini, demikian juga seharusnya kerinduan jemaat untuk menanti kedatangan Kristus. Sudah selayaknyalah bila kerinduan untuk selalu bersama sepanjang hayat menjadi kerinduan suami isteri yang saling mencinta.Meskipun topan badai kehidupan pasti ada, tetapi cinta kasih suami isteri yang selalu hidup dalam anugerah Tuhan pasti membuat mereka bisa melewati segala tantangan kehidupan.Hanya di dalam Tuhanlah pernikahan bisa langgeng.Inilah seharusnya pernikahan kristiani.Seperti halnya kerinduan isteri terhadap suaminya karena cinta kasih, demikian jugalah seharusnya kerinduan umat Tuhan dalam menantikan kedatangan Kristus. Kerinduan bertemu itu harus terus dipupuk dan dirawat dengan kehidupan yang selaras dan setia dengan apa yang dikehendaki Kristus. Mari tetap rindukan Kristus! (BHS)