Ratapan

Kitab Ratapan adalah kitab puisi yang disajikan dengan indah. Di pasal 1, ke 22 ayatnya diawali masing-masing dengan 22 alfabet Ibrani. Setiap ayat dibagi menjadi 3 stanza dengan awalan alfabet yang sama. Indah sekali bukan? Tapi..., apa isinya? Ini yang dikeluhkan nabi Yeremia di Ratapan 1:1, "Ah, betapa terpencilnya kota itu, yang dahulu ramai! Laksana seorang jandalah ia, yang dahulu agung di antara bangsa-bangsa. Yang dahulu ratu di antara kota-kota, sekarang menjadi jajahan." Yeremia meratapi nasib kota Yerusalem yang dihancurkan bangsa Babel sebagai bentuk penghukuman Tuhan atas umat-Nya. Upah dosa memang maut. Walaupun bangsa Yehuda adalah bangsa yang dipilih untuk menjadi nenek moyang Kristus Yesus, mereka tetap dihukum berdasarkan keadilan Allah. Perbuatan jahat Yehuda tetap harus dihukum. Kalaupun Allah sekarang telah memilih gereja-Nya sebagai saksi, tidak berarti juga gereja Tuhan di Indonesia bisa lepas dari penghukuman-Nya. Oleh sebab itu, umat Tuhan harus mawas diri dan bertobat bila sadar akan kesalahannya. Kalau gereja Tuhan sama bobroknya dengan sekitarnya dan tidak mau bertobat, bagaimana Tuhan tidak murka? Ayo umat Tuhan di Indonesia, mari bangun gereja-Nya di dalam ketaatan! Terang Tuhan akan makin nyata. (BHS)
Kalau ke 3 stanza di ayat 1 diawali dengan huruf pertama alfabet Ibrani yaitu Aleph, maka ke 3 stanza di ayat 2 ini diawali dengan huruf kedua dalam alfabet Ibrani yaitu Beth. Indah tapi tidak sederhana ya..! Ini isi Ratapan 1:2, "Pada malam hari tersedu-sedu ia menangis, air matanya bercucuran di pipi; dari semua kekasihnya, tak ada seorang pun yang menghibur dia. Semua temannya mengkhianatinya, mereka menjadi seterunya." Menghadapi serbuan Babel, bangsa-bangsa di sekitar Yehuda yang pernah menjalin kerja sama, meninggalkannya. Penghukuman Allah melalui Babel telah mengguncangkan peta politik Tanah Kanaan. Kalau pemahaman politik itu terkait dengan kekuasaan, maka penghukuman Allah atas Yehuda juga menunjukkan bahwa hanya Tuhanlah yang berkuasa atas peta politik bangsa-bangsa. Seperti yang terjadi di masa lalu, di masa sekarangpun Tuhan tetap berkuasa atas peta politik bangsa-bangsa. Pemimpin bangsa-bangsa bisa mereka-reka dan berupaya melalui berbagai intrik politik, tetapi kekuasaan politik sejati tetap ada di tangan Tuhan. Hai orang Kristen di Indonesia, masih ragukah kita akan kekuasaan Tuhan ini? Mari taati Tuhan dalam kiprah politik kita, karena hanya Dialah sang penguasa politik yang sejati. Lega kan..? (BHS)
Bangsa Yehuda benar-benar berada pada kondisi yang sangat lemah karena penyerbuan Babel. Sebagian orang Yehuda mencoba kabur ke negara-negara tetangga seperti Mesir, Amon, dan Moab, tetapi kesengsaraan tetap menunggu mereka seperti yang terungkap di Ratapan 1:3, "Yehuda telah ditinggalkan penduduknya karena sengsara dan karena perbudakan yang berat; ia tinggal di tengah-tengah bangsa-bangsa, namun tidak mendapat ketenteraman; siapa saja yang menyerang dapat memasukinya pada saat ia terdesak." Ketidak taatan Yehuda menyebabkan hukuman TUHAN. Kemanapun mereka lari, sengsara akan mengikuti. Tuhan Allah adalah hakim yang adil. Di dalam keadilan-Nya inilah maka Allah menghukum umat-Nya. Hama, malapetaka, wabah penyakit, kesulitan hidup, serta bencana alam, bisa saja menjadi bentuk penghukuman Tuhan. Selain itu, Tuhan bisa juga memakai sistem peradilan di Indonesia untuk menghukum korupsi, penipuan, KDRT, dan kejahatan lainnya. Bila Tuhan menghukum, kemanapun seseorang pergi, pasti dia tidak akan bisa luput dari hukuman. Oleh sebab itu, orang percaya di Indonesia haruslah sadar dan bertobat, serta tetap menaruh pengharapan pada Tuhan. Karena kasih-Nya, Tuhan akan memberi kelepasan pada waktu-Nya. Jangan menyimpang dari jalan-Nya! (BHS)
Bagaimana suasana peribadatan Israel setelah bangsa Babel menyerbu dan mengalahkan bangsa Yehuda? Ratapan 1:4 menggambarkannya: "Jalan-jalan ke Sion diliputi dukacita, karena pengunjung-pengunjung perayaan tiada; sunyi senyaplah segala pintu gerbangnya, berkeluh kesahlah imam-imamnya; bersedih pedih dara-daranya; dan dia sendiri pilu hatinya." Dengan diwajibkannya para pria untuk berziarah ke Yerusalem tiga kali dalam setahun, maka bait Allah dan kota Yerusalem menjadi selalu ramai dengan pengunjung. Dengan adanya penyerbuan bangsa Babel, maka segala kegiatan peribadatan Israel terhenti. Karena dosa, maka hubungan dengan Allah menjadi rusak. Hukuman Allah karena penyerbuan Babel, tidak hanya menimbulkan penderitaan fisik, tetapi terlebih lagi, itu menimbulkan penderitaan rohani yang dalam karena bangsa Yehuda terbuang dari hadirat Allah. Dosa telah memisahkan manusia dengan Allah. Itulah sebabnya Yesus Kristus datang sebagai jalan penyelesaian dosa. Oleh sebab itu, kalaupun orang Kristen di Indonesia atau siapapun, ada yang masih berbuat jahat, pintu pertobatan selalu terbuka untuk kita melalui iman pada Yesus Kristus. Mari datang kepada-Nya segera! Melalui pertobatan, terang orang percaya akan lebih bersinar bagi bangsa ini. (BHS)
Nabi Yeremia telah berulangkali memperingatkan bangsa Yehuda akan kejahatan mereka, tetapi mereka tidak mau bertobat. Oleh sebab itu, TUHAN memakai bangsa Babel untuk menghukum bangsa Yehuda. Ratapan 1:5-6 menggambarkan hukuman TUHAN: "Lawan-lawan menguasainya, seteru-seterunya berbahagia. Sungguh, TUHAN membuatnya merana, karena banyak pelanggarannya;... Lenyaplah dari puteri Sion segala kemuliaannya; ..." Walaupun Yehuda sudah dihancurkan, apakah rencana keselamatan Allah dalam Yesus Kristus, Sang Singa dari Yehuda, akan gagal? Rencana Allah tetap akan berjalan walaupun Yehuda tidak taat. Kalau di Perjanjian Lama Allah memilih bangsa Israel sebagai saksi-Nya, maka di Perjanjian Baru, Allah memilih gereja-Nya sebagai saksi-Nya. Kalau bangsa Israel gagal dalam menjalankan panggilan-Nya, bagaimana dengan gereja Tuhan di Indonesia? Berhasilkah? Kita harus mawas diri apakah keputusan dan perilaku gereja sebagai institusi dan orang percaya sudah sesuai panggilan Tuhan atau tetap saja bobrok, korup, egois, sombong, dan suka rebutan kuasa. Kalaupun umat percaya tidak mau taat Tuhan, rencana Tuhan pasti tetap berjalan. Jadi, marilah kita belajar taat dan setia menjalankan panggilan Tuhan di Indonesia di mana Tuhan telah tempatkan kita! Maukah kita? (BHS)
Setelah bangsa Yehuda menderita di pembuangan Babel karena hukuman TUHAN, maka mereka teringat akan masa lalunya. Apa yang diingatnya? Ratapan 1:7-8 menjelaskannya: "Terkenanglah Yerusalem, pada hari-hari sengsara dan penderitaannya, akan segala harta benda yang dimilikinya dahulu kala;... Yerusalem sangat berdosa, sehingga najis adanya; semua yang dahulu menghormatinya, sekarang menghinanya,..." Bangsa Yehuda mengingat akan harta yang dikumpulkan di masa lalu dengan cara-cara najis dan bagaimana dengan pengaruh harta itu, mereka menjadi dihormati. Hukuman TUHAN menghancurkan segala harta serta kehormatan mereka. Banyak orang di Indonesia, termasuk orang Kristen, yang demi mengumpulkan harta serta membeli pengaruh politik, mau menghalalkan segala cara. Ketaatan kepada Kristus digantikan dengan kemauan untuk kaya dengan segala cara, termasuk cara yang dibenci Tuhan. Seorang pejabat Kristen atau bahkan pemimpin umat bisa saja terjerumus pada hal-hal najis karena ingin kaya. Hai umat Kristen Indonesia, Tuhan kita membenci harta yang dikumpulkan dengan cara najis. Kalau Allah dulu menghukum umat-Nya karena dosa, bukankah Allah yang sama akan menghukum kita juga jika kita mempunyai kelakuan yang sama? Marilah kita bertobat selagi ada waktu! (BHS)
Penghukuman Allah melalui bangsa Babel telah menyebabkan kesengsaraan bagi bangsa Yehuda dalam memenuhi kebutuhan makan sehari-sehari. Ratapan 1:11 menggambarkannya: "Berkeluh kesah seluruh penduduknya, sedang mereka mencari roti; harta benda mereka berikan ganti makanan, untuk menyambung hidupnya. "Lihatlah, ya TUHAN, pandanglah, betapa hina aku ini!" Di dalam situasi sulit pangan itu, bangsa Yehuda akhirnya merendahkan hati di hadapan TUHAN dan mengingat TUHAN. Kesulitan dan persoalan memang sering membawa orang untuk mencari TUHAN dan kembali kepada TUHAN. Kesulitan dan penderitaan bisa saja dipakai Tuhan untuk membawa umat-Nya untuk bertobat dan kembali mempunyai hubungan yang baik dengan Tuhan. Karena tidak ada sesuatupun yang bisa terjadi pada kita, keluarga kita, atau bangsa kita Indonesia, yang di luar ijin Tuhan, maka kita sebagai orang Kristen Indonesia haruslah belajar peka akan maksud Tuhan dalam segala peristiwa. Persoalan dalam kehidupan sangatlah bervariasi. Di dalam segala kesulitan itu, apakah kita bisa melihat tangan Tuhan yang memberi pertolongan? Apakah dalam kesulitan itu kita datang untuk merendahkan diri kepada Tuhan? Marilah kita belajar peka akan kehendak Tuhan! (BHS)
Nabi Yeremia bernubuat terhadap bangsa Yehuda yang telah banyak melakukan pelanggaran hukum TUHAN. Meskipun demikian, setelah Yerusalem dihancurkan, nabi Yeremia bisa meratap bersama bangsanya. Solidaritasnya ditunjukkan melalui tiga stanza puisinya di Ratapan 1:14, "Segala pelanggaranku adalah kuk yang berat, suatu jalinan yang dibuat tangan Tuhan, yang ditaruh di atas tengkukku, sehingga melumpuhkan kekuatanku; Tuhan telah menyerahkan aku ke tangan orang-orang, yang tidak dapat kutentangi." Nabi Yeremia bersolider terhadap penderitaan bangsanya meskipun suara kenabiannya diabaikan. Di dalam kitab Yeremia, digambarkan pergumulan yang berat dari nabi Yeremia dalam menyampaikan pesan Allah bagi umat Yehuda. Walaupun menderita, nabi Yeremia tetap setia dan solider dengan bangsanya. Bagaimanakah suara kenabian bisa tetap disampaikan untuk umat Tuhan, gereja-Nya, serta bangsa Indonesia sekarang ini? Atau... apakah kita sebagai orang Kristen Indonesia larut dalam friksi internal serta kepentingan sendiri sehingga melupakan suara kenabian kita? Marilah kita tetap setia menyuarakan suara kenabian dalam kebenaran dan keadilan dengan tetap bersolider pada segala permasalahan umat percaya serta bangsa Indonesia. Ayo..! (BHS)
Nabi Yeremia meratapi bangsanya yaitu bangsa Yehuda, yang karena ketidak taatannya, dihukum TUHAN melalui pembuangan ke tanah Babilonia. Ini ratapan Nabi Yeremia di Ratapan 1:15-16, Tuhan telah menginjak-injak puteri Yehuda, dara itu, seperti orang mengirik memeras anggur. Karena inilah aku menangis, mataku mencucurkan air; karena jauh dari padaku penghibur yang dapat menyegarkan jiwaku;" Nabi Yeremia memang tidak terlibat dalam segala kejahatan yang dilakukan bangsanya, tetapi dia tetap merasa sebagai bagian dari bangsanya. Penderitaan bangsanya adalah penderitaannya juga. Orang Kristen Indonesia adalah bagian integral dari bangsa Indonesia sejak dari jaman dulu. Sejarah telah mencatat hal ini. Seperti nabi Yeremia, kita dipanggil Tuhan untuk terus menyuarakan dan menghidupi kebenaran dan keadilan dengan terus bersolider terhadap segala kejadian, pergumulan, dan persoalan bangsa Indonesia. Sukacita bangsa Indonesia adalah sukacita kita. Penderitaan bangsa ini, penderitaan kita juga. Oleh sebab itu, orang Kristen Indonesia tidak boleh cuek bahkan memisahkan diri dari segala pergumulan bangsa. Ayo orang percaya, mari giat bangun bangsa! (BHS)
Melihat kesulitan dan penderitaan yang besar karena pembuangan di Babilonia, nabi Yeremia meratapi bangsa Yehuda. Ini ungkapan pengakuan iman serta ratapan nabi Yeremia seperti yang terungkap di Ratapan 1:18, "TUHANlah yang benar, karena aku telah memberontak terhadap firman-Nya; dengarlah hai segala bangsa, dan lihatlah kesedihanku; dara-daraku dan teruna-terunaku pergi sebagai tawanan." Pernyataan "TUHANlah yang benar" adalah suatu pernyataan iman yang harus dipegang oleh umat TUHAN karena keputusan TUHAN tidak pernah salah. Kalau bangsa Yehuda berdosa, maka pastilah dia dihukum TUHAN. Wajar bukan? Pernyataan bahwa Tuhanlah yang benar adalah pernyataan yang harus dipegang oleh setiap orang percaya di Indonesia. Kalaupun pada saat ini kita tidak paham mengapa sesuatu harus terjadi, baik di keluarga, gereja, ataupun masyarakat, ingatlah.. Tuhanlah yang benar. Yang penting bagi umat Tuhan adalah kita semua harus belajar untuk bertindak benar dan bukannya malah menjalani kehidupan yang penuh korupsi, tipu, omong kosong, hoax, dan kejahatan lainnya. Bila Tuhan itu benar sudah seharusnyalah kehidupan umat Tuhan benar juga. Kalau seperti ini, gereja dan bangsa kita pasti maju. (BHS)
Nabi Yeremia mengungkapkan ketakutan, kegelisahan, dan keluh kesahnya di hadapan TUHAN karena dosa-dosa bangsa Yehuda yang sangat besar. Dengarlah ratapan nabi Yeremia di Ratapan 1:20-21, "Ya, TUHAN, lihatlah, betapa besar ketakutanku, betapa gelisah jiwaku; hatiku terbolak-balik di dalam dadaku, karena sudah melampaui batas aku memberontak;... Dengarlah bagaimana keluh kesahku, sedang tiada penghibur bagiku;..." Nabi Yeremia adalah contoh pemimpin publik yang tidak cuma memperhatikan kepentingan diri sendiri saja, tetapi dia mau turut berempati terhadap dosa-dosa bangsanya dan berdoa bagi bangsanya. Seorang pemimpin publik yang benar di Indonesia seharusnya mau ikut berempati terhadap apa yang dialami oleh orang banyak dan kemudian mencoba untuk ikut mengarahkannya ke arah yang benar. Seorang pemimpin yang tidak mampu berempati terhadap pergumulan rakyatnya bukanlah pemimpin yang baik. Orang percaya di Indonesia yang terpanggil dan dipercaya untuk jabatan publik harus belajar untuk berempati terhadap rakyatnya. Segala keputusan dan kebijakannya pasti memperhatikan kepentingan orang banyak dan dilakukan dengan cara-cara yang benar. Inilah pemimpin publik yang membawa suara kenabian bagi bangsa. (BHS)
Apa respon seteru atau musuh-musuh Yehuda setelah mendengar akan penyerbuan bangsa Babel? Ratapan 1:21 menjelaskannya: "...seteru-seteruku mendengar tentang kecelakaanku, mereka gembira karena Engkau yang mendatangkannya!..." Musuh-musuh Yehuda bergembira karena malapetaka yang menimpa bangsa Yehuda. Di dalam kelemahan, Yeremia meminta keadilan TUHAN supaya musuh-musuh Yehuda dihukum juga, seperti yang terungkap di Ratapan 1:22, "Biarlah segala kejahatan mereka datang ke hadapan-Mu, dan perbuatlah kepada mereka, seperti Engkau telah perbuat kepadaku oleh karena segala pelanggaranku;..." Doa nabi Yeremia adalah doa untuk meminta ditegakkannya keadilan Allah, tanpa pandang bulu. Oleh karena pembalasan adalah hak Allah, maka orang percaya juga diajak untuk membawa segala kegelisahan dan kejengkelan hati kepada Tuhan. Di Indonesia, kontestasi politik sering bisa menyebabkan orang saling bermusuhan. Dalam suasana seperti ini, orang biasanya bergembira kalau saingannya dapat dijatuhkan dengan segala cara, termasuk cara-cara jahat. Mari kita ingat bahwa dalam keadilan Tuhan, orang Kristen boleh berdoa meminta keadilan supaya ditegakkan di Indonesia tetapi doa itu tidak boleh didasarkan atas nafsu balas dendam, apalagi diikuti tindakan kekerasan. (BHS)
Nabi Yeremia menggambarkan di Ratapan 2:2 akan murka Allah yang dahsyat terhadap bangsa pilihan-Nya yang tidak mau taat kepada-Nya. Ini dia: "Tanpa belas kasihan Tuhan memusnahkan segala ladang Yakub. Ia menghancurkan dalam amarah-Nya benteng-benteng puteri Yehuda. Ia mencampakkan ke bumi dan mencemarkan kerajaan dan pemimpin-pemimpinnya." Di dalam murka-Nya, Tuhan memusnahkan, menghancurkan, mencampakkan dan mencemarkan bangsa Yehuda. Mengapa? Karena bangsa pilihan Allah tidak mau taat akan perintah-perintah-Nya. Kalau yang Maha Kuasa murka, betapa dahsyat murka Tuhan itu! Kalau dulu bangsa Israel adalah bangsa pilihan Allah, maka melalui Yesus Kristus, Allah memilih gereja-Nya, termasuk gereja-Nya di Indonesia, untuk menjadi saksi-Nya. Seperti dulu Allah murka karena ketidak taatan bangsa Israel, maka Allah murka bila ada ketidak taatan dalam gereja-Nya. Kalau gereja hanya sibuk dengan urusan diri sendiri saja, sibuk bersolek diri, bahkan menjadi ajang perebutan kekuasaan, dan tidak mau taat Tuhan lagi, bisa-bisa murka Tuhan yang dahsyat tertimpa pada kita. Oleh sebab itu, wahai gereja Tuhan di Indonesia, mari kita kembali menaati Tuhan dalam kiprah kita semua, baik di keluarga, gereja, dan bangsa. Mari bertobat dan jangan menunggu Tuhan murka! (BHS)
Apa yang menjadi penyebab sehingga bangsa Yehuda dimurkai TUHAN? Ratapan 2:14 menjelaskannya: "Nabi-nabimu melihat bagimu penglihatan yang dusta dan hampa. Mereka tidak menyatakan kesalahanmu, guna memulihkan engkau kembali. Mereka mengeluarkan bagimu ramalan-ramalan yang dusta dan menyesatkan." Para nabi TUHAN rupanya menyampaikan penglihatan dusta, tidak menyatakan kesalahan umat lagi, dan mengeluarkan ramalan palsu yang menyesatkan. Nabi TUHAN tidak lagi menyuarakan suara kenabian bagi umat, bangsa, dan negara. Kalau kompas moral sudah rusak, bagaimana perilaku bangsa tidak bejat? Nabi pada jaman dulu adalah lidah Tuhan yang menyuarakan kebenaran Firman Tuhan. Apa yang dikatakan Tuhan adalah apa yang harus disampaikan kepada umat untuk diperhatikan dan ditaati. Di Indonesia, ini bisa berarti hamba Tuhan pembawa Firman atau pengkhotbah. Bila para hamba Tuhan, sebagai kompas moral, sudah tidak lagi setia menyampaikan dan menghidupi Firman Tuhan, maka tidaklah mengherankan bila ada oknum umat yang tersesat dan bertindak bejat. Hai para hamba Tuhan penyampai Firman, bertekunlah pada pengajaran Firman yang benar serta hidupilah Firman, niscaya umat Tuhan akan terbangun dalam iman, pikiran, dan tindakan sehingga terang Tuhan lebih nyata bagi bangsa kita. (BHS)
Nabi Yeremia mengingatkan bangsa Yehuda bahwa TUHAN Allah konsekuen pada janji-Nya, baik janji berkat ataupun janji kutuk seperti yang pada jaman Musa pernah disampaikan di Ulangan 28. Ini yang dikatakan nabi Yeremia di Ratapan 2:17, "TUHAN telah menjalankan yang dirancangkan-Nya, Ia melaksanakan yang difirmankan-Nya, yang diperintahkan-Nya dahulu kala; Ia merusak tanpa belas kasihan, Ia menjadikan si seteru senang atas kamu, Ia meninggikan tanduk lawan-lawanmu." Karena Yehuda tidak mau mendengarkan suara TUHAN dan tidak mau taat, maka kutuk TUHANlah yang akhirnya menimpa mereka. Mulai dari sejak manusia diciptakan, Allah sudah menyampaikan kepada Adam dan Hawa untuk menaati perintah-Nya. Bahkan, melalui Musa, Allah telah memberikan janji berkat bila taat dan janji kutuk bila tidak taat. Hal ini tidak akan berubah untuk selama-lamanya. Oleh sebab itu, mari umat Tuhan di Indonesia, lihatlah kesetiaan Tuhan dalam melaksanakan janji-Nya! Jangan contoh bangsa Yehuda! Marilah kita belajar menaati Tuhan dalam segala keputusan dan perilaku kita dalam kita membawa terang bagi bangsa! Kalaupun ada ganjalan dosa, jalan pertobatan melalui darah penebusan Yesus Kristus selalu terbuka untuk kita. Bukankah demikian? (BHS)
Di dalam kesesakan pembuangan di Babilonia, nabi Yeremia mengajak bangsa Yehuda untuk menyerukan ratapan mereka kepada Tuhan seperti yang disampaikan di Ratapan 2:18-20, "Berteriaklah kepada Tuhan dengan nyaring, hai, puteri Sion,... curahkanlah isi hatimu bagaikan air di hadapan Tuhan,... Lihatlah, TUHAN, dan tiliklah, kepada siapakah Engkau telah berbuat ini?..." Walaupun Allah menghukum umat-Nya, Allah tetap mau mendengarkan keluh kesah mereka. Pada waktu-Nya, Allah akan memberi kelepasan juga. Yang penting, umat percaya mau untuk datang kepada Tuhan dalam pertobatan. Bila orang percaya berada dalam kesesakan dan kesulitan, apapun penyebabnya, datang kepada Tuhan melalui doa adalah tindakan yang sudah seharusnya dilakukan. Dengan kesadaran bahwa Tuhan kita memegang otoritas penuh atas segala sesuatu, maka wajarlah bila orang percaya datang kepada Tuhan di dalam kerendahan hati dan pertobatan. Marilah orang percaya di Indonesia, kalaupun ada pikiran atau tindakan jahat yang telah dilakukan, marilah kita datang kepada Tuhan dalam pertobatan. Pada waktu-Nya, Tuhan akan beri kelepasan dan jalan keluar. Ada saat-Nya untuk kita bersorak! (BHS)
Dalam pelayanannya, nabi Yeremia banyak sekali mengalami penderitaan. Mari lihat Ratapan 3:3-5, "Sesungguhnya, aku dipukul-Nya berulang-ulang dengan tangan-Nya sepanjang hari. Ia menyusutkan dagingku dan kulitku, tulang-tulangku dipatahkan-Nya. Ia mendirikan tembok sekelilingku, mengelilingi aku dengan kesedihan dan kesusahan." Yang diungkapkan nabi Yeremia ini adalah sebuah gambaran akan pergumulan dan penderitaan yang dialaminya dalam menyampaikan pesan Tuhan. Walaupun harus menghadapi olokan dan penganiayaan dari bangsa Yehuda, sang nabi tetap setia pada tugas dan panggilannya. Dalam kita menjalankan tugas dan panggilan Tuhan, tidaklah selalu semuanya berjalan mulus. Tentangan, cemooh, prasangka buruk, bahkan penganiayaan verbal maupun fisik bisa saja terjadi, termasuk di Indonesia sekarang ini. Seperti yang diteladankan nabi Yeremia, orang percaya di Indonesia dipanggil Tuhan untuk tekun, berani, dan setia menghadapi segala tantangan dalam menyampaikan kebenaran dan keadilan. Itulah suara kenabian yang diperlukan di Indonesia. Di tengah suara kebohongan, kejahatan, hate speech, dan kemunafikan, suara kebenaran dan keadilan perlu terus dikumandangkan dan dihidupi! Kalau tidak, bagaimana kita bisa menjadi terang bagi bangsa? (BHS)
Dalam menyampaikan suara TUHAN kepada bangsa Yehuda, nabi Yeremia mengalami banyak sekali penderitaan. Apa yang menyebabkan dia tetap bisa bertahan dalam pelayanan yang begitu berat? Ratapan 3:21-23 menyampaikan rahasianya: "Tetapi hal-hal inilah yang kuperhatikan, oleh sebab itu aku akan berharap: Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!" Nabi Yeremia berharap pada kasih setia dan rahmat TUHAN yang berkelimpahan itu setiap hari. Inilah yang memperbaharui dia setiap pagi. Tanpa kasih setia dan rahmat dari TUHAN, tak mungkinlah orang percaya dapat bertahan. Melihat kondisi bangsa Indonesia masa kini, ada orang-orang yang merasa pesimis dan skeptis dengan masa depan Indonesia karena korupsi, radikalisme agama, pertikaian antar suku, politik kotor, dan kejahatan lain masih banyak terjadi. Bagaimana orang Kristen Indonesia bisa tetap menjadi terang di tengah kegelapan seperti itu? Seperti nabi Yeremia, orang percaya dipanggil Tuhan untuk terus berharap pada kasih setia dan rahmat dari Tuhan setiap hari. Mari berharap selalu pada Tuhan dalam setiap kiprah hidup kita! Bersama-Nya kita pasti mampu menghadapi semua tantangan kehidupan. Bersama Dia, kita bisa! (BHS)
Mengapa nabi Yeremia tetap berharap kepada TUHAN walaupun bangsa Yehuda menolak bahkan menganiaya dia? Ini keyakinannya di Ratapan 3:24-26, "TUHAN adalah bagianku," kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-Nya. TUHAN adalah baik bagi orang yang berharap kepada-Nya, bagi jiwa yang mencari Dia. Adalah baik menanti dengan diam pertolongan TUHAN." Nabi Yeremia yakin bahwa TUHAN itu baik bagi mereka yang berharap pada-Nya. Dalam penyertaan TUHAN, orang percaya kuat. Dengan demikian, di dalam TUHAN, orang percaya dapat dengan tenang menanti pertolongan-Nya. Betapa kuatnya jaminan ini bagi orang percaya! Berkiprah menjadi terang di tengah situasi masyarakat Indonesia yang penuh gejolak dan masalah merupakan tantangan yang tidak mudah. Membawa kebenaran dan keadilan dalam lingkungan yang haus kekayaan, kejar kedudukan, dan mendewakan kenikmatan, pasti akan menimbulkan banyak penderitaan. Meskipun demikian, orang percaya di Indonesia tidak boleh menyerah untuk tetap berkiprah demi kebenaran dan keadilan. Tuhan itu baik. Pasti Tuhan akan beri pertolongan dan kekuatan bagi kita. Jangan menyerah! Kekuatan-Nya akan menjadi kekuatan kita. (BHS)
Hal apa yang menyebabkan nabi Yeremia bisa tegar dalam pelayanannya sebagai nabi TUHAN? Dengarlah kesaksiannya di Ratapan 3:27-28, "Adalah baik bagi seorang pria memikul kuk pada masa mudanya. Biarlah ia duduk sendirian dan berdiam diri kalau TUHAN membebankannya." Kuk biasa diletakkan di leher sapi. Disiplin rohani untuk taat pada Taurat TUHAN pada masa muda Yeremia adalah seperti kuk yang sangat penting bagi modal pelayanan masa depan. Kuk yang mungkin menyakitkan pada mulanya, justru menjadi modal yang sangat penting untuk pelayanan orang percaya. Tanpa disiplin rohani, tidak ada pertumbuhan yang sehat. Kalau Indonesia seperti perahu dayung raksasa, maka, bersama segenap warganegara Indonesia, setiap orang Kristen Indonesia harus ikut mendayung perahu Indonesia menuju cita-cita bangsa. Untuk itu, kita harus mau belajar mendayung dengan disiplin dan benar. Disiplin rohani pada masa muda untuk belajar taat Tuhan sesuai prinsip Firman-Nya perlu ditanamkan dan menjadi bagian integral dari karakter seorang pemimpin bangsa. Marilah gereja Tuhan di Indonesia, kita upayakan kaderisasi pemimpin publik yang berintegritas yang akan membawa dampak konstruktif bagi gereja dan masyarakat di Indonesia! Dengan pertolongan Tuhan, kita pasti bisa melaksanakannya. (BHS)
Nabi Yeremia mengalami banyak kesusahan. Bagaimana keyakinan iman Yeremia terhadap TUHAN di Ratapan 3:32-33? Ini dia: "Karena walau Ia mendatangkan susah, Ia juga menyayangi menurut kebesaran kasih setia-Nya. Karena tidak dengan rela hati Ia menindas dan merisaukan anak-anak manusia." Yeremia sadar bahwa, dalam kebesaran kasih setia-Nya dan sayang-Nya, TUHAN mengijinkannya untuk mengalami kesusahan. Kesusahan yang dihadapi Yeremia adalah gemblengan TUHAN untuk menempa karakternya demi menjadikannya alat TUHAN yang efektif. Dalam setiap kesusahan, ada maksud TUHAN yang baik. Selama orang percaya hidup di dunia ini, kesusahan akan selalu ada sebagai bagian dari hakekat dunia yang telah jatuh dalam dosa. Meskipun demikian, di dalam penebusan Yesus Kristus, kesusahan bisa menjadi sarana Tuhan untuk membentuk kita. Seperti pandai besi yang menempa sekeping logam dengan martil untuk membentuknya menjadi sebilah pedang, demikian juga Allah membentuk kita melalui segala kesusahan hidup untuk membentuk kita sesuai dengan yang diinginkan-Nya. Oleh sebab itu, hai umat percaya di Indonesia, mari kita melihat maksud Tuhan yang baik dalam segala kesusahan yang kita hadapi! Berpeganglah teguh pada-Nya karena maksud-Nya pasti baik bagi kita! (BHS)
Nabi Yeremia melihat perlakuan orang Yehuda yang tidak benar terhadap sesamanya. Perlakuan seperti apa? Ini yang disampaikan di Ratapan 3:34-36, "Kalau dipijak-pijak dengan kaki tawanan-tawanan di dunia, kalau hak orang dibelokkan di hadapan Yang Mahatinggi, atau orang diperlakukan tidak adil dalam perkaranya, masakan Tuhan tidak melihatnya?" TUHAN tidak suka bila orang menindas dan bertindak jahat terhadap sesamanya, siapapun dia, termasuk umat pilihan-Nya. Karena kejahatan kemanusiaan yang dilakukan bangsa Yehuda ini, maka TUHAN menghukum dengan pembuangan ke Babilonia. Ingat! Tidak ada tindakan yang bisa tersembunyi dari pengawasan TUHAN. Kejahatan kemanusiaan atau pelanggaran Hak Asasi Manusia terhadap siapapun adalah hal yang jahat di mata Tuhan. Hal ini sering dipicu karena perbedaan suku, agama, ras, ideologi, selera, serta perbedaan lainnya, baik di berbagai penjuru dunia ataupun di berbagai pelosok tanah air Indonesia. Kita, sebagai orang Kristen Indonesia, harus memelopori untuk memerangi kejahatan kemanusiaan dengan memperlakukan sesama warga negara Indonesia serta orang dari bangsa-bangsa lain dengan baik, tanpa membeda-bedakan. Dengan bertindak baik kepada siapapun ini, kita tidak hanya memenuhi amanat Pembukaan UUD 1945, tetapi terlebih lagi, kita menaati perintah Tuhan. (BHS)
Bagi nabi Yeremia, siapakah Tuhan Allah itu? Ini pengakuannya di Ratapan 3:37-38, "Siapa berfirman, maka semuanya jadi? Bukankah Tuhan yang memerintahkannya? Bukankah dari mulut Yang Mahatinggi keluar apa yang buruk dan apa yang baik?" Nabi Yeremia mengakui bahwa hanya melalui firman-Nya, Tuhan Allah menjadikan segala sesuatu. Hanya melalui firman-Nya juga, Tuhan Allah menentukan standar baik-buruk, serta benar-salah. Hanya Allah yang Maha Tinggi, sang Pencipta langit dan bumilah, yang bisa menetapkan standar moral spiritual, dan bukan manusia ataupun ilah-ilah dunia. Dalam masyarakat Indonesia yang majemuk di masa kini, ada saja orang yang meyakini bahwa masalah baik atau buruk serta benar atau salah adalah bersifat relatif. Artinya tidak ada kebenaran mutlak yang berakibat pada standar moral yang mutlak. Semuanya serba relatif saja. Dengan demikian, tidak seorangpun dapat menerapkan sebuah standar moral bagi orang lain. Keyakinan ini bisa saja diyakini oleh orang Kristen di Indonesia, baik secara sadar maupun tidak sadar. Mari umat percaya di Indonesia, kita kembali teguhkan keyakinan kita bahwa hanya Tuhanlah sumber kebenaran. Hanya Tuhanlah yang dapat menentukan apa yang benar dan baik dan bukan yang lainnya! (BHS)
Karena hidup di pembuangan di Babel, bangsa Yehuda mengeluh karena menderita. Apa teguran nabi Yeremia terhadap mereka di Ratapan 3:39-40? Ini dia: "Mengapa orang hidup mengeluh? Biarlah setiap orang mengeluh tentang dosanya! Marilah kita menyelidiki dan memeriksa hidup kita, dan berpaling kepada TUHAN." Dari pada mengeluh karena hidup menderita, nabi Yeremia menegur umat Yehuda untuk mengeluh tentang dosa-dosa mereka karena mereka tidak taat kepada TUHAN. Umat TUHAN diajak untuk mawas diri dan merenung tentang mengapa mereka dimurkai dan dihukum TUHAN. Datang kepada TUHAN kembali dalam pengakuan dosa dan pertobatan adalah tindakan yang seharusnya dilakukan. Mengeluh adalah respon yang wajar bila orang percaya mengalami penderitaan. Tetapi, pernahkah orang mengeluh karena dosa-dosa yang telah dilakukannya? Bukankah seseorang menyesali dosa-dosanya setelah ia mengalami akibat tindakan dosa itu, apakah ia di penjara karena korupsi, sakit karena perilaku seks bebas, atau juga kehilangan pekerjaan karena terbukti mencuri? Apapun dosanya, hai orang Kristen Indonesia, marilah kita belajar selalu mawas diri di hadapan Tuhan! Mengaku dosa dalam pertobatan adalah jalan untuk kembali kepada perkenanan Allah. Dengan kita hidup selalu dalam pertobatan, niscaya terang kesaksian kita akan makin terasa bagi keluarga, gereja, masyarakat dan bangsa. (BHS)
Apa gambaran nabi Yeremia tentang murka TUHAN kepada bangsa Yehuda di Ratapan 3:43-45? Ini gambarannya: "Engkau menyelubungi diri-Mu dengan murka, mengejar kami dan membunuh kami tanpa belas kasihan. Engkau menyelubungi diri-Mu dengan awan, sehingga doa tak dapat menembus. Kami Kaujadikan kotor dan keji di antara bangsa-bangsa." Dalam murka-Nya, TUHAN ijinkan bangsa Babel untuk menghancurkan Yehuda tanpa belas kasihan. Walaupun mereka berdoa, TUHAN tidak mau mendengar. Akibat kejahatan Yehuda, mereka menjadi bahan cemoohan bangsa-bangsa lain. Tanpa pertobatan, upah dosa memang maut. Hakekat dosa manusia telah berbuahkan pikiran dan tindakan dosa. Perbuatan dosa ini terjadi di mana-mana. Lihat saja! Ada pembunuhan, pencurian, korupsi, penipuan, mutilasi, perselingkuhan, penyalahgunaan jabatan, dan banyak kejahatan lainnya. Semua kejahatan ini mendatangkan murka Tuhan. Untuk itu, gereja Tuhan di Indonesia dipanggil Tuhan untuk membawa terang dalam berbagai kegelapan ini. Sayangnya, sering kali gereja tergoda juga dengan berbagai ambisi politik, keuntungan finansial, konflik internal, dan hal-hal lain yang meredupkan terang Tuhan. Marilah kita bertobat dan fokus kembali pada panggilan-Nya untuk menjadi terang bagi bangsa ini! Maukah kita? (BHS)
Nabi Yeremia sangat sedih melihat keruntuhan Yerusalem akibat ketidaktaatan bangsa Yehuda kepada TUHAN yang diungkapkan di Ratapan 3:48-50, "Air mataku mengalir bagaikan batang air, karena keruntuhan puteri bangsaku. Air mataku terus-menerus bercucuran, dengan tak henti-hentinya, sampai TUHAN memandang dari atas dan melihat dari sorga." Walaupun bangsa Yehuda tidak mau mendengarkan pesan TUHAN yang disampaikan oleh nabi Yeremia, ia tetap setia menyampailan pesan TUHAN. Bahkan, walaupun ia mengalami banyak penderitaan, ia tetap mencintai bangsanya, dan bersedih untuk kehancuran bangsanya. Seperti di jaman dulu, menyampaikan suara kebenaran dan keadilan di jaman sekarangpun perlu kesetiaan dan ketekunan. Ini adalah jalan sepi karena lebih banyak orang ingin ikut arus saja. Memberitakan kebenaran di Indonesia di tengah segala kebobrokan moral, memang tidak mudah. Meskipun demikian, gereja Tuhan tetap dipanggil untuk menyerukan dan menghidupi kebenaran di dalam Kristus. Sayangnya, ada saja yang mengaku terang, tetapi malah menjadi pembunuh terang dengan segala tindakan jahat yang dilakukannya di masyarakat, bahkan di lingkungan gereja. Mari kita belajar setia dalam membawa terang bagi bangsa ini! (BHS)
Apa yang menyebabkan nabi Yeremia bisa bertahan dalam pelayanan walaupun ia menderita? Ratapan 3:53-55 memberikan kesaksiannya: "Mereka melemparkan aku hidup-hidup dalam lobang, melontari aku dengan batu. Air membanjir di atas kepalaku, kusangka: "Binasa aku!" "Ya TUHAN, aku memanggil nama-Mu dari dasar lobang yang dalam." Di Yeremia 37, nabi Yeremia dipenjarakan lama di ruang cadangan air di bawah tanah. Di Yeremia 38, dia dimasukkan ke dalam sumur. Dia pasti sangat menderita. Meskipun demikian, di dalam segala penderitaannya itu, dia tetap berseru dan berharap pada TUHAN. Membawa suara kenabian di tengah masyarakat yang tuli atau berlagak tuli akan suara kebenaran dan keadilan memang sebuah penderitaan. Pelayan Tuhan dan umat Tuhan di Indonesia dipanggil untuk terus berjuang seperti yang telah diteladankan oleh nabi Yeremia. Di tengah tentangan dan derita, orang percaya diajak untuk tetap mengarahkan hati kepada Tuhan, menjadikan Tuhan sumber kekuatan, sambil terus tetap setia menyuarakan kebenaran di dalam kasih. Tetaplah tegar walaupun sukar! (BHS)
Mengapa nabi Yeremia bisa bertahan untuk tetap setia kepada TUHAN di tengah penderitaannya? Ratapan 3:56-57 menunjukkan rahasianya: “Engkau mendengar suaraku! Janganlah Kaututupi telinga-Mu terhadap kesahku dan teriak tolongku! Engkau dekat tatkala aku memanggil-Mu, Engkau berfirman: Jangan takut!" Dalam penderitaannya, nabi Yeremia berseru kepada TUHAN dan TUHAN mendengar keluhannya dan memberinya kekuatan. TUHAN selalu dekat kepada hamba-Nya yang mencari Dia dalam segala situasi dan kondisi. Di dalam penderitaan, TUHAN selalu menyertai hamba-Nya. Dalam penyertaan-Nya, orang percaya pasti mampu menghadapi segala tantangan kehidupan. Seperti Firman Tuhan ke nabi Yeremia untuk dia jangan takut dalam menghadapi penderitaannya, maka kumandang Firman ini juga untuk orang percaya di masa kini. Dalam orang percaya di Indonesia belajar bertindak benar di tengah standar moral yang tidak menentu, ada saja tentangan, fitnah, hoax, cemooh, ancaman, bahkan tindakan kekerasan yang dialami. Di dalam penyertaan Tuhan, kita pasti diberi kekuatan untuk menghadapi semua itu. Yang penting kita tidak menyerah. Oleh sebab itu, mari kita perteguh iman kita melalui pertumbuhan iman yang sehat! Mari gereja Tuhan di Indonesia! Jadikan gereja sebagai pusat pelatihan bagi orang percaya untuk memperteguh iman! Melaluinya, Tuhan dipermuliakan. (BHS)
Bagaimana sikap nabi Yeremia dalam menghadapi ketidak adilan dalam hidupnya? Ini doanya di Ratapan 3:58-59, “Ya Tuhan, Engkau telah memperjuangkan perkaraku, Engkau telah menyelamatkan hidupku. Engkau telah melihat ketidakadilan terhadap aku, ya TUHAN; berikanlah keadilan!” Nabi Yeremia diutus TUHAN untuk menyampaikan pesan-Nya kepada bangsa Yehuda. Bukannya berterimakasih, mereka malah melakukan ketidak adilan dengan memenjarakan nabi Yeremia. Di dalam ketidak berdayaannya, nabi Yeremia berseru kepada TUHAN untuk memperjuangkan perkaranya dengan keyakinan bahwa hanya TUHANlah yang mampu menyelamatkannya serta memberi keadilan kepadanya. Tidak hanya di masa Yeremia, di masa kini di Indonesiapun, masalah ketidak adilan hukum dan ketidak adilan sosial adalah masalah yang sering terjadi. Yang kaya menindas yang miskin. Uang rakyat dari pajak dikorupsi. Hukum diputar balikkan karena suap. Penguasa dan pengusaha ber-kongkalilong untuk meraih keuntungan tidak halal. Orang dipenjarakan karena membela kebenaran. Bagaimana seharusnya sikap orang percaya di Indonesia? Seperti nabi Yeremia, orang percaya harus percaya bahwa Tuhanlah sang sumber keadilan dan sang pemberi keadilan. Oleh sebab itu, kita juga dipanggil Tuhan untuk ikut serta memperjuangkan keadilan serta bersikap adil. Bila kita menutup mata terhadap ketidak adilan, bukankah ini melecehkan kehendak Tuhan? Bagaimana? (BHS)
Apa yang menjadi keyakinan iman nabi Yeremia sehingga dia bisa tetap kuat dan tegar walaupun dia harus menderita? Ini keyakinannya yang disampaikan di Ratapan 3:60-62, “Engkau telah melihat segala dendam mereka, segala rancangan mereka terhadap aku." "Engkau telah mendengar cercaan mereka, ya TUHAN, segala rancangan mereka terhadap aku, percakapan orang-orang yang melawan aku, dan rencana mereka terhadap aku sepanjang hari.” Allah yang Maha Tahu mengetahui segala rancangan, cercaan, dan ulah mereka yang tidak senang kepada nabi Yeremia. Tidak ada yang luput dari perhatian TUHAN. Kalau TUHAN memperkenankan ini terjadi, maka TUHAN akan beri kekuatan dan penyertaan bagi hamba-Nya untuk tetap setia menjalankan kehendak-Nya. Orang percaya di Indonesia harus sadar bahwa tidak ada satupun peristiwa, baik ataupun buruk, yang bisa terjadi di luar pengetahuan dan ijin Tuhan. Keberhasilan, kesuksesan, prestasi kerja, ataupun hal-hal yang menggembirakan lainnya bukanlah semata-mata hasil usaha manusia. Tanpa berkat-Nya, tak ada sesuatupun bisa terjadi. Demikian juga bencana, politik kotor, rancangan keji, manuver jahat, rekaan kecelakaan, tanpa ijinnya, gagallah semuanya. Kalaupun kita gagal dalam usaha, tidak mencapai target, terkena penyakit, dalam situasi terjepit, bahkan mati sekalipun, Tuhan tahu. Oleh sebab itu, wahai orang percaya, berpeganglah terus pada Tuhan, karena disitulah kekuatan kita!(BHS)
Bagaimana sikap nabi Yeremia terhadap orang-orang yang berlaku buruk terhadapnya? Mari lihat Ratapan 3: 64-66, "Engkau akan mengadakan pembalasan terhadap mereka, ya TUHAN, menurut perbuatan tangan mereka. Engkau akan mengeraskan hati mereka; kiranya kutuk-Mu menimpa mereka! Engkau akan mengejar mereka dengan murka dan memunahkan mereka dari bawah langit, ya TUHAN!" Nabi Yeremia menyerahkan pembalasan terhadap perbuatan jahat hanya kepada TUHAN saja karena pembalasan adalah hak TUHAN dan bukanlah hak orang percaya. Keinginan untuk membalas dendam adalah respon manusiawi yang sering terjadi terhadap perbuatan jahat. Bila disakiti, balik menyakiti. Bila dicerca, balik mengcerca. Bila dikutuk, balik mengutuk. Balas dendam akhirnya menjadi siklus yang tidak pernah selesai. Apakah ini sikap kristiani bagi orang percaya di Indonesia? Nabi Yeremia telah meneladankan untuk kita membawanya kepada Tuhan dan percaya bahwa pembalasan adalah hak Tuhan. Janganlah kita mencoba membela Tuhan karena Tuhan yang Maha Kuasa tidak perlu dibela! Marilah kita belajar mengandalkan dan percaya Tuhan dalam keterjepitan, kemarahan, ketidak berdayaan, dan kejengkelan kita! Percayalah, Tuhan akan bertindak pada waktu-Nya! (BHS)
Bagaimana kejatuhan kota Yerusalem oleh bangsa Babel digambarkan oleh nabi Yeremia? Ini gambaran di Ratapan 4:1-2, “Ah, sungguh pudar emas itu, emas murni itu berubah; batu-batu suci itu terbuang di pojok tiap jalan. Anak-anak Sion yang berharga, yang setimbang dengan emas tua, sungguh mereka dianggap belanga-belanga tanah buatan tangan tukang periuk.” Kehancuran Bait Allah dan kota Yerusalem digambarkan sebagai emas yang menjadi pudar dan tidak menawan hati lagi. Dibuangnya bangsa Yehuda, yang semula seperti emas tua yang sangat berharga, menjadikannya hanya seperti belanga tanah yang mudah pecah dan tidak berharga lagi. Karena ketidak taatan Yehuda, bangsa pilihan TUHAN ini dimurkai sehingga menjadi bangsa buangan. Ketaatan kepada Tuhan adalah hal yang sangat penting bagi orang percaya. Tuhan Allah adalah Allah yang menciptakan segala sesuatu. Oleh sebab itu, segala sesuatu adalah milik-Nya. Hanya Dialah yang memahami apa yang terbaik bagi ciptaan-Nya. Hai orang percaya di Indonesia, sadarilah mengapa kita perlu taat karena ketaatan kepada Tuhan Allah itu adalah demi keuntungan manusia. Tuhan sebenarnya tidak perlu kita, tetapi kita perlu Tuhan senantiasa. Jadi, jangan contoh ketidak taatan bangsa Yehuda! Kalau sudah ada contoh jelek, mari kita hindarkan itu karena itu akan membuat hidup kita tidak bermutu. Mau hidup bermutu? Taatilah Tuhan dan terang Tuhan akan makin bersinar cemerlang di manapun kita berada! (BHS)
Bagaimana perubahan kehidupan bangsa Yehuda setelah mereka dihukum TUHAN dengan dibuang ke Babel akibat dosa mereka yang begitu besar? Ini penjelasannya di Ratapan 4:5-6, “Yang biasa makan yang sedap-sedap mati bulur di jalan-jalan; yang biasa duduk di atas bantal kirmizi terbaring di timbunan sampah. Kedurjanaan puteri bangsaku melebihi dosa Sodom, yang sekejap mata dibongkar-bangkir tanpa ada tangan yang memukulnya.” Setelah dibuang ke Babel, kehidupan bangsa Yehuda berubah drastis dari kehidupan yang berlimpah ruah menjadi kehidupan yang serba berkekurangan. Di mata TUHAN, bangsa pilihan Allah ini telah berdosa besar dan TUHAN tidak segan-segan menghukum. Kalau Allah telah memilih gereja-Nya untuk menjadi saksi-Nya di masa sekarang ini, bukankah dalam keadilan-Nya, Allah bisa menghukum umat-Nya juga kalau kita tidak taat? Memang di dalam Yesus Kristus ada anugerah pengampunan, tetapi apakah ini berarti umat Allah boleh berbuat semau gue? Mari umat Tuhan, kita mawas diri! Kalau kita saksi-Nya, bukankah seharusnya kita membawa prinsip kerajaan Allah bagi dunia? Kalau umat Tuhan ikut-ikutan kejar kekayaan, berebut kedudukan, halalkan segala cara untuk capai tujuan, suka gelapkan pajak, bahkan korupsi, bukankah ini gejala bahwa kita sudah digarami dunia? Seperti Tuhan menghukum umat-Nya di masa lalu, Tuhan juga bisa menghukum umat-Nya di masa kini, bila kita tidak sadar dan bertobat. Marilah mawas diri dan bertobat! Inilah kehendak-Nya bagi kita umat-Nya. (BHS)
Apa yang menjadi salah satu dosa besar Yehuda sehingga dihukum TUHAN? Ini ungkapan Nabi Yeremia di Ratapan 4:11, 13, “TUHAN melepaskan segenap amarah-Nya, mencurahkan murka-Nya yang menyala-nyala, dan menyalakan api di Sion, yang memakan dasar-dasarnya.... Hal itu terjadi oleh sebab dosa nabi-nabinya dan kedurjanaan imam-imamnya yang di tengah-tengahnya mencurahkan darah orang yang tidak bersalah.” Nabi dan imam adalah pimpinan umat yang seharusnya menyuarakan kehendak Allah serta melayani peribadatan dalam kekudusan dan kebenaran. Dengan demikian, umat Allah akan bertumbuh dalam Firman dan ketaatan kepada Allah. Kalau pimpinan umat menyeleweng, umatpun menyeleweng. Seperti masa lalu, pimpinan umat Tuhan di Indonesia masa kini dipanggil untuk berani dan setia menyuarakan kehendak Tuhan dan menghidupi kebenaran. Kalau pimpinan umat itu seperti mercu suar, maka bila mercu suar rusak, bukankah malapetaka pasti terjadi? Wahai pemimpin umat Tuhan di Indonesia, baik yang di jemaat lokal, di regional, serta nasional, mari suarakan kebenaran dan keadilan yang berdasarkan Firman Tuhan. Mari perangi suara kebohongan, ketidakadilan, kejahatan, dan kesewenang-wenangan dengan ajaran dan keteladanan yang benar. Kalau pemimpin umat Tuhan, bisa berbicara benar dan hidup benar, pastilah umat Tuhan akan bertumbuh benar juga. Upayakan bersama yuuk..! (BHS)
Para nabi dan imam telah ditolak TUHAN dan umat-Nya. Ini ungkapan nabi Yeremia di Ratapan 4:14-16 tentang mereka: “Mereka terhuyung-huyung seperti orang buta di jalan-jalan, cemar oleh darah, sehingga orang tak dapat menyentuh pakaian mereka. "Singkir! Najis!", kata orang kepada mereka, "Singkir! Singkir! Jangan sentuh!";... TUHAN sendiri mencerai-beraikan mereka, tak mau lagi Ia memandang mereka...” Para nabi dan imam adalah pemimpin umat TUHAN yang seharusnya menjaga supaya bangsa Yehuda tetap takut akan TUHAN. Kalau para pemimpin umat justru bertindak jahat dan melawan TUHAN, sudah sepantasnyalah mereka dianggap najis di mata TUHAN dan umat-Nya. Sangatlah ironis bila pemimpin umat Tuhan yang seharusnya menjadi benteng dan perawat umat, justru menjadi pelopor dalam kejahatan di mata Tuhan. Bila pemimpin umat sudah tidak menyuarakan lagi kebenaran Tuhan, sudah lebih senang hidup ikut prinsip dunia dari pada prinsip Alkitab, sudah lebih suka mengejar kemuliaan diri dari pada kemuliaan-Nya, sudah lebih suka memperkaya diri dari pada membangun umat, sudah lebih suka kekuasaan dari pada pelayanan umat, berhati-hatilah karena bisa-bisa Tuhan dan umat-Nya akan menolak, bahkan menganggapnya najis seperti yang terjadi pada jaman Yeremia dulu. Janganlah sampai hal ini terjadi pada pemimpin umat Tuhan di Indonesia! Bukankah demikian? (BHS)
Bagaimana sikap bangsa Yehuda sewaktu kota Yerusalem dikepung oleh bangsa Babel? Ini gambaran nabi Yeremia di Ratapan 4:17-18, “Selalu mata kami merindukan pertolongan, tetapi sia-sia; dari menara penjagaan kami menanti-nantikan suatu bangsa yang tak dapat menolong. Mereka mengintai langkah-langkah kami, sehingga kami tak dapat berjalan di lapangan-lapangan kami; akhir hidup kami mendekat, hari-hari kami sudah genap, ya, akhir hidup kami sudah tiba.” Pengepungan kota Yerusalem oleh bangsa Babel telah menimbulkan ketakutan yang besar pada bangsa Yehuda sehingga mereka berharap kepada pertolongan Mesir yang ternyata sia-sia saja. Bila TUHAN menghukum, maka tidak ada usaha manusia sehebat apapun yang dapat menghindarkannya. Di dalam keMaha-Kuasaan-Nya, Tuhan bisa saja menegur dan menghukum umat-Nya, tidak hanya di jaman dulu di Israel tetapi juga di jaman sekarang di Indonesia. Dalam menghadapi hukuman Tuhan, apakah kita malah mengharapkan pertolongan manusia? Sehebat apapun manusia, pastilah mereka tidak berdaya melawan Tuhan. Hukuman Tuhan itu justru cara Tuhan untuk membawa kita dalam pertobatan, entah karena kita sekarang gila jabatan, bernafsu jahat, ingin cepat kaya, dengki, mabuk harta, ataupun hal jahat lainnya. Oleh sebab itu, hai umat Tuhan di Indonesia, mari kita belajar peka akan suara-Nya! Kalaupun Tuhan menghukum, mari kita lihat maksud-Nya yang senantiasa baik itu. Berharaplah pada Tuhan, dan bukan pada pertolongan manusia! (BHS)
Kepada siapakah bangsa Yehuda berharap untuk bisa melepaskan diri dari kejaran bangsa Babel? Mari lihat Ratapan 4:19-20! “Pengejar-pengejar kami lebih cepat dari pada burung rajawali di angkasa mereka memburu kami di atas gunung-gunung, menghadang kami di padang gurun. Orang yang diurapi TUHAN, nafas hidup kami, tertangkap dalam pelubang mereka, dia yang kami sangka: "Dalam naungannya kami akan hidup di antara bangsa-bangsa." Bangsa Yehuda berharap supaya raja Zedekia, raja terakhir kerajaan Yehuda, sebagai orang yang diurapi TUHAN, dapat menolong mereka, tetapi itu sia-sia. Berharap pada raja, memang ada batasnya, tetapi berharap pada TUHAN tak akan sia-sia. Dalam kehidupan berbangsa, memang wajar kalau orang Kristen Indonesia menaruh harapan kepada pemerintah karena pemerintah adalah instrumen Allah yang diberi mandat untuk menghukum yang jahat dan mengusahakan yang baik demi kepentingan bersama. Meskipun demikian, harapan kepada institusi manusia ini ada batasnya karena wajarlah kalau ada kekurangan dalam berjalannya suatu pemerintahan. Untuk itulah, umat Kristen diajak untuk ikut mendoakan pemerintah Indonesia supaya Tuhan yang tidak terbatas itu dapat menolong segala keterbatasannyq. Di dalam hikmat dan kekuatan Tuhan, yang tidak terbatas inilah, bangsa Indonesia bersama-sama menghadapi segala tantangan. (BHS)
Nabi Yeremia secara sarkastik menegur bangsa Edom, keturunan Esau, karena mereka bergembira melihat penderitaan bangsa Yehuda. Ini tegurannya di Ratapan 4:21-22, “Bergembira dan bersukacitalah, hai puteri Edom, engkau yang mendiami tanah Us, juga kepadamu piala akan sampai, engkau akan jadi mabuk lalu menelanjangi dirimu! Telah hapus kesalahanmu, puteri Sion, tak akan lagi TUHAN membawa engkau ke dalam pembuangan, tetapi kesalahanmu, puteri Edom, akan dibalas-Nya, dan dosa-dosamu akan disingkapkan-Nya.” Seperti halnya TUHAN menghukum bangsa pilihan-Nya karena dosa-dosa mereka, TUHAN akan menghukum bangsa Edom juga karena dosa-dosa mereka. Inilah wujud dari keadilan Allah. Adanya berbagai suku, bahasa, ras dan bangsa adalah anugerah Tuhan. Di dalam kemajemukan inilah Tuhan mencurahkan anugerah bagi semua orang, berupa anugerah kehidupan dan alam semesta, serta hukum alam untuk mengaturnya. Walaupun manusia telah berdosa, Tuhan tetap memberikan hukum kemanusiaan untuk hidup bersama, yaitu melalui perlindungan HAM, sehingga manusia tidak bisa berbuat semaunya terhadap orang lain. Pelanggaran terhadap hukum kemanusiaan dalam pelanggaran HAM, juga merupakan hal yang dimurkai Tuhan, siapapun yang melakukannya. Oleh sebab itu, sebagai sesama warga negara Indonesia, mari kita perjuangkan hukum kemanusiaan bagi semua dalam rangka kiprah kita untuk mengasihi sesama. (BHS)
Melihat kesengsaraan bangsa Yehuda di pembuangan Babel, nabi Yeremia berdoa bagi bangsanya. Ini doanya di Ratapan 5:1-3, “Ingatlah, ya TUHAN, apa yang terjadi atas kami, pandanglah dan lihatlah akan kehinaan kami. Milik pusaka kami beralih kepada orang lain, rumah-rumah kami kepada orang asing. Kami menjadi anak yatim, tak punya bapa, dan ibu kami seperti janda.” Walaupun nabi Yeremia ditolak, bahkan dulu dianiaya pada waktu ia menyampaikan nubuat TUHAN, ia tetap mau berdoa memohon belas kasihan TUHAN atas bangsanya itu dengan kesungguhan hati dan bukannya malahan mengejek. Tuhan sudah menempatkan kita di bumi Indonesia ini dengan maksud supaya kita membawa berkat Tuhan bagi bangsa Indonesia. Tetapi tentu ada saja orang Kristen yang mengalami sindrom minoritas sehingga dia takut untuk ikut berkiprah dalam membangun bangsa. Lihatlah contoh nabi Yeremia! Walaupun dia seorang diri memberitakan kebenaran Tuhan, bahkan sampai mengalami sengsara, dia tetap berkiprah untuk bangsanya dan tetap mencintai bangsanya demi kesetiaannya pada Tuhan. Oleh sebab itu, hai orang percaya di Indonesia, janganlah takut berkarya dalam segala bidang kerja untuk bangsa karena itulah yang dikehendaki Tuhan bagi kita. Ayo, jangan menyerah dan terus berjuanglah! (BHS)
Apa gambaran nabi Yeremia tentang situasi bangsa Yehuda yang berada di pembuangan Babilonia? Ratapan 3:5 & 7 melukiskannya: “Kami dikejar dekat-dekat, kami lelah, bagi kami tak ada istirahat. Bapak-bapak kami berbuat dosa, mereka tak ada lagi, dan kami yang menanggung kedurjanaan mereka.” Generasi muda bangsa Yehuda yang berada di pembuangan sangatlah menderita akibat ketidak taatan dari generasi tua yang durjana. Spiritualitas tidak takut TUHAN yang ditabur oleh generasi tua Yehuda sebagai pimpinan bangsa dituai oleh generasi penerusnya yaitu hukuman TUHAN. Generasi tua Yehuda telah lalai untuk mengajarkan takut akan TUHAN yang berakibat fatal. Generasi muda di Indonesia pada umumnya belum berada pada posisi pengambil keputusan karena itu adalah tanggung jawab dari generasi tua. Ini hal yang wajar saja. Oleh sebab itu, generasi tua haruslah mawas diri, benar-benar bijak, dan berwawasan jauh dalam mengambil keputusan. Kalau suatu keputusan diambil dengan pertimbangan kepentingan sesaat saja tanpa visi ke depan, niscaya generasi mudalah yang akan menuai dampak jangka panjangnya. Wahai para pimpinan gereja dan bangsa di Indonesia, marilah kita menaburkan apa yang baik untuk masa depan! Keputusan yang didasarkan pada takut akan Tuhan adalah benih terbaik untuk masa depan. Mari menabur benih yang baik! (BHS)
Nabi Yeremia meratapi bangsanya karena kejahatan mereka. Ratapan 5:15-16 adalah ungkapan isi hatinya: “Lenyaplah kegirangan hati kami, tari-tarian kami berubah menjadi perkabungan. Mahkota telah jatuh dari kepala kami. Wahai kami, karena kami telah berbuat dosa!” Di dalam penderitaannya di pembuangan Babilonia, bangsa Yehuda kembali mengingat TUHAN dan menyesali dosa-dosanya. Penderitaan yang sangat berat itu telah membawa mereka untuk menjadi lebih sensitif terhadap kehendak TUHAN dan bertobat. Di dalam penghukuman-Nya, TUHAN tetap mau memberikan anugerah pengampunan-Nya melalui penyesalan dan pertobatan. Penderitaan yang kita alami belum tentulah wujud hukuman Tuhan seperti yang terjadi pada bangsa Yehuda. Meskipun demikian, orang percaya di Indonesia harus menyadari bahwa di dalam segala penderitaan, ada maksud Tuhan. Bila Tuhan mengijinkan suatu penderitaan terjadi, Tuhan ingin supaya penderitaan itu makin mendekatkan diri kita kepada-Nya. Pertobatan adalah salah satu jalannya. Melalui penderitaan pula, Tuhan bisa membuka jalan bagi orang Kristen Indonesia untuk ikut ambil bagian dalam upaya menurunkan penderitaan. Melalui pelayanan ini, kita mewujudkan kasih kita kepada bangsa kita tanpa membeda-bedakan. Melaluinya, nama Tuhan ditinggikan. (BHS)
Pembuangan bangsa Yehuda ke Babilonia adalah suatu penderitaan berat bagi umat Tuhan karena mereka telah ditolak dari hadirat TUHAN. Ratapan 5:19-20 adalah luapan hati nabi Yeremia: “Engkau, ya TUHAN, bertakhta selama-lamanya, takhta-Mu tetap dari masa ke masa! Mengapa Engkau melupakan kami selama-lamanya, meninggalkan kami demikian lama?” Ditinggalkan dan dilupakan TUHAN adalah suatu penderitaan batin yang sangat berat. Kalau sorgawi itu adalah gambaran suasana kebersamaan dengan Allah, maka dibuang dan dilupakan TUHAN adalah gambaran neraka. Penderitaan batin ini tentu jauh lebih berat dari pada penderitaan fisik. Kehidupan yang jauh dari Tuhan itu adalah kehidupan yang kosong karena hanya Tuhanlah yang bisa memberi kepuasan bagi hati manusia. Banyak orang mencoba mencari kepuasan hati melalui kekayaan, jabatan, gelar, status sosial, dan kekuasaan, tetapi semuanya akhirnya terbukti sia-sia belaka. Tanpa Tuhan, kehidupan pasti akan kosong. Itulah sebabnya, hai umat Tuhan di Indonesia, hadirkan Tuhan senantiasa dalam kehidupan kita! Maka, walaupun ada penderitaan dan tantangan, damai sejahtera di hati tidak akan hilang karena ada penyertaan Tuhan. Berjalan bersama Tuhan dalam menghadapi badai kehidupan adalah pilihan terbaik bagi orang percaya. (BHS)
Kitab Ratapan diakhiri dengan suatu permohonan supaya bangsa Yehuda bisa masuk kembali ke dalam hadirat TUHAN. Ini seruan nabi Yeremia di Ratapan 5:21-22, “Bawalah kami kembali kepada-Mu, ya TUHAN, maka kami akan kembali, baharuilah hari-hari kami seperti dahulu kala! Atau, apa Engkau sudah membuang kami sama sekali? Sangat murkakah Engkau terhadap kami?” Pertobatan hati adalah hal utama yang bisa dilakukan oleh bangsa Yehuda yang ada di pembuangan. Melalui pertobatan, TUHAN bisa memberikan anugerah pengampunan-Nya. Memang hidup mereka masih menderita di pembuangan, tetapi, bila ada anugerah pengampunan, damai sejahtera TUHAN akan melimpahi hati. Panggilan untuk bertobat dan kembali mengarahkan hati kepada Tuhan adalah panggilan yang selalu ada. Di dalam segala pergumulan orang percaya di Indonesia, bisa saja kita menyeleweng dari jalan Tuhan. Sering godaan nafsu jahat, tawaran harta, iming-iming kekuasaan, ambisi politik, dan jaga gengsi, menyebabkan kita melakukan hal-hal buruk yang tidak dikenan Tuhan. Tidak ada jalan lain! Hanya melalui pertobatan dan pengakuan dosa, ada pengampunan dalam Yesus Kristus. Tanpa pertobatan, tidak ada pengampunan. Tanpa pengampunan, tidak ada kebersamaan dengan Tuhan. Kisah bangsa Yehuda sudah sepatutnya menjadi pelajaran bagi orang percaya di Indonesia untuk senantiasa hidup dalam pengampunan Tuhan. (BHS)