Titus

Di awal surat kepada Titus, kadernya yang melayani di pulau Kreta, Paulus menjelaskan tujuan suratnya di Titus 1:1, “Dari Paulus, hamba Allah dan rasul Yesus Kristus untuk memelihara iman orang-orang pilihan Allah dan pengetahuan akan kebenaran seperti yang nampak dalam ibadah kita,...” Tujuan surat Paulus adalah supaya Titus, sebagai pimpinan jemaat, dapat memelihara iman orang-orang yang percaya pada Yesus Kristus melalui pengetahuan kebenaran, yaitu Firman Tuhan, sehingga ibadah mereka (terjemahan NIV: godliness dapat nampak nyata melalui perbuatan baik. Dalam kondisi orang-orang Kreta yang suka bohong, suka pesta pora, dan pemalas seperti disebutkan di Titus 1:12, perbuatan baik adalah terang Tuhan. Surat Titus ini relevan bagi pimpinan jemaat di Indonesia karena situasi jemaat di Kreta jaman dulu mirip dengan situasi Indonesia masa kini dengan adanya kebobrokan moral dan tindakan jahat, baik di lingkungan gereja maupun di masyarakat. Tugas pimpinan jemaat adalah untuk membantu melengkapi setiap orang percaya yang digembalakannya supaya bertumbuh dalam iman dan perbuatan baik. Pertumbuhan iman ini hanya bisa dilakukan melalui pengajaran Firman Tuhan yang benar dan tidak asal-asalan, yang kemudian terwujud dalam perbuatan baik, bukan cuma untuk kalangan atau kelompok sendiri, tetapi untuk semua orang tanpa membeda-bedakan suku, ras, dan agama. Setuju? (BHS)
Apa dasar utama bagi orang percaya untuk pertumbuhan iman dan perbuatan baik? Paulus menjelaskannya ke Titus, pimpinan jemaat di pulau Kreta, di Titus 1:2, “...dan berdasarkan pengharapan akan hidup yang kekal yang sebelum permulaan zaman sudah dijanjikan oleh Allah yang tidak berdusta,...” Setelah Adam dan Hawa jatuh dalam dosa, Allah telah mempunyai rencana agung yaitu rencana keselamatan dalam Yesus Kristus dimana ciptaan yang telah jatuh dalam dosa akan menjadi ciptaan baru yang hidup kekal bersama Tuhan selama-lamanya. Janji dari Allah yang tidak mungkin berdusta itulah dasar dari pengharapan kita sebagai orang percaya dalam beriman dan berbuat baik. Janji Allah adalah dasar dari segala yang kita imani, lakukan, dan hidupi. Karena Allah setia maka Allah tidak akan ingkar janji. Apa yang telah dijanjikan Allah, itulah yang akan digenapi. Dalam masyarakat Indonesia masa, dimana ada kejahatan, perselingkuhan, penipuan, korupsi, manipulasi, dan kebobrokan moral lainnya, orang percaya dipanggil Tuhan untuk hidup berbeda, baik di dalam iman, pikiran, perkataan, perbuatan, dan gaya hidup. Hidup berbeda itu ada bukan karena kita sok suci dan sok rohani, tetapi ini terpancar secara orisinil dari hati yang telah diubahkan melalui iman pada karya penebusan Kristus. Oleh sebab itu, wahai orang percaya di Indonesia, mari kita terus menaruh pengharapan pada Tuhan! (BHS)
Apa keyakinan Rasul Paulus dalam dia memberitakan Injil melalui pengajaran Firman Tuhan? Titus 1:3 mengungkapkan keyakinannya: “...dan yang pada waktu yang dikehendaki-Nya telah menyatakan firman-Nya dalam pemberitaan Injil yang telah dipercayakan kepadaku sesuai dengan perintah Allah, Juruselamat kita.” Paulus yakin bahwa pemberitaan Injil melalui pengajaran Firman harus dilakukan pada waktu yang dikehendaki Tuhan. Waktu Tuhan ini bisa terjadi pada waktu yang tidak terduga manusia, tetapi kapanpun Injil disampaikan, apa yang disampaikan harus sesuai dengan berita keselamatan yang diajarkan Tuhan. Jangan ajarkan ajaran lain yang menyesatkan! Gereja Tuhan di Indonesia harus dibangun di atas berita keselamatan di dalam Yesus Kristus karena Dialah satu-satunya dasar yang teguh dari gereja-Nya sejak dulu, sekarang, dan sampai selama-lamanya. Untuk itu, pengajaran Firman dari gereja Tuhan harus memastikan bahwa berita Injil yang disampaikan memang berita Injil yang benar sehingga, pada waktu Tuhan, kapanpun berita Injil disemaikan, setiap orang percaya siap menyampaikan berita itu dengan benar. Oleh sebab itu, hai gereja Tuhan di Indonesia, mari kita perkuat pengajaran Firman yang benar sehingga setiap orang percaya siap mempertanggungjawabkan imannya dalam mereka berkarya di tengah bangsa Indonesia! (BHS)
Apa maksud Rasul Paulus menulis surat untuk Titus, anak rohaninya? Ini penjelasan Titus 1:4-5, “Kepada Titus, anakku yang sah menurut iman kita bersama: ... Aku telah meninggalkan engkau di Kreta dengan maksud ini, supaya engkau mengatur apa yang masih perlu diatur dan supaya engkau menetapkan penatua-penatua di setiap kota, seperti yang telah kupesankan kepadamu,..” Titus mendapat tugas untuk mengatur jemaat Tuhan di pulau Kreta karena jemaat yang masih sangat muda umurnya ini mengalami banyak tantangan, baik tantangan dari banyak orang Kreta yang bermoral bejat atau dari persoalan-persoalan di dalam gereja. Titus juga ditugasi untuk menetapkan penatua-penatua di berbagai kota di pulau Kreta. Tata pelayanan dalam gereja adalah sangat penting untuk menunjang keberlangsungan gereja Tuhan di Indonesia.Gereja yang kuat, bukan hanya gereja yang mempunyai dasar ajaran yang teguh, tetapi juga mempunyai tata pelayanan dan tata kepemimpinan yang baik. Kalau gereja Tuhan memiliki sistem administrasi yang kacau, pola keuangan yang berantakan dan tidak akuntabel, sistem kaderisasi kepemimpinan yang lemah, kepemimpinan gereja yang suka cekcok, apalagi kalau ditambah dengan adanya banyak penyimpangan etis, pastilah gereja Tuhan akan lemah. Mari kita bersama-sama membangun gereja-Nya supaya bisa lebih menjadi terang bagi bangsa Indonesia! (BHS)
Keluarga seperti apa yang disyaratkan bagi seorang calon Penatua di jemaat Tuhan? Ini penugasan rasul Paulus kepada Titus di Titus 1:5-6, “...supaya engkau menetapkan penatua-penatua di setiap kota,... , yakni orang-orang yang tak bercacat, yang mempunyai hanya satu isteri, yang anak-anaknya hidup beriman dan tidak dapat dituduh karena hidup tidak senonoh atau hidup tidak tertib.” Dalam masyarakat Kreta yang suka bohong, suka pesta pora, dan pemalas (Titus 1:12, kesaksian penatua sebagai pimpinan jemaat serta kesaksian keluarganya menjadi seperti bintang terang yang bersinar di malam gelap. Terlihat jelas berbeda! Iman setiap anggota keluarga terpancar dalam kehidupan yang senonoh dan tertib. Penatua pada jaman jemaat dulu adalah seperti pendeta dan penatua/majelis jemaat di masa kini yang bertugas sebagai pimpinan jemaat.Untuk menjadi calon pimpinan jemaat, orang tersebut haruslah orang yang beriman teguh yang ditunjukkan melalui kehidupan pribadi serta kehidupan keluarga yang senonoh dan tertib. Iman dan perbuatan mereka sejalan dan kehidupannya berintegritas. Persyaratan ini penting bagi jemaat Tuhan di Indonesia, bahkan bila ini diterapkan bagi calon pemimpin publik di Indonesiapun, ini sesuatu persyaratan yang semestinya ada. Dengan demikian, baik kepemimpinan gereja maupun kepemimpinan publik, akan menjadi sarana untuk menyatakan terang Tuhan. (BHS)
Penilik jemaat pada jaman dulu bertanggung jawab untuk mengelola jemaat Tuhan supaya bertumbuh dalam iman dan perbuatan baik. Karakter seperti apa yang harus ada padanya? Titus 1:7 memberikan beberapa syaratnya: “Sebab sebagai pengatur rumah Allah seorang penilik jemaat harus tidak bercacat, tidak angkuh, bukan pemberang, bukan peminum, bukan pemarah, tidak serakah,...” Seorang pemimpin umat haruslah seorang yang dikenal orang banyak sebagai orang yang tidak cacat moral, tidak arogan, tidak suka mabuk, sabar, dan tidak mata duitan. Kualifikasi karakter yang tercermin dari perbuatan seseorang itu rupanya menjadi hal utama dalam penentuan pemimpin umat Tuhan, bahkan untuk pemimpin masyarakat. Syarat karakter sangat penting dalam pemilihan pemimpin Kristen, baik pendeta, penatua, pengurus sinode, bahkan pimpinan lembaga gereja aras nasional di Indonesia. Selain itu, syarat karakter ini baik juga diterapkan untuk jabatan-jabatan publik di Indonesia, misalnya di pemerintahan. Sayangnya, sering kali yang menonjol dalam pemilihan seorang pemimpin, baik di gereja maupun masyarakat, adalah maraknya politik uang, sentimen kesukuan, kepentingan kelompok, yang akhirnya menghasilkan pemimpin yang berkarakter jelek. Mari umat Tuhan di Indonesia, mari kita pilih pemimpin yang berkarakter! Juga mari kita kader calon pemimpin yang berkarakter untuk masa depan gereja dan bangsa. (BHS)
Pimpinan jemaat di jaman rasul Paulus memang harus dikenal kebaikannya, seperti yang ditunjukkan di Titus 1:8-9 yaitu “...suka memberi tumpangan, suka akan yang baik, bijaksana, adil, saleh, dapat menguasai diri dan berpegang kepada perkataan yang benar, yang sesuai dengan ajaran yang sehat, ...” Pimpinan jemaat seyogyanya seorang yang berhati baik dengan keputusan dan tindakan yang baik pula. Kebaikan ini berdasar pada ajaran yang benar dari Firman Tuhan serta dilandasi dengan kasih kepada Tuhan yang terwujud dalam kasih kepada sesama tanpa membeda-bedakan.Tanpa standar Firman, yang dianggap baik oleh manusia belum tentu baik di mata Tuhan. Seorang pemimpin jemaat di Indonesia, baik pendeta ataupun penatua, seyogyanya dikenal kebaikan hatinya, karena apa-apa yang dilakukannya memang terbukti baik untuk jemaat.Kebaikan hati, yang disertai dengan sikap bijak, adil, saleh, dan penguasaan diri itu, dilandaskan pada pertumbuhan iman karena ajaran sehat Firman Tuhan.Selain itu, kebaikan hatinya itu juga terpancar melalui keterlibatannya di masyarakat, baik melalui sumbangsihnya maupun keterlibatannya di berbagai bidang kehidupan.Dengan demikian, mereka mempunyai kredibilitas yang baik, di dalam dan di luar gereja.Inilah pemimpin umat yang mampu menjadi terang di gereja dan di bangsa. Benarkah? (BHS)
Bagaimana gambaran Rasul Paulus tentang pengajar sesat di jemaat Kreta? Ini gambarannya di Titus 1:10-11, “Karena sudah banyak orang hidup tidak tertib, terutama di antara mereka yang berpegang pada hukum sunat. Dengan omongan yang sia-sia mereka menyesatkan pikiran. Orang-orang semacam itu harus ditutup mulutnya, karena mereka mengacau banyak keluarga dengan mengajarkan yang tidak-tidak untuk mendapat untung yang memalukan.” Orang Kristen berlatar belakang Yahudi di pulau Kreta ada yang mengajarkan ajaran tidak benar yang membuat kacau jemaat demi mendapatkan keuntungan pribadi.Menjadikqn agama sebagai sarana untuk mendapatkan keuntungan pribadi haruslah dihindari. Di kalangan orang percaya di Indonesia, ada saja orang-orang Kristen yang mencoba merekayasa ayat-ayat Alkitab untuk mendapatkan keuntungan pribadi.Bisa saja ini berkaitan dengan ambisi politik untuk mendulang suara di Pilkada, ingin promosi barang jualan, ingin terkenal, strategi untuk kumpulkan banyak uang, dan alasan lainnya.Pengajaran Firman yang murni dan benar akhirnya terselewengkan dan umat Tuhan menjadi tidak bertumbuh. Marilah umat Tuhan di Indonesia, mari kita jauhkan upaya penyelewengan itu dengan kembali fokus kepada pengajaran Firman Tuhan yang benar karena gereja hanya bisa bertumbuh bila dibangun di atas dasar ajaran Firman yang sehat! Ayo upayakan bersama! (BHS)
Apa teguran keras Rasul Paulus di Titus 1:12-14 kepada anggota jemaat di pulau Kreta yang mau mendengarkan ajaran sesat? Ini dia: “Seorang dari kalangan mereka, nabi mereka sendiri, pernah berkata: "Dasar orang Kreta pembohong, binatang buas, pelahap yang malas." Kesaksian itu benar. Karena itu tegorlah mereka dengan tegas supaya mereka menjadi sehat dalam iman, dan tidak lagi mengindahkan dongeng-dongeng Yahudi dan hukum-hukum manusia yang berpaling dari kebenaran.” Anggota jemaat berlatar belakang Kreta rupanya suka mendengar ajaran sesat sehingga mereka perlu ditegur secara tegas untuk kembali ke ajaran yang sehat.Teguran yang tegas memang perlu supaya jemaat sehat. Latar belakang anggota jemaat di gereja di Indonesia pastilah sangat beragam dan bisa menimbulkan pergumulan. Hal ini bisa saja terkait dengan adat yang tidak sesuai dengan Alkitab, misalnya adat pernikahan, tradisi judi, kebiasaan sabung ayam, ritual kematian, atau juga pola feodal hubungan tuan-hamba. Bisa juga tantangan datang dari pola masyarakat modern berupa materialisme yang kejar uang dan harta, fokus pada kenikmatan hidup, halalkan segala cara untuk mencapai tujuan, atau kecanduan gadget.Bila ada yang menyebabkan iman anggota jemaat menyeleweng, teguran tegas harus disampaikan. Tindakan pembiaran pasti akan memperlemah jemaat Tuhan. Bukankah demikian? (BHS)
Apa dampak ajaran sesat di jemaat pulau Kreta? Titus 1:15-16 mengungkapkannya: “Bagi orang suci semuanya suci; tetapi bagi orang najis dan bagi orang tidak beriman suatupun tidak ada yang suci, karena baik akal maupun suara hati mereka najis. Mereka mengaku mengenal Allah, tetapi dengan perbuatan mereka, mereka menyangkal Dia. Mereka keji dan durhaka dan tidak sanggup berbuat sesuatu yang baik.” Ajaran sesat di jemaat pulau Kreta telah berbuahkan perbuatan jahat.Walaupun mereka mengaku telah mengenal Allah, tetapi perbuatan mereka justru telah mencoreng Allah.Upaya menanamkan ajaran yang sehat, merupakan kunci untuk berkembangnya perbuatan yang baik di mata Tuhan. Ajaran sehat ternyata memegang peranan yang sangat penting bagi pertumbuhan jemaat Tuhan di Indonesia.Melalui karakter dan perbuatan, kesaksian kita dirasakan dan dilihat orang.Di Indonesia yang majemuk, kesaksian melalui perkataan saja tidaklah cukup karena orang ingin bukti nyata. Kalau seseorang mengaku Kristen tetapi ia tidak memberi kesaksian hidup yang benar, patutlah dipertanyakan ajaran seperti apa yang dipegangnya. Jangan-jangan ada ajaran tidak sehat yang mempengaruhinya. Wahai gereja Tuhan di Indonesia, marilah kita mawas diri untuk melihat apakah gereja sudah hidup dalam ajaran yang sehat sesuai Firman-Nya! Disitulah dasar dari kesaksian gereja di tengah-tengah masyarakat. (BHS)
Setelah Rasul Paulus mengingatkan Titus akan ajaran sesat yang beredar di jemaat Kreta, maka Rasul Paulus memberikan nasihatnya di Titus 2:1-2, “Tetapi engkau, beritakanlah apa yang sesuai dengan ajaran yang sehat: Laki-laki yang tua hendaklah hidup sederhana, terhormat, bijaksana, sehat dalam iman, dalam kasih dan dalam ketekunan.” Ajaran sehat untuk jemaat laki-laki dewasa pada waktu itu penting karena mereka adalah pemimpin dan panutan. Bila sang pemimpin hidup dengan gaya hidup keseharian yang sederhana, terhormat, dan bijaksana, maka jemaat akan terinspirasi untuk bertumbuh dalam iman. Di dalam ketekunan, pemimpin dan umat akan sama-sama bertumbuh dalam kasih kepada Tuhan dan sesama. Gaya hidup sehari-hari adalah penting untuk diperhatikan bagi seorang pemimpin publik di Indonesia termasuk pemimpin umat, karena hidup keseharian itulah yang menunjukkan jati diri sesungguhnya dari seorang pemimpin. Seorang pemimpin yang terkenal hidup sederhana dan hidup bijaksana pasti akan dihormati banyak orang. Kalau dia berbicara maka dia akan dipercaya karena kata dan perbuatannya sejalan. Kalau dia seorang pemimpin umat, maka ajaran dan teladan hidupnya akan menolong orang percaya untuk tekun bertumbuh dalam iman dan dalam kasih kepada Tuhan dan sesama. Oleh sebab itu, hai para pemimpin publik, perhatikanlah gaya hidupmu yang tercermin dari kata dan lakumu! (BHS)
Apa nasihat Rasul Paulus bagi perempuan tua dalam jemaat di Kreta? Ini nasihatnya di Titus 2:3, “Demikian juga perempuan-perempuan yang tua, hendaklah mereka hidup sebagai orang-orang beribadah, jangan memfitnah, jangan menjadi hamba anggur,..” Para perempuan tua pada jaman itu pada umumnya tidak bekerja lagi sehingga punya banyak waktu untuk bergosip dan mabuk.Mereka akhirnya menjadi sumber permasalahan karena fitnah mereka serta tingkah laku mereka. Oleh sebab itu, Rasul Paulus menasihati para perempuan tua untuk hidup sebagai orang-orang beribadah, yang mengasihi Tuhan dan sesama, sehingga hidup mereka menjadi bermanfaat bagi jemaat dan masyarakat banyak. ibu-ibu lansia dalam jemaat Tuhan di Indonesia pasti masih dapat berperan aktif untuk membangun jemaat bila mereka tetap hidup sebagai orang-orang yang mendedikasikan kehidupannya untuk Tuhan. Dengan pengalaman asam garam kehidupan, mereka memiliki segudang hikmat dalam banyak hal yang pasti dapat dimanfaatkan sebagai tuntunan bagi generasi muda. Yang penting, ibu-ibu lansia tetap harus hidup dalam takut akan Tuhan. Oleh sebab itu, hai ibu-ibu lansia, tetaplah produktif bagi Tuhan! Fisik memang melemah tetapi hati yang takut Tuhan harus tetap dijaga. Doa dan nasihatmu diperlukqn untuk membangun masa depan jemaat dan bangsa. Ayolah tetap setia di jalan Tuhan dan tetaplah bertumbuh! Jangan goyah! (BHS)
Rasul Paulus menasihatkan di Titus 2:4-5 supaya para perempuan tua di jemaat pulau Kreta bukannya suka memfitnah, “...tetapi cakap mengajarkan hal-hal yang baik dan dengan demikian mendidik perempuan-perempuan muda mengasihi suami dan anak-anaknya, hidup bijaksana dan suci, rajin mengatur rumah tangganya, baik hati dan taat kepada suaminya, agar Firman Allah jangan dihujat orang.” Para perempuan tua berperan penting bagi perempuan muda. Selain bisa menjadi panutan, perempuan tua dapat menolong perempuan muda mengambil peran konstruktif di dalam keluarganya sebagai isteri dan ibu yang mengasihi keluarga, serta hidup bijaksana, suci, dan baik hati, supaya Firman Tuhan tidak dicela orang. Ibu-ibu lansia di dalam jemaat Tuhan di Indonesia mempunyai peran penting bagi ibu-ibu muda yaitu sebagai figur panutan dan sebagai tempat bertanya.Di dalam suka duka menghadapi berbagai tantangan kehidupan bersama Tuhan, ibu-ibu lansia seyogyanya mempunyai hikmat dan pengalaman yang pasti bermanfaat untuk dibagikan.Pengalaman itu bisa saja kegagalan maupun keberhasilan, ataupun teladan yang patut ditiru maupun dihindari.Ibu-ibu lansia dapat juga mengarahkan ibu-ibu muda untuk mencintai keluarga sebagai isteri dan ibu yang baik hati, bijak, dan suci. Melalui proses mentoring yang berpedomankan Firman Tuhan ini, nama Tuhan akan dimuliakan oleh banyak orang. (BHS)
Titus diminta oleh Rasul Paulus di Titus 2:6 untuk menasihati orang-orang muda di jemaat Kreta: “Demikian juga orang-orang muda; nasihatilah mereka supaya mereka menguasai diri dalam segala hal ....”Penguasaan diri merupakan hal yang penting untuk dilatihkan sejak muda karena penguasaan diri ini memerlukan disiplin dan komitmen yang tinggi.Di tengah kehidupan masyarakat pulau Kreta yang bermoral rendah, anak-anak muda di jemaat Kreta mengalami banyak tantangan untuk pertumbuhan iman mereka. Melalui penguasaan diri, mereka akan mampu untuk menolak hal-hal yang buruk dan belajar mengembangkan hal-hal yang baik. Seperti halnya di jemaat masa lalu, anak-anak muda di jemaat Tuhan di Indonesia masa kini mengalami banyak sekali tantangan. Tantangan ini bisa berwujud dalam kurangnya sosok yang bisa diteladani, maraknya korupsi, rendahnya standar moral, banyaknya hoax dan konten negatif di dunia maya, dan banyak tantangan lainnya. Penguasaan diri adalah karakter yang sangat diperlukan bagi anak-anak muda masa kini untuk dapat mengatasi tantangan jaman ini sambil terus bertumbuh dalam Kristus.Untuk itu, gereja Tuhan di Indonesia harus bersama-sama membantu anak-anak muda untuk belajar menguasai diri dan belajar menjadi terang bagi bangsa. Inilah langkah strategis untuk masa depan gereja dan bangsa Indonesia. (BHS)
Apa yang dinasihatkan Rasul Paulus kepada Titus di Titus 2:7-8 dalam kaitan dengan pembinaan orang-orang muda di jemaat Kreta? Ini nasihatnya: “...jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik. Hendaklah engkau jujur dan bersungguh-sungguh dalam pengajaranmu, sehat dan tidak bercela dalam pemberitaanmu sehingga lawan menjadi malu, karena tidak ada hal-hal buruk yang dapat mereka sebarkan tentang kita.” Rasul Paulus mendorong Titus untuk menjadi panutan bagi orang-orang muda dalam kejujuran, kesungguhan hati, serta pemberitaan yang benar. Kehidupan yang berintegritas dari hamba Tuhan akan mematahkan setiap tuduhan busuk. Keteladanan atau panutan penting sekali dalam pelayanan orang muda di gereja Tuhan di Indonesia. Permasalahannya, sosok panutan rupanya susah ditemukan. Yang banyak bertebaran justru sosok-sosok yang kelihatannya agamis tapi korup, kelihatannya baik tapi munafik, kelihatannya banyak senyum tapi suka menindas, kelihatannya membela rakyat padahal cari keuntungan pribadi.Pokoknya kelihatannya putih padahal hitam. Oleh sebab itu, gereja Tuhan di Indonesia harus mawas diri dan berbenah diri sehingga sosok panutan yang berintegritas itu makin banyak ditemukan di kalangan orang percaya sehingga orang-orang muda boleh mengikuti jejak mereka dan kelak menjadi panutan juga. (BHS)
Apa nasihat Rasul Paulus di Titus 2:9-10 untuk para hamba yang telah menjadi orang percaya dalam sikap mereka terhadap tuannya? Ini nasihatnya: “Hamba-hamba hendaklah taat kepada tuannya dalam segala hal dan berkenan kepada mereka, jangan membantah, jangan curang, tetapi hendaklah selalu tulus dan setia, supaya dengan demikian mereka dalam segala hal memuliakan ajaran Allah, Juruselamat kita.” Posisi seorang hamba atau budak belian adalah terendah di masyarakat Kreta.Meskipun demikian, para hamba harus tetap bersikap kristiani terhadap tuannya yaitu taat, tidak curang, tulus, dan setia.Melaluinya, para hamba menjadi terang Kristus di mana saja mereka dipekerjakan. Sikap kristiani adalah buah dari watak kristiani, sedangkan watak kristiani sendiri adalah hasil dari pertumbuhan seseorang di dalam Kristus.Dengan demikian, sikap ketaatan, tidak curang, tulus, dan setia itu memang sungguh keluar dari diri seseorang dan bukan sekedar sok aksi supaya terlihat rohani. Sikap ini tidak cuma untuk para hamba jaman dulu, tetapi untuk semua orang percaya yang bekerja di bawah sebuah otoritas masa kini, antara lain pekerja lapangan, pekerja kantor, pejabat pemerintah, kepala daerah, anggota legislatif, bahkan pejabat di gereja ataupun hamba Tuhan. Kalau sikap kristiani seorang hamba itu terwujud di segenap bidang kehidupan, pastilah terang Kristus akan nyata di mana-mana. (BHS)
Untuk membawa kasih karunia keselamatan kepada semua manusia, apa didikan yang diberikan Allah untuk orang percaya? Ini penjelasan di Titus 2:11-12, “Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata. Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini..” Iman dalam Yesus Kristus perlu nampak dalam kehidupan yang tidak dipenuhi keinginan dunia.Kehidupan yang seperti itu menjadikan hidup itu sebagai sebuah ibadah yang tidak memisahkan antara hal lahiriah dan batiniah sehingga orang percaya dapat bertindak bijaksana dan adil ke semua orang. Membawa keselamatan kepada semua orang adalah panggilan orang percaya di Indonesia.Panggilan ini harus terwujud nyata dalam seluruh aspek kehidupan orang percaya yang terlihat, bukan cuma di lingkungan Kristen tetapi di mana saja Tuhan tempatkan kita.Kehidupan yang berintegritas dan tak bercela di Indonesia sangat dibutuhkan dalam masyarakat Indonesia karena masih maraknya korupsi, politik uang, premanisme, radikalisasi agama, dan lainnya. Kalau orang percaya bisa hidup bijaksana, adil, dan tak bercela di tengah situasi kegelapan bangsa seperti itu, pastilah terang Tuhan di Indonesia akan nyata di mana-mana. Terang tidak perlu menjadi mayoritas untuk bisa menerangi setiap sudut Indonesia. (BHS)
Setelah orang percaya ditebus Tuhan, sikap apa yang harus ada dalam dirinya? Ini petunjuk di Titus 2:13-14, “...dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus, yang telah menyerahkan diri-Nya bagi kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk menguduskan bagi diri-Nya suatu umat, kepunyaan-Nya sendiri, yang rajin berbuat baik.” Allah telah menebus orang percaya melalui pengorbanan Yesus Kristus sehingga orang percaya menjadi umat tebusan-Nya. Oleh sebab itulah orang percaya mempunyai pengharapan yang pasti untuk masa depan yang penuh bahagia sehingga ia mampu untuk rajin berbuat baik. Umat Tuhan di Indonesia mempunyai dasar yang sangat kuat untuk menyongsong masa depan karena penebusan Yesus Kristus. Memang, bila kita melihat kondisi Indonesia masa kini, tentu ada saja orang percaya yang merasa pesimis dan skeptis karena masih banyak kejahatan, korupsi, hoax, ketimpangan sosial, dan banyak masalah lain. Meskipun demikian, sebagai orang percaya, kita bisa berpengharapan bahwa masa depan kita pasti penuh kebahagiaan karena Tuhan hadir. Dengan bekal pengharapan yang pasti ini, kita seharusnyalah rajin berbuat baik kepada siapapun, tanpa membeda-bedakan.Kalau kebaikan itu hanya untuk kalangan sendiri, bukankah itu terang yang ada di bawah gantang? (BHS)
Rasul Paulus menasihati Titus, anak rohaninya yang masih muda, melalui Titus 2:15, “Beritakanlah semuanya itu, nasihatilah dan yakinkanlah orang dengan segala kewibawaanmu. Janganlah ada orang yang menganggap engkau rendah.” Dalam pelayanan Titus di jemaat pulau Kreta, ada saja pihak yang merendahkan dia. Meskipun demikian, Titus tetap harus memberitakan dengan setia hal-hal baik yang telah diajarkan Rasul Paulus kepadanya. Titus juga harus berusaha menasihati dan meyakinkan orang atas dasar Firman Tuhan. Kewibawaan Titus bukanlah didasarkan pada kemampuan berbicara, ketampanan rupa, ataupun usia tua, tetapi kewibawaannya adalah dari kuasa Roh semata. Menjadi seorang pemimpin muda di gereja di Indonesia pastilah banyak tantangan, baik karena pemimpin muda dianggap kurang berpengalaman, kuatnya dominasi generasi tua, ataupun generation gap akibat perbedaan pola komunikasi dan pola pikir. Seberapapun besarnya jurang pemisah antar generasi, orang percaya dari segala generasi mempunyai tugas yang sama yaitu memberitakan dan menghidupi kebenaran Firman Tuhan. Kewibawaan seseorang adalah karena apa yang disampaikannya serta integritas kehidupannya dan bukan karena usianya, gelarnya, ataupun jabatannya. Oleh sebab itu, wahai pemimpin muda, bangkitlah, dan jadilah terang di manapun! (BHS)
Apa yang harus diingatkan Titus kepada jemaat di pulau Kreta dalam kaitan dengan pemerintah? Ini nasihat Rasul Paulus di Titus 3:1, “Ingatkanlah mereka supaya mereka tunduk pada pemerintah dan orang-orang yang berkuasa, taat dan siap untuk melakukan setiap pekerjaan yang baik.” Mandat Tuhan bagi pemerintah dan mereka yang berkuasa adalah membela yang baik dan menghukum yang jahat sesuai Roma 13:1-4.Oleh sebab itulah, orang percaya harus taat dan siap melakukan setiap pekerjaan baik yang diusahakan pemerintah sebagai bentuk ketaatan orang percaya kepada Tuhan.Dengan cara itulah, orang percaya dapat memenuhi panggilan Tuhan untuk menjadi terang bagi bangsa. Orang Kristen Indonesia dari sejak jaman dulu telah dipanggil Tuhan untuk terlibat dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia serta ikut dalam kiprah bangsa Indonesia untuk mengatasi kemiskinan, menegakkan keadilan, dan mengupayakan kesejahteraan bagi semua. Kesadaran kebangsaan Indonesia ini harus terus dipupuk di segala generasi orang percaya di Indonesia karena hal ini adalah panggilan Tuhan juga. Kalau garam hanya bersembunyi di gudang saja, bagaimana ia dapat mencegah kebusukan? Kalau terang hanya mau kumpul-kumpul sendiri saja, bagaimana kegelapan bisa sirna? Oleh sebab itu, hai orang percaya di Indonesia, mari kita ikut terlibat aktif bangun bangsa! Jangan ragu! (BHS)
Perubahan seperti apa yang seharusnya terjadi bagi mereka yang telah percaya Kristus? Ini petunjuk Rasul Paulus di Titus 3:2-3, “Janganlah mereka memfitnah, janganlah mereka bertengkar, hendaklah mereka selalu ramah dan bersikap lemah lembut terhadap semua orang. Karena dahulu kita juga hidup dalam kejahilan: tidak taat, sesat, menjadi hamba berbagai-bagai nafsu dan keinginan, hidup dalam kejahatan dan kedengkian, keji, saling membenci.” Mengenal Kristus berarti terlepas dari belenggu dosa dan meninggalkan segala kejahatan.Orang percaya belajar bersikap baik kepada semua orang yang ditunjukkan dalam sikap ramah, lemah lembut, tidak suka bertengkar, dan tidak suka memfitnah. Orang-orang percaya di Indonesia harus sadar bahwa Kristus membawa perubahan hidup bagi kita dari hidup gelap menjadi hidup terang.Ini yang seharusnya.Kenyataannya, ada saja orang yang mengaku Kristen tetapi tetap hidup gelap dengan bersikap jahat terhadap sesama, suka dengki melihat keberhasilan orang lain, berlaku keji terhadap bawahan, serta menyimpan kebencian turun temurun.Kalau seperti ini, jelas ini bukan perbuatan terang.Jelas ini bukan maksud Tuhan untuk gereja-Nya.Jelas ini tidak membawa dampak positif bagi masyarakat.Perubahan di hati orang percaya harus membawa perubahan konstruktif bagi kehidupan gereja dan bagi kehidupan berbangsa.Inilah kesaksian Kristen yang sejati. (BHS)
Apa yang telah dilakukan Allah Bapa bagi orang percaya? Titus 3:5-7 menjelaskannya: “...Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, ..., yang sudah dilimpahkan-Nya kepada kita oleh Yesus Kristus, Juruselamat kita, supaya kita, ...berhak menerima hidup yang kekal, sesuai dengan pengharapan kita.” Keselamatan yang diberikan oleh Allah Bapa melalui pengorbanan Yesus Kristus adalah bukan karena perbuatan baik kita, tetapi ini hanya karena anugerah-Nya saja.Dengan demikian, perbuatan baik yang dilakukan orang percaya itu bukanlah upaya untuk memperolah hidup kekal, tetapi sebagai bentuk syukur orang percaya atas anugerah Tuhan. Sebagai orang Kristen Indonesia, kita dipanggil Tuhan untuk berbuat baik, tidak hanya untuk kelompok sendiri, melainkan juga untuk semua orang dalam keberagaman suku, agama, ras, golongan, dan perbedaan lainnya. Dengan demikian, jikalau Tuhan memanggil orang percaya dalam suatu jabatan publik di manapun, ia mempunyai alasan dan motivasi kuat untuk melakukan segala perbuatan baik, tidak cuma di gereja tetapi juga di masyarakat umum. Jika ke-Bhinneka Tunggal Ika-an kita sebagai sebuah bangsa Indonesia itu dihidupi dengan perbuatan baik bagi semua, tidak hanya gereja akan maju, tetapi juga bangsa Indonesia akan maju. Marilah kita hidupi panggilan Tuhan ini! (BHS)
Apa hal yang benar, baik, dan berguna di mata Allah untuk dilakukan setelah orang percaya menerima keselamatan dan menerima pengharapan hidup kekal di dalam Yesus Kristus? Ini petunjuk Rasul Paulus di Titus 3:8, “Perkataan ini benar dan aku mau supaya engkau dengan yakin menguatkannya, agar mereka yang sudah percaya kepada Allah sungguh-sungguh berusaha melakukan pekerjaan yang baik. Itulah yang baik dan berguna bagi manusia.” Orang percaya diperintahkan Tuhan untuk melakukan pekerjaan baik yaitu tindakan nyata kepada sesama dalam rangka mengasihi Tuhan dan sesama.Pelayanan kepada Tuhan diwujudkan melalui pelayanan kepada sesama.Ini pastilah menyenangkan hati Tuhan. Di kalangan orang Kristen Indonesia, ada yang menganggap bahwa pelayanan itu adalah hal- hal yang terkait dengan aktivitas gerejani saja seperti misalnya bernyanyi di paduan suara, menjadi penatua, mendoakan orang sakit, mengurus persekutuan pemuda. Tetapi ternyata aktivitas pelayanan itu melampaui tembok-tembok gereja sehingga, baik di gereja, di masyarakat, di pemerintahan, ataupun di mana saja, orang Kristen tetap melakukannya sebagai wujud dari pelayanan kepada Tuhan.Melalui pelayanan kepada sesama, orang percaya melayani Tuhan tanpa melihat perbedaan agama, suku, dan ras.Inilah hakekat terang yang menyinari kegelapan tanpa membeda-bedakan. (BHS)
Apa yang harus dihindari Titus dalam pelayanannya kepada jemaat di pulau Kreta? Ini nasihat Rasul Paulus di Titus 3:9, “Tetapi hindarilah persoalan yang dicari-cari dan yang bodoh, persoalan silsilah, percekcokan dan pertengkaran mengenai hukum Taurat, karena semua itu tidak berguna dan sia-sia belaka.” Banyak persoalan yang sebenarnya sepele, tetapi menjadi besar karena adanya amarah, gengsi, iri hati, tersinggung, dan tidak mau memaafkan. Pada jaman dulu, persoalan seperti itu bisa berkaitan dengan masalah silsilah, beda pendapat, perbedaan teologia, atau yang lainnya. Ini semua dianggap tidak berguna dan sia-sia belaka oleh Rasul Paulus. Persoalan di jemaat Kreta di masa lalu ternyata juga bisa kita temui di berbagai jemaat Tuhan di Indonesia masa kini. Bila perasaan iri, gengsi, amarah, benci, dan ambisi pribadi menjadi dominan, pastilah masalah kecil akan menjadi besar. Semuanya itu akhirnya sia-sia, tak berguna, menyita waktu sehingga pelayanan gereja pastilah terganggu, bahkan jemaat Tuhan bisa terpecah dan saling bermusuhan.Ironis sekali bukan?Terang itu seharusnya bermanfaat tetapi terang itu akhirnya justru merusak dan membutakan mata. Hai orang Kristen Indonesia, mari kita bersama-sama bertumbuh dalam karakter kita supaya terang kita bisa bersinar dan membawa kesaksian yang indah bagi kemajuan gereja dan bangsa kita! (BHS)
Rasul Paulus menasihati Titus tentang pengajar sesat atau bidat. Ini nasihatnya di Titus 3:10-11, “Seorang bidat yang sudah satu dua kali kaunasihati, hendaklah engkau jauhi. Engkau tahu bahwa orang yang semacam itu benar-benar sesat dan dengan dosanya menghukum dirinya sendiri.” Dalam jemaat Tuhan di pulau Kreta, ada pengajar-pengajar yang menyesatkan umat Tuhan dengan menyelewengkan Firman Tuhan.Walaupun sudah dinasihati oleh Titus, tetapi mereka rupanya tidak mau mendengarkan teguran.Orang-orang sesat seperti itu haruslah dijauhi dan tidak diperkenankan untuk mengajarkan Firman.Mengajarkan Firman dengan tidak benar adalah tindakan dosa yang mendatangkan hukuman Tuhan. Pengajar Firman di Indonesia diberi tanggung jawab oleh Tuhan untuk mengajarkan Firman Tuhan dengan benar karena jemaat Tuhan hanya bertumbuh karena ajaran Firman yang benar.Mengajarkan Firman dengan tidak setia kepada pesan Tuhan yang sesungguhnya adalah sebuah perbuatan dosa yang harus dihindari.Kalau ambisi politik, nafsu berkuasa, keinginan mengeruk keuntungan pribadi, pencitraan diri, ataupun dorongan cari popularitas diri sudah menguasai, bisa saja Firman Tuhan terselewengkan demi mencapai tujuan.Selain itu, bisa saja karena kurang persiapan, secara tidak sengaja seorang pengajar Firman menyesatkan umat. Wahai pengajar Firman di Indonesia, mari ajarkan Firman dengan benar! (BHS)
Dalam kehidupan jemaat di pulau Kreta, ada hal yang harus menjadi perhatian orang percaya. Apa itu? Rasul Paulus menjelaskan kepada Titus di Titus 3:14, “Dan biarlah orang-orang kita juga belajar melakukan pekerjaan yang baik untuk dapat memenuhi keperluan hidup yang pokok (terj. NIV: urgent needs supaya hidup mereka jangan tidak berbuah.” Umat Tuhan harus belajar melakukan pekerjaan baik, khususnya untuk menjawab kebutuhan genting, sebagai buah yang dapat dirasakan oleh orang banyak.Respon terhadap keperluan genting ini merupakan luapan dari rasa kasih orang percaya kepada sesamanya, tidak hanya untuk orang di gereja saja, tetapi juga untuk semua orang.Inilah perwujudan iman dalam tindakan nyata. Di Indonesia, banyak kebutuhan- kebutuhan genting yang bisa terjadi secara tiba-tiba yang sering menyangkut kebutuhan dasar yaitu sandang pangan dan tempat tinggal.Bisa saja hal ini terjadi karena bencana alam, peperangan, konflik antar suku atau agama, kemiskinan, radikalisasi agama, bencana kelaparan ataupun kecelakaan.Sepanjang sejarah, ada saja pribadi ataupun organisasi Kristen yang telah dipanggil Tuhan untuk menjawab kebutuhan ini sebagai bentuk pengabdian mereka kepada Tuhan.Ini semua haruslah didukung sebagai wujud kasih kita kepada Tuhan dan sesama manusia. Melaluinya, terang Tuhan akan menjadi terasa nyata sehingga nama Tuhan dimuliakan. (BHS)