Yohanes

Rasul Yohanes adalah murid Kristus yang menulis Injil Yohanes.Bagaimana kesaksian Yohanes tentang Yesus Kristus di Yohanes 1:1-3? Ini kesaksiannya: “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pzada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan.” Yesus Kristus adalah Sang Firman yang bersama-sama dengan Allah sejak pada mulanya. Dialah Allah. Melalui Sang Firman, Allah menciptakan segala sesuatu, baik di sorga, di langit, maupun di bumi. Betapa maha agung dan maha besar Kristus itu! Layaklah kalau semua ciptaan Allah tunduk pada Kristus. Seperti halnya perkataan manusia adalah ungkapan pikirannya, maka Yesus Kristus adalah perwujudan kehendak Allah dalam menciptakan segala sesuatu. Tanpa Kristus Sang Firman, tidak akan ada penciptaan. Allah dan Sang Firman ada bersama-sama dari kekal sampai kekal. Betapa luar biasanya kebenaran ini! Oleh sebab itu, di tengah kemajemukan pandangan dan keyakinan Iman di dunia sekarang ini, janganlah umat Tuhan sekali-kali meragukan tentang siapa Yesus Kristus.Yesus Kristus adalah Allah yang harus disembah, dipuji, dan ditaati. Janganlah kita berkompromi dengan keyakinan dasar iman kita tentang siapa Kristus itu! Marilah kita perteguh iman percaya kita di atas dasar iman pada Yesus Kristus! Ayo! (BHS)
Bagaimana peran Yesus Kristus bagi kehidupan manusia dan alam semesta? Mari lihat kesaksian Rasul Yohanes di Yohanes 1:4-5! “Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya.” Yesus Kristus memegang peran sentral dalam kehidupan manusia dan alam semesta karena Yesus adalah Sang Firman yaitu Allah sendiri.Hanya di dalam Yesus saja, kehidupan itu ada. Dia sajalah yang menjadi terang sejati bagi kehidupan manusia. Dia sajalah yang mampu mengusir segala macam kegelapan dunia. Benarlah pernyataan Tuhan Yesus di Yohanes 8:12 ini: “Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, ...”. Setiap orang percaya haruslah paham dan yakin tentang siapa Yesus Kristus itu.Kesaksian Rasul Yohanes telah sangat jelas bahwa Yesus Kristus adalah Allah.Hanya di dalam Yesuslah segala kehidupan di alam semesta ini ada.Hanya di dalam Yesuslah ada terang yang mampu mengusir segala kegelapan yaitu kejahatan dunia.Wahai orang percaya di Indonesia, apakah kita masih meyakini kebenaran hakiki ini?Apakah kita masih meragukan tentang siapa Yesus Kristus itu?Memang, di dalam kemajemukan pandangan di masa sekarang ini, kita sering gamang dan kehilangan pegangan.Oleh sebab itu, marilah kita memperkokoh kembali keyakinan dasar iman kita tentang siapa Yesus Kristus itu. Janganlah mudah goyah! (BHS)
Apa kesaksian Rasul Yohanes tentang Yohanes Pembaptis di Yohanes 1:6-8! Ini kesaksiannya: “Datanglah seorang yang diutus Allah, namanya Yohanes; ia datang sebagai saksi untuk memberi kesaksian tentang terang itu, supaya oleh dia semua orang menjadi percaya. Ia bukan terang itu, tetapi ia harus memberi kesaksian tentang terang itu.” Yohanes Pembaptis diutus Allah untuk menjadi saksi tentang sang terang yaitu Yesus Kristus supaya semua orang percaya kepada Kristus. Inilah tugas pengutusan dari Allah baginya. Yohanes Pembaptis sadar bahwa Yesus Kristuslah sang terang dan bukan dia. Yohanes Pembaptis tahu betul siapa dirinya dan apa tugas panggilannya sebagai saksi Kristus. Inilah sikap utusan yang seharusnya. Peran Yohanes Pembaptis sangatlah unik karena dia adalah pembuka jalan bagi kedatangan sang terang yaitu Yesus Kristus. Sikapnya yang sadar akan tugas panggilannya itu haruslah diteladani oleh orang percaya di masa kini. Dialah contoh saksi Kristus yang setia yang mengarahkan orang kepada Kristus dan bukannya justru membelokkannya pada dirinya sendiri.Dialah contoh hamba Tuhan yang setia menjalankan tugas panggilannya. Oleh sebab itu, hai para hamba Tuhan di Indonesia, marilah kita meneladani Yohanes Pembaptis! Marilah kita menjadikan pemberitaan tentang Kristus sebagai pusat pemberitaan kita sehingga semua orang dapat percaya kepada Kristus! Ayolah kita selalu menjadi saksi Kristus yang setia! (BHS)
Apa yang disampaikan rasul Yohanes tentang sang terang yang sesungguhnya yaitu Yesus Kristus di Yohanes 1:9-11? Inilah dia. “Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia. Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya. Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya.” Rasul Yohanes dengan tegas menyampaikan bahwa Yesus Kristus adalah sang terang yang sesungguhnya. Walaupun dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal Dia dan tidak menerima Dia. Sungguh tragis bahwa sang pemilik alam semesta sendiri hadir di dunia tetapi dunia justru menolaknya. Bagaimana sikap kita bila kita tahu bahwa Yesus Kristus adalah terang sesungguhnya seperti kesaksian rasul Yohanes? Apa yang akan kita lakukan bila Allah sang Pencipta berkenan datang ke milik kepunyaan-Nya dengan menjelma menjadi manusia? Apakah kita bersikap cuek dan tidak peduli? Apakah kita akan jadi ragu dan bimbang untuk menyambut Dia? Apakah kita akan menolak kedatangan-Nya? Atau apakah kita bergegas menyambut Dia dengan gembira dan hidup sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya? Jawaban atas semua pertanyaan itu akan menunjukkan sampai sejauh mana kita memberikan prioritas bagi Allah dalam Yesus Kristus. Oleh sebab itu, marilah kita terus bertumbuh dalam Kristus! Inilah panggilan kita! (BHS)
Walaupun kehadiran Yesus Kristus ditolak manusia, tetapi, dalam anugerah Allah, ada juga orang yang percaya kepada Yesus Kristus.Apa janji Allah bagi mereka yang percaya Kristus di Yohanes 1:11-13? Ini dia: “Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya; orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah.” Anugerah iman percaya dalam Yesus Kristus telah menyebabkan seseorang untuk mendapatkan hak atau kuasa untuk menjadi anak-anak Allah. Hak istimewa ini semata-mata hanya karena karunia Allah dan bukan karena upaya manusia. Hak untuk menjadi anak Allah adalah suatu hak khusus yang diberikan Allah melalui Yesus Kristus sehingga manusia dapat kembali dekat dengan Allah.Ironisnya, orang-orang percaya yang telah menerima karunia ini sering kali menganggap sepele hak ini, bahkan melecehkannya dengan sikap yang tidak tahu bersyukur dan sikap jahat yang tidak mencerminkan status sebagai anak-anak Allah.Bukannya orang Kristen menjadi anak-anak Allah yang membawa terang, ada saja yang justru menjadi agen kegelapan dengan segala kejahatan, baik di dalam lingkungan gereja maupun di masyarakat. Oleh sebab itu, marilah kita perbaharui komitmen kita untuk hidup benar sebagai anak-anak Allah! Jangan sia-siakan anugerah-Nya! (BHS)
Bagaimana kesaksian rasul Yohanes tentang Yesus Kristus, sang Firman yang bersama dengan Allah dari mulanya dan yang juga adalah Allah? Mari dengar Yohanes 1:14! “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.” Sang Firman yang adalah Allah sejati telah menjadi manusia sejati tanpa sedikitpun kehilangan keilahian-Nya. Peristiwa transfigurasi Yesus Kristus di Matius 17 telah memberikan sekelumit dari kemuliaan Kristus sebagai Anak Tunggal Bapa.Di dalam Kristus saja, segala kepenuhan kasih karunia dan kebenaran Allah tampak nyata. Apa yang menjadi keyakinan orang Kristen tentang siapa Yesus Kristus itu?Apakah Yesus Kristus itu seorang manusia hebat dan guru agung dengan ajaran yang hebat?Apakah Yesus itu seorang nabi yang diutus Allah?Apakah Yesus itu seorang pendiri suatu ajaran agama yang mempunyai banyak pengikut?Tentu saja semua itu benar tetapi tidaklah hanya itu.Yesus Kristus adalah manusia sejati dan Allah yang sejati. Dialah sang Firman yang bersama dengan Allah sejak pada mulanya. Hanya melalui Yesus Kristuslah segala sesuatu telah diciptakan. Di dalam Yesus Kristus, sang Anak Tunggal Allah itu, ada segala kemuliaan dan kebenaran. Mari kita perteguh iman percaya kita hanya dalam Kristus saja! Ayolah! (BHS)
Apa kesaksian Yohanes Pembaptis tentang Yesus Kristus yang disampaikan oleh rasul Yohanes di Yohanes 1:15? Ini dia: “Yohanes memberi kesaksian tentang Dia dan berseru, katanya: "Inilah Dia, yang kumaksudkan ketika aku berkata: Kemudian dari padaku akan datang Dia yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku." Yohanes Pembaptis sadar betul akan perannya sebagai pembuka jalan bagi Yesus Kristus yaitu sebagai suara yang berseru-seru di padang gurun seperti yang dinubuatkan di Yesaya 40:3. Yohanes Pembaptis adalah penunjuk arah bagi orang untuk bertemu dengan Kristus, yang telah ada jauh sebelum Yohanes Pembaptis, bahkan sudah ada sejak dari permulaan segala sesuatu. Seperti halnya Yohanes Pembaptis yang mempersiapkan jalan bagi kedatangan Yesus Kristus, maka umat Allah di Indonesiapun telah dipanggil-Nya untuk menjadi umat yang mempersiapkan jalan bagi kedatangan Kristus yang kedua kalinya kelak. Umat Allah seharusnya adalah penunjuk jalan untuk membawa orang beriman kepada Kristus.Inilah tanggung jawab yang dipercayakan Allah untuk umat-Nya.Hanya sayangnya, seringkali kita tidak selalu setia dalam menjalankan panggilan-Nya ini dengan adanya segala kebobrokan moral serta tindakan jahat yang dilakukan umat percaya, baik di dalam gereja maupun di masyarakat luas.Inilah saatnya bagi kita untuk mawas diri dan bertobat. Bersediakah kita? (BHS)
Apa kesaksian rasul Yohanes tentang kelimpahan kasih karunia dalam Yesus Kristus bagi orang percaya yang ada di Yohanes 1:16-17? Ini dia: “Karena dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia; sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus.” Di dalam Yesus Kristus, ada kelimpahan kasih karunia dalam segala hal, baik dalam hal fisik, mental, maupun spritual.Kasih karunia yang dilimpahkan itu seperti gelombang laut yang terus menerus melimpah tiada hentinya. Hanya di dalam kasih karunia dan kebenaran Kristuslah, orang percaya hidup bukan dalam ketakutan akan hukum Taurat, tetapi hidup dalam iman dan ketaatan pada Tuhan Yesus Kristus. Sadarkah kita sebagai orang percaya bahwa kelimpahan kasih karunia itu hanya ada di dalam Yesus Kristus? Bila kita melihat kehidupan kita dan kita mencoba merenungkan dan menghitung segala kasih karunia dan segala berkat yang telah diberikan Tuhan kepada kita, pastilah kita akan terperangah dan takjub akan kebesaran Tuhan. Hanya saja, mampukah kita melihat sinar mentari anugerah Tuhan dibalik segala awan gelap kesulitan dan persoalan kehidupan?Bukankah kasih karunia Tuhan yang begitu besar itu seringkali juga tertutup oleh segala dengki, amarah, cinta uang, gila hormat, kejar jabatan, serta berbagai ambisi dan nafsu jahat?Oleh sebab itu, marilah kita perbaharui komitmen kita kepada Allah dalam Yesus Kristus saja. (BHS)
Apa kesaksian rasul Yohanes tentang siapa Yesus Kristus itu? Mari lihat Yohanes 1:18! “Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya.” Para tokoh di Perjanjian Lama yaitu Abraham, Yakub, Musa, Daud, Yesaya, dan Yehezkiel, memang pernah bertemu Allah, baik dalam bentuk semak terbakar, penglihatan, ataupun suara. Tetapi merekapun tidak pernah melihat Allah. Hanya Yesus Kristus, sang Anak Tunggal Allah sajalah yang menjadi perwujudan nyata Allah kepada manusia. Yesus Kristuslah Allah yang menyatakan diri-Nya dalam wujud manusia sehingga manusia dapat melihat perwujudan segala kepenuhan Allah. Yesus Kristus adalah Tuhan.Kesaksian rasul Yohanes tentang Yesus Kristus ini adalah dasar yang sangat fundamental dalam iman Kristen sejak dari berdirinya gereja Tuhan ribuan tahun yang lalu.Karena keyakinan inilah maka banyak orang Kristen yang dianiaya dan dibunuh dengan kejam pada masa dulu.Di dalam kemajemukan keyakinan iman di zaman sekarang ini, orang Kristen harus berpegang teguh pada keyakinan dasar ini dan tidak boleh goyah dan kehilangan jati dirinya.Dengan keyakinan bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan inilah, orang Kristen di Indonesia dapat menjalani kehidupan yang membawa dampak bagi sekitarnya dengan berpegang pada ajaran dan teladan Yesus Kristus. Mari kita tetap teguh iman! (BHS)
Bagaimana kesaksian Yohanes Pembaptis tentang dirinya yang diungkapkan di Yohanes 1:19-20? Inilah dia: “Dan inilah kesaksian Yohanes ketika orang Yahudi dari Yerusalem mengutus beberapa imam dan orang-orang Lewi kepadanya untuk menanyakan dia: "Siapakah engkau?" Ia mengaku dan tidak berdusta, katanya: "Aku bukan Mesias." Ketika utusan pimpinan agama di Yerusalem pergi ke Galilea, dengan tegas dan tidak ragu-ragu, Yohanes Pembaptis menyatakan bahwa dia bukanlah Mesias yang dinantikan orang Yahudi. Dia adalah hamba Yesus Kristus yang setia dan yang tidak mengambil kemuliaan bagi dirinya sendiri.Kebesaran hamba Tuhan adalah karena dia senantiasa membawa kemuliaan bagi Kristus. Ada saja orang Kristen di Indonesia ini yang memandang dirinya sebagai hamba Tuhan, bukan karena mereka mau menjadi pelayan Kristus yang setia tetapi karena status sebagai hamba Tuhan dianggapnya sebagai status yang bergengsi, patut dibanggakan, serta menguntungkan secara finansial. Teladan dari Yohanes Pembaptis yang menyatakan bahwa dia bukanlah Kristus serta selalu mengarahkan orang untuk mengikut Kristus, patutlah diteladani oleh setiap hamba Tuhan.Seluruh aspek kehidupan hamba Tuhan sudah seharusnya menjadi kesaksian bagi Kristus serta membawa kemuliaan bagi nama-Nya. Oleh sebab itu, wahai setiap hamba Tuhan, marilah mawas diri dan tetaplah setia pada panggilanmu! (BHS)
Setelah Yohanes Pembaptis menyatakan bahwa dia bukanlah Mesias, maka orang masih menanyakan tentang jati dirinya seperti terungkap di Yohanes 1:21. “Lalu mereka bertanya kepadanya: "Kalau begitu, siapakah engkau? Elia?" Dan ia menjawab: "Bukan!" "Engkaukah nabi yang akan datang?" Dan ia menjawab: "Bukan!" Yohanes Pembaptis tahu betul jati dirinya. Dia bukanlah Elia dan dia bukanlah nabi yang akan datang. Ketenaran Yohanes Pembaptis tidaklah menyebabkan dia menjadi sombong dan tidak tahu diri. Ketenaran memang seharusnya tidak boleh menenggelamkan seorang hamba Tuhan dari apa yang menjadi misi utama dalam kehidupannya yaitu menjadi saksi Tuhan yang setia. Pada waktu seorang Kristen dipakai Tuhan dengan cara yang luar biasa sehingga dia menjadi tenar, banyak godaan termasuk kesombongan bisa merasuk dan menenggelamkannya. Ini berlaku tidak hanya pada seorang Kristen yang menjadi pengusaha, politisi, pejabat negara, dosen, dan berbagai profesi sekuler lainnya, tetapi juga bisa terjadi pada pendeta, penginjil, aktivis gereja, pengurus yayasan Kristen dan pelayan Tuhan lainnya. Ini perlulah diwaspadai.Teladan Yohanes Pembaptis haruslah diikuti oleh setiap orang percaya supaya setiap orang percaya dapat selalu mawas diri dan sadar diri tentang jati dirinya sebagai pengikut Kristus. Oleh sebab itu, wahai orang percaya, tetaplah belajar rendah hati dalam menjalankan panggilanmu! (BHS)
Apa yang disampaikan Yohanes Pembaptis sewaktu dia ditanyai tentang siapa dirinya?Mari lihat Yohanes 1:22-23! “Maka kata mereka kepadanya: "Siapakah engkau? Sebab kami harus memberi jawab kepada mereka yang mengutus kami. Apakah katamu tentang dirimu sendiri?" Jawabnya: "Akulah suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Luruskanlah jalan Tuhan! seperti yang telah dikatakan nabi Yesaya." Sesuai dengan Yesaya 40:3, Yohanes Pembaptis sadar betul bahwa dia hanya bertugas untuk menjadi hamba yang membuka jalan bagi kedatangan Yesus Kristus.Pelayanan Yohanes Pembaptis berfokus pada Kristus dan bukan berfokus pada kemuliaan diri sendiri.Inilah ciri pelayan Tuhan yang benar. Siapa yang dimuliakan dalam pelayanan para pelayan Tuhan di Indonesia ini? Sang pelayan Tuhankah? Tentu seharusnya tidak demikian.Setiap pelayan Tuhan haruslah sadar betul bahwa fokus pelayanannya bukanlah pada diri sendiri tetapi pada Allah dalam Yesus Kristus sajalah. Segala hormat dan pujian haruslah tertuju pada-Nya saja! Memang seringkali penyakit egoisme, ambisi kaya, nafsu berkuasa, serta berbagai keinginan dunia bisa saja mencoba menggeser fokus pelayan Tuhan dari Kristus.Tetapi setiap pelayan Tuhan haruslah tetap tegar dan setia dalam melayani demi kemuliaan Tuhan.Hanya dengan cara seperti itulah pelayan Tuhan berkenan kepada Allah dan menjadi pelayan Tuhan yang benar. (BHS)
Bagaimana Yohanes Pembaptis melihat siapa Yesus? Mari lihat kisah di Yohanes 1:24-27! “Dan di antara orang-orang yang diutus itu ada beberapa orang Farisi. Mereka bertanya kepadanya, katanya: "Mengapakah engkau membaptis, jikalau engkau bukan Mesias, bukan Elia, dan bukan nabi yang akan datang?" Yohanes menjawab mereka, katanya: "Aku membaptis dengan air; tetapi di tengah-tengah kamu berdiri Dia yang tidak kamu kenal, yaitu Dia, yang datang kemudian dari padaku. Membuka tali kasut-Nyapun aku tidak layak." Yohanes Pembaptis dengan tidak ragu-ragu mengungkapkan bahwa Yesus Kristuslah yang dia tinggikan.Baptisan air dari Yohanes Pembaptis adalah sebagai pembuka jalan bagi pelayanan Kristus. Yohanes Pembaptis telah berkomitmen untuk meninggikan Kristus dalam pelayanannya.Dalam komitmennya itu, dia tidak mau mencuri sedikitpun kemuliaan bagi dirinya sendiri. Dia tahu bahwa dia hanyalah sebuah alat dalam Kerajaan Allah untuk membawa kemuliaan bagi sang Raja. Apakah kesadaran Yohanes Pembaptis ini ada pada hamba Tuhan di Indonesia di zaman sekarang ini?Kemuliaan siapa yang dikejar?Allahkah atau yang lainnya?Karena membawa kemuliaan bagi Tuhan itu adalah tujuan utama bagi setiap pelayan Tuhan, marilah kita mawas diri dan kembali mengarahkan diri kita hanya kepada Tuhan saja. Marilah kita memusatkan hati, pikiran, dan tenaga kita untuk membawa kemuliaan bagi Kristus saja! (BHS)
Apa kesaksian Yohanes Pembaptis tentang Yesus di Yohanes 1:29-31? Ini dia: “Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata: "Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia. Dialah yang kumaksud ketika kukatakan: Kemudian dari padaku akan datang seorang, yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku. Dan aku sendiripun mula-mula tidak mengenal Dia, tetapi untuk itulah aku datang dan membaptis dengan air, supaya Ia dinyatakan kepada Israel." Yohanes Pembaptis sadar betul siapa Yesus itu yaitu bahwa Dia adalah sang Anak Domba Allah, penghapus dosa manusia. Melalui baptisan Yohanes, Yesus Kristus dinyatakan kepada Israel supaya Israel mengikut Kristus. Proklamasi tentang siapa Yesus Kristus seperti yang dinyatakan oleh Yohanes Pembaptis itu haruslah diyakini oleh setiap orang percaya. Yesus Kristus memang sang Anak Domba Allah yang dikurbankan untuk menghapus dosa manusia. Inilah kabar baik yang harus diwartakan ke seluruh penjuru dunia supaya setiap orang yang percaya pada Yesus Kristus akan terhindar dari hukuman dosa dan memperoleh hidup yang kekal bersama dengan Allah. Pewartaan kabar baik ini tentu saja tidak semata-mata hanya ucapan mulut, tetapi terlebih lagi, kabar baik ini harus juga terwujud dalam segala perkataan, pikiran, dan perilaku. Oleh sebab itu, marilah kita giat membawa kabar baik ke mana-mana! Roh Yesus Kristus pasti menyertai kita. (BHS)
Inilah kesaksian Yohanes Pembaptis di Yohanes 1:31-34 tentang Yesus Kristus. “Dan Yohanes memberi kesaksian, katanya: "Aku telah melihat Roh turun dari langit seperti merpati, dan Ia tinggal di atas-Nya. Dan akupun tidak mengenal-Nya, tetapi Dia, yang mengutus aku untuk membaptis dengan air, telah berfirman kepadaku: Jikalau engkau melihat Roh itu turun ke atas seseorang dan tinggal di atas-Nya, Dialah itu yang akan membaptis dengan Roh Kudus. Dan aku telah melihat-Nya dan memberi kesaksian: Ia inilah Anak Allah." Yohanes Pembaptis sadar dan yakin bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah karena dia telah menyaksikan Roh turun sewaktu baptisan Yesus sesuai dengan yang telah dinubuatkan. Yohanes Pembaptis adalah saksi mata bahwa Yesus Kristus adalah benar-benar Anak Allah sesuai dengan kesaksian Allah sendiri di peristiwa baptisan Yesus di Matius 3:16-17.Kesaksian bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah ini sering dilecehkan dan dianggap sebagai suatu omong kosong saja, baik di zaman dulu maupun di masa sekarang ini.Tetapi, kebenaran iman ini tidaklah bisa dipungkiri.Yesus Kristus memang Anak Allah.Dialah yang diutus oleh Allah Bapa sebagai jalan penebusan bagi manusia yang berdosa.Masalahnya, apakah kita tetap teguh berpegang pada kebenaran ini atau malahan menjadi bimbang dan ragu?Yesus Kristus adalah Anak Allah. Janganlah meragukan kebenaran ini! (BHS)
Bagaimana tanggapan kedua murid Yohanes Pembaptis setelah mendengar kesaksian gurunya? Mari lihat kisahnya di Yohanes 1:35-37! “Pada keesokan harinya Yohanes berdiri di situ pula dengan dua orang muridnya. Dan ketika ia melihat Yesus lewat, ia berkata: "Lihatlah Anak domba Allah!" Kedua murid itu mendengar apa yang dikatakannya itu, lalu mereka pergi mengikut Yesus.” Yohanes Pembaptis bersaksi bahwa Yesus Kristus adalah sang Anak Domba Allah. Kesaksian yang didengar oleh kedua muridnya itu telah membawa mereka untuk datang kepada Kristus. Pemberitaan kabar baik tentang Yesus Kristus, memang harus membawa orang untuk mengikut Kristus dan bukannya malah mengikut yang lain. Seperti halnya Yohanes Pembaptis yang mengarahkan murid-muridnya untuk mengikut Kristus, demikian juga para pemimpin umat Tuhan di Indonesia harus membawa umat Tuhan pada pengenalan yang lebih mendalam pada Yesus Kristus. Tetapi sayangnya, ada saja pemimpin umat yang justru membawa orang untuk menjadi pengikutnya yang setia dan bukannya menjadi pengikut Kristus yang setia.Bisa saja ini disebabkan karena adanya cinta uang, nafsu berkuasa, atau ambisi tidak sehat lainnya.Ini semua hal yang harus dihindari dan tidak boleh terjadi.Oleh sebab itu, wahai para pemimpin umat di Indonesia, marilah kita belajar mengarahkan segala pemberitaan Firman serta segala upaya kita untuk kemuliaan Kristus saja. Siapkah kita? (BHS)
Kedua murid Yohanes Pembaptis akhirnya mengikut Kristus. Mari lihat kisah di Yohanes 1:38-39! “Tetapi Yesus menoleh ke belakang. Ia melihat, bahwa mereka mengikut Dia lalu berkata kepada mereka: "Apakah yang kamu cari?" Kata mereka kepada-Nya: "Rabi (artinya: Guru, di manakah Engkau tinggal?" Ia berkata kepada mereka: "Marilah dan kamu akan melihatnya." Merekapun datang dan melihat di mana Ia tinggal, dan hari itu mereka tinggal bersama-sama dengan Dia;...” Walaupun kedua murid Yohanes Pembaptis itu belum paham betul mengapa mereka mengikut Yesus, tetapi mereka tetap bertekad untuk tinggal bersama-Nya.Mengikut Kristus memang terkait masalah komitmen hati yang mau taat dan setia. Dalam kehidupan umat Tuhan, pastilah banyak pertanyaan dalam kehidupan yang belum dapat dijawab, bahkan tidak bisa terjawab karena adanya segala keterbatasan manusia.Hal ini seharusnya tidak menghalangi orang untuk mengikut Kristus karena masalah mengikut Kristus adalah masalah komitmen hati dan bukan sekedar masalah pengertian rasio semata. Dalam proses pertumbuhan iman, tingkat pengenalan kita akan Kristus tentu akan lebih meningkat dan pemahaman kita akan seluk beluk kehidupan imanpun akan makin dalam. Oleh sebab itu, wahai orang percaya di Indonesia, marilah kita tetap berkomitmen mengikut Kristus! Tetaplah bertumbuh dalam iman! Tetaplah tegar dan jangan goyah! (BHS)
Bagaimana Simon Petrus dapat menjadi murid Yesus? Mari kita simak kisahnya di Yohanes 1:40-41, “Salah seorang dari keduanya yang mendengar perkataan Yohanes lalu mengikut Yesus adalah Andreas, saudara Simon Petrus. Andreas mula-mula bertemu dengan Simon, saudaranya, dan ia berkata kepadanya: "Kami telah menemukan Mesias (artinya: Kristus." Rupanya Andreaslah salah satu murid Yohanes Pembaptis yang kemudian mengikut Yesus. Di dalam sukacitanya karena telah menemukan sang Mesias, Andreas kemudian memberitahu Simon Petrus, saudaranya. Bila seseorang telah bertemu Kristus dan mengalami anugerah dan sukacita, sudah barang tentu dia akan bersaksi ke orang lain dalam sukacitanya itu. Kesaksian yang keluar dari hati yang telah diperbaharui Kristus adalah kesaksian yang spontan, tidak dibuat-buat, dan memancar dengan sendirinya. Kesaksian Andreas adalah contoh kesaksian seperti itu yang seharusnya diteladani oleh orang percaya di Indonesia. Kabar baik tentang apa yang telah diperbuat Kristus dalam kehidupan kita seharusnya menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kesaksian hidup kita, baik dalam perkataan maupun dalam perbuatan. Dengan demikian, orang Kristen tidak hidup dalam sandiwara atau kepura-puraan hidup serta sikap sok suci. Oleh sebab itu, marilah kita terus bertumbuh dalam pengenalan akan Kristus serta tidak hidup dalam kepura-puraan. Maukah kita? (BHS)
Apa yang disampaikan Yesus Kristus sewaktu Andreas membawa Simon Petrus, saudaranya itu, kepada-Nya?Ini ceritanya di Yohanes 1: 42. “Ia membawanya kepada Yesus. Yesus memandang dia dan berkata: "Engkau Simon, anak Yohanes, engkau akan dinamakan Kefas (artinya: Petrus." Yesus Kristus mengenal siapa Simon Petrus itu karena Tuhan akan memakai dia secara unik. Kalau Tuhan Yesus mengubah nama Simon menjadi “Kefas” atau “Petrus” yang berarti batu karang, maka Tuhan Yesus tahu bahwa sang nelayan sederhana itu akan dipakai Tuhan dengan luar biasa sebagai batu karang jemaat Tuhan. Dalam segala kelemahan manusia, Kristus dapat memakai seseorang dengan cara yang luar biasa. Gereja Tuhan adalah persekutuan orang-orang yang telah ditebus Allah melalui darah penebusan Yesus Kristus.Kumpulan orang-orang ini tentu mempunyai berbagai kelemahan dan kekurangan.Di dalam segala keterbatasan inilah, Allah mengutus jemaat-Nya untuk menjadi saksi Kristus yang setia. Dalam menghadapi segala tantangan, umat percaya pasti akan kokoh dan kuat bila bersandar pada batu karang keyakinan bahwa Yesus adalah sang Kristus, sang Anak Allah yang diutus Allah Bapa untuk menebus manusia. Janganlah kita bimbang dan ragu atas dasar keyakinan iman Kristiani ini! Melaluinya, kita mendapatkan kekuatan untuk menghadapi segala gempuran dan tantangan kehidupan sebagai saksi Kristus. (BHS)
Bagaimana Filipus dapat menjadi murid Kristus?Ini kisahnya di Yohanes 1: 43-44. “Pada keesokan harinya Yesus memutuskan untuk berangkat ke Galilea. Ia bertemu dengan Filipus, dan berkata kepadanya: "Ikutlah Aku!" Filipus itu berasal dari Betsaida, kota Andreas dan Petrus.” Dari lokasi Yohanes Pembaptis di tepi sungai Yordan, Yesus berjalan menuju Betsaida di Galilea dan bertemu dengan Filipus.Apakah ini sebuah kebetulan sehingga Filipus dapat bertemu Yesus dan menjawab panggilan-Nya untuk menjadi murid Kristus? Pastilah tidak. Keputusan Yesus untuk ke Galilea pastilah tidak kebetulan. Karena Yesus adalah Anak Allah yang Maha Kuasa, Dia tahu siapa yang akan dipilih-Nya untuk menjadi murid-Nya. Inilah anugerah. Panggilan Yesus untuk mengikut-Nya adalah sebuah panggilan yang harus dijawab. Hanya karena kerja Roh Kudus sajalah maka manusia dapat menjawab panggilan untuk menjadi murid Kristus karena manusia yang telah berdosa, tidak akan mampu menjawab panggilan Kristus, kecuali dianugerahi oleh Roh Kudus. Oleh sebab itu, bila kita telah dipilih untuk menjadi pengikut Kristus, itu adalah semata-mata karena anugerah Tuhan. Janganlah kita menjadi sombong dan merendahkan sesama yang belum menerima panggilan-Nya! Tugas orang percaya adalah memang menjadi saksi Kristus, tetapi marilah kita ingat bahwa untuk dapat menjadi pengikut Kristus, ini adalah anugerah semata dan bukan karena kehendak manusia saja. (BHS)
Bagaimana respons Natanael setelah mendengar kesaksian Filipus di Yohanes 1:45-46? Ini dia: “Filipus bertemu dengan Natanael dan berkata kepadanya: "Kami telah menemukan Dia, yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi, yaitu Yesus, anak Yusuf dari Nazaret." Kata Natanael kepadanya: "Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?" Filipus meyakini bahwa Yesus yang berasal dari Nazaret itu adalah penggenapan nubuat Musa dan para nabi. Meskipun demikian, Natanael berprasangka kalau ada hal yang baik bisa datang dari kota kecil seperti Nazaret. Adanya prasangka memang seringkali menimbulkan keraguan dalam mengikut Kristus. Berprasangka buruk adalah sikap yang sering ada dalam diri manusia yang terbentuk dari pengalaman buruk seseorang di masa lalu. Akibatnya, orang tersebut akan mempunyai pola pikir yang salah dan bertindak salah pula. Dalam pemberitaan tentang Kristus, prasangka buruk juga bisa terbentuk dari didikan keluarga, tradisi setempat, ajaran agama, ataupun hoax, yang bisa membuat orang untuk bersikap negatif terhadap pemberitaan tentang Kristus. Oleh sebab itu, jembatan komunikasi dan relasi yang baik perlu dibangun melalui persahabatan yang tidak diskriminatif.Melalui persahabatan seperti itulah segala prasangka tidak sehat dapat dihindarkan. Mari jadi sahabat bagi semua! Ayolah! (BHS)
Pada waktu Filipus mengajak Natanael untuk datang kepada Yesus Kristus, apa komentar Yesus tentang Natanael? Mari dengar percakapannya di Yohanes 1:47! “Kata Filipus kepadanya: "Mari dan lihatlah!" Yesus melihat Natanael datang kepada-Nya, lalu berkata tentang dia: "Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!" Yesus Kristus adalah Tuhan yang bisa melihat ke dalam hati Natanael yang terdalam.Walaupun Natanael bimbang tentang Kristus yang mungkin timbul karena prasangka masa lalu tetapi kebimbangannya itu datang dari ketulusan hati dan bukan dari sikap kemunafikan.Natanael adalah seorang yang tulus hati dan berintegritas di mata Tuhan. Karena Yesus Kristus adalah Allah yang berinkarnasi menjadi manusia maka Yesus tahu segala sesuatu termasuk hati yang terdalam dari Natanael dan semua manusia.Memang tidak ada kepalsuan yang dapat disembunyikan di hadapan Kristus. Oleh sebab itu, wahai orang percaya di Indonesia, marilah kita memeriksa diri kita masing-masing dan tidak hidup sok suci! Marilah kita terus belajar hidup jujur dan berintegritas kapan saja dan di mana saja! Kalaupun kita mempunyai keraguan atau pergumulan, janganlah semuanya itu menghalangi kita untuk datang kepada Yesus Kristus.Dia yang menilik hati kita semua menginginkan kita untuk hidup dalam ketulusan hati sehingga kita dapat menjadi saksi-Nya yang setia. (BHS)
Setelah Natanael tahu bahwa Yesus mengetahui pergumulan hatinya yang terdalam, bagaimana keyakinan Nathanael tentang siapa Yesus? Mari lihat percakapannya di Yohanes 1:48-49! “Kata Natanael kepada-Nya: "Bagaimana Engkau mengenal aku?" Jawab Yesus kepadanya: "Sebelum Filipus memanggil engkau, Aku telah melihat engkau di bawah pohon ara." Kata Natanael kepada-Nya: "Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel!" Pergumulan pribadi Natanael di tempat tersembunyi tentang sang Mesias diketahui oleh Yesus Kristus karena memang tidak ada rahasia yang bisa tersembunyi dari hadapan-Nya. Yesus Kristus memang Anak Allah dan Raja orang Israel.Dialah Allah yang berkuasa atas semua. Kuasa Yesus Kristus tidaklah berubah dari dulu, sekarang, dan sampai selama-lamanya. Dialah sang Mesias dan sang Anak Allah yang memiliki segala kuasa di sorga dan di bumi. Tak heranlah bila tidak ada hal yang tersembunyi dari Yesus Kristus.Seperti halnya Yesus tahu isi hati dan pergumulan Natanael, Yesus tahu juga segala isi hati dan pergumulan kita semua.Di dalam kekuasaan-Nya yang besar itu, Yesus menjanjikan kelegaan bagi mereka yang berbeban berat. Oleh sebab itu, marilah kita meneladani sikap iman Natanael yang mengakui akan kekuasaan dan kedaulatan Yesus Kristus. Di dalam keyakinan iman seperti inilah umat Tuhan akan membawa berkat bagi semua. Jadi, janganlah kita bimbang dan ragu tentang siapa Yesus Kristus! (BHS)
Setelah Natanael menyatakan keyakinan imannya bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah, apa yang disampaikan Yesus kepada Natanael di Yohanes 1:50-51? Ini dia: “Yesus menjawab, kata-Nya: "Karena Aku berkata kepadamu: Aku melihat engkau di bawah pohon ara, maka engkau percaya? Engkau akan melihat hal-hal yang lebih besar dari pada itu." Lalu kata Yesus kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia." Karena Natanael percaya Kristus, Natanael akan melihat dan mengalami hal besar seperti halnya Yakub leluhur bangsa Israel yang melihat malaikat turun naik sorga. Iman membuka keajaiban Allah. Dengan orang percaya menaruh iman pada Yesus Kristus sebagai Anak Allah dan Anak Manusia, maka mata rohaninya akan dibukakan atas banyak keajaiban Allah yang tidak dipahami sebelumnya. Iman memang membuka jalan bagi manusia untuk melihat kebesaran perbuatan tangan Tuhan, baik dalam kehidupan pribadinya maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Orang beriman akan mampu melihat dengan jernih berbagai permasalahan dari sudut pandang iman Kristiani. Kemampuan melihat dari perspektif iman ini seharusnya membuat orang percaya untuk hidup bijak di tengah-tengah kemelut dunia dengan segala permasalahannya.Hanya saja maukah orang percaya sungguh-sungguh percaya?Ini tantangan kita. (BHS)
Yesus melakukan mujizat pertama di Kana tiga hari setelah percakapan-Nya dengan Natanael. Yohanes 2:1-4, menceritakannya. “Pada hari ketiga ada perkawinan di Kana yang di Galilea, dan ibu Yesus ada di situ; Yesus dan murid-murid-Nya diundang juga ke perkawinan itu. Ketika mereka kekurangan anggur, ibu Yesus berkata kepada-Nya: "Mereka kehabisan anggur." Kata Yesus kepadanya: "Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu? Saat-Ku belum tiba." Kehabisan anggur dalam sebuah pesta adalah sebuah permasalahan besar dalam adat Yahudi.Membawa permasalahan kepada Yesus Kristus adalah hal yang benar.Dalam anugerah-Nya yang diberikan pada waktu-Nya, Yesus Kristus pasti memberikan jalan keluar. Sikap berharap kepada pertolongan Yesus Kristus adalah sikap yang harus dimiliki oleh setiap orang percaya.Karena Yesus Kristus adalah Allah yang Maha Kuasa, maka tidak ada persoalan yang terlalu besar bagi-Nya untuk diatasi.Hanya saja, pertolongan Tuhan itu diberikan sesuai dengan hikmat dan waktu Tuhan.Sayangnya, seringkali kita sebagai umat percaya tidaklah sabar menunggu pertolongan Tuhan.Bahkan seringkali pula kita menghendaki pertolongan Tuhan itu terjadi menurut selera dan kehendak kita. Di dalam kebesaran-Nya, Tuhan Yesus Kristus pasti tahu benar apa yang terbaik untuk kita. Jadi, marilah kita terus berharap pada pertolongan Tuhan yang pasti akan memberi kita jalan keluar pada waktu-Nya. (BHS)
Apa yang dilakukan Maria, ibu Yesus, dalam menghadapi krisis kehabisan anggur di pesta pernikahan di Kana?Ini kisahnya di Yohanes 2:5-7. “Tetapi ibu Yesus berkata kepada pelayan-pelayan: "Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!" Di situ ada enam tempayan yang disediakan untuk pembasuhan menurut adat orang Yahudi, masing-masing isinya dua tiga buyung. Yesus berkata kepada pelayan-pelayan itu: "Isilah tempayan-tempayan itu penuh dengan air." Dan merekapun mengisinya sampai penuh.” Maria percaya bahwa mujizat bisa terjadi bila para pelayan setia mengikuti perintah Yesus.Percaya pada kuasa Yesus Kristus dan bertindak sesuai perintah-Nya memang sikap terbaik untuk mengalami kuasa Allah. Yesus Kristus adalah sang Firman yaitu Allah sendiri yang menjelma dalam wujud manusia. Karena Dialah Allah, maka Yesus Kristus tahu betul apa yang terbaik untuk dilakukan dalam menghadapi segala persoalan dan tantangan. Tidak ada persoalan yang terlalu sulit bagi Kristus yang tidak dapat diselesaikan.Inilah sikap iman yang harus ada pada setiap orang percaya.Hanya di dalam Kristus dan melalui Kristus saja orang percaya dapat menjalani kehidupan yang terbaik. Oleh sebab itu, wahai orang percaya di Indonesia, jangan bimbang dan ragu dalam menaati perintah Kristus! Tetaplah percaya pada-Nya dalam menghadapi segala tantangan kehidupan! Marilah kita belajar setia dalam berpikir dan bertindak sesuai perintah Kristus! (BHS)
Apa yang terjadi setelah para pelayan di Kana menaati perintah Yesus untuk mengisi enam tempayan pembasuhan dengan air? Ini kisahnya di Yohanes 2:8-10, “Lalu kata Yesus kepada mereka: "Sekarang cedoklah dan bawalah kepada pemimpin pesta." Lalu merekapun membawanya. Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu ....ia memanggil mempelai laki-laki, dan berkata kepadanya: "Setiap orang menghidangkan anggur yang baik dahulu dan sesudah orang puas minum, barulah yang kurang baik; akan tetapi engkau menyimpan anggur yang baik sampai sekarang." Menaati perintah Yesus Kristus adalah kunci bagi orang percaya untuk mengalami mujizat Allah. Dalam menghadapi kemelut kehidupan, orang percaya sering merasa frustasi dan tidak berdaya karena begitu besarnya permasalahan yang dihadapinya.Hal ini bahkan sering berlanjut pada sikap depresi dan putus asa.Hidup kemudian menjadi kosong dan tidak berpengharapan lagi.Kisah mujizat air menjadi anggur di Kana mengajar orang percaya untuk belajar berani menaati perintah Tuhan dalam segala keputusan.Walaupun orang percaya sering tidak paham maksud dan cara Tuhan, sikap iman untuk berani taat Tuhan adalah kunci bagi keberhasilan hidup setiap orang percaya.Oleh sebab itu, wahai orang percaya maukah kita mengalami mujizat Tuhan dalam segala kemelut? Mari kita belajar taat pada Kristus saja! (BHS)
Apa peran mujizat dalam pelayanan Yesus? Mari lihat penjelasan rasul Yohanes di Yohanes 2:11! “Hal itu dibuat Yesus di Kana yang di Galilea, sebagai yang pertama dari tanda-tanda-Nya dan dengan itu Ia telah menyatakan kemuliaan-Nya, dan murid-murid-Nya percaya kepada-Nya.” Mujizat yang dilakukan Yesus Kristus di Kana merupakan yang pertama dalam pelayanan-Nya.Mujizat merupakan tanda keilahian Yesus.Mujizat juga merupakan pernyataan dari kemuliaan Kristus sebagai Anak Allah yang berkuasa.Karena itu, seperti murid-murid Kristus yang semakin dekat Kristus, maka mujizat seharusnya mengantarkan orang untuk makin percaya Kristus dan bukannya malahan mengejar mujizat semata. Karena Yesus Kristus adalah Allah, maka Dia berkuasa atas segala sesuatu sehingga mujizat atau hal-hal supernatural adalah hal yang wajar saja bagi-Nya. Tidak ada hal yang mustahil bagi Allah. Oleh sebab itulah, bila Yesus Kristus melakukan mujizat, maka hal ini merupakan pernyataan atau tanda akan keilahian Kristus yang ditunjukkan kepada manusia untuk menyatakan akan kemuliaan-Nya. Sayangnya, banyak orang percaya di Indonesia ini yang lebih mengejar mujizat seperti kesembuhan fisik dibandingkan dengan mujizat kesembuhan rohani untuk bisa makin bertumbuh dalam pengenalan akan Kristus. Oleh sebab itu, marilah kita berharap hanya pada Kristus, sang sumber mujizat! (BHS)
Setelah melakukan mujizat yang pertama di Kana, apa yang dilakukan Yesus? Mari simak kisahnya di Yohanes 2:12! “Sesudah itu Yesus pergi ke Kapernaum, bersama-sama dengan ibu-Nya dan saudara-saudara-Nya dan murid-murid-Nya, dan mereka tinggal di situ hanya beberapa hari saja.” Dari daerah perbukitan, Yesus dan rombongannya turun ke kota Kapernaum di tepi danau Galilea. Selain murid-murid-Nya yang pertama, Maria serta empat adik kandung Yesus juga ikut serta.Walaupun ikut serta, menurut Yohanes 7:5, saudara-saudara Yesus itu belumlah percaya pada-Nya.Ikut serta dalam kegiatan pelayanan bukanlah bukti bahwa seorang sudah percaya Kristus karena menjadi percaya memang anugerah Tuhan. Terlibat dalam pelayanan, baik di gereja, di persekutuan, di keluarga ataupun di mana saja, bukanlah bukti satu-satunya bahwa seseorang itu percaya pada Kristus.Berbagai motivasi bisa saja ada dalam keterlibatan di sebuah pelayanan.Seperti saudara-saudara Yesus yang dulu mengikuti Yesus tanpa disertai iman percaya pada-Nya, demikian juga orang pada masa kini. Karena ada motivasi lain, misalnya untuk mendapatkan uang, jodoh, teman, atau popularitas, seseorang bisa saja ikut terlibat aktif dalam sebuah kegiatan pelayanan. Walaupun di dalam anugerah Tuhan ini bisa menjadi cara untuk mengenal Kristus, tetapi kita perlu juga mewaspadainya supaya pelayanan tidak terselewengkan. Mari mawas diri! (BHS)
Apa yang dilakukan Tuhan Yesus dalam pelayanan publik pertamanya? Mari lihat Yohanes 2:13-15! “Ketika hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat, Yesus berangkat ke Yerusalem. Dalam Bait Suci didapati-Nya pedagang-pedagang lembu, kambing domba dan merpati, dan penukar-penukar uang duduk di situ. Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkan-Nya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya.” Tuhan Yesus bertindak tegas dengan mengusir para pedagang dan penukar uang di Bait Suci.Sikap tegas yang dilandaskan pada kasih dan kebenaran adalah teladan yang harus diikuti oleh orang percaya. Dengan berbagai alasan, ada saja orang Kristen yang berkilah untuk tidak bertindak benar dan tegas walaupun melihat ketidakbenaran merajalela.Bahkan kalau perlu, kompromi iman bisa dilakukan demi keuntungan finansial ataupun keuntungan pribadi lainnya.Bila ini terjadi pada jemaat biasa, mungkin ini terjadi karena orang Kristen tidak bertumbuh dalam komitmen imannya kepada Kristus.Ini tentu harus dihindari.Tetapi bagaimana kalau sikap ketidak tegasan dan ketidak beranian, bahkan sikap plin-plan terjadi pada pimpinan umat Tuhan di Indonesia? Bukankah dampaknya akan lebih besar lagi? Oleh sebab itu, marilah kita semua secara bersama-sama saling mendorong untuk bertumbuh dalam Kristus! Ayo! (BHS)
Setelah Tuhan Yesus mengusir para pedagang di Bait Allah, teguran keras apa yang disampaikan-Nya kepada mereka? Mari dengar teguran di Yohanes 2:16-17! “Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata: "Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan." Maka teringatlah murid-murid-Nya, bahwa ada tertulis: "Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku." Kutipan dari Mazmur 69:10 ini disadari oleh murid-murid Yesus sebagai dasar kuat mengapa Yesus bertindak keras terhadap para pedagang yang menjadikan Bait Allah sebagai tempat berjualan.Menjadikan ibadah sebagai sarana untuk cari untung, bahkan sampai-sampai tega menipu umat, adalah perkara yang dimurkai Tuhan. Di dalam persekutuan orang percaya, ada saja anggota jemaat, atau bahkan pelayan Tuhan, yang ingin mencari keuntungan yang tidak halal.Keinginan kaya dan keinginan berkuasa seringkali merasuk sehingga merusak umat Tuhan.Akibatnya, pertumbuhan iman melalui pengenalan Firman Tuhan yang murni dan benar tidaklah menjadi prioritas lagi.Firman Tuhan bahkan bisa saja dimanipulasi demi kepentingan pribadi.Ini tentu harus dihindari kalau tidak ingin dimurkai. Oleh sebab itu, marilah kita waspadai dengan selalu mawas diri dan terus mengevaluasi hati apakah ada motivasi duniawi yang tersembunyi! Ketulusan hati di hadapan yang ilahi adalah modal utama untuk kita bisa menghindari apa yang Tuhan murkai. (BHS)
Setelah Yesus Kristus mengusir para pedagang yang berjual-beli di Bait Allah, apa tanggapan orang-orang Yahudi terhadap Kristus? Mari lihat kisahnya di Yohanes 2:18-19! “Orang-orang Yahudi menantang Yesus, katanya: "Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?" Jawab Yesus kepada mereka: "Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali." Orang Yahudi yang menentang Yesus menantang-Nya dan mempertanyakan hak-Nya untuk mengusir para pedagang di Bait Allah. Secara kiasan, Yesus menjawab dengan nubuatan akan kematian dan kebangkitan Sang Bait Allah yaitu diri-Nya setelah tiga hari. Yesus Kristus mempunyai hak dan kuasa penuh atas Bait Allah karena Bait Allah itu bukan sekedar bangunan semata, tetapi Bait Allah adalah lambang perwujudan Allah di dunia ini. Bait Allah yang sejati adalah Yesus Kristus sendiri. Dia adalah Anak Allah yang mati dan bangkit pada hari yang ketiga demi keselamatan manusia.Tanda kebangkitan Kristus ini adalah tanda yang menunjukkan hak Kristus atas semua ciptaan Allah. Oleh sebab itu, wahai umat percaya di Indonesia, marilah kita bersama-sama meninggikan Yesus Kristus dan memberitakan karya penebusan-Nya! Berita kematian dan kebangkitan Kristus demi menebus dosa manusia adalah kabar baik yang harus diberitakan selalu. Ayo beritakan! (BHS)
Orang Yahudi telah salah memahami maksud Tuhan Yesus tentang Bait Allah. Mari kita simak kisahnya di Yohanes 2:20-22! “Lalu kata orang Yahudi kepada-Nya: "Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?" Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri. Kemudian, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, barulah teringat oleh murid-murid-Nya bahwa hal itu telah dikatakan-Nya, dan merekapun percayalah akan Kitab Suci dan akan perkataan yang telah diucapkan Yesus.” Bahasa kiasan tentang Bait Allah yang dipakai Yesus Kristus tidaklah langsung dipahami.Setelah kebangkitan-Nya, murid-murid-Nya barulah memahaminya. Yesus Kristus sering menyampaikan pokok ajaran-Nya melalui perumpamaan dengan tujuan supaya pokok kebenaran Firman Tuhan akan lebih mudah dimengerti. Meskipun demikian, hanya melalui pertolongan Roh Kudus sajalah seseorang dapat memahami pokok kebenaran Alkitab.Untuk itu, orang percaya harus belajar rendah hati dan membuka diri untuk mengandalkan pertolongan Roh Kudus, dan bukannya malah hanya bersandar pada kemampuan berpikir manusia semata. Pada waktu-Nya, pastilah Tuhan akan membukakan kebenaran Firman Tuhan sehingga kita bisa paham. Oleh sebab itu, marilah kita selalu mengandalkan pertolongan Roh Kudus untuk bisa memahami Firman Tuhan. Mari bergantung pada-Nya! (BHS)
Bagaimana sikap Yesus terhadap mereka yang mengaku percaya karena melihat tanda-tanda mujizat? Yohanes 2:23-25 menceritakannya. “Dan sementara Ia di Yerusalem selama hari raya Paskah, banyak orang percaya dalam nama-Nya, karena mereka telah melihat tanda-tanda yang diadakan-Nya. Tetapi Yesus sendiri tidak mempercayakan diri-Nya kepada mereka, karena Ia mengenal mereka semua, dan karena tidak perlu seorangpun memberi kesaksian kepada-Nya tentang manusia, sebab Ia tahu apa yang ada di dalam hati manusia.” Tuhan Yesus tahu betul isi hati manusia sehingga Dia tidak mempercayakan diri-Nya pada manusia.Melayani untuk mencari perkenanan manusia memang bisa menjerumuskan. Betapa seringnya kita sebagai orang percaya menjadikan perkenanan manusia sebagai standar dalam pelayanan.Akibatnya, pelayanan yang seharusnya ditujukan untuk kemuliaan Tuhan justru bergeser kepada upaya untuk mencari pujian manusia.Kesuksesan sebuah pelayanan kemudian dilandaskan semata-mata kepada jumlah ‘like’ atau jumlah orang yang menyukainya.Pelayanan Kristen akhirnya tidak lagi untuk mencari kemuliaan Tuhan tetapi untuk mencari popularitas diri semata. Marilah kita mewaspadai dan menghindari kecenderungan hati yang hanya mencari kemuliaan diri sendiri saja! Marilah kita memeriksa hati dan pikiran kita supaya jangan sampai kita terjerumus! Marilah kita bertobat dari jalan sesat! (BHS)
Apa yang dilakukan oleh Nikodemus sewaktu ia mendengar tentang Yesus? Mari kita lihat kisahnya di Yohanes 3:1-2! “Adalah seorang Farisi yang bernama Nikodemus, seorang pemimpin agama Yahudi. Ia datang pada waktu malam kepada Yesus dan berkata: "Rabi, kami tahu, bahwa Engkau datang sebagai guru yang diutus Allah; sebab tidak ada seorangpun yang dapat mengadakan tanda-tanda yang Engkau adakan itu, jika Allah tidak menyertainya." Nikodemus, seorang Rabi dan pemimpin agama Yahudi yang terpandang, mau merendahkan hati untuk mengunjungi Yesus Kristus dan mengakui-Nya sebagai Rabi dan guru yang diutus Allah.Sikap rendah hati memang kunci untuk belajar mengenal Kristus dengan benar. Pertumbuhan iman yang sehat dalam Kristus memang haruslah ditunjang dengan sikap rendah hati untuk mau belajar. Semakin seseorang menjadi terpandang di mata manusia karena usia, kekayaan, jabatan, ataupun gelarnya, semakin besarlah godaan untuk menjadi tinggi hati. Contoh Nikodemus yang berkedudukan tinggi, terpelajar, dan terpandang di mata masyarakat tetapi tetap mau datang dan belajar pada Kristus, merupakan teladan yang harus diikuti oleh setiap orang percaya. Bila seseorang sudah merasa mampu dan kemudian menjadi tinggi hati, maka sebenarnya dia sudah kehilangan kepekaan untuk sungguh-sungguh membuka hati bagi Kristus. Oleh sebab itu, marilah kita belajar bertumbuh dalam kerendahan hati! (BHS)
Bagaimana respons Yesus atas kerinduan Nikodemus untuk mengenal Allah?Mari lihat Yohanes 3:3-4? “Yesus menjawab, kata-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah." Kata Nikodemus kepada-Nya: "Bagaimanakah mungkin seorang dilahirkan, kalau ia sudah tua? Dapatkah ia masuk kembali ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan lagi?" Kelahiran baru jelaslah bukan kelahiran fisik melainkan kelahiran secara rohani dalam kerajaan Allah sehingga orang yang percaya pada karya penebusan Yesus Kristus dapat memperoleh kehidupan yang kekal bersama Allah dan menjadi saksi Kristus yang menjalankan misi Allah. Kelahiran baru akan membawa seseorang untuk bisa masuk dalam keluarga Allah. Tidak ada jalan lain. Kelahiran baru itu terjadi semata-mata karena iman pada Yesus Kristus. Melaluinya, Tuhan telah mencurahkan anugerah keselamatan dan hidup kekal. Orang-orang yang telah diselamatkan itu kemudian dipersatukan dalam gereja Tuhan dan dipanggil untuk bersama-sama menjadi saksi Kristus bagi dunia.Inilah yang seharusnya terjadi.Tetapi sayangnya, dari masa ke masa, ada saja gereja Tuhan yang lalai dengan panggilan-Nya karena gereja hanya sibuk dan fokus pada dirinya sendiri saja. Oleh sebab itu, wahai gereja Tuhan di Indonesia, dengan diawali dengan kelahiran baru, mari kita belajar setia pada panggilan-Nya! (BHS)
Nikodemus bingung tentang arti dari kelahiran baru. Apa jawab Yesus atas kebingungannya itu?Yohanes 3:5-6 menjelaskannya. “Jawab Yesus: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh.” Orang pada zaman itu paham bahwa baptisan air dari Yohanes Pembaptis adalah pengakuan pertobatan secara publik. Meskipun demikian, baptisan air tidaklah cukup karena yang utama adalah bahwa Nikodemus harus diperbaharui oleh Roh Allah karena kelahiran baru dalam Kerajaan Allah adalah hal kelahiran rohani dan bukan hal kelahiran secara fisik. Mengalami kelahiran baru melalui iman pada karya penebusan Yesus Kristus adalah hal yang utama dalam sebuah pertobatan.Pengakuan percaya ini harus timbul dari hati nurani seseorang. Meskipun demikian, pernyataan pertobatan melalui sakramen baptisan yang dilakukan di depan banyak saksi adalah penting untuk dilakukan karena panggilan Allah bagi orang percaya adalah panggilan untuk menjadi saksi Kristus secara komunitas dalam persekutuan orang percaya dan bukan panggilan individu semata. Oleh sebab itu, tidaklah benar bila ada orang yang mengaku percaya tetapi malahan kemudian menghindar dari persekutuan dalam gereja Tuhan.Melalui gereja, kita belajar bertumbuh bersama. (BHS)
Nikodemus tentu heran bahwa dia, sebagai orang Farisi, ahli Taurat, dan pakar teologia yang sudah lanjut usia, haruslah dilahirkan kembali ke dalam kerajaan Allah. Bagaimana penjelasan Yesus Kristus kepada Nikodemus? Mari lihat Yohanes 3:7-8! “Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali. Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh." Setiap orang yang dilahirkan kembali dilahirkan dalam kerajaan Allah sesuai dengan kemauan Roh Kudus. Kerja Roh akan nampak jelas dari upaya pemberitaan Injil dari umat Tuhan yang setia menjadi saksi-Nya. Kerja Roh Kudus digambarkan oleh Kristus sebagai angin bertiup yang dapat terdengar bunyinya tetapi tidak dapat diduga arah datang dan perginya.Ini adalah gambaran tentang hasil pemberitaan Injil yang bergantung kepada kehendak Roh.Oleh dorongan Roh Kudus, kita memberitakan Injil melalui berbagai cara. Hanya saja, kita tidak bisa memastikan kapan dan siapa yang akan bertobat karena pertobatan itu terjadi karena kehendak Roh semata dan bukan karena hikmat dan kemampuan manusia saja. Oleh sebab itu, wahai para pemberita Injil, marilah kita tetap rendah hati dengan bergantung sepenuhnya pada kekuatan Roh Kudus dan bukannya bergantung kepada kemampuan, hikmat, dan kepakaran kita semata. (BHS)
Yesus Kristus menjelaskan bahwa Nikodemus harus dilahirkan kembali ke dalam Kerajaan Allah hanya melalui kerja Roh.Bagaimana respons Nikodemus di Yohanes 3:9-10? Ini dia: “Nikodemus menjawab, katanya: "Bagaimanakah mungkin hal itu terjadi?" Jawab Yesus: "Engkau adalah pengajar Israel, dan engkau tidak mengerti hal-hal itu?” Nikodemus, walaupun ia seorang yang pakar dalam hukum Taurat, ia tidak mengerti bahwa untuk seseorang bisa masuk ke dalam Kerajaan Allah maka ia harus dilahirkan kembali oleh Roh. Seorang pengajar umat yang menjadi pengikut Kristus memang harus paham benar ajaran Kristus karena Yesus Kristus adalah Anak Allah dan Guru Agung yang diutus Allah. Seperti Nikodemus, para pengajar umat Tuhan di masa kinipun harus memahami dengan benar ajaran Kristus. Seperti Nikodemus pula, pengajaran, doktrin, pendidikan, dan tradisi yang ditanamkan sejak dulu, pastilah akan mempengaruhi pola pikir seorang pengajar umat sehingga tidaklah mudah meluruskan kembali apa yang telah diyakini sejak dulu itu. Sikap keterbukaan yang diterapkan dengan kehati-hatian dan kemauan untuk belajar haruslah tetap dipupuk sehingga, bila memang ada hal bengkok yang perlu diluruskan, ada kebesaran hati untuk menerimanya. Dengan demikian, seorang pengajar umat Tuhan akan menjadi seorang yang rendah hati dan berbesar hati untuk mau belajar seumur hidup. Mari kita menjadi pengajar yang baik! (BHS)
Nikodemus sulit memahami tentang kelahiran baru. Apa masalahnya? Ini perkataan Yesus di Yohanes 3:11-12. “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kami berkata-kata tentang apa yang kami ketahui dan kami bersaksi tentang apa yang kami lihat, tetapi kamu tidak menerima kesaksian kami. Kamu tidak percaya, waktu Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal duniawi, bagaimana kamu akan percaya, kalau Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal sorgawi?” Walaupun Kristus, Yohanes Pembaptis, serta para murid Kristus telah memberikan kesaksian mereka, Nikodemus tetap tidak menerima kesaksian mereka. Bila hati seseorang telah menjadi keras, maka ajaran Kristus apapun akan sulit dipahami dan diterima. Hal kelahiran baru disebut Kristus sebagai hal duniawi karena walaupun kelahiran baru adalah soal transformasi rohani tetapi hal ini terjadi semasa seseorang hidup di dunia. Bila seseorang karena merasa tidak paham dan kemudian mengeraskan hatinya untuk tidak menerima Kristus, maka ia akan kehilangan kesempatan untuk memahami dan mengalami hal-hal sorgawi yang diajarkan Kristus. Oleh sebab itu, seberapapun tinggi pengetahuan Alkitab dan ilmu teologia seseorang, bila semua itu tidak disertai pembaharuan hati melalui kelahiran baru, maka ia tidak akan mampu memahami hal-hal sorgawi. Kekristenan tanpa kelahiran baru memang bukanlah kekristenan yang sesungguhnya. (BHS)
Bagaimana Yesus menyatakan siapa dirinya kepada Nikodemus? Ini pernyataan Yesus di Yohanes 3:13: “Tidak ada seorangpun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia.” Yesus Kristus adalah sang Anak Manusia yang telah turun dari sorga karena diutus oleh Allah Bapa untuk misi penebusan manusia. Melalui karya penebusan inilah maka setiap orang yang percaya pada Kristus dapat mengalami kelahiran baru yaitu kelahiran rohani ke dalam kerajaan sorga.Dengan demikian, orang percaya dapat menjadi warga kerajaan sorga dan memperoleh kehidupan yang kekal bersama dengan Allah. Kristus pulalah yang akan naik ke sorga setelah Dia bangkit dari kematian-Nya. Untuk sesaat, Yesus Kristus sang Anak Allah, berinkarnasi menjadi manusia untuk menjalankan misi Allah melalui pengorbanan Kristus di kayu salib. Betapa besar dan agungnya kasih Allah yang ditunjukkan melalui Yesus Kristus! Yesus telah turun dari sorga dan Dialah yang terangkat ke sorga untuk kembali ke pada Bapa.Di tengah pluralitas pandangan-pandangan dunia yang meragukan keAllahan Yesus Kristus, kebenaran Alkitab ini haruslah dipegang teguh oleh setiap orang percaya.Janganlah kita mudah goyah oleh pandangan-pandangan yang mencoba menggoyahkan iman percaya kita bahwa Yesus bukan Allah.Yesus adalah Allah sejati yang menjelma menjadi manusia sejati. Mari tetap teguh dalam Kristus! (BHS)
Kebenaran apa yang disampaikan Yesus Kristus tentang diri-Nya? Ini kebenaran di Yohanes 3:14-15: “Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.” Karena ketidak-taatan bangsa Israel di Bilangan 21, Allah menghukum bangsa Israel dengan gigitan ular tedung yang mematikan.Tetapi, di dalam anugerah Allah, ada jalan keselamatan bagi mereka yang mau percaya dan mau melihat kepada ular tembaga yang ditinggikan Musa atas perintah Allah.Seperti itu, kemauan percaya kepada jalan keselamatan yang dianugerahkan Allah dalam Yesus Kristus adalah sikap yang harus ada untuk beroleh hidup kekal. Mempercayai jalan keselamatan yang ditawarkan Allah memang sikap yang harus ada pada manusia supaya manusia dapat memperoleh keselamatan.Seperti kisah ular tembaga di Perjanjian Lama, Yesus Kristus adalah jalan keselamatan yang disediakan Allah bagi semua manusia yang telah digigit oleh ular tedung dosa yang mematikan. Tanpa obat penawar dari bisa dosa ini, pasti manusia akan mati kekal. Berita keselamatan dalam Yesus Kristus adalah seperti tongkat ular tembaga yang harus ditinggikan supaya banyak orang mempunyai kesempatan untuk berpaling dan melihat jalan keselamatan dalam Yesus Kristus dan diselamatkan dari hukuman dosa. Marilah kita terus bergiat memberitakan Kristus! (BHS)
Apa refleksi Rasul Yohanes terhadap jalan keselamatan dalam Kristus di Yohanes 3:16-17? Ini refleksinya: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.” Pengutusan Yesus Kristus oleh Allah Bapa dilandasi oleh kasih-Nya yang begitu besar, agung, dan mulia.Kedatangan Kristus yang pertama memang untuk menyelamatkan mereka yang percaya.Tetapi, kedatangan-Nya yang kedua kelak adalah untuk menghakimi dunia. Masa antara kedatangan Yesus Kristus yang pertama dan yang kedua adalah masa anugerah. Kalau dulu Yesus Kristus datang ke dunia sebagai bayi di palungan, maka kelak Yesus Kristus akan datang kembali untuk membawa penghakiman bagi dunia. Di dalam masa anugerah ini, kabar keselamatan dalam Yesus Kristus, Anak Tunggal Allah itu, haruslah dikumandangkan senantiasa oleh setiap orang percaya melalui berbagai cara. Inilah yang dikehendaki Allah bagi umat-Nya supaya anugerah hidup kekal dalam Yesus Kristus dapat terlimpah juga bagi mereka yang mau percaya. Sayangnya, banyak orang percaya yang lalai, bahkan tidak peduli akan misi Allah ini. Oleh karena itu, marilah kita bertobat dan belajar taat! (BHS)
Penegasan apa yang diberikan Rasul Yohanes di Yohanes 3:18-19 tentang hukuman Tuhan? Ini penegasannya: “Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah. Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat.” Percaya pada Yesus Kristus akan menghindarkan manusia dari hukuman dosa. Tetapi bagi mereka yang tidak mau percaya Kristus dan menyukai kehidupan dalam kegelapan, membenci perbuatan terang itu sudah merupakan bagian dari hukuman Tuhan. Hidup dalam kegelapan berwujud dalam kehidupan yang jahat, egois, suka menipu, suka menindas orang, materialistis, dan sejenisnya. Bila seseorang menjalani kehidupan seperti ini dan mengeraskan hatinya untuk tidak bertobat maka ia sebenarnya telah hidup di bawah penghukuman Tuhan karena pastilah tidak ada damai sejahtera Allah di dalam kehidupan yang seperti itu. Percaya dalam nama Anak Tunggal Allah yaitu Yesus Kristus adalah jalan untuk memperoleh kebersamaan dengan Allah. Di dalam kebersamaan inilah, damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal akan memenuhi orang yang percaya sampai selama-lamanya. Marilah kita percaya pada Kristus dan hidup dalam damai sejahtera-Nya. (BHS)
Mengapa seseorang yang berbuat jahat itu dikatakan telah hidup di bawah hukuman Allah?Ini penjelasannya di Yohanes 3:20-21. “Sebab barangsiapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak; tetapi barangsiapa melakukan yang benar, ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah." Menyukai hal yang jahat serta tidak mau datang kepada sang terang yaitu Yesus Kristus merupakan kehidupan yang tidak berkenan di mata Allah. Inilah kehidupan dibawah hukuman Tuhan.Tetapi perbuatan yang dilakukan dalam terang kebenaran Allah pastilah diberkati. Tindakan jahat jelas merupakan hal yang tidak dikenan Tuhan.Meskipun demikian, ada saja orang yang senang, menyukai, bahkan bangga untuk berbuat jahat.Inilah ciri kehidupan dalam kegelapan yang dimurkai Tuhan. Bisa saja mereka ini mengaku sebagai orang Kristen tetapi sebenarnya tidak demikian karena mereka tidak mau bertobat dari segala kejahatan yang dilakukannya. Bagi mereka, agama bisa saja hanya sebuah formalitas semata karena agama bagi mereka hanyalah alat untuk mencapai tujuan, misalnya memperoleh kekuasaan dan kekayaan.Tak heran segala cara jahat bisa digunakan dan Tuhan tidak dipedulikan. Wahai umat Tuhan, mari kita hindari semuanya itu dan marilah kita hidup dalam takut akan Tuhan! (BHS)
Sesudah Yesus Kristus memulai pelayanan-Nya di daerah Galilea, maka Yesus pergi ke Selatan ke tanah Yehuda.Apa yang terjadi? Mari lihat Yohanes 3:22-24! “Sesudah itu Yesus pergi dengan murid-murid-Nya ke tanah Yudea dan Ia diam di sana bersama-sama mereka dan membaptis. Akan tetapi Yohanespun membaptis juga di Ainon, dekat Salim, sebab di situ banyak air, dan orang-orang datang ke situ untuk dibaptis, sebab pada waktu itu Yohanes belum dimasukkan ke dalam penjara.” Seperti halnya Yohanes Pembaptis, Yesus Kristus bersama murid-murid-Nya membaptis banyak orang di daerah Yehuda.Di dalam ketaatan kepada Bapa-Nya, Yesus menggunakan budaya baptisan untuk menjalankan misi-Nya. Pembaptisan yang dilakukan oleh Yesus Kristus dan Yohanes Pembaptis adalah sebuah proklamasi pertobatan di hadapan umum bahwa seseorang telah mengikut jalan Tuhan.Cara pembaptisan ini tidaklah hanya dilakukan oleh orang Kristen semata tetapi ini dilakukan juga oleh orang Yahudi pada zaman itu karena cara ini adalah suatu budaya yang lazim dilakukan orang waktu itu untuk menyatakan suatu pertobatan.Pendekatan budaya telah digunakan Yesus Kristus untuk menjalankan misi-Nya untuk kemuliaan Allah.Seperti teladan Kristus, marilah kita sebagai umat Tuhan peka dalam menggunakan budaya setempat bagi kemuliaan Tuhan. Dengan demikian, kekristenan akan lebih dipahami dan dihayati oleh orang banyak. (BHS)
Bagaimana respons Yohanes Pembaptis atas keluhan murid-muridnya di Yohanes 3:25-27? Ini dia. “Maka timbullah perselisihan di antara murid-murid Yohanes dengan seorang Yahudi tentang penyucian. Lalu mereka datang kepada Yohanes dan berkata kepadanya: "Rabi, orang yang bersama dengan engkau di seberang sungai Yordan dan yang tentang Dia engkau telah memberi kesaksian, Dia membaptis juga dan semua orang pergi kepada-Nya." Jawab Yohanes: "Tidak ada seorangpun yang dapat mengambil sesuatu bagi dirinya, kalau tidak dikaruniakan kepadanya dari sorga.” Yohanes Pembaptis sadar betul akan perannya sebagai utusan yang membuka jalan bagi Kristus sehingga Kristuslah yang harus diutamakan. Tidak seperti Yohanes Pembaptis yang sadar akan perannya, ada saja orang Kristen di Indonesia, bahkan hamba Tuhan, yang sering tidak sadar dan tidak tahu diri bahwa hidupnya dan pelayanannya seharusnya hanyalah untuk kemuliaan Allah dalam Yesus Kristus. Mencari kemegahan dan kemuliaan diri akhirnya malah menjadi fokus utama dalam kehidupannya. Bahkan ada saja orang yang mengaku Kristen tetapi ia tega menggunakan agama sebagai cara untuk merebut kekuasaan politik. Agama akhirnya diperalat untuk memperoleh kekuasaan dan kekayaan diri semata.Ini haruslah dihindari.Oleh sebab itu, marilah kita menyadari siapa kita di hadapan Tuhan dan tetap bersikap rendah hati di hadapan-Nya. (BHS)
Gambaran apa yang disampaikan Yohanes Pembaptis tentang siapa dirinya dalam kaitan dengan Kristus? Yohanes 3:28-29 menjelaskannya. “Kamu sendiri dapat memberi kesaksian, bahwa aku telah berkata: Aku bukan Mesias, tetapi aku diutus untuk mendahului-Nya. Yang empunya mempelai perempuan, ialah mempelai laki-laki; tetapi sahabat mempelai laki-laki, yang berdiri dekat dia dan yang mendengarkannya, sangat bersukacita mendengar suara mempelai laki-laki itu. Itulah sukacitaku, dan sekarang sukacitaku itu penuh.” Yohanes Pembaptis bukanlah Mesias, sang mempelai laki-laki . Dialah sahabat mempelai laki-laki yang sangat bersukacita karena kedatangan sang Mesias. Yohanes Pembaptis adalah pembuka jalan bagi pelayanan Yesus Kristus. Di dalam kesadaran diri akan perannya ini, Yohanes Pembaptis dengan sangat bersukacita mengarahkan banyak orang supaya bertemu Kristus dan menjadi pengikut Kristus. Inilah kesukaan sejati dari seorang pelayan Tuhan. Sayangnya, pada zaman sekarang, ada saja pelayan Tuhan di Indonesia ini yang hanya fokus untuk mencari kepentingan diri sendiri saja, apakah itu popularitas, kekayaan, ataupun jabatan. Bukannya mendahulukan Kristus, ia malah menempatkan dirinya sendiri sebagai fokus utama dari pelayanannya. Ini tentu tidak benar. Oleh sebab itu, marilah kita mawas diri dan memeriksa hati apakah Kristus masih menjadi fokus kita! Maukah kita? (BHS)
Apa penegasan Yohanes Pembaptis tentang siapa dirinya dibanding Yesus Kristus?Ini pernyataannya di Yohanes 3:30-31. “Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil. Siapa yang datang dari atas adalah di atas semuanya; siapa yang berasal dari bumi, termasuk pada bumi dan berkata-kata dalam bahasa bumi. Siapa yang datang dari sorga adalah di atas semuanya.” Yohanes Pembaptis menegaskan bahwa ia datang dari bumi sedangkan Yesus Kristus datang dari sorga. Oleh sebab itu, dirinya harus makin kecil dan Yesus Kristus harus makin besar dan ditinggikan. Inilah sikap seorang pengikut Kristus yang selalu sadar bahwa Tuhan Yesus Kristuslah yang harus dipermuliakan oleh semua. Inilah sebuah keteladanan sikap. Mengutamakan dan meninggikan Kristus adalah sikap seorang pengikut Kristus yang sejati.Kecenderungan kedagingan kita sebagai umat Tuhan seringkali mendorong kita untuk justru mencari keuntungan dan kemuliaan diri sendiri semata.Sikap seperti ini tercermin dari adanya banyak perselisihan, dengki, hasutan, manipulasi, bahkan korupsi yang terjadi di dalam lingkungan gereja dan di organisasi atau kelompok Kristen.Ini patutlah disayangkan. Oleh sebab itu, marilah kita bersama-sama belajar untuk mengutamakan Kristus dalam kehidupan kita! Janganlah kita tergoda untuk mencari kemuliaan diri! Yesus Kristus memang Tuhan kita yang harus kita tinggikan senantiasa. (BHS)
Bagaimana kesaksian Yohanes Pembaptis tentang Yesus Kristus di Yohanes 3:32-33? Ini kesaksiannya. “Ia memberi kesaksian tentang apa yang dilihat-Nya dan yang didengar-Nya, tetapi tak seorangpun yang menerima kesaksian-Nya itu. Siapa yang menerima kesaksian-Nya itu, ia mengaku, bahwa Allah adalah benar.” Pada waktu pembaptisan Yesus di Markus 1:10-11, Yesus melihat Roh Allah turun keatas-Nya dan ada suara dari sorga yang menyatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah yang dikasihi dan dikenan Allah.Banyak orang rupanya tidak mempercayai kesaksian ini. Meskipun demikian, bagi yang mempercayai kesaksian ini, maka ia percaya bahwa Allah adalah benar karena tidaklah mungkin Allah berdusta. Yesus memang Anak Allah. Seperti halnya zaman dulu, pada zaman sekarangpun banyak orang yang tidak percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah yang dikasihi dan dikenan oleh Allah Bapa. Mereka bisa saja mempercayai bahwa Yesus adalah guru yang baik, manusia yang penuh bekas kasihan, nabi yang diutus Allah, tetapi mereka tidak percaya bahwa Yesus Kristus adalah Allah. Meskipun demikian, Allah sendiri telah memberikan kesaksian-Nya tentang siapa Yesus Kristus itu. Bila manusia tidak mempercayai kesaksian Allah, maka sama saja manusia mengatakan bahwa Allah adalah pembohong. Oleh sebab itu, mempercayai kesaksian Allah tentang Yesus Kristus adalah sebuah proklamasi bahwa Allah adalah benar. Bukankah demikian? (BHS)
Apa kesaksian Yohanes Pembaptis tentang Yesus Kristus yang diceritakan oleh Rasul Yohanes di Yohanes 3:34-35? Ini dia: “Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan Roh-Nya dengan tidak terbatas. Bapa mengasihi Anak dan telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya.” Sebagai Anak Allah yang diutus Allah Bapa, Yesus Kristus telah menyampaikan kebenaran Allah sehingga perkataan Yesus itu memang berkuasa dan patutlah ditaati. Kalau Allah Bapa telah menyerahkan segala sesuatu kepada Kristus, maka kehidupan dalam ketaatan kepada Kristus pasti merupakan kehidupan yang berkelimpahan anugerah Tuhan. Bagaimana sikap umat Tuhan dalam mendengarkan ajaran Kristus? Bila kita memang percaya sepenuhnya akan Kristus maka sudah sepatutnyalah bila kita menaati ajaran Kristus dengan sepenuh hati kita. Hanya saja, akibat gempuran arus dunia di sekitar kita, seperti misalnya materialisme, cinta uang, hidup mementingkan diri sendiri saja, dan hidup untuk mengejar kenikmatan semata, maka ada saja umat Tuhan yang kemudian terseret hanyut dalam arus dunia tersebut. Oleh sebab itu, wahai gereja Tuhan di Indonesia, marilah kita belajar menaati Kristus di semua aspek kehidupan! Bila kita hidup dalam ketaatan, pastilah kita akan hidup dalam kelimpahan anugerah Allah Bapa. Betapa indah hidup seperti itu! (BHS)
Mengapa percaya pada Yesus Kristus merupakan fondasi dasar keyakinan iman Kristen? Mari lihat alasannya di Yohanes 3:36! “Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya." Allah telah menjanjikan bahwa kehidupan yang kekal bersama-Nya akan dianugerahkan bagi siapa saja yang percaya kepada jalan penebusan yang disediakan Allah melalui Yesus Kristus, sang Anak Allah. Yesus Kristus memang jalan keluar satu-satunya yang telah diberikan Allah bagi manusia untuk menghindarkan manusia dari murka Allah akibat dosa. Kalau Allah sudah memberikan jalan, patutlah manusia menaatinya. Masalah terbesar yang dihadapi oleh umat manusia di sepanjang segala abad dan tempat adalah masalah dosa.Karena dosa, manusia telah kehilangan relasi dengan Allah.Karena dosa, manusia telah melakukan segala tindakan dosa, baik di pikiran maupun di perbuatan.Karena dosa, segala kebiadaban, kemunafikan, perjinahan, korupsi, penindasan, dan berbagai macam tindakan jahat lainnya dilakukan manusia.Di dalam kekuatan dirinya sendiri, di mata Allah, manusia terbukti tidak mampu keluar dari jerat dosa ini.Oleh sebab itulah, Allah dari sejak mulanya telah mempunyai sebuah rencana tunggal yang agung yaitu penyelamatan melalui iman percaya pada karya penebusan Yesus Kristus. Percayakah kita? (BHS)
Apa yang dilakukan Yesus Kristus dan murid-murid-Nya setelah mereka membaptis banyak orang di daerah Yehuda? Yohanes 4:1-4 menceritakannya: “Ketika Tuhan Yesus mengetahui, bahwa orang-orang Farisi telah mendengar, bahwa Ia memperoleh dan membaptis murid lebih banyak dari pada Yohanes meskipun Yesus sendiri tidak membaptis, melainkan murid-murid-Nya, Iapun meninggalkan Yudea dan kembali lagi ke Galilea. Ia harus melintasi daerah Samaria.” Pelayanan baptisan Yesus Kristus dan murid-murid-Nya di Yehuda rupanya mendapat tentangan dari orang-orang Farisi.Oleh sebab itu, mereka harus keluar dari daerah Yehuda untuk kembali ke Galilea melalui daerah Samaria. Kebetulankah? Apakah kebetulan bila dalam suatu pelayanan, ada saja tentangan dan halangan yang sering tidak dapat dihindarkan?Bentuknya bisa saja berupa desakan penutupan gereja, ancaman dari kelompok radikal, dan banyak tantangan lainnya.Dalam kehendak Tuhan, semua tantangan itu bisa diperkenankan Tuhan untuk terjadi, bukan untuk menjatuhkan orang percaya tetapi justru untuk memperkuat iman. Kalaupun rencana yang semula haruslah diubah, marilah kita tetap percaya bahwa rencana Tuhan itu senantiasa baik! Orang percaya hanya perlu mengalir terus dalam kehendak-Nya. Tuhan bisa menutup suatu jalan, tetapi Dia bisa membuka jalan lain yang lebih baik. Yang penting, kita tetap mau setia dan percaya. Marilah! (BHS)
Apa yang dialami Yesus Kristus sewaktu Ia melintasi daerah Samaria untuk menuju ke daerah Galilea?Ini kisahnya di Yohanes 4:5-6. “Maka sampailah Ia ke sebuah kota di Samaria, yang bernama Sikhar dekat tanah yang diberikan Yakub dahulu kepada anaknya, Yusuf. Di situ terdapat sumur Yakub.Yesus sangat letih oleh perjalanan, karena itu Ia duduk di pinggir sumur itu. Hari kira-kira pukul dua belas.” Keletihan Yesus menunjukkan sisi kemanusiaan-Nya.Yesus Kristus memang Allah yang telah berinkarnasi menjadi manusia sejati sehingga Ia tidak terhindar dari rasa haus dan rasa letih.Tak heran kalau Yesus Kristus pergi ke sumur Yakub. Ini adalah bukti nyata dari keagungan kasih Allah yang rela menjadi sama dengan manusia biasa. Fakta bahwa Allah telah berinkarnasi menjadi manusia dalam diri Yesus Kristus memang fakta sejarah yang tidak dapat diingkari siapapun.Para nabi Perjanjian Lama telah menubuatkannya.Kelahiran Kristus menggenapinya.Segenap gereja di masa Perjanjian Baru mengimaninya.Di dalam kasih-Nya yang besar, Allah telah merelakan Anak-Nya untuk menjelma menjadi manusia sejati dengan segala kelemahan dan keterbatasannya, bahkan rela menderita dan mati di kayu salib.Tidak ada pernyataan kasih yang lebih besar dari pada ini. Oleh sebab itu, marilah kita memuji Allah yang telah begitu mengasihi kita semua! Marilah kita senantiasa hidup dalam kebesaran kasih Allah dengan hidup tidak menyimpang dari jalan-Nya! (BHS)
Bagaimana sikap Yesus Kristus terhadap segala prasangka buruk dan sikap diskriminatif yang berakar di masyarakat Yahudi pada waktu itu terhadap orang Samaria?Ini kisahnya di Yohanes 4:7-9. “Maka datanglah seorang perempuan Samaria hendak menimba air. Kata Yesus kepadanya: "Berilah Aku minum." Sebab murid-murid-Nya telah pergi ke kota membeli makanan. Maka kata perempuan Samaria itu kepada-Nya: "Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria?" Di tengah prasangka dan sikap buruk dari orang Yahudi terhadap orang Samaria, Yesus Kristus tetap bersikap baik terhadap perempuan Samaria.Kehadiran Kristus memang mengatasi segala prasangka dan merangkul semua. Sikap diskriminatif, benci, dan prasangka buruk terhadap kelompok lain sering kali berkembang di masyarakat, bahkan diwariskan turun temurun. Prasangka buruk itu bisa berkaitan dengan prasangka suku, prasangka agama, prasangka ras, serta prasangka-prasangka lainnya, yang akhirnya justru memecah belah masyarakat, termasuk juga umat Kristen. Sikap Tuhan Yesus yang penuh kasih dan penuh penghargaan terhadap perempuan Samaria itu adalah sebuah teladan bagi kita semua. Di tengah segala prasangka buruk di masyarakat Indonesia, orang percaya dipanggil Tuhan untuk mampu merangkul semua di dalam kasih dan kebenaran Tuhan.Inilah bukti nyata dari iman yang terwujud dalam perbuatan.Apa jawab kita? (BHS)
Apa jawab Yesus kepada perempuan Samaria yang terheran-heran karena ada pria Yahudi yang mau meminta minum kepada dia seorang perempuan Samaria? Mari lihat Yohanes 4:10! “Jawab Yesus kepadanya: "Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah Dia yang berkata kepadamu: Berilah Aku minum! niscaya engkau telah meminta kepada-Nya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup." Kesempatan untuk bertemu Yesus Kristus adalah sebuah anugerah besar yang diberikan Allah Bapa kepada perempuan Samaria. Hanya saja, perempuan Samaria itu belum menyadari adanya kesempatan besar dalam Yesus Kristus untuk mendapat air hidup yaitu curahan Roh Kudus yang menyegarkan dahaga hati. Di tengah segala prasangka masa kini yang sering memecah belah masyarakat, ada rasa dahaga yang besar akan kehidupan yang tentram dan damai. Di dalam Yesus Kristus, sang Raja Damai, Allah Bapa telah memberikan anugerah-Nya berupa kesempatan untuk bertemu Yesus Kristus melalui berbagai cara. Hanya saja, ada saja orang yang menolak kesempatan untuk mendapatkan curahan anugerah Tuhan ini.Mereka mencoba mencari solusi bagi dahaga hatinya itu melalui hiburan malam, obat terlarang, minuman keras, ataupun pesta pora.Bukannya terpuaskan, kehidupan damai yang didambakan justru makin menjauh. Oleh sebab itu, marilah kita datang kepada Yesus Kristus saja! Hanya di dalam Dia ada damai sejahtera. (BHS)
Apa respons dari perempuan Samaria setelah Yesus Kristus menawarkan air hidup kepadanya? Ini ungkapannya di Yohanes 4:11-12, “Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam; dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu? Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kami Yakub, yang memberikan sumur ini kepada kami dan yang telah minum sendiri dari dalamnya, ia serta anak-anaknya dan ternaknya?" Perempuan Samaria itu tidak bisa memahami maksud rohani dibalik air hidup yang ditawarkan Yesus Kristus kepadanya. Karena Yesus Kristus adalah Tuhan, Ia memang lebih besar dari Yakub leluhur bangsa Israel. Bagi yang beriman kepada-Nya, pastilah ia akan mendapatkan air hidup kekal. Dalam kehidupan di masa kini, kehausan hidup itu bisa saja berwujud dalam bentuk rasa kuatir akan masa depan, frustasi karena tidak ada kecukupan hidup, depresi karena masalah kesehatan, atau stress karena persoalan hidup. Untuk itu, orang mencoba untuk mengumpulkan harta dengan halalkan segala cara, mengejar jabatan tanpa peduli dosa, hidup berfoya-foya, bahkan menyembah berhala.Hanya saja, bukannya mendapatkan kepuasan hidup, orang malah makin frustasi dan kecewa. Hanya melalui iman kepada Yesus Kristuslah, seseorang dapat mengalami segarnya air hidup dan lepas dari berbagai dahaga hati. Oleh sebab itu, ayo kita landaskan hidup kita pada iman pada Yesus saja. Ayo! (BHS)
Apa yang disampaikan Yesus Kristus kepada perempuan Samaria yang masih ragu tentang siapa Kristus?Ini jawab Yesus di Yohanes 4:13-14. “Jawab Yesus kepadanya: "Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi, tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal." Air dari sumur pasti hanya menghilangkan haus sementara saja tetapi pancaran air hidup yaitu curahan Roh dari Yesus Kristus akan menyertai orang percaya senantiasa sampai pada kekekalan sehingga orang percaya tidak akan merasa berkekurangan. Janji air hidup yaitu janji penyertaan Roh Kudus bagi orang percaya telah digenapi dalam pencurahan Roh Kudus bagi jemaat mula-mula di Kisah Para Rasul.Bagi mereka yang percaya Kristus, Roh Kudus yaitu Roh Kristus memang telah menyertai orang percaya di sepanjang segala abad dan tempat.Dengan penyertaan ini, orang percaya seharusnya menjadi dikuatkan dan diteguhkan untuk menghadapi berbagai tantangan kehidupan.Hanya saja sayangnya, sering kali orang Kristen tidak mengikuti kemauan Roh dan justru mendengar bujukan si Jahat. Karena itu, marilah kita mawas diri dan bertobat! Marilah kita kembali peka akan kemauan Roh! Di dalam-Nya, pasti kita kuat dan berkecukupan senantiasa. (BHS)
Bagaimana respons perempuan Samaria sewaktu Yesus Kristus menawarkan air hidup yang akan memancar sampai kepada hidup kekal? Apakah ia memahami maksud Yesus? Mari dengarkan jawabnya di Yohanes 4:15! “Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, berikanlah aku air itu, supaya aku tidak haus dan tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba air." Sang perempuan Samaria tidak memahami maksud Yesus tentang air hidup itu. Ia berpikir air hidup itu adalah air ajaib untuk menghilangkan kehausannya sehingga ia tidak usah repot untuk menimba air dari sumur. Perkataan Kristus tentang hal-hal rohani memang tidak akan dapat dipahami orang sebelum mata rohaninya dibukakan oleh anugerah Roh Allah. Memahami kekayaan dan kedalaman perkataan Kristus memang bukanlah sekedar upaya intelektual semata.Pemahaman ini memerlukan hikmat yang dari Roh Allah. Tanpa Roh Allah, manusia tidak akan dapat memahami maksud Allah yang sesungguhnya. Secara intelektual, bisa saja seseorang memperoleh gelar tertinggi dan ia dianggap sebagai seorang pakar teologia. Sekalipun demikian, tanpa anugerah Roh Allah, ia tidak akan mampu mendalami perkataan Kristus dengan sesungguhnya. Oleh sebab itu, marilah kita semua dengan rendah hati memohon anugerah Roh Allah supaya kita semua boleh memahami Firman Tuhan dengan benar! Allah pasti mengabulkan permohonan doa yang disampaikan dalam ketulusan hati. (BHS)
Bagaimana cara Yesus Kristus untuk menyentuh hati perempuan Samaria yang mempunyai latar belakang kehidupan sosial yang memalukan? Yohanes 4:16-18 menceritakannya. “Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, panggillah suamimu dan datang ke sini." Kata perempuan itu: "Aku tidak mempunyai suami." Kata Yesus kepadanya: "Tepat katamu, bahwa engkau tidak mempunyai suami, sebab engkau sudah mempunyai lima suami dan yang ada sekarang padamu, bukanlah suamimu. Dalam hal ini engkau berkata benar." Di dalam hikmat-Nya, Kristus sungguh memahami pergumulan batin sang perempuan Samaria dalam kehidupan pernikahannya. Memang tidak ada pergumulan apapun yang Kristus tidak tahu.Ia tahu semua. Seperti Kristus yang dengan penuh belas kasihan berbicara kepada perempuan Samaria yang memiliki pergumulan hati yang berat, orang percaya dipanggil Tuhan juga untuk berbelas kasihan dan berempati terhadap pergumulan orang lain. Dalam perkataan yang penuh belas kasih dan tidak merendahkan orang lain, orang percaya dapat menjadi terang bagi sekitarnya tanpa membeda-bedakan. Inilah teladan yang seharusnya ada pada orang percaya. Sayangnya, seringkali orang percaya lalai akan tanggung jawabnya untuk membawa kabar baik bagi mereka yang sedang berkesusahan. Oleh sebab itu, marilah kita menjadi lebih peka akan pergumulan orang lain dan bukannya malah bersikap arogan! Ayolah! (BHS)
Setelah Yesus Kristus menunjukkan belas kasihan kepada perempuan Samaria, apa responnya kepada Kristus? Ini kisahnya di Yohanes 4:19-21. “Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, nyata sekarang padaku, bahwa Engkau seorang nabi. Nenek moyang kami menyembah di atas gunung ini, tetapi kamu katakan, bahwa Yerusalemlah tempat orang menyembah." Kata Yesus kepadanya: "Percayalah kepada-Ku, hai perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem.” Orang Yahudi memang dulu menyembah di Yerusalem dan orang Samaria dulu menyembah di gunung Gerizim, tetapi, dalam Kristus, semua akan menyembah Allah Bapa. Sang perempuan Samaria telah menyadari bahwa Yesus Kristus bukanlah sekedar laki-laki Yahudi semata, tetapi Yesus Kristus adalah nabi yang diutus Allah. Di dalam darah penebusan Yesus Kristus, tidak ada lagi orang Yahudi, orang Samaria, ataupun orang dari bangsa lainnya, karena semua orang percaya akan menyembah Allah Bapa di dalam persekutuan dengan Roh Kudus. Inilah hakekat persekutuan orang percaya yang melintasi segala perbedaan suku, ras, kelompok,dan segala perbedaan lainnya. Kalau Allah telah mempersatukan kita di dalam Kristus, mengapa kita malah membangun dan memelihara tembok pemisah? Ayolah kita menyembah Allah dalam kesatuan dan bukan dengan cara yang diskriminatif! (BHS)
Apa penegasan Yesus Kristus tentang apa yang disembah orang Samaria yang terungkap di Yohanes 4:22? Ini dia: “Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi.” Menurut ahli Biblika, iman orang Samaria berbeda dengan orang Yahudi karena orang Samaria hanya mempercayai lima kitab Taurat Musa sehingga pemahaman mereka tentang Allah tidaklah utuh. Makanya, banyak nubuat di kitab para nabi tentang kedatangan Mesias yang tidak mereka percayai. Orang Samaria menyembah Allah yang tidak dikenal. Sebaliknya, orang Yahudi menyembah Allah yang telah mereka kenal yang telah memberi janji keselamatan dalam sang Mesias. Alkitab Perjanjian Lama adalah kumpulan 39 kitab yang diwahyukan Roh Allah. PL ini berisikan kisah sejarah keselamatan dari Allah yang digenapi nantinya dalam sang Mesias yaitu Yesus Kristus. Manusia yang telah mati kekal karena dosa mendapat pengharapan hidup kekal karena sang Mesias memberi keselamatan bagi manusia yang percaya kepada-Nya. Inilah rencana agung Allah yang telah ada sejak semula. Sayangnya, banyak orang yang tidak mempercayai kabar keselamatan yang dijanjikan Allah ini. Karena keselamatan itu semata-mata anugerah Allah, marilah kita menjalani kehidupan sebagai saksi Kristus yang setia yang menjadi saluran keselamatan bagi banyak orang melalui kata dan perbuatan! (BHS)
Apa perkataan Yesus Kristus kepada perempuan Samaria tentang bagaimana seharusnya seseorang menyembah Allah? Ini perkataan Yesus di Yohanes 4:23-24: “Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran." Allah Bapa adalah Roh dan bukannya manusia. Oleh sebab itu, menyembah Allah Bapa haruslah dilakukan di dalam roh dan kebenaran dan bukannya hanya sekedar ritual dalam sikap kemunafikan. Inilah kehendak Allah untuk umat-Nya. Dalam sepanjang sejarah gereja, umat percaya kerap tanpa sadar terjerumus pada ibadah yang sekedar mementingkan ritual saja. Ibadah Kristen bisa saja menjadi hambar, sekedar formalitas belaka, dan tak lebih menjadi sekedar kekristenan di KTP saja. Perilaku umat Tuhan kemudian akhirnya terjebak pada sikap kemunafikan yang memisahkan antara keyakinan iman dengan tindakan sehari-hari. Kemunafikan seperti ini tentu saja bukan sikap menyembah Allah dalam roh dan kebenaran. Untuk itu, marilah kita mawas diri dan terus belajar untuk menyembah Allah dengan benar! Biarlah setiap kata dan perbuatan kita menjadi selaras dengan iman kita! Melaluinya, kehidupan kita jadi makin berkenan di mata Allah. (BHS)
Bagaimana tanggapan perempuan Samaria terhadap ucapan Yesus tentang bagaimana semestinya menyembah Allah? Ini tanggapan di Yohanes 4:24-25. “Jawab perempuan itu kepada-Nya: "Aku tahu, bahwa Mesias akan datang, yang disebut juga Kristus; apabila Ia datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada kami." Kata Yesus kepadanya: "Akulah Dia, yang sedang berkata-kata dengan engkau." Karena orang Samaria hanya mempercayai lima kitab Taurat Musa saja, maka mereka menantikan kedatangan Mesias yang sesuai dengan kitab Ulangan 18:15 yaitu seorang nabi seperti Musa yang dibangkitkan bagi mereka oleh Allah. Yesus Kristus dengan tegas mengungkapkan bahwa Dialah sang Mesias yang dinanti-nantikan itu. Yesus Kristus telah mengajar perempuan Samaria untuk menyembah Allah dalam roh dan kebenaran. Kalau kemudian Yesus mengatakan dengan tegas bahwa Dia adalah sang Mesias yang dinantikan itu, pastilah ini adalah sebuah klaim yang dinyatakan dalam Roh Allah dan kebenaran. Yesus Kristus adalah memang sang Mesias. Dialah yang telah diutus Allah untuk menjalankan misi penyelamatan manusia. Walaupun seseorang, seperti halnya perempuan Samaria, mempunyai keyakinan iman yang berbeda tentang Mesias, Yesus Kristus tetaplah sang Mesias dan sang Juru Selamat bagi semua. Bagi mereka yang sungguh mencari kebenaran, pastilah akan menemukan kebenaran itu dalam Yesus Kristus. (BHS)
Bagaimana reaksi murid-murid Yesus sewaktu mereka melihat Guru mereka bercakap-cakap dengan seorang perempuan? Mari lihat Yohanes 4:27! “Pada waktu itu datanglah murid-murid-Nya dan mereka heran, bahwa Ia sedang bercakap-cakap dengan seorang perempuan. Tetapi tidak seorangpun yang berkata: "Apa yang Engkau kehendaki? Atau: Apa yang Engkau percakapkan dengan dia?" Ajaran Yahudi melarang seorang laki-laki Yahudi, apalagi seorang Rabbi, untuk berbicara dengan perempuan di depan umum, bahkan isterinya sekalipun. Tak heran para murid Yesus terperangah dan tak mampu bertanya apa-apa. Yesus Kristus telah menolak dan menghancurkan segala prasangka dan tradisi yang merendahkan perempuan. Di dalam belenggu tradisi yang merendahkan perempuan, Yesus Kristus meneladankan kepada murid-murid-Nya di masa dulu dan di masa kini untuk tidak merendahkan perempuan. Sebagai sesama ciptaan Allah yang berharga di mata-Nya, laki-laki dan perempuan memang diciptakan berbeda. Tetapi perbedaan itu adalah perbedaan yang disengaja oleh Allah supaya laki-laki dan perempuan dapat saling melengkapi satu dengan yang lainnya. Dengan demikian, di dalam rancangan Allah, tidak boleh ada ruang sedikitpun bagi tradisi yang merendahkan perempuan ataupun prasangka yang melecehkan perempuan. Karena itu, marilah kita merayakan keunikan dan kodrat ciptaan Allah! (BHS)
Apa yang dilakukan oleh perempuan Samaria setelah dia menyadari siapa Yesus Kristus itu? Ini kisahnya di Yohanes 4:28-30. “Maka perempuan itu meninggalkan tempayannya di situ lalu pergi ke kota dan berkata kepada orang-orang yang di situ: "Mari, lihat! Di sana ada seorang yang mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat. Mungkinkah Dia Kristus itu?" Maka merekapun pergi ke luar kota lalu datang kepada Yesus.” Karena begitu tersentuhnya hati perempuan Samaria itu oleh percakapannya dengan Yesus Kristus, dia dengan gembira kembali ke kota Sikhar untuk memberitakan kabar baik bahwa dia sudah bertemu sang Mesias. Kesaksiannya telah membawa banyak orang datang pada Kristus. Apa yang akan kita lakukan bila kita telah menerima keselamatan di dalam Kristus dan telah diubahkan untuk menjadi anak-anak Allah? Apakah kita hanya akan diam saja dan berpangku tangan? Mari kita ikuti teladan dari perempuan Samaria yang setelah diubahkan oleh Kristus, ia dengan sukacita menyampaikan kabar baik itu kepada banyak orang. Berita keselamatan dalam Yesus Kristus memang harus disampaikan kepada semua orang sebagai bentuk rasa syukur kita atas segala perbuatan Allah. Inilah panggilan kita sebagai orang percaya. Sayangnya, banyak orang Kristen yang merasa enggan dan ragu untuk memberitakan kabar baik ini. Bila kita sudah diubahkan, ayolah kita membawa kabar baik bagi semua! (BHS)
Apa yang terjadi sewaktu murid-murid Yesus datang dari kota Sikhar dan membawa makanan untuk Yesus? Ini kisahnya di Yohanes 4:31-33, “Sementara itu murid-murid-Nya mengajak Dia, katanya: "Rabi, makanlah." Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: "Pada-Ku ada makanan yang tidak kamu kenal." Maka murid-murid itu berkata seorang kepada yang lain: "Adakah orang yang telah membawa sesuatu kepada-Nya untuk dimakan?" Seperti halnya pembicaraan dengan perempuan Samaria tentang air hidup, Yesus Kristus juga menggunakan bahasa simbolis tentang makanan dengan murid-murid-Nya untuk menyatakan kebenaran rohani. Kebenaran dibalik bahasa simbolis haruslah dimengerti. Bahasa simbolis dalam ajaran Yesus Kristus bisa terungkap dalam bentuk cerita perumpamaan, percakapan, ataupun tindakan. Demikian juga, tradisi dan ajaran gereja sejak dari dulu juga banyak menggunakan bahasa simbolis. Yang menjadi persoalan adalah bahwa sering ada perbedaan dalam cara menafsirkan bahasa simbolis tersebut sehingga timbul cekcok, dengki, jengkel, bahkan saling benci di antara orang percaya. Bila bahasa simbolis itu dipakai oleh Yesus Kristus serta gereja guna menyampaikan makna rohani, mestinya kita harus dengan rendah hati mencari makna tersebut. Bila sikap arogansi dan merasa benar sendiri telah merasuk, pastilah timbullah konflik yang merusak. Ayo belajar rendah hati! (BHS)
Pada waktu murid-murid Yesus datang membawa makanan, Yesus membuat murid-murid-Nya bingung karena Yesus mengatakan bahwa Dia sudah mempunyai makanan. Makanan apa yang dimaksudkan Yesus? Mari lihat penjelasan Yesus di Yohanes 4:34! “Kata Yesus kepada mereka: "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.” Seperti halnya makanan jasmani adalah kebutuhan mendasar dari manusia, maka melakukan kehendak Allah dengan setia dan menyelesaikan pekerjaan Allah adalah kebutuhan utama dalam kehidupan orang percaya seperti yang telah diteladankan Yesus Kristus. Tanpa itu, orang percaya tidak akan hidup dalam damai-Nya. Yesus Kristus secara tegas telah menyatakan bahwa melakukan kehendak Allah Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya di bumi ini adalah suatu kebutuhan hidup. Seperti halnya seseorang tanpa makan bisa kelaparan dan kemudian mati, demikian pula kehidupan kita sebagai orang Kristen. Bila orang Kristen tidak mau melakukan kehendak Allah dan hanya mau mengikuti kemauan dunia sekitarnya saja, maka kita pasti akhirnya akan lemah secara rohani dan bahkan kerohanian kita bisa saja mati. Oleh sebab itu, ketaatan kepada kehendak Allah untuk menyelesaikan misi kehidupan yang telah Allah tugaskan bagi kita adalah suatu kewajiban yang harus dilakukan demi kebaikan kita sendiri. Hanya saja, maukah kita? (BHS)
Karena pemberitaan dari perempuan Samaria, banyak orang datang mencari Yesus. Apa yang dikatakan Yesus kepada murid-murid-Nya tentang orang banyak ini? Ini perkataan Yesus di Yohanes 4:35-36: “Bukankah kamu mengatakan: Empat bulan lagi tibalah musim menuai? Tetapi Aku berkata kepadamu: Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai. Sekarang juga penuai telah menerima upahnya dan ia mengumpulkan buah untuk hidup yang kekal, sehingga penabur dan penuai sama-sama bersukacita.” Pemberitaan perempuan Samaria tentang Kristus itu seperti benih yang ditaburkan dan murid-murid Kristuslah yang menuai ladang rohani yang telah siap tuai itu. Pemberitaan tentang kelepasan dari hukuman dosa karena iman percaya pada penebusan Yesus Kristus adalah kabar baik yang perlu diketahui semua orang. Kabar baik ini memang adalah benih baik yang ditaburkan oleh seorang penabur dengan penuh pengharapan bahwa benih itu akan bertumbuh subur dalam anugerah Tuhan. Suatu saat nanti pasti akan ada tuaian besar. Hanya saja, orang percaya tidak dapat mengetahui secara pasti kapan tuaian untuk kehidupan kekal yaitu pertobatan seseorang itu akan terjadi. Tugas kita sebagai orang percaya adalah setia menaburkan benih kabar baik tentang Kristus dan terus berpengharapan. Dalam kasih karunia Allah, tentu ada waktunya untuk kita menuai di dalam sukacita. (BHS)
Bagaimana cara pandang Yesus Kristus tentang hukum tabur tuai dalam hal pemberitaan kabar baik? Ini perkataan Yesus di Yohanes 4:37-38. “Sebab dalam hal ini benarlah peribahasa: Yang seorang menabur dan yang lain menuai. Aku mengutus kamu untuk menuai apa yang tidak kamu usahakan; orang-orang lain berusaha dan kamu datang memetik hasil usaha mereka." Benih kabar baik tentang air hidup yang telah ditaburkan Yesus Kristus kepada perempuan Samaria itu telah membawa banyak orang di kota Sikhar untuk datang mencari Yesus. Menjadi tugas bagi para murid Kristus untuk menuai tuaian rohani dan memetik hasil dari firman yang telah ditaburkan yaitu jiwa-jiwa yang rindu datang kepada Kristus. Hukum tabur tuai sering kali dipahami secara negatif karena dikaitkan dengan tindakan jahat yang akhirnya berbuahkan hukuman. Hanya saja, di dalam Yesus Kristus, hukum tabur tuai itu dikaitkan dengan pemberitaan kabar baik yaitu berita keselamatan dalam penebusan Yesus Kristus. Benih kabar baik ini suatu saat pasti akan menghasilkan tuaian. Hanya saja, penabur dan penuai kabar baik itu bisa saja berbeda orang. Sayangnya, di dalam pelayanan Kristen, sering kali orang lebih menghargai tuaian karena statistik keberhasilan penginjilan dikaitkan semata-mata dengan jumlah orang yang bertobat. Oleh sebab itu, mari kita mendengar perintah Kristus untuk kita berlaku setia, baik sebagai penabur maupun penuai! (BHS)
Apa dampak kesaksian perempuan Samaria pada pelayanan Yesus di kalangan non-Yahudi? Yohanes 4:39-40 menceritakannya. “Dan banyak orang Samaria dari kota itu telah menjadi percaya kepada-Nya karena perkataan perempuan itu, yang bersaksi: "Ia mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat." Ketika orang-orang Samaria itu sampai kepada Yesus, mereka meminta kepada-Nya, supaya Ia tinggal pada mereka; dan Iapun tinggal di situ dua hari lamanya.” Kesaksian perempuan Samaria telah membawa banyak orang sebangsanya untuk datang kepada Kristus. Saksi Kristus yang setia menyampaikan apa yang dialaminya. Kalau ada yang bertobat, itu hanya karena anugerah semata. Pembawa kabar baik tentang keselamatan di dalam darah Yesus Kristus adalah saksi dari perubahan hidup yang telah dialaminya. Hal ini tentu bukan sekedar pengetahuan di kepala saja tetapi ini haruslah sesuatu yang telah dialaminya. Pemberitaan kabar baik seperti itu tentu bukanlah hal yang dibuat-buat tetapi ini memancar dari dalam hati seseorang. Ini tentu bukan cuma sekedar pencitraan saja tetapi ini harus terungkap dari hati yang telah diubahkan Tuhan. Oleh sebab itu, marilah kita menghidupi berita keselamatan dengan pertama-tama mengalami kehidupan baru dalam Yesus Kristus sehingga baik sang pembawa berita maupun beritanya telah sama-sama benar di mata-Nya! Marilah kita belajar senantiasa! (BHS)
Apa kesaksian dari orang-orang Samaria yang datang kepada Kristus dan mendengar sendiri perkataan Kristus? Ini kisahnya di Yohanes 4:41-42. “Dan lebih banyak lagi orang yang menjadi percaya karena perkataan-Nya, dan mereka berkata kepada perempuan itu: "Kami percaya, tetapi bukan lagi karena apa yang kaukatakan, sebab kami sendiri telah mendengar Dia dan kami tahu, bahwa Dialah benar-benar Juruselamat dunia." Kesaksian perempuan Samaria itu seperti papan reklame yang menarik banyak orang Samaria untuk datang kepada Kristus. Firman Kristus yang penuh kuasa itulah yang kemudian membuat mereka menjadi percaya dan mengaku bahwa Yesus Kristuslah sang Juruselamat dunia. Seperti perempuan Samaria yang telah menjadi papan reklame yang baik bagi Kristus, demikian juga halnya setiap orang percaya. Kesaksian berupa perkataan dan perbuatan dari orang yang telah diubahkan oleh Firman Tuhan, memang harus menjadi papan reklame yang menarik orang untuk datang kepada Kristus. Fokus iman haruslah pada Kristus, sang Juruselamat dunia, dan bukan yang lainnya. Sayangnya, dalam tugas sebagai pembawa berita Injil, ada saja orang percaya yang lupa diri dan justru menjadikan dirinya sebagai pusat pemberitaan Injil. Injil akhirnya hanya dipakai dan dimanipulasi sebagai alat untuk mencari pengikut. Perilaku seperti ini haruslah dihindari. Bukankah demikian? (BHS)
Apa yang dilakukan Yesus setelah dua hari pelayanan di kota Sikhar di Samaria? Ini kisahnya di Yohanes 4: 43-45. “Dan setelah dua hari itu Yesus berangkat dari sana ke Galilea, sebab Yesus sendiri telah bersaksi, bahwa seorang nabi tidak dihormati di negerinya sendiri. Maka setelah ia tiba di Galilea, orang-orang Galileapun menyambut Dia, karena mereka telah melihat segala sesuatu yang dikerjakan-Nya di Yerusalem pada pesta itu, sebab mereka sendiripun turut ke pesta itu.” Dalam pelayanan Yesus sebelumnya di Yerusalem, seperti yang dilaporkan di Yohanes 2:23, banyak orang percaya Kristus, termasuk orang Galilea. Merekalah yang menyambut Dia di Galilea, walaupun masih banyak juga orang yang tidak menerima-Nya. Kabar baik dalam Yesus Kristus memang tidak selalu diterima orang. Tentu saja ada orang yang menyambut baik dengan hati terbuka, tetapi pasti banyak juga yang menolaknya. Kalau penolakan ini saja terjadi pada Yesus Kristus, apakah kita sebagai orang percaya akan merasa kecil hati dan pesimis bila kabar baik yang kita sampaikan ditolak orang? Bukankah hasil pemberitaan Injil itu adalah anugerah dari Allah semata? Kalau orang percaya kemudian merasa bahwa hasil pemberitaan Injil itu adalah karena kepandaian berbicara, kecerdikan strategi, kekuatan finansial, ataupun kepiawaian teknologi, maka kita telah terjebak untuk membawa berita Injil dalam kekuatan kita sendiri. Ayo hindari ini! (BHS)
Apa yang terjadi setelah Yesus tiba di kota Kana? Ini kisahnya di Yohanes 4:46-47. “Maka Yesus kembali lagi ke Kana di Galilea, di mana Ia membuat air menjadi anggur. Dan di Kapernaum ada seorang pegawai istana, anaknya sedang sakit. Ketika ia mendengar, bahwa Yesus telah datang dari Yudea ke Galilea, pergilah ia kepada-Nya lalu meminta, supaya Ia datang dan menyembuhkan anaknya, sebab anaknya itu hampir mati.” Di dalam keputus-asaan, timbul pengharapan kepada Yesus dalam diri pejabat istana Herodes itu sehingga ia tidak segan-segan menempuh jarak yang cukup jauh untuk menemui Yesus. Berani mengambil tindakan iman yang dilandaskan pengharapan pada Kristus memanglah sikap yang benar. Bagaimana seharusnya sikap kita sebagai umat Tuhan sewaktu kita menghadapi tantangan berat dalam kehidupan? Apakah kita akan menyalahkan Tuhan? Apakah kita akan menjadi kecewa kepada Tuhan dan kemudian malah menarik diri dari persekutuan orang percaya? Apakah bila masalah bertambah besar kita malah jadi makin menjauh dari Tuhan? Mari kita contoh sikap pejabat istana Herodes itu! Marilah kita makin menaruh pengharapan pada Tuhan Yesus Kristus di masa sulit! Marilah kita juga berani melangkah dalam iman! Karena Allah dalam Yesus Kristus itu mengasihi kita, Allah pasti akan memberi kita jalan keluar atas segala pergumulan dan kesulitan kita. Memang benar! Sepanjang jalan Tuhan pimpin, itu cukup bagi kita. (BHS)
Apa yang disampaikan Yesus Kristus kepada pegawai istana yang anaknya sakit dan hampir mati? Mari lihat Yohanes 4:48-50! “Maka kata Yesus kepadanya: "Jika kamu tidak melihat tanda dan mujizat, kamu tidak percaya." Pegawai istana itu berkata kepada-Nya: "Tuhan, datanglah sebelum anakku mati." Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, anakmu hidup!" Orang itu percaya akan perkataan yang dikatakan Yesus kepadanya, lalu pergi.” Walaupun pegawai istana itu belum melihat apakah benar anaknya itu telah disembuhkan oleh Yesus, ia tetap percaya kepada apa yang telah dikatakan Yesus sehingga ia dapat pergi dengan penuh harapan dan sukacita. Beriman kepada perkataan Yesus memang pasti tidak sia-sia. Menaruh iman pada perkataan dan ajaran Yesus Kristus adalah sikap yang semestinya ada pada setiap orang percaya. Marilah kita teladani sikap pegawai istana, yang setelah diperintahkan oleh Yesus untuk pergi, dia pergi dengan keyakinan bahwa anaknya yang hampir mati itu sudah sehat. Dia percaya dan taat pada perintah Yesus. Percaya dan taat memang seharusnyalah yang menjadi ciri-ciri utama para pengikut Kristus. Sayangnya, banyak orang yang mengaku sebagai orang Kristen atau pengikut Kristus tetapi kehidupannya tidak benar-benar mau percaya dan menaatinya. Membaca firman Tuhan saja enggan, apalagi melakukannya. Dengan demikian, kekristenan hanya sekedar formalitas beragama semata. Ini haruslah kita hindari. (BHS)
Di dalam ketaatan, pegawai istana kembali ke Kapernaum. Apa yang terjadi dengan anaknya yang sakit dan hampir mati? Mari lihat Yohanes 4:51-54! “Ketika ia masih di tengah jalan hamba-hambanya telah datang kepadanya dengan kabar, bahwa anaknya hidup. Ia bertanya kepada mereka pukul berapa anak itu mulai sembuh. Jawab mereka: "Kemarin siang pukul satu demamnya hilang." Maka teringatlah ayah itu, bahwa pada saat itulah Yesus berkata kepadanya: "Anakmu hidup." Lalu iapun percaya, ia dan seluruh keluarganya. Dan itulah tanda kedua yang dibuat Yesus ketika Ia pulang dari Yudea ke Galilea.” Mujizat adalah tanda yang digunakan Allah untuk membawa orang percaya kepada Anak Allah yaitu Yesus Kristus. Orang tua yang mengasihi anaknya wajar saja ingin melihat anaknya yang sakit parah sehat kembali. Sikap apa yang harus diambil oleh seseorang dalam pergumulannya yang berat itu? Pertolongan siapa yang dia cari? Sikap pegawai istana dalam kisah ini adalah sikap yang harus kita teladani. Dia mencari Kristus dan berharap pada Kristus. Dalam anugerah Allah yang besar, tidak hanya ada kesembuhan fisik, tetapi Allah memberikan anugerah kesembuhan terbesar yaitu kesembuhan dari penyakit dosa karena ia percaya pada Kristus. Kesembuhan fisik hanya terbatas selama hidup di dunia ini, tetapi kesembuhan dari dosa adalah kesembuhan yang membawa kepada hidup yang kekal. Ayolah kita selalu ingat untuk datang kepada Kristus! (BHS)
Dari daerah Galilea, Yesus pergi ke Yerusalam di daerah Yehuda. Ke mana Yesus pergi? Mari lihat kisahnya di Yohanes 5:1-2! ”Sesudah itu ada hari raya orang Yahudi, dan Yesus berangkat ke Yerusalem. Di Yerusalem dekat Pintu Gerbang Domba ada sebuah kolam, yang dalam bahasa Ibrani disebut Betesda; ada lima serambinya...” Setelah perjalanan berhari-hari dari Galilea, Yesus menjadikan kolam Betesda sebagai tempat pertama yang dikunjungnya di Yerusalem. Betesda, yang berarti Rumah Belas Kasihan, adalah memang tempat pengharapan bagi orang yang menderita. Tak heran, Yesus Kristus, sang pembawa Fajar Pengharapan, memulai pelayanan-Nya di tempat itu. Yesus Kristus memang peduli. Dalam pelayanan-Nya, Yesus Kristus selalu menunjukkan kepedulian-Nya kepada orang yang lemah, sakit, dan menderita. Hati Yesus yang penuh dengan belas kasihan menyebabkan Dia selalu sensitif terhadap kebutuhan orang, baik kebutuhan jasmani maupun kebutuhan rohani. Yesuslah sang Betesda Agung yaitu Sang Rumah Belas Kasihan di mana semua orang dapat mencari perlindungan dari segala kekuatiran dan segala persoalan hidup. Karena Yesus peduli, maka orang yang mau datang kepada-Nya dan percaya kepada-Nya, pasti tidak akan ditolak-Nya. Oleh sebab itu, marilah kita selalu datang kepada Kristus dengan tanpa ragu! Belas kasihan Allah pasti tercurah dengan limpahnya pada kita semua. (BHS)
Mengapa banyak orang sakit berkumpul di kolam Betesda? Mari lihat Yohanes 5:3-4! “...dan di serambi-serambi itu berbaring sejumlah besar orang sakit: orang-orang buta, orang-orang timpang dan orang-orang lumpuh, yang menantikan goncangan air kolam itu. *Sebab sewaktu-waktu turun malaikat Tuhan ke kolam itu dan menggoncangkan air itu; barangsiapa yang terdahulu masuk ke dalamnya sesudah goncangan air itu, menjadi sembuh, apapun juga penyakitnya.*” Mitos tentang kolam Betesda yang membawa kesembuhan telah menarik orang untuk datang ke sana. Dalam penderitaannya, banyak orang justru percaya kepada mitos dan bukan percaya kepada Tuhan. Percaya kepada mitos pasti akan sia-sia. Mitos adalah cerita-cerita legenda yang diwariskan dari nenek moyang ataupun juga dari cerita-cerita lain yang dipercayai benar. Cerita-cerita seperti ini sering menguasai seseorang sehingga pikiran dan tindakannya sangat dipengaruhi oleh apa yang diyakininya itu. Hal ini sering terjadi juga pada orang Kristen, bahkan bisa saja, mitos-mitos tersebut begitu merasuk dan akhirnya menggeser, bahkan menggantikan iman percaya kita kepada Allah. Ini haruslah diwaspadai dan dihindari. Oleh sebab itu, marilah kita memperkuat iman percaya kita kepada Allah dalam Yesus Kristus dengan makin tekun mempelajari Firman-Nya! Melaluinya, kita pasti akan dimampukan untuk tidak menyandarkan hidup pada mitos. (BHS)
Bagaimana anugerah Tuhan ditunjukkan di kolam Betesda? Ini kisahnya di Yohanes 5:5-7. “Di situ ada seorang yang sudah tiga puluh delapan tahun lamanya sakit. Ketika Yesus melihat orang itu berbaring di situ dan karena Ia tahu, bahwa ia telah lama dalam keadaan itu, berkatalah Ia kepadanya: "Maukah engkau sembuh?" Jawab orang sakit itu kepada-Nya: "Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu apabila airnya mulai goncang, dan sementara aku menuju ke kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku." Di kolam Betesda, Yesus hanya menghampiri satu orang saja. Walaupun orang itu belum menaruh iman pada Kristus, Kristus tetap berkehendak untuk menyembuhkannya. Inilah anugerah. Dari sekian banyak orang sakit di sekitar kolam Betesda, Yesus Kristus memang hanya menghampiri satu orang saja dan menawarkan kesembuhan. Mengapa demikian? Apakah dia lebih baik dan lebih beriman dari pada orang sakit yang lainnya? Tentu tidak karena orang sakit itu tidak mengenal siapa Yesus. Inilah yang disebut anugerah yaitu sesuatu yang diberikan tanpa syarat apapun, bahkan syarat iman. Seperti anugerah sinar mentari pagi yang diberikan pada setiap orang, Tuhan bisa saja memberikan anugerah kesembuhan sebelum seseorang percaya Kristus. Anugerah kesembuhan fisik bisa menjadi jalan masuk seseorang untuk memperoleh kesembuhan rohani. Ayo ajak orang untuk menyadari anugerah ini! (BHS)
Apa yang disampaikan Yesus kepada orang lumpuh di Betesda sebagai respon terhadap keputus-asaannya karena ia sudah 38 tahun lumpuh? Ini kisahnya di Yohanes 5:8-9a. “Kata Yesus kepadanya: "Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah." Dan pada saat itu juga sembuhlah orang itu lalu ia mengangkat tilamnya dan berjalan.” Perkataan Yesus Kristus memang perkataan yang berkuasa karena Dia adalah sang Anak Allah yang mampu melakukan segala sesuatu. Walaupun orang itu telah lumpuh selama 38 tahun, orang lumpuh itu dapat kembali berjalan. Mujizat ini adalah salah satu tanda yang dibuat Yesus Kristus untuk menunjukkan bahwa Dia adalah Anak Allah yang diutus oleh Bapa-Nya. Di dalam-Nya, ada anugerah besar. Ada orang yang menganggap bahwa Yesus hanyalah seorang guru agung yang menyampaikan ajaran-ajaran etis yang baik dan bermanfaat untuk sebuah kehidupan yang damai. Dia hanyalah sekedar manusia biasa yang mempunyai karisma dan penuh hikmat sehingga banyak orang datang untuk menjadi pengikut-Nya. Pandangan seperti ini memang benar walaupun tidaklah lengkap. Yesus Kristus memang guru agung yang berkarisma dan penuh hikmat, tetapi Yesus Kristus juga adalah Anak Allah yang berkuasa. Di dalam keilahian-Nya itu, tidak ada perkara yang terlalu sulit dan mustahil bagi-Nya bila Kristus menghendakinya. Oleh sebab itu, marilah kita menaruh harap hanya kepada Kristus saja. Mari kita makin setia mengikut-Nya! (BHS)
Apa hal kontroversial yang terjadi setelah Yesus Kristus menyembuhkan seorang lumpuh di kolam Betesda? Mari lihat kisahnya di Yohanes 5:9b-11! “Tetapi hari itu hari Sabat. Karena itu orang-orang Yahudi berkata kepada orang yang baru sembuh itu: "Hari ini hari Sabat dan tidak boleh engkau memikul tilammu." Akan tetapi ia menjawab mereka: "Orang yang telah menyembuhkan aku, dia yang mengatakan kepadaku: Angkatlah tilammu dan berjalanlah." Mengangkat tilam pada hari Sabat adalah hal yang dianggap sebagai dosa dalam tradisi agama Yahudi. Meskipun demikian, perkataan Yesus Kristus yang dipercayai dan ditaati oleh orang lumpuh itu mengatasi segala tradisi agama karena Kristus adalah Tuhan yang harus ditaati. Apa keyakinan kita sebagai umat Allah tentang siapa Kristus itu? Apakah kita meyakini bahwa Kristus adalah Tuhan yang harus ditaati? Atau, apakah sebenarnya iman Kristen kita hanya semata-mata berdasarkan tradisi dari sekitar kita saja? Atau, apakah kita telah mempersempit kekristenan kita hanya dalam kaitan dengan liburan panjang di sekitar hari Natal saja? Apakah kemudian kekristenan kita hanya kekristenan tradisi saja? Tentu seharusnya tidak demikian! Setiap orang Kristen harus tahu dan yakin bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan, sang Anak Allah, yang berkuasa atas segala sesuatu di dunia ini. Oleh sebab itu, marilah kita perteguh iman percaya kita pada Yesus Kristus! Janganlah mudah goyah! Tegarlah! (BHS)
Bagaimana respons orang yang telah disembuhkan di kolam Betesda sewaktu orang-orang Yahudi mempertanyakan kesembuhannya? Mari lihat Yohanes 5:12-13! “Mereka bertanya kepadanya: "Siapakah orang itu yang berkata kepadamu: Angkatlah tilammu dan berjalanlah?" Tetapi orang yang baru sembuh itu tidak tahu siapa orang itu, sebab Yesus telah menghilang ke tengah-tengah orang banyak di tempat itu.” Walaupun orang yang disembuhkan Yesus itu tidak mengenal siapa Kristus, dia tetaplah menerima kesembuhan. Di dalam kehendak-Nya, Allah memberikan anugerah-Nya kepada siapapun, baik seseorang itu telah beriman ataupun belum. Iman tidaklah selalu menjadi syarat bagi diberikannya anugerah. Di dalam hikmat Allah yang begitu besar dan agung, Allah dapat melimpahkan anugerah-Nya kepada siapapun, baik kepada orang Kristen maupun kepada mereka yang belum percaya kepada-Nya. Iman bukanlah syarat mutlak untuk menerima anugerah Allah. Asalkan Allah berkehendak, maka anugerah itu bisa saja diberikan kepada siapapun. Untuk itu, orang percaya dipanggil Allah untuk menjadi saluran anugerah-Nya. Hanya saja, di dalam prasangka dan kepicikan berpikir kita, seringkali kita yang justru menjadi enggan dan segan untuk menyalurkan anugerah Allah itu. Oleh sebab itu, bila Tuhan Allah telah berkehendak, marilah kita belajar untuk menaati-Nya untuk menjadi saluran anugerah bagi semua. (BHS)
Setelah orang lumpuh itu disembuhkan Yesus di kolam Betesda, ia pergi ke Bait Allah. Apa yang terjadi? Mari lihat kisahnya di Yohanes 5:14! “Kemudian Yesus bertemu dengan dia dalam Bait Allah lalu berkata kepadanya: "Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk." Dalam kegembiraan hatinya karena ia telah sembuh, orang yang dulunya lumpuh itu pergi mengucap syukur ke Bait Allah dan bertemu Yesus. Nasihat Yesus yang mengajak ia untuk hidup benar adalah merupakan nasihat terbaik bagi hidup manusia. Di dalam kehidupan yang benar dan takut akan Allah, ada kesembuhan sejati yaitu kesembuhan dari penyakit dosa yang membawa kepada kematian kekal. Kesembuhan fisik tentu merupakan hal yang sangat didambakan oleh setiap orang sakit, bahkan jalan apapun dan semahal apapun pasti akan ditempuhnya demi kesembuhannya. Ini adalah hal yang sangat wajar dan lumrah. Meskipun demikian, nasihat Yesus kepada orang yang dulunya lumpuh itu seharusnya merupakan sebuah peringatan bagi kita semua bahwa kesembuhan fisik itu hanya sementara saja. Kehidupan yang benar melalui iman kepada Yesus Kristus akan membawa kepada kehidupan yang berkenan kepada Tuhan sampai pada kehidupan kekal. Oleh sebab itu, dalam kondisi apapun, marilah kita tetap berkomitmen untuk hidup benar dan berharap selalu pada Kristus! (BHS)
Apa yang dilakukan orang yang dulunya lumpuh itu setelah ia bertemu Yesus di Bait Allah? Mari lihat kisahnya di Yohanes 5:15-17! “Orang itu keluar, lalu menceriterakan kepada orang-orang Yahudi, bahwa Yesuslah yang telah menyembuhkan dia. Dan karena itu orang-orang Yahudi berusaha menganiaya Yesus, karena Ia melakukan hal-hal itu pada hari Sabat. Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga." Kesaksian orang yang disembuhkan Yesus itu justru memicu kemarahan orang Yahudi kepada Yesus. Aturan Sabat dipandang lebih utama oleh mereka dari pada kasih kepada sesama. Seperti Allah Bapa, Yesus terus berkarya menunjukkan keagungan akan belas kasihan ilahi. Di dalam lingkungan Kristen, seringkali ritual keagamaan bisa menjadi lebih utama dibandingkan kasih kepada sesama. Seperti orang Yahudi yang marah karena ritual Sabat dilanggar, orang Kristen bisa saja marah dan jengkel karena dilanggarnya suatu ritual Kristen. Kasih, yang seharusnya menjadi dasar berpijak bagi tindakan orang Kristen, akhirnya diabaikan dan diganti dengan spiritualitas yang kaku dan kurang pemaaf. Kristus telah memberi teladan dalam tindakan yang mendahulukan bekas kasihan Allah. Oleh sebab itu, marilah kita ikut teladan Kristus melalui kehidupan yang memancarkan belas kasihan ilahi. Melalui kehidupan yang seperti itu, kita pasti akan menjadi berkat bagi banyak orang di sekitar kita. (BHS)
Apa dampak perkataan Yesus kepada orang Yahudi yang telah menuduh-Nya melanggar hukum Sabat? Ini kisahnya di Yohanes 5:18, “Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuh-Nya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya sendiri dan dengan demikian menyamakan diri-Nya dengan Allah.” Penjelasan Yesus tentang tuduhan pelanggaran hukum Sabat justru makin membuat orang Yahudi marah besar karena Yesus menyebut Allah sebagai Bapa-Nya. Manusia yang mengaku diri sebagai Allah jelas adalah hujat, tetapi karena Yesus memang Anak Allah, maka ini adalah kebenaran dan bukan hujat. Ini bahkan dasar iman Kristen. Di tengah kemajemukan agama dan pandangan dunia serta derasnya arus informasi di zaman sekarang ini, orang Kristen sering terombang-ambing imannya tentang siapa Yesus Kristus itu. Yesus memang manusia sejati, tetapi Yesus juga adalah Allah yang sejati. Dia adalah Anak Allah yang diutus Allah Bapa di sorga untuk mengemban misi penebusan manusia. Banyak orang yang percaya bahwa Yesus hanyalah seorang guru agung dan seorang manusia yang hebat. Tetapi mereka tidak percaya bahwa Yesus Kristus adalah Allah sejati. Oleh sebab itu, mari kita perteguh pengakuan iman kita melalui pendalaman Alkitab di dalam persekutuan umat percaya. Melaluinya, iman kita pasti akan makin diperteguh. Ayo bertumbuh! (BHS)
Apa respons Yesus kepada orang Yahudi yang hendak membunuhnya karena Yesus dituduh menghujat Allah? Mari lihat Yohanes 5:19! “Maka Yesus menjawab mereka, kata-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak.” Seseorang dikatakan menghujat Allah bila ia mengaku dirinya sebagai allah lain yang menjadi pesaing Allah Bapa. Yesus Kristus, sang Anak, bukanlah pesaing Allah Bapa. Segala sesuatu yang dikerjakan Yesus adalah senada dengan yang dikerjakan Allah Bapa karena Bapa dan Anak adalah satu adanya. Allah memang Maha Esa. Allah kita adalah bukan hanya Allah transenden yang jauh dari kehidupan manusia, tetapi Allah kita juga adalah Allah yang imanen yang, karena kejatuhan manusia dalam dosa, telah mengutus sang Firman, yaitu Anak Allah, untuk menjalankan misi penebusan manusia. Karena Yesus Kristus adalah Allah sejati yang berinkarnasi menjadi manusia sejati, maka Allah Bapa dan Yesus Kristus, sang Anak Allah, tidaklah berbeda dalam hakikat, esensi, kehendak, dan pekerjaan. Inilah keesaan Allah yang sangat hakiki dalam keyakinan iman Kristen. Oleh sebab itu, marilah kita tegar dan teguh dalam pengakuan iman percaya kita! Allah itu memang Allah yang Maha Esa. Janganlah kita mudah goyah di tengah gempuran arus dunia masa kini! Ayo tetap kuat! (BHS)
Kepada orang-orang Yahudi yang hendak membunuh-Nya karena dianggap menghujat Allah, Yesus Kristus menyatakan bagaimana relasi antara Allah Bapa dan diri-Nya. Ini perkataan Yesus di Yohanes 5:20. “Sebab Bapa mengasihi Anak dan Ia menunjukkan kepada-Nya segala sesuatu yang dikerjakan-Nya sendiri, bahkan Ia akan menunjukkan kepada-Nya pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar lagi dari pada pekerjaan-pekerjaan itu, sehingga kamu menjadi heran.” Dalam ke-Esa-an Bapa dan Anak, Allah Bapa mengasihi Yesus Kristus. Segala pekerjaan Allah Bapa terbuka gamblang bagi Yesus Kristus. Bahkan pekerjaan yang lebih besar dari tanda-tanda mujizat dan kesembuhan, ada pada Yesus Kristus. Kepada Yesus Kristus, segala pekerjaan Allah Bapa dari kekal sampai kekal terbuka jelas dan ditunjukkan dengan sempurna. Semua rahasia telah dibukakan Allah Bapa kepada Yesus Kristus karena Yesus Kristus adalah Anak Allah yang mengemban misi agung Allah Bapa yaitu misi penebusan umat manusia. Ini menunjukkan betapa agung dan mulianya Yesus Kristus. Yesuslah Allah yang telah merendahkan dirinya untuk mengambil wujud sebagai manusia. Yesuslah Allah yang melakukan segala perbuatan yang besar dan agung. Oleh sebab itu, marilah kita membawa kemuliaan bagi Yesus Kristus dan menyembah-Nya sebagai Tuhan dan Raja atas semua! Janganlah kita menjadi bimbang dan ragu! Mari puji Dia saja! (BHS)
Apa pekerjaan besar yang ditunjukkan Allah Bapa kepada Yesus Kristus, sang Anak Allah? Inilah pekerjaan besar yang disampaikan Yesus Kristus di Yohanes 5:21. “Sebab sama seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati dan menghidupkannya, demikian juga Anak menghidupkan barangsiapa yang dikehendaki-Nya.” Kuasa membangkitkan orang mati sehingga dapat hidup kembali adalah merupakan gambaran akan ke Maha-kuasaan Allah Bapa dan Allah Anak yang dapat melakukan pekerjaan besar sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya. Seperti Allah Bapa yang Maha Kuasa, maka Yesus Kristus, sang Anak Allah, adalah Allah yang Maha Kuasa karena Bapa dan Anak adalah satu adanya. Di tengah pluralisme pandangan-pandangan di dunia sekarang ini, banyak orang Kristen yang kemudian menjadi bimbang dan ragu tentang siapa Yesus Kristus itu. Mana mungkin seorang manusia sejati juga adalah Allah yang sejati? Ini tidaklah bisa diterima oleh akal manusia, bahkan bisa saja ada yang meyakini bahwa ini menghujat Allah. Bagaimana seharusnya sikap kita? Ingatlah ini! Kita hanya bisa mengenal Allah bila Allah menyatakan diri-Nya kepada kita. Bila kita tidak mempercayai kesaksian Yesus Kristus, maka kita menjadikan Kristus sebagai pembohong besar sehingga pasti kandaslah iman kita. Oleh sebab itu, marilah kita berpegang teguh pada kesaksian Tuhan Yesus Kristus yang pasti benar. Ayolah! (BHS)
Kepada siapakah telah diserahkan kuasa penghakiman atas segala sesuatu? Inilah kesaksian Yesus Kristus di Yohanes 5:22-23. “Bapa tidak menghakimi siapapun, melainkan telah menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak, supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa. Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia.” Yesus Kristus, sang Anak Allah, telah menerima kuasa mutlak dari Allah Bapa untuk menghakimi segala sesuatu. Betapa berkuasanya Yesus Kristus! Menghormati Yesus Kristus berarti menghormati Allah Bapa karena Yesus Kristus dan Allah Bapa adalah satu adanya. Allah Bapa di sorga itu adalah pencipta serta penguasa atas segala sesuatu, baik segala sesuatu yang ada di sorga, segala sesuatu yang ada di langit, segala sesuatu yang ada di bumi, dan segala sesuatu yang ada di bawah bumi. Segenap alam semesta beserta isinya ini adalah ada di bawah kuasa-Nya. Allah adalah Allah yang Maha Kuasa. Kepada Yesus Kristus, sang Anak Allah, segala kuasa untuk penghakiman itu telah diberikan Allah Bapa, tanpa terkecuali. Oleh sebab itu, hai segala ciptaan Allah, sembahlah Dia yang memiliki kuasa penghakiman ini. Bila kita menyembah Kristus, kita menyembah Allah Bapa. Inilah rahasia agung dari Allah yang Maha Esa itu. Janganlah kita sekali-kali digoyahkan atas keyakinan iman ini! (BHS)
Rahasia agung apa yang Yesus sampaikan kepada orang Yahudi yang membencinya? Mari simak Yohanes 5:24! “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup.” Yesus Kristus, sang pemegang kuasa mutlak atas penghakiman segala sesuatu, menjelaskan satu rahasia agung. Siapa saja yang mau mendengar perkataan Kristus dan kemudian percaya kepada Allah Bapa yang telah mengutus Kristus, maka, siapapun dia, ia akan terlepas dari hukuman kekal dan masuk ke dalam kehidupan kekal. Walaupun orang-orang Yahudi memusuhi Yesus, bahkan mau membunuh-Nya, Yesus Kristus tetap membuka jalan bagi siapapun untuk terlepas dari hukuman dosa dan menerima kehidupan kekal. Betapa agung kebesaran kasih Tuhan yang berkenan membukakan rahasia agung Allah ini! Manusia hanya perlu untuk mau mendengar perkataan Kristus, sang Anak Allah, dan percaya kepada Allah Bapa yang telah mengutus Kristus. Anugerah hidup kekal melalui penebusan Kristus itu tidak bergantung sama sekali kepada perbuatan manusia. Oleh sebab itu, marilah kita tidak lelah-lelah untuk memberitakan kabar baik di dalam Kristus! Dengan jalan itu, kita dapat menjadi saluran berkat bagi banyak orang untuk memperoleh hidup kekal. (BHS)
Kebenaran apa yang Yesus Kristus sampaikan kepada orang-orang Yahudi yang membencinya? Ini kebenaran yang ada di Yohanes 5:25. “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya saatnya akan tiba dan sudah tiba, bahwa orang-orang mati akan mendengar suara Anak Allah, dan mereka yang mendengarnya, akan hidup.” Karena dosa, manusia telah mati secara rohani di hadapan Allah. Bila manusia yang telah mati ini menerima anugerah Allah untuk dapat mendengar suara sang Anak Allah yaitu Kristus dan kemudian percaya, maka mereka akan dapat dihidupkan kembali secara rohani dan memperoleh hidup yang kekal. Masa Perjanjian Baru adalah masa dimana anugerah keselamatan Allah Bapa dalam Yesus Kristus itu dilimpahkan. Masa sekarang ini adalah masa anugerah dimana Allah telah melimpahkan kasih karunia-Nya sehingga seseorang bisa mengenal Kristus dan menerima keselamatan di dalam Dia. Dengan demikian, menjadi orang Kristen tentu bukannya karena kehendak manusia semata, tetapi ini terjadi hanya karena anugerah Allah. Inilah yang dimaksud dengan Sola Gratia. Sayangnya, pada zaman sekarang ini, arti kekristenan sering tereduksi menjadi sekedar angka statistik minoritas mayoritas untuk kepentingan politik identitas. Tak heranlah kalau ada orang yang mengaku Kristen tetapi tidak benar-benar percaya kepada Kristus. Oleh sebab itu, marilah kita hindari politik identitas seperti itu dengan hidup di dalam anugerah keselamatan Kristus. (BHS)
Bagaimana kesaksian Yesus Kristus tentang siapa diri-Nya? Mari dengar firman-Nya di Yohanes 5:26-27! “Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri, demikian juga diberikan-Nya Anak mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri. Dan Ia telah memberikan kuasa kepada-Nya untuk menghakimi, karena Ia adalah Anak Manusia.” Seperti halnya Allah Bapa, Yesus Kristus mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri karena Allah Bapa dan Allah Anak adalah Sang Pencipta Hidup. Mandat kuasa penghakiman dari Allah Bapa kepada Yesus Kristus pastilah dapat dijalankan dengan sempurna dan adil karena Yesus Kristus, sang Anak Manusia, memahami segala seluk beluk pergumulan manusia. Melalui sang Firman yaitu Yesus Kristus, Allah Bapa telah menciptakan segala sesuatu, baik yang ada di langit maupun yang ada di bumi. Sebagai sang pencipta segala sesuatu, Allah telah memberikan mandat kuasa penghakiman pada Yesus Kristus. Karena Yesus Kristus adalah Allah yang menjelma menjadi manusia, maka penghakimannya pastilah sempurna dan adil. Oleh sebab itu, janganlah kita bimbang dan ragu dalam mengikut Kristus! Marilah kita tetap berpegang pada keselamatan dalam Kristus saja dalam kita menghadapi segala permasalahan dalam kehidupan kita! Bila kita tetap berpegang pada Kristus, maka kita tidak perlu takut lagi dalam menghadapi penghakiman-Nya. Tetaplah teguh! (BHS)
Apa yang terjadi di hari penghakiman kelak? Ini sabda Kristus di Yohanes 5:28-29. “Janganlah kamu heran akan hal itu, sebab saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar suara-Nya, dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum.” Prospek bahwa Yesus Kristuslah yang akan menghakimi semua orang yang sudah mati, baik orang jahat maupun orang baik, pastilah sangatlah mengherankan dan menakutkan bagi banyak orang, khususnya bagi mereka yang membenci Kristus. Di lain pihak, ini pastilah prospek yang sangat menggembirakan bagi mereka yang percaya pada penebusan Kristus. Prospek akan adanya hari penghakiman oleh Yesus Kristus bagi semua orang kelak, memang adalah prospek yang sering dianggap sepele orang sehingga banyak orang Kristen yang kemudian hidup semaunya saja. Mereka gemar berlaku cemar, suka hidup berdosa, dan gembira menindas sesama. Ini haruslah dihindari. Oleh sebab itu, marilah kita mawas diri dan bertobat dari jalan sesat dan kembali hidup beriman dalam Yesus Kristus. Ingat! Di hari penghakiman nanti, bila kita tetap mempertahankan iman kita, kita akan dibangkitkan untuk hidup kekal. Bukankah ini suatu pengharapan yang pasti? Untuk itu, marilah kita terus berjuang untuk tetap hidup di dalam Kristus! Janganlah kita mudah menyerah! Ingatlah hidup kekal kelak! (BHS)
Apa yang ditegaskan oleh Yesus Kristus tentang hakekat ke-Maha Esa-an-Nya dengan Allah Bapa? Mari lihat perkataan Yesus di Yohanes 5:30! “Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri; Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakiman-Ku adil, sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku.” Apa saja yang diperbuat Yesus, apa saja penghakiman-Nya, serta apa saja yang dikehendaki-Nya pastilah sejalan dengan Allah Bapa karena Yesus Kristus dan Allah Bapa memang satu adanya. Di dalam kesatuan yang ilahi ini, Yesus Kristus diutus Allah Bapa untuk lahir ke dunia, melayani, menderita, mati, dan bangkit untuk penebusan manusia. Yesus Kristus adalah Allah yang telah berinkarnasi menjadi manusia. Karena kasih-Nya yang besar kepada manusia, Allah telah merendahkan diri-Nya untuk menjadi sama dengan manusia, bahkan menjadi hamba bagi semua dan mati di kayu salib. Semuanya itu dilakukan untuk menebus dosa manusia. Karena Yesus Kristus adalah Allah sejati dan manusia sejati, maka segala aspek kehidupan-Nya pasti sejalan dengan apa yang dikehendaki Allah. Oleh sebab itu, wahai umat Tuhan di Indonesia, di tengah pandangan dunia yang begitu beragam, marilah kita memperkokoh iman percaya kita bahwa Yesus Kristus adalah Allah yang Maha Kuasa dan Maha Esa. Janganlah kita menjadi bimbang dan ragu akan kebenaran ini! (BHS)
Kesaksian tentang siapa diri-Nya telah diungkapkan oleh Yesus Kristus. Bagaimana orang tahu bahwa kesaksian itu benar? Mari dengarkan penjelasan Yesus Kristus di Yohanes 5:31-32! “Kalau Aku bersaksi tentang diri-Ku sendiri, maka kesaksian-Ku itu tidak benar; ada yang lain yang bersaksi tentang Aku dan Aku tahu, bahwa kesaksian yang diberikan-Nya tentang Aku adalah benar.” Kesaksian dari Allah Bapa di sorga telah diberikan pada waktu Yesus Kristus dibaptis oleh Yohanes Pembaptis seperti yang disampaikan di Matius 3:17, “...lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan." Kesaksian Allah Bapa tentang Yesus Kristus pastilah benar adanya. Yesus Kristus adalah sang Anak Allah yang diperkenan oleh Allah Bapa di sorga karena Allah Bapa dan Yesus Kristus adalah satu, baik satu dalam hakekat, satu dalam pikiran, maupun satu dalam kehendak. Dengan demikian, sudah seharusnyalah Kristus ditinggikan, dimuliakan, serta ditaati. Menaati Kristus berarti menaati Allah Bapa. Dengan demikian, gempuran dari pandangan-pandangan dunia yang menyatakan bahwa Yesus Kristus bukanlah Allah tentu pandangan yang tidak benar. Umat Tuhan tidak boleh ragu-ragu lagi tentang siapa Yesus Kristus itu. Marilah kita perteguh hati dan pikiran kita dengan keyakinan yang teguh bahwa hanya Yesus Kristuslah yang diperkenan Allah Bapa untuk disembah dan ditaati! (BHS)
Orang-orang Yahudi dari Yerusalem benci kepada Yesus. Meskipun demikian, Yesus Kristus tetap peduli untuk mereka juga diselamatkan. Yohanes 5:33-34 adalah perkataan Yesus yang disampaikan kepada mereka. “Kamu telah mengirim utusan kepada Yohanes dan ia telah bersaksi tentang kebenaran; tetapi Aku tidak memerlukan kesaksian dari manusia, namun Aku mengatakan hal ini, supaya kamu diselamatkan.” Di Yohanes 1:19, orang Yahudi memang telah mengirimkan orang kepada Yohanes Pembaptis dan mereka telah mendengarkan kesaksiannya tentang siapa Yesus Kristus itu. Kesaksian Yesus Kristus sebagai Anak Allah yang diutus Allah Bapa untuk misi keselamatan adalah berita yang harusnya dipercayai orang Yahudi. Dalam pelayanan-Nya, Yesus Kristus senantiasa membuka hati untuk orang-orang yang belum mau bertobat, termasuk untuk orang-orang Yahudi yang membencinya. Orang-orang yang belum percaya kepada-Nya itu dapat diumpamakan sebagai domba-domba terhilang yang harus dicari oleh Yesus. Untuk misi penebusan inilah, Yesus Kristus diutus Allah ke dunia, bukan saja untuk orang Yahudi tetapi juga untuk orang di sepanjang segala abad dan tempat, termasuk untuk orang Indonesia. Oleh sebab itu, marilah kita meneladani Kristus dengan kita mau belajar untuk membuka hati dan peduli pada orang di sekitar kita. Melaluinya, kita bisa menjadi saluran kasih dan kepedulian Allah bagi orang di sekitar kita. Mungkinkah itu? (BHS)
Bagaimana gambaran Yesus Kristus tentang Yohanes Pembaptis bagi orang Yahudi yang membenci-Nya? Mari lihat Yohanes 5:35-36! “Ia adalah pelita yang menyala dan yang bercahaya dan kamu hanya mau menikmati seketika saja cahayanya itu. Tetapi Aku mempunyai suatu kesaksian yang lebih penting dari pada kesaksian Yohanes, yaitu segala pekerjaan yang diserahkan Bapa kepada-Ku, supaya Aku melaksanakannya. Pekerjaan itu juga yang Kukerjakan sekarang, dan itulah yang memberi kesaksian tentang Aku, bahwa Bapa yang mengutus Aku.” Kesaksian Yohanes Pembaptis tentang Kristus adalah pengantar bagi kesaksian Kristus. Ini terwujud dalam pelayanan, tanda mujizat, dan pengorbanan Kristus di kayu salib. Yohanes Pembaptis adalah ibarat penunjuk jalan sehingga orang dapat menemukan Kristus. Walaupun kesaksian Yohanes Pembaptis hanya terjadi dalam kurun waktu yang singkat dan sementara saja, tetapi kesaksian ini telah mengarahkan orang untuk menemukan Kristus. Apa yang dilakukan Kristuslah yang menjadi kesaksian dari kasih Allah kepada manusia, yang terwujud dalam segala tindakan pelayanan, dalam kesengsaraan, dalam kematian, dan dalam kebangkitan Kristus. Inilah misi penebusan yang diberikan Allah Bapa kepada Yesus Kristus. Inilah kabar baik yang kita harus beritakan kepada orang di sekitar kita. Marilah kita terus setia dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab kita ini! (BHS)
Apa yang disampaikan Yesus Kristus kepada orang-orang Yahudi yang membenci-Nya dan telah menuduh-Nya melanggar hukum Sabat? Ini perkataan Yesus di Yohanes 5:37-38, “Bapa yang mengutus Aku, Dialah yang bersaksi tentang Aku. Kamu tidak pernah mendengar suara-Nya, rupa-Nyapun tidak pernah kamu lihat, dan firman-Nya tidak menetap di dalam dirimu, sebab kamu tidak percaya kepada Dia yang diutus-Nya.” Orang-orang Yahudi yang membenci Yesus itu tidak memiliki Firman Tuhan dalam diri mereka walaupun mereka mengaku sangat religius. Kesaksian Allah Bapa tentang Yesus Kristuspun tidaklah mereka percayai. Mengaku religius tanpa percaya Kristus memang merupakan kesia-siaan di mata Allah. Mengaku memiliki kehidupan religius walaupun tidak sungguh-sungguh percaya pada Yesus Kristus tetaplah menjadi tantangan bagi kehidupan orang Kristen dari dulu sampai sekarang. Dengan alasan membela agama, orang Kristen bisa saja menjadi begitu fanatik dengan pendapatnya sendiri dan kemudian malah mengabaikan perintah Tuhan untuk mengutamakan kasih. Berpegang pada dasar Firman dan doktrin Kristen yang kokoh memang sangatlah penting, tetapi janganlah iman itu diterapkan dengan semena-mena dengan mengabaikan kasih kepada sesama. Oleh sebab itu, marilah kita belajar memperkokoh dasar iman kita dengan tetap peka dan peduli akan perintah Tuhan untuk mengasihi sesama siapapun dia. (BHS)
Apa teguran Yesus Kristus di Yohanes 5:39-40 yang disampaikan-Nya kepada orang-orang Yahudi yang membenci-Nya? Ini dia: “Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu.” Alkitab Perjanjian Lama telah memberi kesaksian tentang Yesus Kristus, sang Mesias yang akan datang. Tetapi, meskipun orang Yahudi sangat tekun mendalami Perjanjian Lama, mereka tetap tidak mau datang kepada Kristus dan tidak mau percaya kepada-Nya. Oleh sebab itu, mereka tidak bisa mendapatkan kehidupan yang kekal. Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru diilhamkan oleh Roh Kudus kepada penulis-penulis Alkitab untuk menolong manusia dalam memahami rencana keselamatan yang dilaksanakan Allah Bapa melalui Yesus Kristus. Melalui iman percaya pada Yesus Kristus, orang percaya memperoleh janji keselamatan yaitu kehidupan kekal bersama dengan Allah. Inilah yang seharusnya terjadi bila seseorang mendalami Firman Tuhan. Hanya saja, dalam kenyataannya, ada saja orang yang mendalami Alkitab dan belajar teologia hanya secara intelektual semata sehingga imannya pada Yesus Kristus tidaklah bertumbuh. Marilah kita pelajari Alkitab, tidak hanya untuk memahaminya, tetapi juga untuk pertumbuhan iman kita! (BHS)
Apa pandangan Yesus Kristus tentang orang-orang Yahudi yang kelihatannya sangat religius tetapi sesungguhnya mengejar hormat manusia? Ini perkataan Yesus di Yohanes 5:41-42. “Aku tidak memerlukan hormat dari manusia. Tetapi tentang kamu, memang Aku tahu bahwa di dalam hatimu kamu tidak mempunyai kasih akan Allah.” Tidak seperti orang Yahudi yang membenci-Nya, Yesus Kristus tidak memerlukan hormat manusia karena Yesus Kristus sadar betul akan siapa diri-Nya. Karena Yesus Kristus adalah Anak Allah yang Maha Tahu, maka Dia tahu betul bahwa orang-orang Yahudi itu sesungguhnya tidak mempunyai kasih akan Allah di dalam hati mereka walaupun kehidupan mereka terlihat sangat religius. Di mata Allah, kehidupan yang terlihat dari luar seperti sangat religius itu tidaklah cukup karena Allah melihat jauh ke dalam lubuk hati manusia. Bila kehidupan rohani orang Kristen hanya didorong oleh keinginan untuk mengejar hormat manusia maka ini pastilah tidak akan diperkenan Allah. Demikian juga bila kehidupan yang kelihatannya rohani itu hanya dipakai sebagai kamuflase untuk keinginan dalam mengejar popularitas, gengsi, atau bahkan mengejar materi, inipun pasti tidak akan berkenan di mata Allah. Oleh sebab itu, marilah kita memeriksa hati kita apakah hati kita benar-benar tulus di hadapan Allah! Marilah kita mawas diri dan cepat memperbaharui komitmen kita kepada Allah untuk memiliki kehidupan yang tidak munafik! (BHS)
Teguran keras seperti apa yang disampaikan Yesus Kristus kepada orang-orang Yahudi yang sok religius tetapi yang sesungguhnya hanya mencari pujian diri saja? Mari simak teguran Yesus di Yohanes 5:43-44! “Aku datang dalam nama Bapa-Ku dan kamu tidak menerima Aku; jikalau orang lain datang atas namanya sendiri, kamu akan menerima dia. Bagaimanakah kamu dapat percaya, kamu yang menerima hormat seorang dari yang lain dan yang tidak mencari hormat yang datang dari Allah yang Esa?” Dengan sikapnya yang sok religius, orang-orang Yahudi itu sebenarnya bukan mencari hormat bagi Allah tetapi mereka mencari hormat bagi diri sendiri. Mereka hanya mau menerima orang-orang yang memuaskan kemauan mereka. Penyakit sok religius yang ditunjukkan oleh orang Yahudi pada zaman Yesus memang juga merupakan penyakit bagi orang Kristen di zaman ini pula. Penyakit ini bisa saja terjadi di kalangan kristen pada saat orang Kristen mulai mengejar kemuliaan diri dan bukan kemuliaan Tuhan. Kalau di pelayanan Kristen mulai ada percekcokan dan perebutan kekuasaan, mulai ada perpecahan karena ketersinggungan, mulai ada rasa benar sendiri, maka kita perlu berhati-hati karena jangan-jangan penyakit sok religius yang disertai sindrom kemunafikan telah melanda kita sebagai persekutuan orang percaya. Marilah kita belajar menghindari penyakit sok religius dengan terus belajar rendah hati dan membuka diri untuk teguran! Ayolah! (BHS)
Yesus Kristus menegur orang-orang Yahudi yang merasa menaati Taurat Musa tetapi yang sebenarnya tidak. Ini teguran-Nya di Yohanes 5:45-47. “Jangan kamu menyangka, bahwa Aku akan mendakwa kamu di hadapan Bapa; yang mendakwa kamu adalah Musa, yaitu Musa, yang kepadanya kamu menaruh pengharapanmu. Sebab jikalau kamu percaya kepada Musa, tentu kamu akan percaya juga kepada-Ku, sebab ia telah menulis tentang Aku. Tetapi jikalau kamu tidak percaya akan apa yang ditulisnya, bagaimanakah kamu akan percaya akan apa yang Kukatakan?" Taurat Musa seharusnya membawa orang Yahudi untuk mengenal Kristus. Tetapi di dalam sikap yang merasa benar sendiri, mereka justru menolak Kristus. Sikap merasa benar sendiri seringkali menyebabkan orang memiliki pikiran yang picik. Seperti orang Yahudi di zaman Yesus, ada saja orang yang mengaku taat beragama tetapi dalam tindakannya, sebenarnya justru melecehkan keyakinan imannya sendiri. Bila orang Kristen, karena merasa benar sendiri, justru bertindak jahat dan diskriminatif kepada sesamanya, maka ini sama saja menolak Kristus. Semakin dalam seseorang mempelajari Alkitab, seharusnya akan semakin dalam juga kasihnya kepada Allah dalam Yesus Kristus serta kasihnya kepada sesama. Ini kemudian harus terwujud dalam perbuatan dan keputusan sehari-harinya. Oleh sebab itu, marilah kita hidup benar dan tidak merasa benar sendiri! (BHS)
Dari Yerusalem di daerah Yehuda, Yesus pergi ke utara ke daerah Galilea. Apa yang terjadi? Mari lihat kisahnya di Yohanes 6:1-2! “Sesudah itu Yesus berangkat ke seberang danau Galilea, yaitu danau Tiberias. Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia, karena mereka melihat mujizat-mujizat penyembuhan, yang diadakan-Nya terhadap orang-orang sakit.” Tanda-tanda mujizat memang adalah tanda bahwa Yesus Kristuslah Anak Allah yang diutus oleh Allah Bapa. Karena Yesus Kristus adalah Allah, maka tidak ada penyakit yang terlalu sulit untuk disembuhkan-Nya. Walaupun demikian, penyembuhan fisik bukanlah misi utama Yesus karena ini hanyalah tanda untuk pekerjaan penebusan Kristus di kayu salib untuk penyakit dosa manusia. Bagi seorang yang sedang sakit, kesembuhan adalah hal yang paling didambakan. Tidaklah heran bila segala upaya dilakukan orang untuk mendapatkan kesembuhan. Tentu saja, dalam kuasa-Nya, Yesus Kristus mampu menyembuhkan segala penyakit. Hanya saja, di dalam anugerah-Nya, tidak semua orang yang sakit akan disembuhkan-Nya. Tetapi karena Allah begitu mengasihi manusia, maka Allah berjanji bahwa bagi mereka yang percaya kepada Yesus Kristus, pasti akan sembuh dari penyakit dosa dan akan memperoleh anugerah kehidupan yang kekal. Oleh sebab itu, marilah kita bersyukur buat kesembuhan dari penyakit dosa kita dan tetap bersyukur atas keselamatan kita dalam segala kondisi, baik sehat maupun sakit. (BHS)
Apa yang dilakukan Yesus sewaktu Ia melihat orang banyak datang kepada-Nya? Mari simak Yohanes 6:3-6! “Dan Yesus naik ke atas gunung dan duduk di situ dengan murid-murid-Nya. Dan Paskah, hari raya orang Yahudi, sudah dekat. Ketika Yesus memandang sekeliling-Nya dan melihat, bahwa orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya, berkatalah Ia kepada Filipus: "Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?" Hal itu dikatakan-Nya untuk mencobai dia, sebab Ia sendiri tahu, apa yang hendak dilakukan-Nya.” Yesus Kristus tidak hanya peduli akan kebutuhan fisik orang banyak, tetapi Yesus juga memakai segala kesempatan untuk mengajar murid-murid-Nya. Kristus memang peduli. Kasih yang diwujudkan dalam kepedulian memang mewarnai segala tindakan Yesus Kristus. Karena Yesus Kristus adalah Anak Allah yang berkuasa, Dia tahu apa yang harus dilakukan-Nya dalam setiap situasi, baik untuk murid-murid-Nya maupun untuk orang banyak. Kasih dan kepedulian Kristus tidaklah berubah dari dulu sampai sekarang, baik untuk orang percaya juga untuk semua orang. Oleh sebab itu, kasih dan kepedulian Yesus itu perlulah kita teladani. Ini pasti berguna untuk membangun kehidupan bermasyarakat yang sehat, kehidupan bergereja yang membawa dampak, serta kehidupan berkeluarga yang membawa berkat. Inilah panggilan kita. Marilah kita bersama-sama mengusahakannya! (BHS)
Bagaimana respons murid Yesus sewaktu mereka diperintahkan Yesus untuk memberi makan orang banyak? Mari lihat Yohanes 6:7-9! “Jawab Filipus kepada-Nya: "Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja." Seorang dari murid-murid-Nya, yaitu Andreas, saudara Simon Petrus, berkata kepada-Nya: “Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?" Jawaban Filipus dan Andreas ini menunjukkan kemustahilan perintah Yesus bagi para murid. Meskipun demikian, melalui kemustahilan ini, Yesus Kristus ingin mengajar para murid untuk bergantung hanya kepada-Nya saja. Kemustahilan merupakan hal yang bisa saja terjadi pada setiap orang percaya. Dalam situasi seperti itu, apa yang harus dilakukan oleh orang percaya? Apakah dia akan meragukan Tuhan? Apakah dia kemudian malah meninggalkan Tuhan dan mencari pertolongan yang lain? Atau, apakah dia justru makin mendekatkan dirinya kepada Tuhan dan mencari pertolongan Tuhan saja? Respons seperti apa yang ada pada orang percaya? Karena Yesus Kristus adalah sang Anak Allah yang berkuasa maka setiap orang percaya seharusnya yakin bahwa tidak ada hal yang mustahil bagi-Nya. Oleh sebab itu, wahai orang percaya, marilah kita memperkokoh iman kita hanya kepada Yesus Kristus saja. Ingat! Tiada yang mustahil bagi-Nya! (BHS)
Apa yang dilakukan Yesus Kristus untuk mengatasi kemustahilan dalam memberi makan begitu banyak orang? Yohanes 6:10-11 menceritakan apa yang dilakukan Yesus. “Kata Yesus: "Suruhlah orang-orang itu duduk." Adapun di tempat itu banyak rumput. Maka duduklah orang-orang itu, kira-kira lima ribu laki-laki banyaknya. Lalu Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ, demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki.” Di dalam kuasa Yesus Kristus, lima roti dan dua ikan dari anak kecil telah mengenyangkan ribuan orang yang lapar. Hal sekecil apapun pasti akan menjadi berkat bagi banyak orang bila diserahkan kepada Yesus Kristus. Seringkali orang Kristen merasa kecil hati dan tidak berdaya karena apa yang dimilikinya, baik harta, kekuatan, maupun kemampuannya, hanya sedikit saja. Seperti halnya mujizat lima roti dan dua ikan, membawa apa yang dirasa sedikit itu kepada Yesus adalah tindakan paling tepat yang dapat dilakukan oleh orang percaya sepanjang. Di dalam keMaha-Kuasaan-Nya, Yesus Kristus dapat mengubah apa yang kita rasa sedikit dan tidak berarti itu untuk menjadi berkat bagi banyak orang. Oleh sebab itu, wahai orang percaya di Indonesia, marilah kita persembahkan segala kemampuan dan apa yang kita punya, sekecil apapun itu, hanya kepada Kristus saja. Kita pasti akan jadi saluran berkat Tuhan bagi banyak orang. (BHS)
Apa yang diperintahkan Yesus setelah ribuan orang dikenyangkan melalui mujizat lima roti dan dua ikan? Ini kisahnya di Yohanes 6:12-13! “Dan setelah mereka kenyang Ia berkata kepada murid-murid-Nya: "Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih supaya tidak ada yang terbuang." Maka merekapun mengumpulkannya, dan mengisi dua belas bakul penuh dengan potongan-potongan dari kelima roti jelai yang lebih setelah orang makan.” Kedua belas orang murid mengumpulkan dua belas bakul penuh potongan roti yang lebih. Roti yang berlebih tidaklah tersia-siakan dan tetap bisa dimanfaatkan bagi bekal para murid. Berkat Tuhan yang dikelola dengan baik akan tetap bisa menjadi berkat yang berkelanjutan terus. Seperti halnya Yusuf di Mesir di zaman dulu yang mengelola berkat Tuhan di tahun kelimpahan untuk memenuhi kebutuhan di tahun kekurangan, Yesuspun telah memberikan teladan bagi murid-murid-Nya untuk mengelola berkat Tuhan. Pengelolaan berkat Tuhan adalah tanggung jawab setiap orang percaya. Melalui pengelolaan yang baik, berkat Tuhan akan tersalur dengan lebih efisien dan efektif sehingga dapat terus menjadi berkat bagi banyak orang. Sayangnya, ada saja orang percaya yang menyia-nyiakan berkat Tuhan dengan memboroskannya, bahkan merusaknya dengan pengelolaan yang tidak baik dan tidak bertanggung jawab. Ini haruslah dihindari. Ayo kelola berkat Tuhan! (BHS)
Apa respons orang banyak setelah mereka melihat mujizat lima roti dan dua ikan? Mari lihat ceritanya di Yohanes 6:14-15! “Ketika orang-orang itu melihat mujizat yang telah diadakan-Nya, mereka berkata: "Dia ini adalah benar-benar nabi yang akan datang ke dalam dunia." Karena Yesus tahu, bahwa mereka hendak datang dan hendak membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja, Ia menyingkir pula ke gunung, seorang diri.” Melihat mujizat yang dilakukan Yesus, orang-orang Yahudi menjadi yakin bahwa Yesus adalah sang Mesias yaitu pemimpin politik yang akan membebaskan mereka dari penjajahan Romawi. Ambisi politik menyebabkan orang Yahudi tidak memahami maksud Allah yang sesungguhnya dalam Yesus Kristus. Seperti halnya orang Yahudi yang telah salah memahami maksud Allah dalam Yesus Kristus karena ambisi politik, demikian juga dengan orang Kristen masa kini. Ambisi politik memang bisa membuat Firman Tuhan ditafsirkan secara berbeda sesuai dengan keinginan sendiri. Pemahaman subyektif seperti ini haruslah dihindari. Oleh sebab itu, setiap orang percaya haruslah dengan rendah hati belajar Alkitab untuk mengetahui maksud sebenarnya dari Firman Tuhan. Ambisi politik yang bisa mengaburkan maksud sebenarnya dari Firman Tuhan haruslah dihindarkan dan digantikan dengan kemauan untuk melayani sesama, termasuk melalui keterlibatan di dalam politik sebagai pelayan bagi semua. Maukah kita? (BHS)
Setelah peristiwa mujizat lima roti dan dua ikan, Yesus dan murid-murid-Nya bermaksud kembali ke Kapernaum, seperti yang dikisahkan di Yohanes 6:16-18. Apa yang terjadi? Ini dia: “Dan ketika hari sudah mulai malam, murid-murid Yesus pergi ke danau, lalu naik ke perahu dan menyeberang ke Kapernaum. Ketika hari sudah gelap Yesus belum juga datang mendapatkan mereka, sedang laut bergelora karena angin kencang.” Walaupun mereka telah menjadi pengikut Kristus, para murid masih tetap mengalami ganasnya terjangan ombak akibat angin kencang di malam gelap. Kehidupan mengikut Kristus memang bukanlah kehidupan yang bebas dari segala tantangan dan pencobaan. Walau Kristus tak nampak, Ia tetap beserta. Menjadi seorang pengikut Kristus tidak berarti lepas dari segala godaan dan cobaan. Bahkan, bisa saja persoalan justru akan menjadi lebih besar karena berbedanya prinsip dunia dengan prinsip kerajaan Allah. Tindakan, kehendak, dan pikiran yang buruk dan jahat, dulu tidak pernah menjadi masalah, tetapi sekarang, karena hidupnya sudah diubahkan oleh Kristus, itu semua akan menjadi pergumulan imannya. Meskipun demikian, orang percaya tidak boleh bimbang dan ragu karena, di tengah deru angin kencang permasalahan dan gelora laut persoalan, Kristus pasti tidak akan meninggalkan kita. Oleh sebab itu, setiap orang percayq harus tetap teguh beriman dalam Kristus karena hanya di dalam Kristus sajalah terletak kekuatan kita. (BHS)
Apa yang terjadi dengan para murid Kristus yang ada di perahu pada waktu malam gelap dengan angin kencang dan ombak besar di danau Galilea? Ini kisahnya di Yohanes 6:19-21. “Sesudah mereka mendayung kira-kira dua tiga mil jauhnya, mereka melihat Yesus berjalan di atas air mendekati perahu itu. Maka ketakutanlah mereka. Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Aku ini, jangan takut!" Mereka mau menaikkan Dia ke dalam perahu, dan seketika juga perahu itu sampai ke pantai yang mereka tujui.” Di tengah deru ombak dan angin kencang, Yesus Kristus berjalan di atas air yang menunjukkan keilahian dari sang Anak Allah, penguasa alam semesta. Walau dalam badai, bersama Kristus para murid tidaklah perlu takut. Seperti halnya badai di danau Galilea, badai hidup seringlah menerpa orang percaya sehingga orang percaya menjadi putus asa dan takut dalam menjalani kehidupan ini. Badai hidup itu dapat berupa sakit penyakit, himpitan hutang, kegagalan, kematian orang terdekat, dan berbagai permasalahan hidup lainnya. Sesuai dengan janji-Nya, Yesus Kristus akan menyertai orang percaya bila kita berkomitmen untuk menaati apa yang telah difirmankan Tuhan. Keputus-asaan dan ketakutan akan sirna bila kita mau bersandar pada kekuatan Tuhan saja. Bersandar pada yang bukan Allah, pastilah akan membawa manusia pada kefrustasian dan nestapa. Oleh sebab itu, marilah kita menghadapi badai hidup dalam takut akan Tuhan! (BHS)
Yohanes 6:22-24 menggambarkan upaya orang banyak untuk mencari Yesus. Mari simak ceritanya! “Pada keesokan harinya orang banyak, yang masih tinggal di seberang, melihat bahwa di situ tidak ada perahu selain dari pada yang satu tadi dan bahwa Yesus tidak turut naik ke perahu itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya, dan bahwa murid-murid-Nya saja yang berangkat. Tetapi sementara itu beberapa perahu lain datang dari Tiberias ..... Ketika orang banyak melihat, bahwa Yesus tidak ada di situ dan murid-murid-Nya juga tidak, mereka naik ke perahu-perahu itu lalu berangkat ke Kapernaum untuk mencari Yesus.” Orang banyak yang berambisi politik untuk secara paksa menjadikan Yesus sebagai raja, tetaplah gigih mencari Yesus. Melihat mujizat-mujizat yang dilakukan Yesus Kristus, orang-orang Yahudi menjadi menaruh harapan pada Yesus Kristus supaya Ia dapat menjadi pemimpin mereka dalam upaya membebaskan mereka dari penjajahan Roma. Bagi orang Yahudi, Yesus diharapkan dapat menjadi Mesias politik mereka. Inilah ambisi politik yang menjerumuskan dan tidak sesuai dengan maksud Allah Bapa dalam Yesus Kristus. Oleh sebab itu, marilah kita mewaspadai apa yang sebenarnya menjadi motivasi kita dalam mengikut Kristus, apakah itu ambisi politik, hasrat kaya, kejar karier, atau motivasi lainnya. Marilah kita mengikut Kristus dengan motivasi yang benar! Melalui motivasi yang benar ini, kita akan memperoleh segala sukacita dan kelimpahan. (BHS)
Yesus tahu apa sebenarnya isi hati dan motivasi dari orang banyak yang mencari Dia. Yohanes 6:25-26 menceritakan kisahnya. “Ketika orang banyak menemukan Yesus di seberang laut itu, mereka berkata kepada-Nya: "Rabi, bilamana Engkau tiba di sini?" Yesus menjawab mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang.” Tanda mujizat adalah tanda keilahian Yesus Kristus guna membawa orang untuk percaya kepada-Nya sebagai Anak Allah yang hidup. Orang banyak rupanya mengikut Kristus hanya supaya kenyang dan bukan karena mau percaya. Ini tentu tidaklah benar. Mendapatkan kelimpahan secara fisik, baik kelimpahan makanan, kelimpahan harta milik maupun kelimpahan uang, seringkali menjadi impian dari banyak orang. Seorang pemimpin yang dapat menjanjikan dan memberikan kelimpahan fisik ini pastilah akan memiliki banyak pengikut. Kecenderungan ini rupanya tidak hanya terjadi di zaman dulu tetapi ini terus terjadi sampai zaman sekarang ini. Marilah kita sadari bahwa Yesus Kristus, sang Anak Allah, bukanlah pemimpin politik yang menjanjikan kelimpahan fisik, tetapi Dia adalah Anak Allah yang diutus Bapa untuk menjalankan misi penebusan dari dosa untuk kehidupan berkelimpahan yang bukan sekedar materi. Janganlah kita tergoyahkan oleh iming-iming dunia! (BHS)
Apa yang disampaikan Yesus kepada orang banyak yang mengikuti Dia supaya kenyang dan berkelimpahan secara fisik? Ini teguran Yesus di Yohanes 7:27. “Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya." Bila manusia bekerja hanya untuk mengejar hidup senang dan kelimpahan materi semata, maka itu pastilah akan sia-sia belaka. Tetapi, bila manusia mau mencari kelimpahan yang sejati dan kekal, maka itu hanya bisa didapat melalui iman percaya pada Yesus Kristus saja karena hanya Yesuslah yang diperkenan oleh Allah Bapa. Mengejar uang dan kekuasaan demi kelimpahan dan kesenangan hidup memang merupakan dambaan orang sepanjang masa. Segala cara bahkan tidak segan-segan dilakukan orang untuk mendapatkannya termasuk segala upaya jahat yang pastilah tidak dikenan Tuhan. Tawaran Yesus Kristus untuk datang kepada-Nya dan menerima kelegaan dan hidup kekal seringkali diabaikan orang. Allah Bapa di sorga telah begitu mengasihi manusia tetapi manusia sering menyia-nyiakan tawaran-Nya. Oleh sebab itu, bila Allah telah menawarkan jalan kelimpahan melalui iman pada Yesus Kristus, mengapa kita mengabaikannya? Ayolah kita memeriksa orientasi hati kita dan kembali memperbaharui komitmen iman kita dalam Yesus Kristus! (BHS)
Apa respons orang banyak yang ditegur Yesus karena mereka hanya mau cari kenyang saja? Ini respons mereka di Yohanes 6:28-29. “Lalu kata mereka kepada-Nya: "Apakah yang harus kami perbuat, supaya kami mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah?" Jawab Yesus kepada mereka: "Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah." Pikiran dan perbuatan seseorang adalah perwujudan dari apa yang ada di dalam hatinya. Oleh sebab itu, bila orang banyak ingin mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah, mereka harus diubahkan hatinya melalui iman percaya kepada Yesus Kristus. Karenanya, orang akan berkenan di mata Allah. Sebuah perubahan sejati pada manusia pastilah berasal dari perubahan hati. Bila perubahan dalam perbuatan itu terjadi tanpa perubahan hati, itulah kemunafikan atau kepura-puraan. Penyakit seperti ini bisa dialami oleh semua manusia karena semua manusia telah berdosa. Oleh sebab itu, Yesus Kristus diutus Allah Bapa untuk mengatasi penyakit dosa dengan karya penebusan di kayu salib sehingga, bagi mereka yang percaya pada Yesus Kristus, mereka akan diubahkan hatinya dan mengalami pembaharuan hidup. Oleh sebab itu, bila kita merindukan suatu perubahan sejati di keluarga, pekerjaan, dan masyarakat, mulailah berdoa untuk perubahan hati. Dalam anugerah Allah, perubahan pasti bisa terjadi. (BHS)
Apa yang diinginkan oleh orang-orang Yahudi yang sebenarnya tidak dengan tulus hati mengikut Yesus? Mari simak apa yang dikatakan mereka kepada Yesus di Yohanes 6:30-31! “Maka kata mereka kepada-Nya: "Tanda apakah yang Engkau perbuat, supaya dapat kami melihatnya dan percaya kepada-Mu? Pekerjaan apakah yang Engkau lakukan? Nenek moyang kami telah makan manna di padang gurun, seperti ada tertulis: Mereka diberi-Nya makan roti dari sorga." Orang Yahudi menganggap bahwa kalau benar Yesus adalah Mesias, maka Dia harus membuat tanda mujizat yang melebihi Musa. Orang Yahudi telah mengharapkan Mesias atau Kristus yang sesuai dengan kemauan mereka semata dan bukan kemauan Allah. Dalam beragama, seringkali manusia mencoba memakai pengertian sendiri dan konsep sendiri untuk memahami Allah seperti halnya pemahaman orang Yahudi tentang bagaimana seharusnya Mesias itu. Tak heran kalau ada yang mengatakan bahwa Allah hanyalah sekedar hasil buah pikiran manusia semata. Ini tentulah pendapat yang tidak tepat. Oleh sebab itulah, Allah mengutus Yesus Kristus, sang Anak Allah, untuk menyatakan diri-Nya kepada manusia dan tinggal bersama manusia supaya manusia dapat percaya dan mengerti akan maksud Allah. Dengan kita belajar percaya dengan apa yang direncanakan Allah melalui Yesus Kristus, maka kita tidak menbawa pengertian dan tafsiran kita sendiri tentang siapa Allah itu. Ayo percaya!(BHS)
Apa yang disampaikan Yesus kepada orang-orang Yahudi yang ingin melihat tanda mujizat yang lebih besar dari pada Musa? Mari lihat Yohanes 6:32-33! “Maka kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya bukan Musa yang memberikan kamu roti dari sorga, melainkan Bapa-Ku yang memberikan kamu roti yang benar dari sorga. Karena roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari sorga dan yang memberi hidup kepada dunia." Tidak seperti halnya keyakinan orang Yahudi, Musa bukanlah pemberi roti Manna karena pemberi roti Manna itu hanyalah Allah Bapa saja. Demikian juga dengan Kristus. Dialah sang roti yang benar dari sorga yang datang dari Allah Bapa untuk memberi hidup bagi dunia. Terpujilah Kristus! Paradigma atau cara pandang bahwa Musa adalah seorang nabi besar yang telah menerima 10 perintah Allah serta telah memberikan roti Manna dari sorga selama 40 tahun di padang gurun Sinai menyebabkan orang Yahudi mempercayai Musa dan memegang teguh Taurat Musa. Walaupun Tuhan Yesus telah menunjukkan tanda-tanda mujizat sebagai tanda keilahian-Nya, orang Yahudi tetap tidak mempercayai bahwa Yesus adalah Anak Allah yang diutus oleh Allah Bapa. Perubahan paradigma memang adalah buah dari pertobatan yang sungguh dari seseorang. Iman percaya pada Yesus Kristus sebagai sang Anak Allah yang diutus Allah Bapa itu pasti akan merubah pola berpikir serta tindakan kita. Tetapi maukah kita berubah? (BHS)
Bagaimana pernyataan Yesus Kristus kepada orang-orang Yahudi tentang sang Roti Hidup dari sorga yang memberi hidup bagi dunia? Mari lihat Yohanes 6:34-35! “Maka kata mereka kepada-Nya: "Tuhan, berikanlah kami roti itu senantiasa." Kata Yesus kepada mereka: "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.” Yesus Kristus dengan jelas mengungkapkan bahwa diri-Nya adalah sang Roti Hidup dari sorga yang akan mengenyangkan dan memuaskan segala dahaga hati melalui iman pada Kristus. Inilah janji Kristus yang diberikan kepada orang Yahudi. Janji Ini tentu berlaku terus sepanjang segala masa. Manusia hanya perlu percaya saja. Manusia yang tidak mengenal rasa puas dan selalu mengingini adalah manusia yang selalu merasa lapar dan haus hatinya karena apa yang dikejar, baik itu uang, harta, maupun segala kenikmatan hidup, tidaklah dapat memuaskannya. Manusia akan merasa selalu berkekurangan karena hatinya kosong. Seberapa banyakpun hartanya dan seberapapun tinggi jabatan dan kepandaiannya, semua itu tidak akan bisa meredakan rasa lapar dan hausnya. Hanya dengan iman percaya kepada Yesus Kristuslah, hati manusia dapat dipuaskan. Oleh sebab itu, bila kita merasa letih, lelah, dan dahaga hati, marilah kita datang kepada Kristus karena hanya Dialah yang bisa memberi kelegaan besar dan kepuasan sejati. (BHS)
Orang-orang Yahudi yang mengikuti Yesus telah melihat mujizat yang dilakukan Yesus. Dengan harapan bahwa Yesus adalah sang Mesias yang akan membebaskan tanah Palestina dari penjajahan Roma, maka mereka ingin mengangkat Yesus Kristus sebagai pemimpin politik dan pembebas. Oleh sebab itu, Yesus menegur mereka di Yohanes 6:36. “Tetapi Aku telah berkata kepadamu: Sungguhpun kamu telah melihat Aku, kamu tidak percaya.” Orang Yahudi mempercayai Yesus sesuai dengan konsep Mesias yang mereka inginkan dan bukannya berdasarkan apa yang dimaui Allah. Karena apa yang disampaikan Yesus tidaklah sesuai dengan pikiran mereka, maka akhirnya orang Yahudi menolak untuk percaya Kristus. Dalam kehidupan manusia, seringkali Kristus didegradasi sesuai dengan pikiran manusia. Manusia mencoba mereka-reka siapa sang Kristus sesuai kemauannya. Bisa saja ada orang yang sangat menghormati Kristus sebagai guru bijak. Ada juga yang mempercayai Kristus hanya sebagai sosok yang diperlukan sewaktu sedang susah saja. Ada juga yang melihat Yesus sebagai pendiri agama atau sebagai salah satu nabi saja. Di tengah berbagai macam pandangan tentang Yesus Kristus, orang Kristen harus yakin akan siapa Kristus sesuai dengan apa yang dinyatakan di dalam Alkitab. Kristus adalah Anak Allah yang diutus sebagai manusia sejati untuk misi penebusan manusia. Jangan kita goyah atas keyakinan ini! (BHS)
Apa yang disampaikan Yesus Kristus tentang kesatuan kehendak antara Allah Bapa dan Allah Anak yang menunjukkan salah satu aspek ke-Maha Esa-an Allah? Mari simak pernyataan Yesus di Yohanes 6:37-38! “Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang. Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku.” Karena Allah Bapa dan Yesus Kristus secara hakiki adalah satu adanya, maka apa yang dikehendaki Bapa pasti terlaksana melalui Yesus Kristus. Demikian pula, siapa saja yang datang kepada Allah Bapa pasti akan datang kepada Yesus Kristus. Allah Bapa dan Yesus Kristus memiliki kehendak yang sama dalam segala hal karena dari kekal sampai kekal, Allah adalah esa adanya. Karena Allah adalah roh maka kesatuan Allah Bapa dan Yesus Kristus adalah kesatuan roh. Masalahnya, dalam keterbatasan pikirannya, manusia mencoba mereka-reka tentang kesatuan Allah Bapa dan Yesus Kristus ini. Bagaimana mungkin Allah mempunyai anak? Bagaimana mungkin Yesus Kristus yang manusia sejati juga adalah Allah yang sejati? Berbagai pertanyaan tentang kesatuan Allah ini pasti sering berkecamuk. Keesaan Allah Tritunggal pastilah tidak bisa dimengerti manusia. Manusia hanya perlu percaya apa yang disaksikan oleh Alkitab. Bukankah demikian? (BHS)
Apa yang terjadi pada mereka yang percaya pada Yesus Kristus? Mari simak Yohanes 6:39-40! “Dan Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman. Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman." Hidup kekal dan kebangkitan pada akhir zaman adalah anugerah Allah Bapa yang diberikan karena iman percaya pada Yesus Kristus. Inilah yang seharusnya menjadi jangkar pengharapan setiap orang percaya di sepanjang segala abad. Semua orang yang diberi anugerah oleh Allah Bapa untuk mengenal Kristus memang akan menerima kehidupan yang kekal. Berdasarkan janji-Nya, pada akhir zaman kelak, Yesus Kristus akan membangkitkan orang percaya untuk masuk ke dalam kebersamaan dengan Allah untuk selama-lamanya. Inilah anugerah terbesar yang diberikan Allah bagi umat-Nya. Oleh sebab itu, janganlah kita menjadi bimbang dan ragu dalam mempercayai Kristus. Meskipun pada masa sekarang ini keyakinan iman kita pada Kristus sering digoncang oleh berbagai cara pandang, keyakinan, dan permasalahan di sekitar kita, janganlah sekali-kali kita goyah dari jangkar pengharapan iman kita dalam Kristus. Ayo tetap teguh dan jangan goyah! (BHS)
Bagaimana respons orang-orang Yahudi terhadap pernyataan Yesus bahwa Ia adalah Roti Hidup yang dari sorga? Ini respons mereka di Yohanes 6:41-42. “Maka bersungut-sungutlah orang Yahudi tentang Dia, karena Ia telah mengatakan: "Akulah roti yang telah turun dari sorga." Kata mereka: "Bukankah Ia ini Yesus, anak Yusuf, yang ibu bapanya kita kenal? Bagaimana Ia dapat berkata: Aku telah turun dari sorga?" Karena orang Yahudi mengenal Yesus Kristus sebagai anak Yusuf dan Maria, maka mereka tidak dapat menerima bahwa Yesus Kristus adalah sang Roti Hidup yang dari sorga yaitu sang Anak Allah yang diutus oleh Allah Bapa. Orang Yahudi mempercayai Yesus Kristus hanya sebagai manusia biasa tetapi tidak percaya bahwa Dialah Allah. Banyak orang di dunia ini yang tidak percaya bahwa Allah mau menjelma sebagai manusia dan hidup di tengah-tengah manusia. Ini tentu sebuah ironi karena di satu pihak, banyak orang mempercayai bahwa Tuhan Allah itu Maha Kuasa tetapi di lain pihak, mereka tidak mau mempercayai bahwa Allah bisa dan berkenan untuk menjelma sebagai manusia. Itu semua tidaklah masuk di akal manusia. Meskipun demikian, pikiran Allah memang berbeda dengan pikiran manusia. Karena Allah begitu mengasihi dunia ini, maka Allah berkenan untuk berinkarnasi menjadi manusia. Hanya melalui anak Allah yaitu Yesus Kristus sajalah, jalan penebusan dari dosa menjadi terbuka. Oleh sebab itu, janganlah ragu! Yesus Kristus memang Allah. (BHS)
Apa jawab Yesus terhadap orang Yahudi yang meragukan Yesus sebagai Anak Allah? Mari lihat Yohanes 6: 43-45! “Jawab Yesus kepada mereka: "Jangan kamu bersungut-sungut. Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman. Ada tertulis dalam kitab nabi-nabi: Dan mereka semua akan diajar oleh Allah. Dan setiap orang, yang telah mendengar dan menerima pengajaran dari Bapa, datang kepada-Ku.” Memang tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada Kristus bila tidak diperkenan Allah. Siapa yang menerima ajaran dari Allah, pastilah akan datang kepada Kristus. Inilah anugerah. Orang-orang Yahudi telah menekuni Perjanjian Lama dan mencoba mati-matian untuk mengikuti apa yang mereka pikir diperintahkan oleh Firman Allah. Bila mereka mau membuka hati dan pikiran mereka kepada Allah, seharusnya mereka akan bertemu Kristus karena memang semua tulisan di Perjanjian Lama mengarahkan orang kepada Kristus. Tetapi sayangnya, orang Yahudi banyak yang mengeraskan hati dan bersikap normatif dalam beribadah kepada Allah. Bagaimana dengan kita di zaman sekarang ini? Apakah kita juga mengeraskan hati dan menyia-nyiakan anugerah Allah yang diberikan di dalam Kristus? Marilah kita mawas diri dan makin bersungguh-sungguh dalam mengenal anugerah dalam Kristus! (BHS)
Walaupun di masa lalu, banyak orang telah datang beribadah kepada Allah, apakah ada di antara mereka yang telah melihat Allah Bapa? Bagaimana pandangan Yesus Kristus tentang hal ini? Mari kita dengar perkataan Yesus Kristus di Yohanes 6:46! “Hal itu tidak berarti, bahwa ada orang yang telah melihat Bapa. Hanya Dia yang datang dari Allah, Dialah yang telah melihat Bapa.” Memang tidak ada seorangpun yang telah pernah melihat Allah. Tetapi, karena Yesus Kristus datang dari Allah, maka Dialah satu-satunya yang telah melihat Allah Bapa. Bahkan, di dalam keesaan Allah Tritunggal, Yesus Kristus telah bersama-sama dengan Allah dari kekal sampai kekal. Hanya melalui Kristus sajalah, Allah Bapa dinyatakan kepada orang percaya. Melalui Yesus Kristus, Allah Bapa yang transenden dan tidak nampak menyatakan diri-Nya menjadi Allah yang imanen yaitu Allah yang beserta manusia. Inilah rahasia iman Kristen yang agung dan mulia. Allah yang Maha Besar dan Maha Kuasa mau merendahkan diri untuk menjadi manusia, bahkan menjadi hamba bagi semua serta mati di kayu salib untuk menanggung dosa manusia. Betapa luar biasanya iman percaya kita ini! Oleh sebab itu, di tengah segala kemajemukan pandangan di dunia masa kini, janganlah kita ragu akan kebenaran Allah dalam Yesus Kristus ini! Di atas dasar keyakinan iman inilah, gereja Tuhan berdiri. Marilah kita meneguhkan keyakinan kita atas dasar iman percaya pada Allah di dalam Yesus Kristus saja! (BHS)
Apa yang dikatakan Yesus kepada orang-orang Yahudi yang tidak mempercayai bahwa Yesus datang dari sorga? Ini perkataan Yesus di Yohanes 6:47-50. “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya, ia mempunyai hidup yang kekal. Akulah roti hidup. Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka telah mati. Inilah roti yang turun dari sorga: Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati.” Seperti halnya roti manna yang menjadi sumber kehidupan bagi orang Israel selama di padang gurun Sinai, Yesus Kristus adalah sumber kehidupan bagi setiap orang yang mau percaya kepada-Nya, tidak hanya selama hidup di bumi semata tetapi sampai pada kehidupan yang kekal. Karena Yesus Kristus dan Allah Bapa adalah satu adanya, maka janji yang disampaikan Kristus adalah janji Allah Bapa sendiri. Tidak seperti halnya janji yang dibuat oleh manusia, janji Allah Bapa adalah sebuah kepastian. Di dalam Yesus Kristus, pastilah ada kehidupan kekal bersama Allah. Jangan ragukan ini! Sayangnya, ada orang yang menganggap sepele janji kehidupan kekal itu, bahkan ada saja orang yang menganggap janji itu janji yang kosong semata. Oleh sebab itu, marilah kita perteguh iman percaya kita kepada Yesus Kristus dengan selalu memperbaharui komitmen iman kita melalui doa dan Firman setiap hari. Melaluinya, iman percaya kita akan selalu terawat baik. Ayolah kita terus bertumbuh dalam Kristus! (BHS)
Kepada orang-orang Yahudi yang mempertanyakan tentang siapa diri-Nya, Yesus Kristus mengungkapkan diri-Nya di Yohanes 6:51. Ini pernyataan Yesus: “Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia." Yesus Kristus mengumpamakan diri-Nya sebagai roti hidup yang dari sorga yang dapat memberikan kehidupan kekal bagi mereka yang mau percaya pada karya penebusan-Nya di kayu salib. Yesus Kristus, sang Anak Allah itu, memang diutus Allah Bapa untuk menjalankan misi penebusan manusia yang berdosa. Tanpa penebusan, tidaklah mungkin manusia bisa berkenan kepada Allah. Di Kisah Para Rasul 11:26, di kota Anthiokia, untuk pertama kalinya orang-orang yang percaya pada Kristus disebut Kristen yang berarti pengikut Kristus. Dengan demikian, yang menjadi tolok ukur bagi seorang Kristen yang sesungguhnya adalah apakah seseorang memang percaya pada Kristus. Apa maksudnya? Karena dosa, manusia tidak lagi mempunyai hubungan lagi dengan Allah yang berbuahkan maut yaitu kematian kekal. Karena Allah begitu mengasihi dunia ini, maka Allah berinisiatif untuk bertindak dengan mengutus Yesus Kristus, anak-Nya yang Tunggal. Percaya kepada Kristuslah yang membuka anugerah kehidupan kekal ini. Oleh sebab itu, marilah kita perkokoh dasar iman kita pada Yesus Kristus saja! (BHS)
Bagaimana kebingungan orang-orang Yahudi sewaktu mendengar pernyataan Yesus bahwa roti hidup itu adalah daging Kristus sendiri? Mari simak kebingungan mereka di Yohanes 6:52-53! “Orang-orang Yahudi bertengkar antara sesama mereka dan berkata: "Bagaimana Ia ini dapat memberikan daging-Nya kepada kita untuk dimakan." Maka kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu.” Gambaran makan daging dan minum darah Kristus adalah gambaran tentang sikap iman pada pengorbanan Kristus di kayu salib. Sikap iman seperti inilah yang akan membawa kepada hidup kekal. Yesus Kristus sering menggunakan bahasa simbolis untuk mengajar dan berkomunikasi. Dalam bahasa simbolis tentang tubuh dan darah-Nya, Yesus Kristus hendak mengajar orang percaya untuk selalu menaruh iman pada pengorbanan-Nya di kayu salib demi penebusan dosa kita manusia. Hanya saja sayangnya, ada saja orang, bahkan orang Kristen sendiri yang merasa bahwa itu hanyalah jargon-jargon Kristen yang klise dan tidak bermakna sehingga dianggap sepele saja. Oleh sebab itu, marilah kita memperbaharui komitmen kita kepada Allah dengan selalu mengingat kembali dan memegang teguh iman kita bahwa Yesus Kristus telah mati bagi dosa kita. Janganlah kita goyah sedikitpun akan keyakinan dasar iman kita ini! (BHS)
Apa penegasan Yesus Kristus tentang pentingnya pengorbanan-Nya yang digambarkan sebagai makan daging dan minum darah-Nya? Mari lihat penegasan Kristus di Yohanes 6:54-55! “Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman.” Percaya bahwa Kristus telah mengorbankan diri-Nya untuk menebus dosa manusia adalah keputusan terbaik yang dapat diambil oleh manusia. Melaluinya, orang percaya akan dibangkitkan pada akhir zaman dan hidup kekal bersama Allah di sorga. Percaya pada pengorbanan Kristuslah kuncinya. Bagaimana sikap kita sebagai orang Kristen terhadap pengorbanan Kristus? Bila Kristus telah mengungkapkan rahasia hidup kekal melalui pengorbanan-Nya, apakah kemudian kita menganggap sepi dan sepele pengorbanan Kristus? Bila hidup kekal telah dijanjikan Kristus, mengapa kita masih mencoba mengutamakan hal-hal yang mendukakan Kristus dengan segala pikiran dan perbuatan jahat kita? Sudah semestinyalah orang Kristen hidup sesuai dengan kodrat ilahi melalui iman pada Yesus Kristus. Tawaran dunia seperti kekayaan, jabatan, pesta pora, dan kenikmatan hidup, tentu mencoba untuk menggeser iman kita. Makanya, marilah kita tetap bergiat mendorong dan meneguhkan satu sama lain! (BHS)
Apa yang terjadi sewaktu orang percaya kepada pengorbanan Kristus yang digambarkan dengan makan daging dan minum darah Kristus? Ini perkataan Yesus Kristus di Yohanes 6:56-57. “Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia. Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku.” Bila seseorang percaya bahwa Yesus Kristus telah menebusnya, maka Kristus akan menjadi bagian integral dalam kehidupannya. Ia akan hidup hanya oleh karena anugerah Kristus semata. Tidak ada sudut kehidupannya yang tersembunyi dari terang Yesus Kristus. Inilah kekristenan yang sejati. Memakan daging Kristus dan minum darah Kristus adalah gambaran yang dirayakan dalam sebuah perjamuan kudus di mana orang percaya diajak untuk menghayati arti pengorbanan Kristus di kayu salib. Melaluinya, orang percaya selalu diingatkan bahwa segala sisi kehidupannya telah berada dalam terang Kristus, sang Anak Allah. Hanya saja sayangnya, tidak sedikit orang yang mengaku Kristen tetapi masih saja memiliki kehidupan yang gelap dengan segala pikiran dan perbuatan yang tercela. Bukannya membawa terang Kristus, kehidupannya justru membawa kegelapan, tidak hanya bagi gereja tetapi juga bagi masyarakat. Oleh sebab itu, marilah kita perbaharui komitmen kita sebagai orang Kristen melalui pertobatan yang sungguh. (BHS)
Apa yang ditegaskan oleh Yesus Kristus tentang diri-Nya yang Ia sampaikan kepada orang-orang Yahudi yang ada di sinagoga di Kapernaum? Mari dengar perkataan Kristus di Yohanes 6:58-59, “Inilah roti yang telah turun dari sorga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya." Semuanya ini dikatakan Yesus di Kapernaum ketika Ia mengajar di rumah ibadat.” Yesus menegaskan bahwa Dialah sang Roti Hidup yang datang dari sorga. Dialah sang Anak Allah yang diutus oleh Allah Bapa untuk membawa orang percaya kepada kehidupan yang kekal melalui pengorbanan-Nya di kayu salib. Dialah sang Juru selamat dunia. Orang-orang Yahudi pada zaman Yesus sangatlah meninggikan Musa dan Taurat Musa. Keajaiban roti manna yang diberikan TUHAN kepada bangsa Israel merupakan cerita yang memberi kesan yang dalam bagi mereka. Oleh sebab itu, Yesus memperkenalkan paradigma baru tentang roti manna yaitu dengan memperkenalkan diri-Nya sebagai sang roti hidup, yang tidak hanya diberikan selama di padang gurun Sinai, tetapi terlebih lagi, roti ini diberikan sampai kepada kekekalan. Betapa luar biasanya Yesus Kristus! Oleh sebab itu, marilah kita selalu hidup di dalam Yesus Kristus! Di dalam Kristus sajalah, kita pasti akan selalu dikenyangkan dan dipuaskan hatinya. Di dalam Kristus sajalah, ada kecukupan hidup yang sejati. (BHS)
Gambaran Yesus tentang daging dan darah Kristus sebagai gambaran iman pada pengorbanan Yesus Kristus, telah membuat banyak pengikut Kristus sangat bergumul. Mari dengar pergumulan mereka di Yohanes 6:60-61! “Sesudah mendengar semuanya itu banyak dari murid-murid Yesus yang berkata: "Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?" Yesus yang di dalam hati-Nya tahu, bahwa murid-murid-Nya bersungut-sungut tentang hal itu, berkata kepada mereka: "Adakah perkataan itu menggoncangkan imanmu?” Yesus Kristus memahami sungut-sungut pengikut-Nya yang tidak suka bila sang Mesias itu menderita. Mereka tidak paham bahwa penderitaan Kristus adalah jalan keselamatan. Dalam mengikut Kristus, banyak orang Kristen yang bersikap sesuai pikiran mereka sendiri saja. Ada yang berpandangan bahwa bila seseorang mengikut Kristus, ia haruslah hidup berkelimpahan materi dan uang. Ia haruslah selalu sehat. Bahkan ada yang beranggapan bahwa bila orang Kristen itu miskin, sakit-sakitan, serta menderita, pastilah orang itu tidak dikenan Tuhan. Ini tentulah tidak demikian karena pikiran Allah bukanlah seperti itu. Di dalam ke-Maha-Kuasaannya, Allah tahu segala perkara dan Allah tahu anugerah apa yang hendak diberikan-Nya kepada setiap orang percaya, termasuk mengijinkan terjadinya hal buruk. Apapun itu, marilah kita berserah pada Kristus sambil terus mengingat akan pengorbanan Kristus! (BHS)
Ada pengikut Kristus yang tergoncang imannya karena mendengar kiasan Yesus Kristus tentang daging dan darah Kristus. Bagaimana tanggapan Yesus di Yohanes 6:62-63 tentang hal ini? Ini dia: “Dan bagaimanakah, jikalau kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada? Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup.” Yesus Kristus memang berasal dari sorga dan akan kembali ke sorga setelah melaksanakan misi penebusan melalui pengorbanan-Nya di kayu salib. Di dalam kedagingannya, pengikut Kristus tidaklah memahami perkataan Kristus yang memberi hidup di dalam Roh. Mencoba bersandar pada pikiran manusia semata tentu tidaklah cukup untuk memahami maksud agung Allah dalam penebusan dosa manusia. Memang tidaklah masuk di akal manusia bahwa Allah mau repot-repot untuk menjelma menjadi sama dengan manusia, bahkan rela mengorbankan diri untuk di salib di Golgota. Tetapi kenyataannya, Allah memang hadir dalam Yesus Kristus. Oleh sebab itu, melalui pertolongan Roh, janganlah kita menolak uluran tangan Allah yang menyelamatkan itu. Marilah kita tidak sekalipun meragukan akan maksud mulia Allah dalam Yesus Kristus! Di dalam iman percaya seperti inilah maka kita akan memperoleh hidup yang benar-benar berbuah. Ayolah kita menaati Allah dalam Yesus Kristus tanpa ragu! (BHS)
Bagaimana Yesus Kristus menanggapi tentang pengikut-Nya yang terguncang imannya? Mari kita lihat Yohanes 6:64-66! “Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya." Sebab Yesus tahu dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia. Lalu Ia berkata: "Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorangpun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya." Mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia.” Yesus menegaskan bahwa seseorang bisa percaya kepada-Nya adalah hanya karena anugerah Allah Bapa. Tanpa anugerah, tidak ada yang bisa menjadi orang percaya. Tak heran bila ada yang meninggalkan Kristus. Tentu ada saja orang di Indonesia ini yang melihat kekristenan hanya dari sisi statistik jumlah penganutnya semata. Apakah seseorang memang benar-benar percaya Kristus atau tidak bukanlah hal yang penting. Bahkan, statistik jumlah ini sering menjadi komoditas politik untuk kepentingan sesaat. Iman Kristen akhirnya kehilangan makna dan tereduksi menjadi sekedar predikat seseorang saja. Bila menjadi Kristen yang sejati itu adalah hanya karena anugerah Allah semata, maka tentu ada yang telah menyia-nyiakan anugerah Allah ini. Oleh sebab itu, wahai orang Kristen Indonesia, marilah kita perbaharui iman kita kepada Kristus! Janganlah sia-siakan anugerah yang telah diberikan Allah Bapa dalam Yesus Kristus! Ayolah! (BHS)
Setelah mendengar ajaran Kristus yang tidak sesuai dengan harapan mereka, banyak orang kemudian meninggalkan Kristus. Bagaimana dengan kedua belas murid Kristus? Mari simak Yohanes 6:67-69! “Maka kata Yesus kepada kedua belas murid-Nya: "Apakah kamu tidak mau pergi juga?" Jawab Simon Petrus kepada-Nya: "Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah." Kedua belas murid tetap mengikut Kristus dengan keyakinan penuh bahwa Kristus adalah Anak Allah yang secara khusus telah diutus Allah Bapa supaya manusia dapat memperoleh hidup yang kekal. Tidak hanya di zaman dulu, di zaman sekarang pula, ajaran Kristus bahwa Dia adalah Anak Allah yang berinkarnasi menjadi manusia dan kemudian mati serta bangkit kembali untuk menebus dosa manusia, memang suatu ajaran yang sulit dipahami. Bagaimana mungkin ini terjadi? Bagi sebagian orang, ini tidaklah masuk diakal. Tak heran, bila ada saja orang yang kecil hati dan kemudian meninggalkan Kristus. Di tengah pluralisme pandangan di dunia, orang Kristen dipanggil Allah untuk tetap berpegang teguh pada dasar iman yang teguh dalam Kristus. Berbagai jenis pandangan pasti akan terus menggempur keyakinan dasar kita tentang Kristus. Tetapi, wahai orang Kristen Indonesia, ayo tetap teguh dan tidak goyah! (BHS)
Walaupun Yesus Kristus sendirilah yang telah memilih kedua belas murid-Nya, apa hal yang telah Yesus ketahui tentang salah seorang murid-Nya itu? Mari simak Yohanes 6:70-71! “Jawab Yesus kepada mereka: "Bukankah Aku sendiri yang telah memilih kamu yang dua belas ini? Namun seorang di antaramu adalah Iblis." Yang dimaksudkan-Nya ialah Yudas, anak Simon Iskariot; sebab dialah yang akan menyerahkan Yesus, dia seorang di antara kedua belas murid itu.” Sebagai Anak Allah, Yesus tahu bahwa Yudaslah yang akan mengkhianati-Nya. Sejalan dengan kehendak Allah Bapa, Yesus taat menjalankan rencana agung Allah bagi penebusan manusia walaupun rencana tersebut harus lewat pengkhianatan dan derita. Yesus Kristus tahu betul bahwa Ia menjalankan misi penebusan Allah, sehingga, meskipun jalan yang akan ditempuh-Nya itu sukar dan penuh onak duri, Ia tetap mau taat sampai akhir. Komitmen untuk taat mengalir dalam kehendak Allah memang adalah kunci untuk menghadapi segala kesukaran dalam hidup. Karena aliran rencana Allah itu pasti baik, orang percaya harus belajar untuk taat dalam menjalankan kehendak Allah walaupun prospek kedepannya sepertinya suram. Di balik awan gelap kesulitan hidup, percayalah bahwa sinar mentari kasih dan kuasa Allah tetap akan menyinari kita sampai pada akhirnya. Oleh sebab itu, marilah kita tetap teguh dalam komitmen untuk menjalankan kehendak Allah! Ayo tetap setia! (BHS)
Mengapa untuk sementara waktu Yesus Kristus tetap melayani di daerah Galilea? Mari lihat alasannya di Yohanes 7:1-2! “Sesudah itu Yesus berjalan keliling Galilea, sebab Ia tidak mau tetap tinggal di Yudea, karena di sana orang-orang Yahudi berusaha untuk membunuh-Nya. Ketika itu sudah dekat hari raya orang Yahudi, yaitu hari raya Pondok Daun.” Banyak orang Yahudi di daerah Yehuda yang rupanya tidak menyukai Yesus, bahkan sampai ada yang ingin membunuh-Nya. Fanatisme penganut agama Yahudi ini rupanya telah membutakan mereka untuk bisa melihat maksud Allah dalam Yesus Kristus. Fanatisme agama memang bisa menjauhkan orang Yahudi dari maksud sejati mengapa Allah memilih mereka sebagai umat pilihan-Nya. Hari raya Pondok Daun merupakan suatu perayaan untuk mengingat penyertaan TUHAN atas bangsa Israel setelah mereka keluar dari perbudakan Mesir dan mengembara 40 tahun di padang gurun Sinai. Hanya saja, sikap fanatisme agama yang membabi buta justru telah menyebabkan orang Yahudi untuk tidak bisa melihat maksud Allah dalam Yesus Kristus sehingga mereka hendak membunuh-Nya. Pengalaman masa lalu ini haruslah menjadi peringatan bagi umat Tuhan di masa kini untuk tidak hanya fanatik kepada aspek mengasihi Allah tetapi melupakan aspek mengasihi sesama. Janganlah sampai kita bergiat atas nama kasih kepada Allah tetapi justru menindas dan membenci sesama! Ayo kita hindari sikap seperti itu! (BHS)
Apa ungkapan ketidak-percayaan saudara-saudara Yesus karena Yesus melayani di daerah pelosok Galilea yang jauh dari keramaian Yerusalem? Mari lihat Yohanes 7:3-5! “Maka kata saudara-saudara Yesus kepada-Nya: "Berangkatlah dari sini dan pergi ke Yudea, supaya murid-murid-Mu juga melihat perbuatan-perbuatan yang Engkau lakukan. Sebab tidak seorangpun berbuat sesuatu di tempat tersembunyi, jika ia mau diakui di muka umum. Jikalau Engkau berbuat hal-hal yang demikian, tampakkanlah diri-Mu kepada dunia." Sebab saudara-saudara-Nya sendiripun tidak percaya kepada-Nya.” Karena Yesus sadar akan misi dan panggilan hidup-Nya, maka Ia tidak hidup berdasarkan ekspektasi orang lain demi popularitas. Berbeda dengan saudara-saudara-Nya, Yesus Kristus sadar betul apa misi kehidupan-Nya yaitu penebusan dosa manusia. Walaupun Yesus Kristus adalah Anak Allah yang berkuasa, Dia rela untuk merendahkan diri-Nya untuk menjadi manusia, bahkan menjadi seorang hamba dan mati di kayu salib. Dalam rupa seorang hamba itulah, Yesus Kristus hidup sebagai manusia yang tidak mencari kepentingan diri sendiri saja serta tidak hidup berdasar ekspektasi orang disekitar-Nya. Inilah teladan yang diberikan Yesus Kristus untuk kita ikuti. Setinggi apapun jabatan, gelar, serta status sosial kita, ataupun seberapa banyaknyapun harta dan uang kita, kita perlu belajar untuk sadar akan misi dan panggilan hidup kita di dalam Tuhan. Ayolah! (BHS)
Apa jawab Yesus kepada keempat saudaranya, yaitu anak Yusuf dan Maria, yang menginginkan Yesus untuk pergi ke Yerusalem dan menjadi terkenal? Mari simak Yohanes 7:6-9! “Maka jawab Yesus kepada mereka: "Waktu-Ku belum tiba, tetapi bagi kamu selalu ada waktu. Dunia tidak dapat membenci kamu, tetapi ia membenci Aku, sebab Aku bersaksi tentang dia, bahwa pekerjaan-pekerjaannya jahat. Pergilah kamu ke pesta itu. Aku belum pergi ke situ, karena waktu-Ku belum genap." Demikianlah kata-Nya kepada mereka, dan Iapun tinggal di Galilea.” Yesus Kristus sadar betul bahwa misi hidup-Nya harus dilakukan dalam waktu Allah. Sabar menantikan waktu Allah memang penting bagi terlaksananya misi Kristus di dunia. Seperti Yesus Kristus yang menyadari bahwa ada waktu Allah, demikian pula dengan kita sebagai umat percaya. Misi Allah memang harus dilakukan dalam waktu Allah. Manusia memang mempunyai target, ambisi, harapan, dan mimpi, tetapi di atas semuanya itu, ada waktu Allah untuk segala sesuatu. Tak heran, raja Salomo di Pengkhotbah 3:1 menyatakan bahwa untuk segala sesuatu, memang ada waktunya. Oleh sebab itu, marilah kita terus setia menjalankan panggilan kita untuk menjadi garam dan terang bagi sekitar kita dengan terus berkeyakinan bahwa Allah akan membuat segala sesuatu indah pada waktu-Nya. Kalaupun sekarang masih ada hal yang terlihat suram, sabarlah menunggu waktu Allah! (BHS)
Apakah akhirnya Yesus Kristus pergi ke perayaan pondok daun di Yerusalem? Ini kisahnya di Yohanes 7:10-11. “Tetapi sesudah saudara-saudara Yesus berangkat ke pesta itu, Iapun pergi juga ke situ, tidak terang-terangan tetapi diam-diam. Orang-orang Yahudi mencari Dia di pesta itu dan berkata: "Di manakah Ia?" Yesus Kristus memang kemudian pergi ke Yerusalem secara diam-diam karena banyak orang Yahudi di Yerusalem yang ingin mencari untuk membunuh-Nya. Walaupun Yesus tahu bahwa ia akan menderita dan mati untuk misi penebusan Allah, tetapi dalam hikmat Allah, Yesus tidak sembrono dalam bertindak. Dalam menjalankan misi Allah, memang perlu hikmat Allah untuk bertindak dalam waktu Allah. Karena ingin mengejar ketenaran dan kekuasaan, seseorang bisa saja terjerumus dalam tindakan bodoh, apakah itu kebohongan, tindakan kekerasan, ataupun korupsi. Sikap arogansi dan tidak takut Tuhan memang dapat membuat seseorang bertindak bodoh. Ini haruslah dihindari melalui sikap takut akan Tuhan. Hanya hikmat Allahlah yang akan menghindarkan manusia dari segala perbuatan bodoh. Hanya saja sayangnya, perbuatan bodoh tetaplah saja dilakukan, bahkan dikejar orang. Oleh sebab itu, marilah kita belajar bertindak dalam hikmat Allah yang dipupuk dalam takut akan Allah. Dengan menjaga hati kita dengan Firman Tuhan, maka kita pasti dapat terhindar dari tindakan bodoh yang tidak dikenan Tuhan. (BHS)
Kontroversi seperti apa yang terjadi di kalangan orang Yahudi di Yerusalem tentang Yesus? Mari lihat Yohanes 7:12-13! “Dan banyak terdengar bisikan di antara orang banyak tentang Dia. Ada yang berkata: "Ia orang baik." Ada pula yang berkata: "Tidak, Ia menyesatkan rakyat." Tetapi tidak seorangpun yang berani berkata terang-terangan tentang Dia karena takut terhadap orang-orang Yahudi.” Walaupun ada orang yang bersimpati terhadap Yesus Kristus, tetapi banyak juga orang yang tidak menyukainya. Karena mereka takut terhadap otoritas Yahudi, yaitu ahli Taurat dan orang Farisi, maka kontroversi tentang Yesus tidaklah terjadi secara terang-terangan. Gerakan pembaharuan memang sering menuai kontroversi dan curiga. Ajaran Yesus Kristus memang berbeda sekali dengan ajaran agama Yahudi pada waktu itu sehingga tidaklah heran ada banyak kontroversi serta sikap curiga terhadap Yesus. Kehadiran Yesus memang telah membawa angin pembaharuan bagi umat Tuhan untuk kembali ke jalur yang benar. Seperti di zaman Yesus, di zaman sekarangpun kekristenan bisa saja terjerumus menjadi sekedar kumpulan ritual dan tradisi yang normatif semata. Oleh sebab itu, melalui ajaran sehat dari Alkitab, pembaharuan gereja haruslah dilakukan secara terus menerus. Untuk itu, wahai umat Tuhan Indonesia, janganlah lalai untuk belajar Firman Tuhan dengan setia serta menerapkannya! Ayo! (BHS)
Kontroversi seperti apa yang ditimbulkan Yesus Kristus di tengah-tengah rangkaian perayaan Pondok Daun? Mari lihat Yohanes 7:14-15! “Waktu pesta itu sedang berlangsung, Yesus masuk ke Bait Allah lalu mengajar di situ. Maka heranlah orang-orang Yahudi dan berkata: "Bagaimanakah orang ini mempunyai pengetahuan demikian tanpa belajar!" Pengajaran Yesus pastilah sangat menakjubkan dan berbeda dengan yang biasa didengar orang Yahudi dari para pengajar Taurat. Tak heran kalau mereka bertanya-tanya bagaimana mungkin seorang awam yang tidak pernah mengikuti sekolah pendidikan Rabbi Yahudi dapat menyampaikan ajaran yang begitu hebat. Kotak prasangka memang sudah terjadi sejak dulu. Kotak prasangka bahwa hanya ahli Taurat yang mampu mengajar Firman Tuhan dengan benar pasti ada di zaman Yesus. Sepanjang sejarah gerejapun, pemisahan antara orang awam dan hamba Tuhan pengajar Firman secara sadar maupun tidak sadar terjadi juga. Kualifikasi formal pendidikan teologia seperti di zaman Yesus memang bisa menjadi mental block dalam seseorang mendengar Firman Tuhan. Oleh sebab itu, marilah kita singkirkan mental block kotak prasangka itu! Mari kita tetap terbuka untuk pemberitaan Firman Tuhan dengan meneladani sikap jemaat Berea di Kisah Para Rasul 17:11 yang menerima Firman dengan kerelaan hati dan setiap hari menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui apakah semuanya itu benar demikian. Ayo!(BHS)
Apa respons Yesus terhadap keragu-raguan orang Yahudi yang menganggap-Nya sebagai orang awam yang tidak pernah dididik secara formal sebagai Rabbi? Mari simak Yohanes 7:16-17! “Jawab Yesus kepada mereka: "Ajaran-Ku tidak berasal dari diri-Ku sendiri, tetapi dari Dia yang telah mengutus Aku. Barangsiapa mau melakukan kehendak-Nya, ia akan tahu entah ajaran-Ku ini berasal dari Allah, entah Aku berkata-kata dari diri-Ku sendiri.” Apa yang diajarkan Yesus Kristus adalah semata-mata apa yang dikehendaki oleh Allah Bapa yang mengutus-Nya. Melaksanakan kebenaran Firman merupakan cara untuk menguji apakah perkataan Kristus itu memang benar atau tidak. Polemik saja tidak akan ada gunanya. Sesama orang Kristen bisa saja terlibat dalam perselisihan yang dalam tentang suatu pokok ajaran Kristus, bahkan sampai-sampai kita saling menjauhi satu sama lainnya. Polemik dan perdebatan yang panjang akhirnya terjadi antar pengikut Kristus yang sering berujung pada saling membenci antara dua aliran pikiran. Ini adalah suatu hal yang ironis karena kedua belah pihak ini justru sama-sama lupa untuk melakukan perintah Kristus yaitu perintah untuk saling mengasihi. Memperdebatkan kebenaran ajaran Kristus tidaklah akan membuktikan kebenaran Kristus. Buah dari aplikasi ajaran Kristus dalam kehidupanlah yang akan mendemonstrasikan akan kebenaran ajaran Kristus. Ayo jadi pelaku Firman! Jangan berdebat saja! (BHS)
Apa yang disampaikan Yesus Kristus kepada orang-orang Yahudi yang meragukan ajaran Yesus karena Dia dianggap tidak pernah dididik di sekolah calon Rabbi? Mari simak perkataan Yesus di Yohanes 7:18, “Barangsiapa berkata-kata dari dirinya sendiri, ia mencari hormat bagi dirinya sendiri, tetapi barangsiapa mencari hormat bagi Dia yang mengutusnya, ia benar dan tidak ada ketidakbenaran padanya.” Pada masa itu, banyak Rabbi Yahudi yang mengajarkan Taurat TUHAN dengan memberi tambahan banyak peraturan. Mereka memang lebih mencari hormat bagi diri mereka sendiri. Tetapi Yesus berbeda karena Dia hanya menyampaikan apa yang dikehendaki Allah Bapa-Nya. Apa yang disampaikan-Nya pasti benar. Walaupun Yesus Kristus dianggap orang Yahudi sebagai orang awam yang tidak berpendidikan teologia, tetapi sebagai Anak Allah, ajaran yang disampaikan-Nya pastilah benar karena Bapa dan Anak adalah satu adanya. Oleh sebab itulah, segala sesuatu yang diajarkan Kristus pastilah sesuai dengan kemauan Allah Bapa. Hanya saja, dengan berbagai alasan, banyak juga orang Kristen yang enggan melaksanakan ajaran Kristus dan meneladani Kristus karena itu bertentangan dengan kecenderungan hidup kedagingan manusia yang egois. Meskipun demikian, bagi kita yang mau dengan sungguh mendengarkan dan melakukan apa yang diajarkan Kristus, pastilah ada damai sejahtera yang melimpah. Maukah kita? (BHS)
Apa kritikan yang disampaikan Yesus kepada mereka yang menganggap remeh ajaran Yesus karena Yesus dianggap tidak terdidik dalam institusi pendidikan Rabbi? Ini kritikan Yesus di Yohanes 7:19-20! “Bukankah Musa yang telah memberikan hukum Taurat kepadamu? Namun tidak seorangpun di antara kamu yang melakukan hukum Taurat itu. Mengapa kamu berusaha membunuh Aku?" Orang banyak itu menjawab: "Engkau kerasukan setan; siapakah yang berusaha membunuh Engkau?" Yesus Kristus, sang Anak Allah, tahu kemunafikan dari orang Yahudi yang membenci-Nya. Dia tahu tendensi hati yang bengkok walaupun seseorang terlihat saleh beragama. Kesalehan memang bukan untuk sekedar pamer dan gengsi saja. Kritik Yesus untuk kemunafikan orang Yahudi yang suka pamer kesalehan demi gengsi rohani merupakan kritik yang harus dicamkan juga bagi orang percaya di masa kini. Walaupun seseorang kelihatan taat melakukan kegiatan kekristenan seperti pergi ke gereja, ikut persekutuan rumah tangga, menjadi penatua, beri perpuluhan, memakai kalung salib, semuanya itu tidak berguna bila itu semua hanya untuk pamer dan gengsi rohani semata. Ibadah kristen bukanlah sekedar ritual tetapi seharusnya merupakan ibadah hati yang disertai dengan rasa hormat dan rasa takut akan Allah yang tulus. Hal ini kemudian juga harus terwujud dalam perilaku dan kiprah seseorang di gereja dan di masyarakat luas. Kalau tidak, maka itu sok rohani saja! (BHS)
Apa teguran Yesus terhadap orang Yahudi yang membenci-Nya karena Ia telah dituduh melanggar hukum Allah dengan menyembuhkan orang lumpuh pada hari Sabat di kolam Betesda? Ini teguran-Nya di Yohanes 7:21-22. “Jawab Yesus kepada mereka: "Hanya satu perbuatan yang Kulakukan dan kamu semua telah heran. Jadi: Musa menetapkan supaya kamu bersunat sebenarnya sunat itu tidak berasal dari Musa, tetapi dari nenek moyang kita dan kamu menyunat orang pada hari Sabat!” Karena sunat telah diperintahkan Allah ratusan tahun sebelum Taurat Musa, maka bagi orang Yahudi, sunat boleh dilakukan pada hari Sabat. Seperti itu juga, penyembuhan oleh Yesus di hari Sabat jelas melampaui hukum Musa. Hukum kasih adalah hukum yang melandasi semua hukum Allah. Dengan demikian, tindakan kasih untuk menyembuhkan orang pada hari Sabat bukanlah pelanggaran hukum Allah. Kehidupan beragama orang Yahudi yang serba legalistik dan normatif memang telah menyebabkan mereka terikat pada aturan tetapi melupakan kasih. Hal ini sering terjadi juga di masa kini dimana ada saja orang yang demi menegakkan aturan agama, mereka sampai melakukan kekerasan atas nama agama, membenci sesama, dan mengabaikan kasih. Fanatisme beragama telah membutakan mata hati untuk mengasihi sesama. Ini jelaslah harus dihindari. Makanya, marilah kita hidup beragama di atas dasar prinsip kasih! Ayolah! (BHS)
Apa penegasan Yesus kepada orang Yahudi yang membenci-Nya karena Yesus pernah menyembuhkan orang lumpuh pada hari Sabat? Mari lihat Yohanes 7:23-24! “Jikalau seorang menerima sunat pada hari Sabat, supaya jangan melanggar hukum Musa, mengapa kamu marah kepada-Ku, karena Aku menyembuhkan seluruh tubuh seorang manusia pada hari Sabat. Janganlah menghakimi menurut apa yang nampak, tetapi hakimilah dengan adil." Kasih kepada Allah dan sesama adalah dasar utama dari segala hukum Allah. Orang Yahudi rupanya telah mengabaikan prinsip hukum yang terutama ini karena rasa benci kepada Yesus. Prasangka dan benci telah menghalangi mereka untuk bisa menghakimi dengan adil. Prasangka bisa menimbulkan rasa tidak suka, bahkan rasa benci dalam diri seseorang. Walaupun seseorang itu memeluk agama dan menganggap dirinya saleh serta setia menjalankan aturan agamanya, rasa benci itu bisa membutakannya sehingga dia tidak bisa melihat suatu persoalan secara jernih. Seperti halnya prasangka orang Yahudi terhadap Yesus pada zaman dulu, di zaman sekarangpun prasangka yang berujung pada kebencian bisa terjadi pada orang yang mengaku taat beragama sehingga dia menganggap dirinya benar, padahal dia bersalah di mata Tuhan. Prasangka dan kebencian memang bisa membutakan orang untuk mampu bersikap benar dan adil. Oleh sebab itu, mari terapkan kasih dengan tidak berprasangka! (BHS)
Apa yang dibicarakan beberapa orang Yerusalem tentang sikap pemimpin mereka terhadap Yesus di Yohanes 7:25-26? Ini dia. “Beberapa orang Yerusalem berkata: "Bukankah Dia ini yang mereka mau bunuh? Dan lihatlah, Ia berbicara dengan leluasa dan mereka tidak mengatakan apa-apa kepada-Nya. Mungkinkah pemimpin kita benar-benar sudah tahu, bahwa Ia adalah Kristus?” Beberapa orang beranggapan bahwa pemimpin Yahudi tidak melakukan apa-apa terhadap Yesus karena mereka ini tahu bahwa Yesus adalah Kristus, padahal sebenarnya para pemimpin sedang berupaya mencari saat yang tepat untuk menangkap Yesus. Meskipun demikian, di dalam rencana Allah, saat pengorbanan Yesus memang belum tiba. Walaupun ada yang mereka-reka kejahatan terhadap Yesus secara diam-diam, Yesus tetap mengajar orang banyak di Bait Allah. Di dalam otoritas kuasa Allah, tidak ada sesuatupun yang buruk ataupun yang baik yang bisa terjadi tanpa sepengetahuan Allah. Oleh sebab itu, di dalam damai Allah, Yesus Kristus terus setia untuk melakukan tanggung jawab pelayanan-Nya. Seperti Yesus Kristus, orang percaya di masa kinipun perlu yakin akan penyertaan Allah dan tidak berkuatir dalam melakukan tanggung jawab pelayanannya karena Tuhan Allah tetap memegang otoritas atas segala sesuatu. Hanya atas ijin Alah saja, segala sesuatu bisa terjadi pada waktu-Nya. Ayolah kita tetap setia dan janganlah mudah goyah! (BHS)
Bagaimana respons Yesus terhadap pernyataan orang Yahudi tentang asal Yesus? Mari lihat pernyataan orang Yahudi dan respons Yesus di Yohanes 7:27-28! “Tetapi tentang orang ini kita tahu dari mana asal-Nya, tetapi bilamana Kristus datang, tidak ada seorangpun yang tahu dari mana asal-Nya." Waktu Yesus mengajar di Bait Allah, Ia berseru: "Memang Aku kamu kenal dan kamu tahu dari mana asal-Ku; namun Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, tetapi Aku diutus oleh Dia yang benar yang tidak kamu kenal.” Orang Yahudi sulit mempercayai Yesus sebagai sang Mesias karena mereka mempunyai konsep yang salah tentang Mesias. Yesus memang bukanlah cuma berasal dari Nazaret tetapi Yesus berasal dari sorga. Orang Yahudi mempunyai konsep yang tidak benar tentang Mesias karena mereka mempunyai penafsiran yang tidak tepat tentang nubuat Perjanjian Lama. Berpegang pada penafsiran Firman Tuhan yang tidak tepat memang bisa berakibat pada sikap iman yang tidak benar. Sikap mau belajar yang disertai sikap kritis dalam mendalami Firman Tuhan memang diperlukan untuk dapat memahami Firman Tuhan dengan benar. Untuk itu, kita perlu memiliki sikap rendah hati untuk terus mau belajar dengan tekun. Janganlah kita sampai merasa tahu padahal kita sebenarnya sok tahu! Oleh sebab itu, marilah kita selalu terbuka bagi kerja Roh Kudus yang menuntun kita dalam memahami Firman Tuhan dengan benar melalui berbagai cara! Ayolah! (BHS)
Apa yang dinyatakan Yesus Kristus kepada orang-orang Yahudi yang meragukan bahwa Yesus Kristus adalah sang Mesias dari Allah Bapa? Ini pernyataan Yesus Kristus di Yohanes 7:29. “Aku kenal Dia, sebab Aku datang dari Dia dan Dialah yang mengutus Aku." Yesus Kristus menegaskan kepada orang-orang Yahudi bahwa Dia mengenal Allah Bapa karena memang Yesus Kristus adalah sang Anak Allah yang berasal dari Allah Bapa di sorga. Untuk menjalankan rencana agung keselamatan, Yesus Kristus diutus Allah Bapa untuk menderita, mati di kayu salib, bangkit, dan naik ke sorga, untuk duduk di sebelah kanan Allah Bapa. Betapa agung dan mulia rahasia agung yang dibukakan Allah melalui kehadiran Yesus Kristus ini! Tidak seorangpun nabi di dunia ini yang dapat dengan tegas menyatakan bahwa mereka mengenal Allah dan datang dari Allah. Hanya Yesus Kristuslah yang telah diutus Allah Bapa di sorga untuk membuka jalan bagi adanya hubungan yang harmonis dengan Allah Bapa di sorga. Tanpa pengorbanan Kristus, tidak ada jalan keselamatan. Melalui kebangkitan Kristus, kita telah menerima berbagai kelimpahan anugerah dari Allah Bapa. Oleh sebab itu, marilah kita perteguh iman percaya kita pada karya penebusan Kristus dengan terus bersandar pada-Nya! Janganlah kita sekali-kali bimbang dan ragu atas dasar iman percaya kita pada Kristus! Marilah kita tetap berpegang pada Kristus dalam segala tantangan kehidupan! (BHS)
Di tengah segala upaya jahat dari pemimpin Yahudi terhadap-Nya, apa buah dari pelayanan Yesus? Mari simak Yohanes 7:30-31! “Mereka berusaha menangkap Dia, tetapi tidak ada seorangpun yang menyentuh Dia, sebab saat-Nya belum tiba. Tetapi di antara orang banyak itu ada banyak yang percaya kepada-Nya dan mereka berkata: "Apabila Kristus datang, mungkinkah Ia akan mengadakan lebih banyak mujizat dari pada yang telah diadakan oleh Dia ini?" Walaupun Yesus dibenci pemimpin Yahudi, di dalam anugerah Allah, tidak ada seorangpun yang bisa menangkap-Nya. Di dalam anugerah Allah pula, banyak orang justru akhirnya percaya kepada Kristus. Anugerah Allah memang melingkupi semua. Anugerah Allah memang tercurah sesuai dengan kehendak Allah pada waktu yang ditentukan Allah. Inilah hakekat dari ke-Maha Kuasa-an Allah. Tidak ada intrik jahat apapun yang dapat dilakukan manusia yang dapat menghalangi terlaksananya rencana Allah karena Allahlah sang pemegang otoritas atas semuanya. Manusia bisa saja mencoba melakukan berbagai manuver jahat, baik dalam kehidupan sosial politik, pekerjaan, ataupun keluarga, tetapi tanpa perkenanan Allah, tidak akan ada yang bisa terlaksana. Oleh sebab itu, marilah kita tetap percaya dan mengakui otoritas Allah dalam segala aspek kehidupan kita! Melalui kesaksian seperti ini, dalam anugerah Allah, banyak orang akan percaya kepada Kristus. Ayo jadi saksi-Nya! (BHS)
Apa reaksi para pemimpin Yahudi setelah mereka mendengar banyak orang menjadi percaya kepada Kristus? Ini reaksi mereka di Yohanes 7:32. “Orang-orang Farisi mendengar orang banyak membisikkan hal-hal itu mengenai Dia, dan karena itu imam-imam kepala dan orang-orang Farisi menyuruh penjaga-penjaga Bait Allah untuk menangkap-Nya.” Walaupun orang Farisi dari kelompok sinagoga dan imam-imam kepala dari kelompok Bait Allah berseteru dalam pandangan politik dalam kesetiaan pada penjajah Roma, mereka sepakat untuk menangkap Yesus. Kebencian pada Yesus sudah membutakan hati para tokoh agama untuk melakukan tindakan jahat. Atas nama agama, pemimpin agama justru telah melanggar hukum agama. Tidak hanya di masa Yesus, di masa kinipun ada saja pemimpin agama di Indonesia ini yang mengatas-namakan agama untuk melakukan tindakan jahat yang justru bertentangan dengan dasar dari ajaran agama yaitu mengasihi Allah dan mengasihi sesama. Rasa tidak suka, bahkan kebencian kepada mereka yang berbeda dengan kelompoknya, justru bisa membutakan para pemimpin umat untuk mereka-rekakan hal-hal yang tidak benar, bahkan tindakan jahat. Sikap yang demikian haruslah dihindari. Di dalam kasih Kristus, sudah semestinyalah kalau kita belajar mengasihi sesama yang berbeda dengan kita. Melalui tindakan kasih, terang Tuhan akan terpancar jauh. Ayo jadi terang-Nya! (BHS)
Apa respons Yesus sewaktu Dia mengetahui bahwa para pemimpin Yahudi hendak menangkap-Nya? Ini perkataan Yesus kepada orang banyak di Yohanes 7:33-34. “Maka kata Yesus: "Tinggal sedikit waktu saja Aku ada bersama kamu dan sesudah itu Aku akan pergi kepada Dia yang telah mengutus Aku. Kamu akan mencari Aku, tetapi tidak akan bertemu dengan Aku, sebab kamu tidak dapat datang ke tempat di mana Aku berada." Yesus Kristus tahu bahwa Dia akan kembali ke sorga dan duduk di sebelah kanan Allah Bapa yang mengutus-Nya setelah selesai melaksanakan penebusan manusia. Memerintah bersama Allah Bapa di sorga, keberadaan Yesus Kristus adalah tak terhampiri dengan segala kemuliaan dan kebesaran ilahi. Yesus Kristus adalah memang Allah yang berinkarnasi menjadi manusia sejati. Di dalam rencana agung Allah Bapa, Yesus Kristus datang ke dunia untuk melaksanakan maksud Allah guna penebusan dosa manusia. Allah yang Maha Besar telah merendahkan diri menjadi manusia, bahkan menjadi hamba yang mau menderita dan mati di kayu salib. Betapa besar dan agung Yesus Kristus! Oleh sebab itu, janganlah kita menyia-nyiakan kesempatan untuk hidup dalam keselamatan yang telah diberikan Allah Bapa bagi kita! Janganlah kita menolak Yesus Kristus dengan hidup seenaknya tanpa peduli dosa! Marilah kita kembali memperkuat iman percaya kepada Kristus dengan hidup peka terhadap kehendak-Nya! Melaluinya, kita pasti berbahagia. (BHS)
Pernyataan Kristus telah membuat orang Yahudi bingung, seperti yang terungkap di Yohanes 7:35-36. “Orang-orang Yahudi itu berkata seorang kepada yang lain: "Ke manakah Ia akan pergi, sehingga kita tidak dapat bertemu dengan Dia? Adakah maksud-Nya untuk pergi kepada mereka yang tinggal di perantauan, di antara orang Yunani, untuk mengajar orang Yunani? Apakah maksud perkataan yang diucapkan-Nya ini: Kamu akan mencari Aku, tetapi kamu tidak akan bertemu dengan Aku, dan: Kamu tidak dapat datang ke tempat di mana Aku berada?" Memahami makna perkataan Kristus memang memerlukan perenungan yang dalam. Tak heran kalau orang Yahudi tidak dapat langsung memahami Kristus. Karena Allah Bapa dan Allah Anak adalah satu adanya, maka setiap perkataan Yesus Kristus pastilah sesuai dengan kehendak Allah Bapa. Di dalam ke Maha Esaan Allah ini, orang percaya harus sungguh-sungguh mendengar dan belajar memahami makna dari setiap perkataan Kristus sebagai pedoman dalam kehidupannya. Sayangnya, sering kali kita sebagai pengikut Kristus, kurang tekun untuk mendalami apa-apa yang diajarkan Kristus. Gempuran dan gerusan arus dunia begitu melanda pikiran dan tindakan kita sehingga kita tidaklah peka lagi terhadap ajaran Kristus. Oleh sebab itu, wahai setiap orang percaya, marilah kita perbaharui komitmen kita untuk terus belajar memahami Firman-Nya! (BHS)
Apa janji Yesus Kristus kepada orang banyak pada puncak perayaan Pondok Daun di Yohanes 7:37-39? Ini janji-Nya. “Dan pada hari terakhir, yaitu pada puncak perayaan itu, Yesus berdiri dan berseru: "Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum! Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup." Yang dimaksudkan-Nya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya kepada-Nya; sebab Roh itu belum datang, karena Yesus belum dimuliakan.” Aliran air hidup yaitu curahan Roh Kudus pastilah dianugerahkan kepada orang yang mau percaya kepada Kristus. Sejak hari Pentakosta di Kisah Para Rasul, genaplah janji Kristus ini. Janji Kristus bagi orang yang mau percaya kepada Kristus adalah jelas dan tegas. Siapapun orangnya, apapun latar belakangnya, bagaimanapun cara pertobatannya, kapanpun waktunya, di manapun tempatnya, apapun status sosialnya, tidaklah akan berbeda. Roh Kudus pasti dicurahkan kepada siapa saja yang mau percaya Kristus. Hanya sayangnya, ada saja gereja Tuhan yang mencoba menambahkan persyaratan lain untuk mendapat penyertaan Roh Kudus, dan bahkan merasa lebih berhak terhadap limpahan Roh Kudus itu. Diskriminasi yang dibangun oleh gereja Tuhan tentu melampaui apa yang dijanjikan Kristus. Oleh sebab itu, marilah kita semua kembali berpegang hanya kepada janji Kristus saja! Marilah! (BHS)
Apa kontroversi tentang Yesus Kristus akibat janji-Nya tentang Roh Kudus bagi orang yang percaya? Mari lihat Yohanes 7:40-42! “Beberapa orang di antara orang banyak, yang mendengarkan perkataan-perkataan itu, berkata: "Dia ini benar-benar nabi yang akan datang." Yang lain berkata: "Ia ini Mesias." Tetapi yang lain lagi berkata: "Bukan, Mesias tidak datang dari Galilea! Karena Kitab Suci mengatakan, bahwa Mesias berasal dari keturunan Daud dan dari kampung Betlehem, tempat Daud dahulu tinggal." Pro dan kontra tentang Yesus Kristus terjadi pada orang Yahudi. Ada yang percaya bahwa Yesus itu nabi atau Yesus itu Mesias, tetapi ada juga yang tidak percaya. Kontroversi tidak mengubah fakta tentang siapa Kristus. Tidak hanya di zaman dulu, di zaman sekarangpun kontroversi tentang siapa Yesus Kristus itu masih selalu ada di masyarakat luas. Meskipun demikian, berbagai pandangan tentang siapa Kristus itu tidak akan mengubah fakta iman bahwa Yesus Kristus adalah sang Anak Allah, sang Mesias, dan sang Juru Selamat yang diutus Allah Bapa untuk misi penebusan dosa manusia. Keyakinan ini haruslah menjadi dasar iman setiap orang percaya. Ini adalah batu karang keyakinan iman yang kokoh dan teguh di mana iman kita berdiri. Janganlah kita sekali-kali terombang-ambing dan menjadi ragu karena pluralitas pandangan di masa kini! Di atas batu karang keyakinan iman ini, jemaat Tuhan dapat menjadi saksi Kristus yang setia. Ayo tetap teguh! (BHS)
Apa akibat dari kontroversi sosok Yesus Kristus di kalangan orang-orang Yahudi? Mari lihat Yohanes 7:43-44! “Maka timbullah pertentangan di antara orang banyak karena Dia. Beberapa orang di antara mereka mau menangkap Dia, tetapi tidak ada seorangpun yang berani menyentuh-Nya.” Kontroversi pro dan kontra tentang diri Yesus Kristus telah menyebabkan pertentangan yang tajam di antara orang-orang Yahudi, sampai-sampai ada yang mau menangkap Dia. Hanya saja, karena memang waktu Tuhan belum tiba, maka tidak ada seorangpun yang berani mengganggu Yesus. Penggenapan janji keselamatan melalui pengorbanan Kristus memang harus terlaksana dalam waktu dan cara yang ditentukan Allah Bapa saja. Seperti halnya kontroversi pro dan kontra akibat kehadiran sosok Kristus dan ajaran-Nya di tengah masyarakat Yahudi di masa dulu, kontroversi pro dan kontra terus bisa terjadi sampai masa sekarang ini. Kehadiran orang Kristen ataupun gereja tetap bisa saja menimbulkan pertentangan di wilayah tertentu karena kehadirannya dirasa sebagai ancaman bagi sebagian orang. Oleh sebab itu, orang Kristen dan gereja Tuhan dipanggil untuk peka dan peduli akan kondisi sosial kemasyarakatan sehingga konflik dapat terselesaikan. Meskipun demikian, kalaupun tetap ada prasangka dan tentangan, marilah kita tetap belajar mengasihi, tetap peduli, dan tetap berbuat baik karena di dalam waktu dan cara Tuhan, pasti akan ada jalan keluar. Maukah kita? (BHS)
Mengapa para penjaga Bait Allah tidak jadi menangkap Yesus? Mari lihat laporan mereka di Yohanes 7:45-46! “Maka penjaga-penjaga itu pergi kepada imam-imam kepala dan orang-orang Farisi, yang berkata kepada mereka: "Mengapa kamu tidak membawa-Nya?" Jawab penjaga-penjaga itu: "Belum pernah seorang manusia berkata seperti orang itu!" Mahkamah Sanhedrin yaitu para imam kepala dan orang-orang Farisi rupanya telah mengutus para penjaga Bait Allah untuk menangkap Yesus. Ternyata para penjaga tidak mampu menangkap Yesus karena mereka telah mendengar perkataan Kristus yang penuh kasih, kuasa dan wibawa. Kebencian Sanhedrin memang telah membuat mereka tuli terhadap fakta. Adalah suatu ironi bahwa para pemimpin agama, yang karena kebencian, tidaklah mampu untuk mendengar perkataan Kristus yang penuh kasih, kuasa, dan wibawa, sedangkan para penjaga Bait Allah justru bisa dengan penuh kesadaran melihat fakta tentang Yesus ini. Rasa tidak suka yang bisa bermuara pada rasa benci, bisa menggerogoti kehidupan seseorang sehingga dia tidak mampu lagi melihat fakta dengan pikiran yang sehat dan jernih. Belajar dari hal ini, janganlah sampai spiritualitas kita diliputi oleh prasangka negatif dan kebencian! Marilah kita selalu waspada dan selalu memeriksa hati kita apakah terselip hal negatif itu. Dalam anugerah-Nya, marilah kita jauhkan semua itu dari kehidupan kita! (BHS)
Apa respons orang Farisi terhadap para penjaga Bait Allah yang tidak mau menangkap Yesus? Mari simak Yohanes 7:47-49! “Jawab orang-orang Farisi itu kepada mereka: "Adakah kamu juga disesatkan? Adakah seorang di antara pemimpin-pemimpin yang percaya kepada-Nya, atau seorang di antara orang-orang Farisi? Tetapi orang banyak ini yang tidak mengenal hukum Taurat, terkutuklah mereka!" Penjaga Bait Allah dan orang banyak dituduh telah disesatkan, bahkan terkutuk. Pemimpin agama yang merasa benar sendiri itu justru telah berpikir secara picik. Sikap merasa benar sendiri memang sikap yang perlu dihindari. Spiritualitas agama memang seharusnya ditunjukkan dalam kerendahan hati dan bukan kepicikan. Semakin seseorang bertumbuh dalam pengenalan akan Allah, seharusnya dia semakin memahami akan apa yang dikehendaki Allah bagi dirinya. Sikap merasa benar sendiri, pikiran picik, dan sikap arogansi tentu bukanlah tanda kedewasaan spiritualitas. Hanya saja, pemimpin agama bisa saja tergoda dan terjerumus dalam sikap kekerdilan spiritual yang justru bisa menjadi batu sandungan bagi kesaksiannya sebagai pemimpin Kristen. Oleh sebab itu, wahai para pemimpin Kristen di Indonesa, marilah kita belajar dari Kristus yang rendah hati!Seperti teladan Sang Anak Allah yang Maha Tinggi itu, marilah kita mengevaluasi kehidupan kita di dalam terang Tuhan dan belajar bersikap rendah hati. Marilah! (BHS)
Apa pembelaan Nikodemus, salah satu pemimpin Yahudi, terhadap koleganya yang berambisi menangkap dan membunuh Yesus? Mari lihat Yohanes 7:50-52! “Nikodemus, seorang dari mereka, yang dahulu telah datang kepada-Nya, berkata kepada mereka: "Apakah hukum Taurat kita menghukum seseorang, sebelum ia didengar dan sebelum orang mengetahui apa yang telah dibuat-Nya?" Jawab mereka: "Apakah engkau juga orang Galilea? Selidikilah Kitab Suci dan engkau akan tahu bahwa tidak ada nabi yang datang dari Galilea." Keluaran 23:1 adalah perintah Allah untuk tidak menyebar kabar bohong sehingga harus ada proses verifikasi, tetapi pemimpin Yahudi tidak mau dengar nasihat. Karena prasangka dan kebencian telah ada di hati para pemimpin Yahudi, maka mereka justru telah melupakan perintah Allah dan bahkan mencari-cari alasan pembenaran diri. Walaupun seakan-akan membela agama, pemimpin agama justru telah melanggar perintah agama. Betapa ironisnya ini! Karena ambisi yang tidak benar, pemimpin agama mencari-cari jastifikasi agama untuk melakukan perbuatan yang sebenarnya melanggar ajaran agama. Ini haruslah dihindari. Oleh sebab itu, wahai para pemimpin Kristen, marilah kita hindari tindakan pembenaran sepihak! Marilah kita belajar beriman dan bertindak benar sesuai Alkitab dalam segala hal sehingga terang Tuhan jadi nyata dalam keputusan kita. Maukah kita?(BHS)
Apa yang terjadi setelah peristiwa konflik antara Yesus dengan para pemimpin Yahudi di Bait Allah? Ini kisahnya di Yohanes 7:53-8:2.”Lalu mereka pulang, masing-masing ke rumahnya, tetapi Yesus pergi ke bukit Zaitun. Pagi-pagi benar Ia berada lagi di Bait Allah, dan seluruh rakyat datang kepada-Nya. Ia duduk dan mengajar mereka.” Walaupun Yesus tahu bahwa para pemimpin Yahudi membenci-Nya dan hendak menangkap-Nya, Yesus tetaplah rindu untuk mengajar orang banyak sehingga Ia datang ke Bait Allah pagi-pagi benar. Kerinduan yang besar di dalam pelayanan memang haruslah ditunjang dengan disiplin dan tekad yang besar pula. Tanpa disiplin dan tekad yang kuat, sebuah pelayanan pasti akan terbengkalai. Dari masa ke masa, banyak orang percaya di seluruh dunia yang terlibat di dalam pelayanan, baik di dalam lingkungan gereja maupun di masyakarat luas. Apapun jenis pelayanannya, adanya kerinduan besar untuk pelayanan tidaklah cukup karena, dalam kenyataan pelayanan dari hari ke hari, seringlah timbul konflik, rasa bosan, frustrasi, tentangan, problema, dan berbagai masalah lain yang bisa meredam kerinduan pelayanan. Oleh sebab itu, disiplin dan tekad adalah sikap yang harus dikembangkan dalam diri setiap pelayan Tuhan untuk dapat terus selalu setia di dalam pelayanan. Dengan terus mengharapkan anugerah dan kekuatan dari Tuhan, marilah kita belajar untuk berdisiplin dan memupuk tekad! Ayolah! (BHS)
Apa upaya yang dilakukan pemimpin Yahudi untuk menjatuhkan reputasi Yesus? Mari lihat Yohanes 8:3-5! “Maka ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah. Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus: "Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah. Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?" Buah simalakama dari kasus ini adalah bila Yesus setuju hukum Taurat, Ia bisa dituduh melanggar hukum Roma, sedangkan bila tidak setuju hukum Taurat, Ia dituduh berdosa. Karena kebencian, terjadilah kelicikan ini. Kebencian terhadap Yesus menyebabkan pemimpin Yahudi selalu berusaha mereka-reka berbagai cara untuk menjatuhkan Yesus. Menghalalkan segala cara akhirnya dilakukan untuk menggapai tujuan. Pemimpin agama yang seharusnya menjadi teladan dalam kasih, justru telah melecehkan kemanusiaan dengan kebencian mereka. Ini adalah sebuah tragedi dalam hidup beragama. Apa yang terjadi di zaman Yesus, bisa saja terjadi juga di masa sekarang ini di Indonesia bila pemimpin agama tidak mawas diri. Oleh sebab itu, marilah kita selalu waspada! Janganlah sampai kebencian kepada yang berbeda dengan kita menjadi alasan bagi kita untuk mereka-rekakan hal yang jahat kepada sesama! Ayolah! (BHS)
Bagaimana sikap Yesus dalam menghadapi mereka yang ingin menjebak-Nya melalui kasus perempuan berzinah? Ini kisah di Yohanes 8:6-7. “Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis dengan jari-Nya di tanah. Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Iapun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu." Melalui tindakan dan jawaban-Nya, Yesus telah memaksa para pemimpin Yahudi untuk memeriksa hati mereka sendiri yang keji. Kristus sungguh berhikmat. Dengan alasan kasih kepada Allah, orang yang mengaku beragama bisa saja melupakan kasih kepada sesama dengan menginjak-injak kemanusiaan. Tindakan fitnah terhadap Yesus karena alasan kebencian adalah hal yang jelas-jelas salah. Seperti yang dinasihatkan Yesus, setiap orang haruslah senantiasa memeriksa hati nuraninya apakah pikiran dan tindakannya memang keluar dari hati yang tulus ataukah keluar dari hati yang tidak benar. Oleh sebab itu, marilah kita yang mengaku beragama dan percaya kepada Kristus! Marilah kita senantiasa mengevaluasi kehidupan kita dalam terang Tuhan! Mari kita ingat bahwa tidak ada yang bisa tersembunyi dari mata Allah! Allah yang Maha Tahu terus menilik kita. (BHS)
Apa yang terjadi setelah Yesus meminta orang Yahudi untuk melemparkan batu pertama kepada perempuan yang dituduh berzinah bila mereka merasa tidak berdosa? Mari lihat kisahnya di Yohanes 8:8-9! “Lalu Ia membungkuk pula dan menulis di tanah. Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya.” Walaupun mungkin batu sudah siap di tangan untuk merajam perempuan itu, tetapi setelah mereka tersentak oleh pernyataan Yesus, orang-orang Yahudi itupun tidak ada yang berani turun tangan. Dalam hikmat ilahi, Yesus mengatasi segala kelicikan dan tipu muslihat manusia. Bertindak benar pada saat yang tepat memang memerlukan hikmat ilahi. Benarlah apa yang disampaikan Amsal 3:5-6 yaitu kita perlu sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan dengan segenap hati kita, tidak bersandar pada pengertian sendiri, dan mengakui Dia dalam segala laku kita, maka Tuhan sajalah yang akan meluruskan jalan kita. Inilah dasar kita untuk bertindak benar sesuai hikmat Tuhan dalam menghadapi segala kelicikan dan tipu muslihat manusia. Hanya sayangnya, ada saja orang percaya yang lebih mengandalkan diri sendiri, bahkan justru ikut bertindak licik dan jahat. Oleh sebab itu, marilah kita perteguh iman kita untuk boleh melandaskan segala kiprah kita dalam takut akan Tuhan! Inilah sumber dari hikmat ilahi. (BHS)
Setelah semua orang Yahudi yang mencobai Yesus meninggalkan-Nya, apa nasihat yang diberikan Yesus terhadap perempuan yang berzinah itu? Mari lihat Yohanes 8:10-11! “Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: "Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?" Jawabnya: "Tidak ada, Tuhan." Lalu kata Yesus: "Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang." Yesus Kristus tidak menghakimi perempuan itu, tetapi Ia menyuruhnya untuk tidak berbuat dosa lagi. Yesus Kristus memang datang ke dunia bukan untuk menghakimi dunia, tetapi untuk menunjukkan belas kasihan Allah kepada manusia. Inilah anugerah. Kita semua sebenarnya berada dalam posisi seperti orang-orang Yahudi dan perempuan yang berzinah karena tidak ada seorangpun di antara kita yang bisa mengatakan dirinya tidak berdosa. Bila Allah memperhitungkan segala dosa yang kita lakukan, maka sudah pastilah kita akan dihukum Allah. Tetapi dalam anugerah belas kasihan Allah yang begitu besar, di dalam Yesus Kristus, Allah memberikan anugerah pengampunan dosa bagi mereka yang mau percaya kepada Yesus Kristus, sehingga kita bisa diselamatkan. Oleh sebab itu, marilah kita hindari sikap sok suci! Marilah kita selalu datang dengan rendah hati ke hadapan Allah dan berharap pada belas kasihan-Nya! Marilah kita pergi dan tidak berbuat dosa lagi! (BHS)
Apa yang disampaikan Yesus kepada orang banyak setelah orang banyak itu melihat hikmat Yesus dalam menangani perkara perempuan yang dituduh berzinah? Ini pernyataan Yesus di Yohanes 8:12. “Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup." Karena Yesus Kristus adalah Anak Allah yang diutus Allah Bapa untuk misi penebusan dunia, maka Kristuslah sang Terang Dunia. Tanpa Kristus, dunia yang gelap dan jahat tidak mungkin bisa terang. Bagi mereka yang percaya kepada Kristus, maka Roh Kristus yaitu Roh Kudus akan menyertai dan menerangi kehidupan orang percaya senantiasa. Di tengah-tengah dunia yang bengkok dan gelap, dosa adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Dalam hikmat dan kekuatan dirinya sendiri, manusia mencoba keluar dari kegelapan dosa tetapi ternyata sia-sia belaka. Tidak ada jalan lain! Allah Bapa dalam hikmat dan kasih-Nya yang besar telah membuat rencana agung penyelamatan melalui Yesus Kristus, anak-Nya yang tunggal. Dialah satu-satunya yang diutus Allah untuk menyelesaikan masalah dosa. Itulah sebabnya Kristus adalah sang Terang Dunia. Melalui penyertaan Roh Kudus, orang percaya mempunyai terang dalam kehidupannya. Oleh sebab itu, marilah kita hidup dalam kodrat ilahi tersebut dengan hidup benar dan menghindari yang jahat! (BHS)
Apa komentar orang-orang Farisi yang tidak suka kepada Kristus setelah mereka mendengar kesaksian Yesus bahwa Ialah terang dunia? Ini komentar mereka di Yohanes 8:13-14. “Kata orang-orang Farisi kepada-Nya: "Engkau bersaksi tentang diri-Mu, kesaksian-Mu tidak benar." Jawab Yesus kepada mereka, kata-Nya: "Biarpun Aku bersaksi tentang diri-Ku sendiri, namun kesaksian-Ku itu benar, sebab Aku tahu, dari mana Aku datang dan ke mana Aku pergi. Tetapi kamu tidak tahu, dari mana Aku datang dan ke mana Aku pergi.” Tuduhan orang Farisi itu tidak benar. Sebagai Anak Allah, Yesus Kristus tahu bahwa Dia datang dari Allah Bapa yang telah mengutusnya ke dunia untuk membawa terang bagi dunia. Yesus memang terang dunia. Karena Yesus adalah Allah maka perkataan Yesus adalah firman Allah. Pernyataan Yesus bahwa Ia adalah terang dunia adalah sebuah kebenaran ilahi. Sang Terang Dunia diutus Allah untuk membawa terang bagi dunia yang penuh dengan kegelapan. Betapa beruntungnya manusia! Memang, bagi mereka yang membenci Yesus, mereka pasti akan mencoba mencari-cari kesalahan-Nya. Segala tuduhan, berita bohong dan tipu muslihat pastilah akan selalu coba di-viral-kan. Meskipun demikian, kebenaran adalah seperti matahari pagi yang selalu terbit dari timur. Baik orang mau percaya ataupun tidak, matahari tetap terbit dari timur. Kebenaran akan selalu benar terlepas apakah orang mau mempercayainya atau tidak. (BHS)
Apa tanggapan Yesus terhadap orang Farisi yang mengatakan bahwa kesaksian Yesus sebagai terang dunia adalah tidak benar? Ini tanggapan Yesus di Yohanes 8:15-16. “Kamu menghakimi menurut ukuran manusia, Aku tidak menghakimi seorangpun, dan jikalau Aku menghakimi, maka penghakiman-Ku itu benar, sebab Aku tidak seorang diri, tetapi Aku bersama dengan Dia yang mengutus Aku.” Penghakiman orang Farisi terhadap Yesus telah dilakukan menurut ukuran manusia yang terbatas dan bisa dipengaruhi oleh prasangka serta emosi negatif seperti rasa tidak suka. Yesus Kristus berbeda. Yesus tidak menghakimi seperti orang Farisi. Karena Allah Anak dan Allah Bapa satu adanya, maka penghakiman-Nya pasti benar. Sikap orang Farisi yang merasa benar sendiri menyebabkan mereka dengan mudah menghakimi orang lain. Sikap menghakimi yang bersifat subyektif, dilandasi prasangka, serta emosi negatif bisa menyebabkan penghakiman yang tidak benar di mata Allah. Oleh sebab itulah, sikap menghakimi dengan semena-mena, apalagi didasarkan atas prasangka dan rasa tidak suka, haruslah dihindarkan. Sikap rendah hati serta sikap kehati-hatian dalam menimbang suatu masalah perlu ada pada setiap orang percaya. Marilah kita ingat senantiasa! Hanya penghakiman Allah saja yang pasti benar! Penghakiman manusia dalam hikmatnya yang terbatas itu tentu bisa saja salah. Jadi, janganlah gegabah! Tetaplah rendah hati! (BHS)
Bagaimana Yesus Kristus menyatakan kebenaran kesaksian diri-Nya sebagai terang dunia? Mari simak apa yang dikatakan Yesus di Yohanes 8:17-18! “Dan dalam kitab Tauratmu ada tertulis, bahwa kesaksian dua orang adalah sah; Akulah yang bersaksi tentang diri-Ku sendiri, dan juga Bapa, yang mengutus Aku, bersaksi tentang Aku." Kesaksian Yesus Kristus bahwa diri-Nya adalah terang dunia telah menyebabkan orang Yahudi menuduh bahwa kesaksian-Nya tidaklah benar. Tetapi, dengan mengacu kepada ketentuan di Ulangan 19:15 yang mengharuskan adanya kesaksian lebih dari satu orang, maka benarlah pernyataan Yesus Kristus bahwa diri-Nya adalah terang dunia karena ada kesaksian Allah Bapa dan Allah Anak. Setelah baptisan Yesus Kristus, kesaksian Allah Bapa tentang Yesus Kristus dengan jelas telah dinyatakan di Matius 3:17 di mana Allah Bapa menyatakan: “"Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan." Oleh sebab itu, apapun yang disampaikan Yesus Kristus, pastilah itu berkenan kepada Allah Bapa karena Bapa dan Anak adalah satu adanya. Dengan demikian, bila Yesus Kristus menyampaikan bahwa Ia adalah terang dunia, maka ini adalah sebuah kebenaran ilahi. Yesus Kristus memang terang bagi dunia yang telah jatuh dalam dosa. Hanya di dalam Kristus dan melalui Kristus sajalah, manusia bisa memperoleh terang yang sejati. Wahai orang percaya, marilah kita perteguh iman kita dalam Yesus Kristus! Ayolah! (BHS)
Apa yang dikatakan Yesus Kristus kepada orang Farisi yang meragukan kesaksian Allah Bapa tentang diri-Nya? Mari simak Yohanes 8:19-20! “Maka kata mereka kepada-Nya: "Di manakah Bapa-Mu?" Jawab Yesus: "Baik Aku, maupun Bapa-Ku tidak kamu kenal. Jikalau sekiranya kamu mengenal Aku, kamu mengenal juga Bapa-Ku." Kata-kata itu dikatakan Yesus dekat perbendaharaan, waktu Ia mengajar di dalam Bait Allah. Dan tidak seorangpun yang menangkap Dia, karena saat-Nya belum tiba.” Karena Allah Bapa dan Yesus Kristus adalah satu adanya, maka mengenal Kristus berarti mengenal Allah Bapa. Tanpa melalui Yesus Kristus, tidak ada seorang manusiapun dapat mengenal Allah Bapa, sang pencipta alam semesta, dengan benar. Ada saja orang di dunia ini yang meragukan akan keAllahan Yesus Kristus, yaitu status-Nya sebagai Anak Tunggal Allah Bapa. Bagaimana mungkin manusia mengaku sebagai Allah? Bukankah ini sebuah penistaan terhadap Allah yang Maha Tinggi? Bagaimana bisa manusia disamakan dengan Allah? Ini bukanlah suatu kemustahilan. Ini justru dasar utama dari iman Kristiani kita. Allah Bapa, dalam kuasa-Nya, telah mengutus Yesus Kristus untuk misi penyelamatan manusia. Tidak ada jalan lain! Allah sendiri yang harus mewujudkan diri dalam rupa manusia untuk menjalankan misi-Nya bagi kita. Hanya melalui Yesus Kristus sajalah, manusia yang mau percaya Kristus memperoleh kehidupan yang kekal bersama Allah di sorga. (BHS)
Apa yang akan terjadi bila seseorang mencari Yesus tetapi ia tidak percaya bahwa Yesus Kristus adalah sang terang dunia yang membawa keselamatan? Mari lihat Yohanes 8:21-22! “Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak: "Aku akan pergi dan kamu akan mencari Aku tetapi kamu akan mati dalam dosamu. Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang." Maka kata orang-orang Yahudi itu: "Apakah Ia mau bunuh diri dan karena itu dikatakan-Nya: Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang?" Bila seseorang mencari Yesus seperti orang Farisi yang merasa benar sendiri, maka dia akan tetap mati di dalam dosanya. Tetapi, bagi yang mencari Kristus dengan sungguh hati, pastilah dia akan menemukan-Nya. Seperti halnya di zaman Kristus, orang mencari dan mengikut Kristus dengan berbagai macam motivasi. Ada orang yang mencari Kristus seperti orang Farisi dan ahli Taurat yang ingin menjatuhkan Kristus. Ada pula orang yang mencari Kristus karena mengharapkan mujizat kesembuhan. Ada juga orang yang mencari Kristus untuk mengejar keuntungan dan popularitas. Tentu saja, ada orang yang mengikut Kristus dengan tulus hati. Yesus Kristus, sang Anak Allah, tentu tahu segala isi hati manusia. Dengan belajar dari masa lalu, kita yang mengaku percaya Kristus, perlu menilik hati, mengapa kita mengikut Kristus. Biarlah Kristus menemukan ketulusan hati kita dalam mengikut-Nya dan bukan kemunafikan! (BHS)
Apa yang disampaikan Yesus kepada orang banyak yang mendengarkan-Nya di Bait Allah? Mari dengar perkataan Yesus di Yohanes 8:23-24! “Lalu Ia berkata kepada mereka: "Kamu berasal dari bawah, Aku dari atas; kamu dari dunia ini, Aku bukan dari dunia ini. Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu." Dengan tegas Yesus menyampaikan bahwa Dia bukan dari dunia ini tetapi dari sorga karena Dialah sang Anak Allah. Bila orang banyak tidak mau percaya kepada Kristus, sang Mesias itu, maka mereka akan mati kekal. Kebenaran dalam Kristus inilah yang harus diimani oleh setiap orang percaya. Fakta bahwa Yesus Kristus bukanlah berasal dari dunia ini tetapi dari sorga, merupakan fakta yang sering tidak dipercayai oleh banyak orang. Bagaimana mungkin seorang manusia tidak berasal dari dunia ini? Memang bagi manusia, ini adalah sebuah hal yang mustahil dan misteri yang tidak masuk di akal manusia. Tetapi, di dalam iman pada kesaksian Alkitab, fakta bahwa Yesus Kristus adalah Allah yang menjelma sebagai manusia adalah sebuah kebenaran dari Allah. Inilah fondasi dasar iman Kristiani kita. Oleh sebab itu, janganlah kita sekali-kali meragukan akan ke-Allah-an Yesus Kristus! Melalui iman percaya kepada Kristus sajalah, kita memperoleh hidup kekal. Marilah kita perteguh fondasi dasar iman kita atas Yesus Kristus saja! (BHS)
Apa tanggapan Yesus terhadap ejekan dari orang banyak yang tidak menyukai-Nya? Mari lihat Yohanes 8:25-26! “Maka kata mereka kepada-Nya: "Siapakah Engkau?" Jawab Yesus kepada mereka: "Apakah gunanya lagi Aku berbicara dengan kamu? Banyak yang harus Kukatakan dan Kuhakimi tentang kamu; akan tetapi Dia, yang mengutus Aku, adalah benar, dan apa yang Kudengar dari pada-Nya, itu yang Kukatakan kepada dunia.” Pada kesempatan sebelumnya, Yesus sudah mengungkapkan bahwa diri-Nya adalah sang Terang Dunia yang diutus Allah Bapa, tetapi orang banyak meragukannya. Bila seseorang sudah mengeraskan hati, kesaksian ataupun penjelasan apapun tidak akan didengarnya. Kekerasan hati seseorang bisa menimbulkan fanatisme yang tidak sehat. Sikap seperti orang Yahudi yang tidak suka kepada Yesus pada zaman dulu itu terus berlangsung sampai saat sekarang ini. Prasangka dan kecurigaan terhadap orang-orang Kristen bisa saja terbentuk karena didikan dan lingkungan yang penuh kecurigaan. Ditambah dengan sikap dan kesaksian orang Kristen yang sering menjadi batu sandungan, tidaklah heran bila prasangka dan kecurigaan itu teruslah berlangsung turun temurun. Oleh sebab itu, wahai umat percaya, marilah kita membangun kesaksian yang baik terhadap semua orang dalam pergaulan yang inklusif di manapun kita berada! Melaluinya, nama Tuhan saja yang akan dimuliakan. (BHS)
Apa tanggapan Yesus terhadap orang banyak yang tidak memahami bahwa Ia berasal dari Allah Bapa? Mari lihat Yohanes 8:27-28! “Mereka tidak mengerti, bahwa Ia berbicara kepada mereka tentang Bapa. Maka kata Yesus: "Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia, dan bahwa Aku tidak berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri, tetapi Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku.” Yesus Kristus, sang Anak Manusia itu, memang ditinggikan sewaktu Ia mati, sewaktu Ia bangkit, dan sewaktu Ia naik ke sorga. Melaluinya, orang banyak akan tahu bahwa Kristuslah sang Anak Allah. Dalam ketaatan, Yesus hanya menjalankan kehendak Allah Bapa. Setelah melihat kematian, kebangkitan, dan kenaikan Yesus Kristus ke sorga, banyak orang Yahudi akhirnya menyadari bahwa Yesus Kristus adalah sang Anak Allah yang diutus Allah Bapa. Segala sesuatu yang dikatakan dan diperbuat Yesus Kristus adalah semata-mata dalam kehendak Allah Bapa saja. Dengan demikian, mengenal dan menaati Yesus Kristus adalah sama dengan mengenal dan menaati Allah Bapa. Inilah dasar utama dari iman kristiani kita. Tanpa Yesus Kristus, tidak ada iman Kristen. Oleh sebab itu, setiap orang Kristen harus benar-benar memperteguh iman-Nya atas landasan batu karang yang teguh yaitu Yesus Kristus. Hanya di dalam Kristuslah kita bisa mengenal dan menyembah Allah. (BHS)
Bagaimana kesatuan antara Yesus Kristus dan Allah Bapa diungkapkan oleh Yesus? Mari dengar perkataan Yesus di Yohanes 8:29! “Dan Ia, yang telah mengutus Aku, Ia menyertai Aku. Ia tidak membiarkan Aku sendiri, sebab Aku senantiasa berbuat apa yang berkenan kepada-Nya." Allah Bapa memang telah mengutus Yesus Kristus untuk menjalankan misi penebusan manusia. Meskipun demikian, di dalam kesatuan Tri Tunggal, Allah Bapa tetap menyertai Yesus Kristus senantiasa. Segala pikiran, kehendak, dan perbuatan Yesus Kristus selalu berkenan di hati Allah Bapa karena Allah Bapa dan Allah Anak adalah satu adanya. Kesatuan yang hakiki inilah yang melandasi iman Kristen dari dulu, sekarang, dan sampai selamanya. Bagaimana kita memandang setiap pernyataan Yesus dari sisi kemanusiaan Yesus? Hanya ada dua alternatif pandangan yaitu kita melihat Yesus sebagai manusia yang tulus dan benar atau manusia sang pembohong besar. Bila kita percaya bahwa Yesus adalah manusia benar, maka segala yang disampaikan Yesus adalah benar adanya. Oleh sebab itu, bila Yesus menyatakan bahwa Allah Bapa mengutus-Nya dan selalu menyertai-Nya, maka ini adalah suatu kebenaran. Pada peristiwa baptisan Yesuspun, Allah Bapa juga jelas-jelas telah menyatakan bahwa Yesus Kristus adalah Anak yang dikasihi dan Allah berkenan kepada-Nya. Jadi, janganlah kita meragukan segala pernyataan Kristus karena segala pernyataan-Nya pasti benar! (BHS)
Apa yang yang dijanjikan Yesus kepada orang Yahudi yang percaya kepada-Nya karena mendengar ajaran-Nya? Mari lihat Yohanes 8:30-32! “Setelah Yesus mengatakan semuanya itu, banyak orang percaya kepada-Nya. Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu." Yesus Kristus telah berjanji bahwa bila murid-murid-Nya mau sungguh-sungguh percaya dan menghidupi Firman-Nya maka mereka akan mengetahui kebenaran dan kebenaran itu akan memerdekakan mereka dari kehidupan yang fasik dan bodoh. Firman Kristus adalah berita kebenaran yang memerdekakan bagi mereka yang mau menaatinya. Inilah janji Kristus yang harus dipegang dan dihidupi oleh setiap murid Kristus. Tanpa kebenaran di dalam Kristus, manusia akan hidup dalam belenggu dosa yang berbuah pada hidup fasik dan jahat di mata Tuhan. Oleh sebab itu, bila kita ingin hidup merdeka dan hidup berbahagia selama hidup di dunia bahkan sampai pada kekekalan nanti, tidak ada jalan lain. Kita harus mengetahui kebenaran dalam Yesus Kristus dan menaati firman-Nya. Yesus Kristus yang bersama dengan Allah Bapa sejak pada mulanya itu, tahu betul apa yang baik bagi hidup manusia. Masalahnya, apakah kita mau mendengar nasihat Kristus yang memerdekakan itu? Apa jawab kita? (BHS)
Apa tanggapan orang-orang Yahudi yang percaya Kristus sewaktu mereka mendengar bahwa di dalam mereka menaati Firman Kristus mereka akan dimerdekakan? Ini tanggapan mereka di Yohanes 8:33. “Jawab mereka: "Kami adalah keturunan Abraham dan tidak pernah menjadi hamba siapapun. Bagaimana Engkau dapat berkata: Kamu akan merdeka?" Orang Yahudi yang baru percaya Kristus itu tidak paham maksud Kristus. Latar belakang sebagai keturunan Abraham itu rupanya telah membuat mereka menjadi berpikiran picik sehingga mereka melupakan fakta sejarah bahwa mereka dulunya adalah bangsa budak di tanah Mesir. Pikiran picik memang bisa menghalangi orang percaya untuk memahami maksud Kristus. Pikiran picik adalah pikiran yang melihat sesuatu secara sempit dan penuh prasangka buruk. Pikiran seperti ini bisa saja berkembang karena adanya budaya diskriminatif, pergaulan eksklusif, serta didikan manipulatif yang berwawasan sempit. Pikiran picik ini juga bisa menghasilkan sikap intoleransi dan sikap ekstremisme yang tidak sehat. Hal seperti ini tentu saja bisa terjadi juga di kalangan Kristen sehingga orang percaya jadi mengabaikan perintah Allah untuk mengasihi sesama. Oleh sebab itu, marilah kita mawas diri dan menghindari pikiran picik yang berwawasan sempit! Mari kita buang jauh-jauh segala prasangka buruk yang membelenggu pikiran kita! Terang Kristus pastilah akan lebih nyata melalui hidup kita. (BHS)
Apa yang diajarkan Yesus kepada orang Yahudi yang baru saja percaya kepada Yesus tentang kemerdekaan yang sesungguhnya? Mari dengarkan Yohanes 8:34-36! “Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa. Dan hamba tidak tetap tinggal dalam rumah, tetapi anak tetap tinggal dalam rumah. Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka." Semua manusia pada hakekatnya adalah hamba dosa sehingga tidak dapat tinggal di rumah Bapa di sorga. Hanya karena Yesus Kristus, sang Anak Allah, mau mengorbankan diri-Nya sebagai tebusan dosa, maka mereka yang mau percaya pada Kristus, bisa merdeka dari dosanya. Sepanjang sejarah manusia, kemerdekaan dari jerat dosa telah coba diupayakan manusia melalui berbagai perbuatan baik, macam-macam ritual penyucian diri, aneka persembahan sesajian, ataupun rangkaian doa serta mantera. Di mata Allah, semuanya itu rupanya sia-sia belaka karena penebusan atas dosa hanya bisa dilakukan melalui korban yang sempurna. Oleh sebab itulah, Allah Bapa sendiri yang menyediakan korban sempurna itu yaitu Anak Domba Allah, Yesus Kristus. Hanya melalui pengorbanan Yesus Kristus sajalah, jalan kepada Allah Bapa di sorga terbuka bagi mereka yang mau percaya. Inilah kemerdekaan yang sejati. Marilah kita tetap hidup di dalam kemerdekaan Kristus dengan tetap hidup dalam kebenaran! (BHS)
Apa yang terjadi pada orang Yahudi yang katanya sudah percaya Kristus tetapi mereka tidak mau belajar memahami perkataan Kristus dan menerapkannya dalam hidup mereka? Mari simak teguran Kristus di Yohanes 8:37-38! “Aku tahu, bahwa kamu adalah keturunan Abraham, tetapi kamu berusaha untuk membunuh Aku karena firman-Ku tidak beroleh tempat di dalam kamu. Apa yang Kulihat pada Bapa, itulah yang Kukatakan, dan demikian juga kamu perbuat tentang apa yang kamu dengar dari bapamu." Bila seseorang mengaku percaya Kristus tetapi tidak sungguh-sungguh mau mendengar dan menaati Firman-Nya, maka dia bukanlah sungguh-sungguh pengikut Kristus. Menaati perkataan Kristus berarti menaati Allah Bapa. Kemauan untuk mendengar dan kemudian menaati Firman Tuhan adalah memang ciri utama dari seorang Kristen. Hanya saja sayangnya pada masa sekarang ini, sering kali kekristenan tereduksi menjadi sekedar statistik mayoritas minoritas semata, baik terkait primordialisme agama maupun terkait kepentingan politik sesaat. Membaca dan mendengar Firman bisa jadi hanya sekedar ritual saja, apalagi menaatinya. Ambisi politik, keinginan kaya, kesibukan kerja, filsafat dunia, dan berbagai alasan lain, nyata-nyata telah menggerus iman Kristen. Oleh sebab itu, wahai umat percaya, marilah kita mawas diri dan kembali belajar mendengar dan menaati Firman! Inilah panggilan kita semua sebagai pengikut Kristus yang sejati. (BHS)
Apa tanggapan Yesus Kristus terhadap orang Yahudi yang merasa bangga sebagai keturunan Abraham! Mari simak Yohanes 8:39-41a! “Jawab mereka kepada-Nya: "Bapa kami ialah Abraham." Kata Yesus kepada mereka: "Jikalau sekiranya kamu anak-anak Abraham, tentulah kamu mengerjakan pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham. Tetapi yang kamu kerjakan ialah berusaha membunuh Aku; Aku, seorang yang mengatakan kebenaran kepadamu, yaitu kebenaran yang Kudengar dari Allah; pekerjaan yang demikian tidak dikerjakan oleh Abraham. Kamu mengerjakan pekerjaan bapamu sendiri." Kebanggaan primordialisme keturunan rupanya telah menutup hati orang Yahudi terhadap kebenaran Allah. Ini tidaklah benar. Sikap primordialisme sebagai keturunan Abraham telah menimbulkan kesombongan rohani dalam diri orang Yahudi. Akibatnya, mereka merasa lebih benar dari orang lain. Dengan sikap seperti itu, orang Yahudi akhirnya tidak meneladani iman Abraham dan bahkan melawan kebenaran Allah. Sikap primordialisme ini memang haruslah dihindari. Sikap eksklusif seperti ini bahkan bisa menghambat orang Kristen untuk peka terhadap pergumulan dan penderitaan sesama. Terang kehidupan kristiani akhirnya menjadi terkungkung di bawah gantang. Marilah kita belajar menghilangkan primordialisme di kalangan umat percaya apapun bentuknya! Niscaya terang Tuhan akan makin nyata di mana-mana. (BHS)
Orang Yahudi menyangkal bahwa mereka telah menyembah Allah lain. Bagaimana tanggapan Yesus di Yohanes 8:41b-42 tentang hal ini? Simak ini! “Jawab mereka: "Kami tidak dilahirkan dari zinah. Bapa kami satu, yaitu Allah." Kata Yesus kepada mereka: "Jikalau Allah adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku, sebab Aku keluar dan datang dari Allah. Dan Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku.” Bukti bahwa seseorang sungguh-sungguh meninggikan dan menyembah Allah Bapa adalah bila ia mengasihi Yesus Kristus. Karena Yesus Kristus datang dari Allah dan diutus oleh Allah dalam kehendak Allah Bapa, maka mengasihi Yesus Kristus berarti mengasihi Allah Bapa. Iman Kristen didasarkan atas pengakuan bahwa Yesus Kristus adalah Anak Tunggal Allah yang diutus Allah Bapa untuk menebus dosa umat manusia melalui pengorbanan di kayu salib. Karena Allah Bapa dan Yesus Kristus adalah satu adanya, maka tidaklah benar bila seseorang mengaku memiliki kehidupan yang menaati Allah tetapi malahan membenci Yesus Kristus. Ketaatan kita kepada Allah itu haruslah sejalan dengan ketaatan kita kepada Yesus Kristus. Bila tidak, ketaatan kita itu hanya ketaatan semu di mata manusia dan bukan ketaatan di mata Allah. Oleh sebab itu, wahai umat Tuhan, marilah kita sungguh-sungguh belajar mengasihi dan menaati Yesus Kristus! Allah pasti berkenan atas kesungguhan hati kita. (BHS)
Siapakah yang menjadi penyebab sehingga orang Yahudi membenci Yesus? Yesus menjelaskan di Yohanes 8:43-44! “Apakah sebabnya kamu tidak mengerti bahasa-Ku? Sebab kamu tidak dapat menangkap firman-Ku. Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta.” Orang Yahudi tidak memahami Firman Tuhan karena mereka percaya pada dusta Iblis. Akibatnya, mereka hidup dalam dusta dan tidak hidup dalam kebenaran. Iblis memang harus dihindari. Dari masa ke masa, Iblis selalu berusaha untuk menyebarkan kebohongan supaya orang percaya kepada dusta. Tak heranlah bila Iblis disebut sebagai bapa segala dusta. Berbagai filsafat dunia, kenikmatan hidup, kekayaan, dan kekuasaan, bisa saja menjadi sarana Iblis untuk menebar kebohongan. Juga maraknya hoax atau berita bohong yang beredar di masyarakat telah menunjukkan betapa gencarnya Iblis mencoba untuk menghancurkan kebenaran. Oleh sebab itu, marilah kita mendengar peringatan Yesus Kristus untuk selalu berpegang pada Firman kebenaran! Janganlah kita tergoda oleh tawaran mematikan dari sebuah dusta karena semua upaya dusta adalah pekerjaan Iblis! Waspadalah! (BHS)
Apa dampak pekerjaan Iblis, bapa dari segala dusta? Ini Firman Kristus di Yohanes 8:45-46. “Tetapi karena Aku mengatakan kebenaran kepadamu, kamu tidak percaya kepada-Ku. Siapakah di antaramu yang membuktikan bahwa Aku berbuat dosa? Apabila Aku mengatakan kebenaran, mengapakah kamu tidak percaya kepada-Ku?” Karena Yesus menyatakan kebenaran, maka orang Yahudi yang dipengaruhi Iblis, tidaklah percaya pada perkataan Kristus. Walaupun orang Yahudi menuduh Yesus telah berbuat dosa, tetapi mereka tidak bisa membuktikannya. Meskipun demikian, mereka tetap saja tidak mau percaya kepada kebenaran. Percaya kepada dusta Iblis memang pastilah melawan kebenaran. Dusta atau kebohongan memanglah musuh dari kebenaran. Seperti air dan minyak yang tidak dapat bersatu, dusta dan kebenaran tidaklah dapat tinggal bersama karena percaya kepada dusta pastilah melawan kebenaran. Bila Kristus adalah kebenaran dan kita mau hidup dalam Kristus, kita harus hidup dalam kebenaran dan membuang jauh kebohongan dalam hidup. Inilah yang seharusnya. Tetapi sayangnya, kita sebagai orang yang mengaku percaya kepada Kristus, kita sering tetap masih menyukai kebohongan demi menggapai ambisi kita dan demi kenyamanan hidup. Oleh sebab itu, marilah kita memperbaharui komitmen kita dengan menjauhi dusta. Marilah kita belajar hidup benar dan menjauhi kemunafikan! (BHS)
Apa yang membedakan antara orang yang sungguh-sungguh dan orang yang tidak sungguh-sungguh percaya kepada Allah? Mari dengarkan perkataan Kristus di Yohanes 8:47! “Barangsiapa berasal dari Allah, ia mendengarkan firman Allah; itulah sebabnya kamu tidak mendengarkannya, karena kamu tidak berasal dari Allah." Mendengar dan menaati Firman Allah adalah ciri utama apakah seseorang percaya kepada Allah dengan sungguh hati atau tidak. Hanya mereka yang telah menerima kelahiran baru dalam kerajaan Allah melalui iman dalam Yesus Kristus sajalah yang berasal dari Allah. Bila manusia tidak mau mendengarkan suara Kristus, dengan tegas Kristus menyampaikan bahwa mereka tidaklah berasal dari Allah. Kemauan untuk mendengar dan menaati Yesus Kristus adalah hal yang sangat mendasar dalam iman Kristen. Karena Yesus Kristus dan Allah Bapa mempunyai kesatuan dalam kehendak, maka segala perkataan Kristus adalah perkataan Allah sendiri. Perkataan Kristus memang adalah kebenaran yang sejati. Inilah keyakinan iman yang seharusnya ada pada setiap orang Kristen. Hanya saja, di tengah masyarakat masa kini yang serba modern dan bebas, seseorang yang menaati sebuah otoritas iman seperti ini sering kali dicemooh dan dilecehkan. Oleh sebab itu, marilah kita saling meneguhkan iman percaya kita untuk menaati segala perkataan Kristus! Melalui ketaatan, Tuhan pasti akan menjadikan kita saluran berkat. (BHS)
Apa jawab orang-orang Yahudi atas teguran Yesus yang mengatakan bahwa mereka tidak hidup dalam kebenaran dan tidak berasal dari Allah? Mari lihat Yohanes 8:48-49! “Orang-orang Yahudi menjawab Yesus: "Bukankah benar kalau kami katakan bahwa Engkau orang Samaria dan kerasukan setan?" Jawab Yesus: "Aku tidak kerasukan setan, tetapi Aku menghormati Bapa-Ku dan kamu tidak menghormati Aku.” Orang-orang Yahudi bermaksud merendahkan Yesus Kristus dengan ungkapan kata ‘orang Samaria’. Bahkan, mereka menuduh Yesus kerasukan setan. Bila seseorang ada di jalan sesat, teguran yang benar memang sering membuat orang kesal dan marah. Fakta kebenaran memanglah sering menyakitkan. Karena Yesus Kristus menghormati Allah Bapa, maka Dia dengan tulus hati menegur orang Yahudi yang merasa telah hidup benar. Kehidupan mereka yang munafik itu pastilah tidak dikenan Tuhan. Mereka tidak menyukai Yesus dan tidaklah menghormati-Nya. Respons seperti ini tidaklah terjadi hanya di zaman Yesus saja tetapi juga terjadi sampai masa sekarang ini. Teguran Tuhan melalui khotbah, renungan Firman, ataupun dalam berbagai cara lainnya seringkali tidak disukai orang karena kebenaran Firman menelanjangi kegelapan dalam diri orang tersebut. Oleh sebab itu, wahai orang percaya, marilah kita peka dan terbuka akan teguran Firman! Hanya melalui ketaatan pada Firman Tuhan sajalah, kebenaran akan dapat ditegakkan. (BHS)
Bagaimana respons Yesus sewaktu orang Yahudi mencoba merendahkan bahkan menghina diri-Nya? Mari lihat respons Yesus di Yohanes 8:50-51! “Tetapi Aku tidak mencari hormat bagi-Ku: ada Satu yang mencarinya dan Dia juga yang menghakimi. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya." Karena Yesus Kristus memang telah merendahkan diri-Nya sebagai hamba bagi semua dan tidak mencari kemuliaan bagi diri sendiri, maka hinaan orang Yahudi tidaklah membuat-Nya marah. Yesus sadar betul bahwa hanya bagi Allah Bapa, sang Hakim yang adil, segala hormat dan kemuliaan. Mendengar dan meneladani Kristus memang jalan untuk terhindar dari maut kekal. Sikap Kristus memang harus selalu menjadi pedoman hidup bagi setiap orang percaya. Seperti halnya Yesus yang mau merendahkan diri-Nya menjadi hamba yang melayani semua, kitapun dipanggil untuk meneladani sikap Kristus ini. Sikap kerendahan hati sewaktu dihina akan menolong kita untuk bersikap benar di hadapan Tuhan. Ini memang tantangan tersulit bagi kehidupan orang percaya karena dunia sekitar kita pasti mendorong kita untuk menjaga gengsi dan martabat kita. Oleh sebab itu, marilah kita meminta kekuatan dari Roh Kudus untuk kita bisa meneladani sikap Kristus dan menaati perintah-Nya! Marilah kita menaati Kristus yang telah menghindarkan kita dari maut kekal! Janganlah kita bimbang dan ragu! (BHS)
Seperti apakah tanggapan orang Yahudi atas pernyataan Yesus untuk mereka terhindar dari maut kekal? Mari lihat Yohanes 8:52-53! “Kata orang-orang Yahudi kepada-Nya: "Sekarang kami tahu, bahwa Engkau kerasukan setan. Sebab Abraham telah mati dan demikian juga nabi-nabi, namun Engkau berkata: Barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya. Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kita Abraham, yang telah mati! Nabi-nabipun telah mati; dengan siapakah Engkau samakan diri-Mu?" Dalam kebanggaan mereka terhadap Abraham dan para nabi, orang Yahudi tidak peduli akan rencana agung Allah untuk penyelamatan manusia yang telah direncanakan sejak dulu. Setelah manusia jatuh dalam dosa, Allah telah mempunyai rencana agung untuk menebus manusia melalui pengorbanan Yesus Kristus. Untuk melaksanakan rencana itulah, Allah memanggil Abraham dari Ur Kasdim untuk menjadi nenek moyang Yesus Kristus. Para nabilah yang diutus Allah untuk menubuatkan sang Mesias yaitu Kristus. Kesombongan rohani orang Yahudi justru menghalangi mereka untuk melihat kebenaran Allah ini. Seperti di zaman dulu, di zaman sekarangpun ada saja orang yang dalam fanatisme agama yang salah, justru mengabaikan Kristus dan karya penyelamatan-Nya. Oleh sebab itu, marilah kita mawas diri dan belajar memahami berita Perjanjian Lama dalam terang rencana agung Allah dalam Kristus! (BHS)
Dalam percakapan mereka dengan Yesus, orang Yahudi menganggap rendah Yesus. Apa jawab Yesus atas sikap mereka? Yohanes 8:54-55a mengungkapkannya. “Jawab Yesus: "Jikalau Aku memuliakan diri-Ku sendiri, maka kemuliaan-Ku itu sedikitpun tidak ada artinya. Bapa-Kulah yang memuliakan Aku, tentang siapa kamu berkata: Dia adalah Allah kami, padahal kamu tidak mengenal Dia, tetapi Aku mengenal Dia.” Orang Yahudi senang bersikap sok suci dan meninggikan diri. Tetapi sikap Yesus Kristus berbeda. Ia tetap rendah hati dan mau melayani karena kemuliaan Yesus Kristus adalah dari Allah Bapa saja dan bukan dari manusia. Mengaku mengenal Allah dan merasa sok suci adalah kesia-siaan karena kemuliaan hanyalah dari Allah saja. Sikap sok suci adalah sikap yang harus diwaspadai oleh setiap orang percaya. Seperti halnya orang Yahudi di zaman Yesus yang mengaku mengenal Allah dan menganggap orang lain lebih rendah secara rohani, orang Kristen pada zaman sekarangpun bisa dihinggapi penyakit sok suci seperti itu. Spritualitas malah akhirnya sering menjadi kebanggaan diri. Spiritualitas seseorang bukanlah ditentukan oleh keyakinan akan kesucian dirinya sendiri, tetapi bergantung kepada bagaimana dia di mata Allah. Oleh sebab itu, sebagai orang percaya, marilah kita belajar rendah hati tentang spiritualitas kita dan tidak bersikap sok suci! Marilah kita belajar dari kerendahan hati Yesus Kristus dengan tidak mencari kemuliaan diri sendiri saja! Ayolah! (BHS)
Apa yang disampaikan Yesus Kristus kepada orang Yahudi yang mengaku mengenal Allah dan membanggakan diri sebagai keturunan Abraham? Mari lihat Yohanes 8:55b-56! “Dan jika Aku berkata: Aku tidak mengenal Dia, maka Aku adalah pendusta, sama seperti kamu, tetapi Aku mengenal Dia dan Aku menuruti firman-Nya. Abraham bapamu bersukacita bahwa ia akan melihat hari-Ku dan ia telah melihatnya dan ia bersukacita." Tidak seperti orang Yahudi, Yesus Kristus sungguh-sungguh mengenal Allah Bapa dan menuruti Firman-Nya. Tetapi, walaupun orang Yahudi mengaku mengenal Allah, mereka tidak memiliki iman Abraham yang menantikan janji Allah akan kedatangan sang Mesias. Seperti yang dinyatakan di Ibrani 11:1 bahwa “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.”, maka orang Kristen di masa kini telah mendapatkan anugerah untuk beriman dan mengenal Yesus Kristus. Kita tidaklah seperti Abraham yang masih menantikan kedatangan Kristus. Kalau Abraham secara iman dapat bersukacita karena Kristus, terlebih lagi kita di masa kini. Kristus sudah datang dan Dia telah berjanji untuk menyertai kita senantiasa. Oleh sebab itu, marilah kita senantiasa bersukacita dalam iman walaupun banyak tantangan! Marilah kita terus berpegang kepada keyakinan keselamatan kita dalam Kristus! Melaluinya, kita pasti mengenal Allah. (BHS)
Apa tanggapan orang Yahudi atas teguran Yesus karena mereka tidak meneladani iman Abraham? Mari simak Yohanes 8:57-59! “Maka kata orang-orang Yahudi itu kepada-Nya: "Umur-Mu belum sampai lima puluh tahun dan Engkau telah melihat Abraham?" Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada." Lalu mereka mengambil batu untuk melempari Dia; tetapi Yesus menghilang dan meninggalkan Bait Allah.” Karena ditegur, orang Yahudi menjadi marah dan hendak menganiaya Yesus. Walaupun orang Yahudi mengaku religius, kebencian terhadap Yesus telah menyebabkan mereka tidak mau mendengar kebenaran tentang Kristus, sang Anak Allah. Yesus Kristus adalah sang Anak Allah yang telah ada sejak sebelum Abraham ada, bahkan keberadaan Kristus adalah dari kekal sampai kekal. Karena orang Yahudi tidak mempercayai kebenaran ini maka perkataan Kristus menjadi seperti bualan semata dan bahkan dianggap telah menista agama mereka. Tak heran mereka menjadi marah dan hendak menganiaya Yesus. Iman percaya pada Kristus memang merupakan landasan untuk memahami makna ajaran Kristus dengan sesungguhnya. Tak heran, di Yohanes 3, Nikodemus, seorang ahli Taurat, tidak memahami ajaran Yesus. Oleh sebab itu, marilah kita sungguh percaya pada Kristus, maka kita akan memahami ajaran-Nya dengan sesungguhnya. Ayolah! (BHS)
Bagaimana pandangan Yesus di Yohanes 9:1-3 tentang orang yang buta sejak lahir? “Waktu Yesus sedang lewat, Ia melihat seorang yang buta sejak lahirnya. Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya: "Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?" Jawab Yesus: "Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia.” Ketidak-sempurnaan fisik bukanlah selalu akibat dari dosa diri ataupun dosa orang tua. Ini bisa terjadi karena Allah memperkenankannya. Allah pastilah mempunyai maksud dan rencana-Nya dalam segala sesuatu. Di dalam kuasa Allah, ketidak-sempurnaan fisik dapat dipakai untuk kemuliaan Allah. Kebutaan sejak lahir hanyalah salah satu dari sekian banyak ketidak sempurnaan fisik. Di dalam hikmat Allah yang begitu besar, pastilah Allah tahu segala sesuatu yang terkait dengan kelemahan fisik itu. Memang ada orang yang berkata bahwa bila seseorang sakit, maka pastilah itu karena dosa. Ini tentu tidaklah benar. Dengan jelas Kristus mengajarkan bahwa kelemahan fisik bisa menjadi sarana bagi terlaksananya pekerjaan Allah. Adanya kelemahan fisik bukanlah halangan bagi Allah dalam melaksanakan rencana-Nya. Oleh sebab itu, wahai orang percaya, marilah kita senantiasa bergantung pada kuasa Tuhan yang mampu memakai setiap kelemahan fisik manusia untuk pekerjaan Allah! (BHS)
Apa dorongan yang disampaikan Yesus kepada murid-murid-Nya di Yohanes 9:4-5? Ini dia: “Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja. Selama Aku di dalam dunia, Akulah terang dunia." Yesus mengajak murid-murid-Nya untuk tetap tekun mengerjakan pekerjaan Allah selama mereka hidup di dunia ini karena bila kehidupan ini sudah berakhir, tidak ada lagi pekerjaan Allah yang dapat dilakukan. Pekerjaan Allah yang harus dilakukan para murid Kristus selama hidup adalah membawa sang terang dunia, yaitu Kristus, kepada dunia. Inilah panggilan Allah Bapa bagi setiap orang percaya di sepanjang segala abad dan tempat. Membawa kabar baik tentang Kristus, sang terang dunia, adalah memang panggilan setiap orang percaya selama Tuhan masih memberi nafas hidup. Hanya saja sangat disayangkan bahwa banyak orang percaya yang lalai akan tugas ini karena sibuk bekerja, bernafsu kejar kuasa dunia, ataupun terlalu berambisi mencari harta. Ini semua haruslah dihindari. Oleh sebab itu, wahai orang percaya, marilah kita saling menegur dan saling mengingatkan untuk terus bertekun dalam mengerjakan pekerjaan Allah sepanjang hidup kita, baik melalui pikiran, perkataan, perbuatan, dan segala keputusan kita. Marilah kita terus bertekun dalam membawa terang Kristus! Janganlah kita mudah menyerah kalah! Mari berjuang terus! (BHS)
Apa yang dilakukan Yesus kepada orang yang telah buta sejak lahirnya itu? Mari dengar kisahnya di Yohanes 9:6-7! “Setelah Ia mengatakan semuanya itu, Ia meludah ke tanah, dan mengaduk ludahnya itu dengan tanah, lalu mengoleskannya pada mata orang buta tadi dan berkata kepadanya: "Pergilah, basuhlah dirimu dalam kolam Siloam." Siloam artinya: "Yang diutus." Maka pergilah orang itu, ia membasuh dirinya lalu kembali dengan matanya sudah melek.” Di empat kitab Injil, telah diceritakan bagaimana Yesus Kristus menyembuhkan berbagai orang melalui berbagai cara. Ini semua merupakan tanda bahwa Yesus Kristus memang Anak Allah yang berkuasa. Menaati perintah-Nya adalah sikap yang terbaik. Melalui perkataan dan berbagai mujizat, Yesus Kristus menunjukkan bahwa Ialah sang Anak Allah yang berkuasa atas semua. Sayangnya, sering kali orang lebih terpesona dan fokus pada mujizatnya dan lupa akan sang pembuat mujizat. Adanya mujizat akhirnya bisa saja membuat seseorang tidak lebih dekat kepada Tuhan. Oleh sebab itu, marilah kita memperteguh iman pada Yesus Kristus sebagai sang Anak Allah dan setia melakukan perintah-Nya, baik kita mengalami mujizat ataupun tidak. Di dalam anugerah-Nya, Allah akan bertindak sesuai dengan kehendak-Nya karena, baik kita sakit ataupun sehat, kaya ataupun miskin, sedang berduka ataupun bersuka, Yesus Kristus tetaplah sang Anak Allah yang beserta kita. Imanuel! (BHS)
Bagaimana respons dari orang-orang Yahudi setelah mereka melihat bahwa orang buta sejak lahir itu telah disembuhkan oleh Yesus Kristus? Mari lihat Yohanes 9:8-9! “Tetapi tetangga-tetangganya dan mereka, yang dahulu mengenalnya sebagai pengemis, berkata: "Bukankah dia ini, yang selalu mengemis?" Ada yang berkata: "Benar, dialah ini." Ada pula yang berkata: "Bukan, tetapi ia serupa dengan dia." Orang itu sendiri berkata: "Benar, akulah itu." Walaupun ada keragu-raguan dari sebagian orang, pengemis yang dulunya buta itu tidak ragu-ragu untuk bersaksi bahwa Yesus Kristus memang telah melakukan mujizat terhadap dirinya. Kesaksian memang adalah pengakuan atas segala yang Tuhan Yesus telah lakukan. Seperti pengemis buta sejak lahir yang menerima anugerah dari Tuhan, demikian pula kita sebagai orang percaya. Bila kita melihat kembali kisah kehidupan kita, betapa banyak anugerah Tuhan yang kita pernah alami. Allah Bapa dalam Yesus Kristus memang menyertai kita senantiasa. Hanya saja, sering kali kita lupa menghitung segala berkat dan anugerah yang kita terima, karena mungkin kita terlalu sibuk, terlalu berambisi kejar mimpi, terlalu malas berpikir, ataupun terlalu tidak peduli. Akibatnya, kita menjadi lupa bersyukur atas segala perbuatan Tuhan. Oleh sebab itu, marilah kita terus belajar menghitung berkat dan bersyukur senantiasa! Marilah kita senantiasa menceritakan perbuatan Tuhan sebagai kesaksian kita! Ayolah! (BHS)
Banyak orang ingin tahu bagaimana sang pengemis buta disembuhkan. Ini kisahnya di Yohanes 9:10-11. “Kata mereka kepadanya: "Bagaimana matamu menjadi melek?" Jawabnya: "Orang yang disebut Yesus itu mengaduk tanah, mengoleskannya pada mataku dan berkata kepadaku: Pergilah ke Siloam dan basuhlah dirimu. Lalu aku pergi dan setelah aku membasuh diriku, aku dapat melihat." Kesaksian yang disampaikan oleh sang pengemis yang dulunya buta itu tidaklah mengada-ada. Dia hanya menyampaikan apa yang dia telah alami. Dia membeberkan fakta sesuai apa adanya. Kesaksian yang ditunjang oleh bukti nyata memang merupakan kesaksian yang tidak terbantahkan. Untuk itu, perlu ketulusan dalam bersaksi. Apa yang kita biasa bagikan dalam kesaksian kita? Apakah kita menceritakan tentang apa yang Tuhan telah perbuat dalam kehidupan kita? Apakah kesaksian kita itu menyampaikan fakta atau justru mengada-ada dan sekedar opini kita saja? Mari kita menyontoh kesaksian si pengemis yang dulunya buta itu yang menyampaikan kesaksiannya apa adanya! Janganlah kita memperindah kesaksian kita dengan informasi yang tidak benar sehingga kita kelihatan lebih bergengsi atau kita kelihatan lebih suci! Janganlah sampai kesaksian kita justru membuat orang mengagungkan kita dan bukan Tuhan! Marilah kita meninggikan Tuhan senantiasa melalui kesaksian kita sehingga nama Tuhan saja yang dipermuliakan! (BHS)
Orang-orang Yahudi ingin tahu di manakah Yesus yang telah menyembuhkan sang pengemis buta itu. Mari baca kisahnya di Yohanes 9:12-14! “Lalu mereka berkata kepadanya: "Di manakah Dia?" Jawabnya: "Aku tidak tahu." Lalu mereka membawa orang yang tadinya buta itu kepada orang-orang Farisi. Adapun hari waktu Yesus mengaduk tanah dan memelekkan mata orang itu, adalah hari Sabat.” Sang pengemis buta disembuhkan pada hari Sabat. Oleh sebab itulah, orang Yahudi yang tidak suka kepada Yesus membawa sang pengemis itu ke orang-orang Farisi sebagai bukti bahwa Yesus telah melanggar aturan Sabat. Aturan Sabat rupanya lebih penting dari pada belas kasihan. Pada masa dulu, orang-orang Farisi telah mengembangkan perintah Taurat menjadi beratus-ratus aturan. Menyembuhkan orang dengan cara yang seperti Yesus telah lakukan rupanya dianggap sebagai sebuah pelanggaran aturan Sabat. Ini hendak dipakai sebagai kesempatan untuk mempersalahkan Yesus. Mencari-cari kesalahan orang yang tidak disukai memang hal yang sering terjadi sampai masa kini, termasuk karena selera yang berbeda atau karena perbedaan keyakinan. Rasa tidak suka terhadap seseorang bisa menyingkirkan rasa belas kasihan kita. Ini hal yang haruslah diwaspadai oleh setiap orang percaya. Janganlah rasa belas kasihan kita hilang karena rasa tidak suka! Waspadalah! (BHS)
Setelah pengemis yang dulunya buta itu dibawa ke orang Farisi, apa yang terjadi? Mari lihat kisahnya di Yohanes 9:15-16! “Karena itu orang-orang Farisipun bertanya kepadanya, bagaimana matanya menjadi melek. Jawabnya: "Ia mengoleskan adukan tanah pada mataku, lalu aku membasuh diriku, dan sekarang aku dapat melihat." Maka kata sebagian orang-orang Farisi itu: "Orang ini tidak datang dari Allah, sebab Ia tidak memelihara hari Sabat." Sebagian pula berkata: "Bagaimanakah seorang berdosa dapat membuat mujizat yang demikian?" Maka timbullah pertentangan di antara mereka.” Sudut pandang teologia yang berbeda memang menghasilkan pendapat yang berbeda pula. Seperti halnya pertentangan yang terjadi pada orang-orang Farisi terkait penyembuhan pada hari Sabat, pada masa kini, banyak pula perbedaan cara pandang dalam melihat suatu kasus tertentu. Penerapan aturan yang kaku dan normatif semata, rupanya tidaklah cukup untuk mengambil keputusan yang bijak, termasuk dalam lingkungan Kristen. Segala aturan seharusnya tidak boleh mengabaikan prinsip kasih kepada sesama. Bila prinsip kasih diabaikan, maka sebuah aturan bisa diterapkan secara semena-mena dan justru akan bertentangan dengan perintah Tuhan untuk mengasihi sesama. Oleh sebab itu, marilah kita menerapkan aturan dengan tidak mengabaikan prinsip kasih kepada sesama! Bisakah? (BHS)
Setelah timbul pertentangan di antara orang Farisi soal mujizat kesembuhan di hari Sabat, mereka ingin tahu pendapat dari si pengemis buta. Mari dengar percakapan di Yohanes 9:17! “Lalu kata mereka pula kepada orang buta itu: "Dan engkau, apakah katamu tentang Dia, karena Ia telah memelekkan matamu?" Jawabnya: "Ia adalah seorang nabi." Dengan tegas, sang pengemis yang dicelikkan matanya itu mengakui bahwa Yesus Kristus adalah nabi. Di dalam segala keterbatasannya, ia yakin bahwa mujizat yang terjadi pada dirinya itu terjadi hanya karena campur tangan Allah melalui nabi-Nya. Kesembuhan yang diterima sang pengemis itu telah menyebabkan ia menaruh iman pada Yesus Kristus sebagai utusan Allah. Berbeda dengan sebagian orang Farisi yang membenci Yesus, pengemis buta yang telah mengalami jamahan Kristus itu berani mengakui bahwa Yesus Kristus adalah nabi. Di tengah pertentangan pendapat di kalangan otoritas agama ini, ia tidak segan-segan untuk menyatakan keyakinan imannya dengan segala ketulusan hati. Sikap seperti ini layaklah kita teladani karena di tengah pluralitas pandangan dunia masa kini, seringkali orang Kristen ragu-ragu untuk menyatakan siapa Kristus itu. Oleh karena itu, marilah kita belajar untuk meyakini tentang siapa Kristus bagi kita! Marilah kita juga belajar untuk berani menyatakan keyakinan kita tentang Kristus dengan ketulusan hati dan bukan dengan sikap arogansi! Maukah kita? (BHS)
Bila sang pengemis buta yang disembuhkan itu menaruh iman pada Kristus, bagaimana dengan para pimpinan Yahudi? Mari kita lihat ceritanya di Yohanes 9:18-19! “Tetapi orang-orang Yahudi itu tidak percaya, bahwa tadinya ia buta dan baru dapat melihat lagi, sampai mereka memanggil orang tuanya dan bertanya kepada mereka: "Inikah anakmu, yang kamu katakan bahwa ia lahir buta? Kalau begitu bagaimanakah ia sekarang dapat melihat?" Karena pada dasarnya mereka tidak mau percaya akan mujizat kesembuhan, para pimpinan Yahudi mencoba mencari cara untuk menolak fakta kesembuhan tersebut. Menentang fakta kebenaran memang mengharuskan mereka untuk mencoba merekayasa kebohongan. Dengan harapan supaya orang tua si pengemis itu takut kepada mereka, para pimpinan Yahudi berharap untuk dapat menolak fakta kebenaran tentang kesembuhan sang pengemis dari kebutaannya. Melawan fakta kebenaran memang memerlukan rekayasa kebohongan. Hal ini tidak hanya terjadi di zaman Yesus, tetapi hal ini terjadi juga sampai sekarang ini. Melalui kemajuan teknologi, rekayasa kebohongan sering disebarkan dalam bentuk hoaks dan informasi palsu yang disebarkan melalui media sosial atau media elektronik lainnya. Oleh sebab itu, marilah kita tetap waspada! Jangan biarkan kebohongan merajalela! Mari percayai dan kumandangkan fakta kebenaran! Mari kita meninggikan Kristus dalam kebenaran! (BHS)
Di tengah-tengah intimidasi dari pemimpin Yahudi, orang tua dari sang pengemis buta yang disembuhkan Yesus itu menyampaikan jawabannya seperti yang dinyatakan di Yohanes 9:20-21. “Jawab orang tua itu: "Yang kami tahu ialah, bahwa dia ini anak kami dan bahwa ia lahir buta, tetapi bagaimana ia sekarang dapat melihat, kami tidak tahu, dan siapa yang memelekkan matanya, kami tidak tahu juga. Tanyakanlah kepadanya sendiri, ia sudah dewasa, ia dapat berkata-kata untuk dirinya sendiri." Di tengah rasa takut terhadap pimpinan Yahudi, sang orang tua tetap secara cerdik menyampaikan apa yang benar tentang anaknya. Menyampaikan kebenaran di tengah rasa takut memang perlu hikmat Tuhan. Intimidasi dari pemimpin Yahudi tentulah membuat takut orang tua si pengemis. Meskipun demikian, ia tetap menyampaikan informasi yang benar tentang anaknya yang disembuhkan Yesus walaupun ada rasa takut terhadap pimpinan Yahudi. Rasa takut ini tentu adalah hal yang wajar saja terjadi, termasuk pada orang percaya. Hanya saja, kita perlu tetap belajar menyatakan kebenaran walaupun ada di bawah tekanan. Mungkinkah ini? Tentu saja mungkin! Amsal 3:5-6 mendorong kita untuk tetap percaya Tuhan dengan segenap hati, tidak bersandar pada pengertian sendiri, dan mau mengakui Tuhan dalam setiap laku kita. Inilah kunci bagi orang percaya dalam mengatasi tantangan dalam hikmat Tuhan. (BHS)
Ancaman seperti apa yang diberikan oleh pemimpin Yahudi bagi mereka yang mengakui Yesus sebagai Mesias atau Kristus? Mari lihat Yohanes 9:22-23! “Orang tuanya berkata demikian, karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi, sebab orang-orang Yahudi itu telah sepakat bahwa setiap orang yang mengaku Dia sebagai Mesias, akan dikucilkan. Itulah sebabnya maka orang tuanya berkata: "Ia telah dewasa, tanyakanlah kepadanya sendiri." Ancaman pengucilan adalah ancaman yang sangat serius bagi orang Yahudi, baik secara sosial maupun secara kehidupan beragama. Tak heran orang tua dari si pengemis buta itu menjadi takut. Karena rasa tidak suka, otoritas agama telah bertindak sewenang-wenang. Fatwa untuk mengucilkan mereka yang tidak sejalan dengan suatu otoritas agama tidak hanya terjadi di zaman Yesus tetapi ini terjadi sampai sekarang ini. Hal ini bisa saja terjadi karena pihak otoritas agama itu merasa terancam eksistensinya, atau telah berkolusi untuk kepentingan pribadi, ataupun karena ada ambisi politik tertentu. Di dalam gengsi pribadi, primordialisme agama, ataupun kepicikan cara berpikir, otoritas agama menjadi terjebak pada sikap seakan-akan membela agama. Akibatnya, agama yang seharusnya membawa orang untuk lebih mengasihi Allah dan sesama itu, malah menjadi sarana untuk menindas sesama atas nama Allah. Ini tentu hal yang tidak benar. Marilah kita hindari sikap seperti itu! (BHS)
Apa desakan dari pimpinan Yahudi kepada si pengemis yang dulu buta untuk dapat menyalahkan Yesus? Mari simak Yohanes 9:24-25! “Lalu mereka memanggil sekali lagi orang yang tadinya buta itu dan berkata kepadanya: "Katakanlah kebenaran di hadapan Allah; kami tahu bahwa orang itu orang berdosa." Jawabnya: "Apakah orang itu orang berdosa, aku tidak tahu; tetapi satu hal aku tahu, yaitu bahwa aku tadinya buta, dan sekarang dapat melihat." Dalam prasangka bahwa Yesus itu orang berdosa, pimpinan Yahudi ingin mencari cara untuk mempersalahkan Yesus. Hanya saja, si pengemis itu tidak mau terjebak pada spekulasi teologis. Ia dengan bijak bercerita tentang fakta. Dia dulu memang buta tetapi sekarang dia bisa melihat. Walaupun otoritas agama Yahudi mencoba memaksakan suatu pandangan bahwa Yesus itu berdosa, fakta kesembuhan orang yang dulunya buta itu memang fakta yang tidak bisa ditolak. Kesaksian yang berdasarkan peristiwa nyata itu akhirnya pasti tidak bisa ditolak. Pada zaman sekarang ini, cara menolak fakta kebenaran itu sering dilakukan melalui berita bohong atau hoaks yang disebarkan melalui media sosial. Hal ini tidak hanya dilakukan oleh penggiat media sosial, tetapi ini juga bisa dilakukan oleh para pimpinan di gereja, di pemerintahan, di dunia usaha, serta di masyarakat luas. Oleh sebab itu, marilah kita selalu menghindari kebohongan dan belajar menyampaikan kebenaran! (BHS)
Setelah si pengemis itu menyatakan fakta bahwa dulu ia buta dan sekarang ia bisa melihat, para pemimpin Yahudi masih berusaha mendesaknya untuk menyalahkan Yesus. Mari lihat jawab si pengemis itu di Yohanes 9:26-27! “Kata mereka kepadanya: "Apakah yang diperbuat-Nya padamu? Bagaimana Ia memelekkan matamu?" Jawabnya: "Telah kukatakan kepadamu, dan kamu tidak mendengarkannya; mengapa kamu hendak mendengarkannya lagi? Barangkali kamu mau menjadi murid-Nya juga?" Pertanyaan pemimpin Yahudi itu menunjukkan bahwa mereka sudah kehabisan akal untuk menyalahkan Yesus. Perkataan tulus si pengemis sekaligus menunjukkan kerinduannya untuk menjadi murid Kristus. Walaupun si pengemis yang disembuhkan Yesus itu bukan orang berpendidikan seperti halnya para pemimpin Yahudi, tetapi ia masih mampu menjawab dengan tulus dan berhikmat di bawah tekanan mereka. Adalah sebuah ironi bahwa orang yang menganggap diri berpendidikan dan agamis, ternyata justru memikirkan mufakat jahat untuk mencari-cari kesalahan orang yang sudah berbuat baik. Meskipun demikian, kesaksian yang tulus akan perbuatan tangan Tuhan dari orang sesederhana apapun, akan tetap menjadi kesaksian yang tak tergoyahkan. Kebenaran pasti akan menang walaupun mufakat jahat terus menerpa. Oleh sebab itu, mari kita tetap bersaksi akan perbuatan tangan Tuhan dengan tulus hati! (BHS)
Bagaimana respons dari para pemimpin Yahudi karena mereka merasa tersindir oleh ucapan si pengemis yang dulu buta itu? Mari lihat Yohanes 9:28-29! “Sambil mengejek mereka berkata kepadanya: "Engkau murid orang itu tetapi kami murid-murid Musa. Kami tahu, bahwa Allah telah berfirman kepada Musa, tetapi tentang Dia itu kami tidak tahu dari mana Ia datang." Merasa sebagai murid Musa, para pemimpin Yahudi merendahkan si pengemis yang dituduh sebagai murid Yesus. Kebanggaan akan Musa ini rupanya menjadi kebanggaan yang berlebihan sehingga merendahkan yang lain. Sikap ini justru melecehkan apa yang menjadi maksud TUHAN kepada hamba-Nya Musa. Ini ironis. Kebanggaan yang berlebihan terhadap suatu kelompok bisa berkembang menjadi sifat chauvinis yang picik. Bila sikap chauvinis ini ada pada suatu kelompok, maka kelompok ini akan berkembang menjadi kelompok yang sangat eksklusif tetapi diskriminatif dan merasa benar sendiri. Hal ini tidak cuma terjadi pada orang Yahudi dulu, tetapi ini terjadi juga di masa kini, termasuk pada kelompok Kristen. Oleh sebab itu, mari kita mawas diri apakah ada sikap chauvinis ini di kelompok kita masing-masing! Marilah kita bersama-sama belajar rendah hati dan menghindari sikap chauvinis! Marilah kita membentuk komunitas yang peduli sesama, dan bukan justru melecehkan sesama! Ayolah kita belajar bersama! (BHS)
Bagaimana tanggapan dari si pengemis terhadap ejekan dari pemimpin Yahudi? Mari baca Yohanes 9:30-33! “Jawab orang itu kepada mereka: "Aneh juga bahwa kamu tidak tahu dari mana Ia datang, sedangkan Ia telah memelekkan mataku. Kita tahu, bahwa Allah tidak mendengarkan orang-orang berdosa, melainkan orang-orang yang saleh dan yang melakukan kehendak-Nya. Dari dahulu sampai sekarang tidak pernah terdengar, bahwa ada orang yang memelekkan mata orang yang lahir buta. Jikalau orang itu tidak datang dari Allah, Ia tidak dapat berbuat apa-apa." Walaupun orang sederhana, di dalam ketulusan hati, si pengemis berani untuk berpikir jernih dan menyampaikan pembelaannya. Si pengemis adalah orang biasa yang kurang pendidikan dan tidak banyak paham soal-soal agama, tetapi hebatnya, ia mampu berargumentasi dengan pemimpin agama di dalam ketulusan hati dan kejernihan pikiran. Hal ini tentu berbeda sekali dengan para pemimpin Yahudi, yang karena rasa tidak suka kepada Yesus dan adanya prasangka negatif, mereka tidak dapat melihat kebenaran yang disampaikan Yesus Kristus. Ketulusan hati yang disertai dengan pikiran yang terbuka akan menghasilkan pikiran yang jernih dan berhikmat. Oleh sebab itu, marilah kita menjaga hati kita supaya hati kita tetap tulus dan tidak tercemar oleh prasangka negatif! Biarlah pikiran kita tetap jernih dalam menghadapi setiap tantangan sebesar apapun! (BHS)
Bagaimana reaksi dari para pemimpin Yahudi sewaktu mereka mendengar dari si pengemis bahwa Yesus yang menyembuhkan dia pastilah orang saleh, pelaku kehendak Allah, dan datang dari Allah? Mari lihat reaksi para pemimpin Yahudi itu di Yohanes 9:34! “Jawab mereka: "Engkau ini lahir sama sekali dalam dosa dan engkau hendak mengajar kami?" Lalu mereka mengusir dia ke luar.” Karena para pemimpin Yahudi merasa kesal, maka mereka mengusir si pengemis. Mereka tidak dapat menerima bahwa seorang biasa yang tidak punya apa-apa dan tidak terdidik dalam Taurat mau mengajar mereka tentang Allah. Para pengajar Taurat itu geram karena merasa digurui orang biasa. Rendah hati memang modal penting setiap pengajar Firman. Para pimpinan Yahudi yaitu orang-orang Farisi memang sangat mendalami hukum Taurat. Karena itu, mereka merasa bahwa hanya mereka saja yang boleh menafsirkan Taurat. Tidak heran mereka sangat marah pada waktu mereka digurui oleh si pengemis yang mempunyai argumentasi yang memang baik. Tuhan memang bisa memakai orang sederhana untuk menegur seorang yang merasa ahli. Oleh sebab itu, hai para pengajar Firman, marilah tetap rendah hati dalam belajar dan mengajarkan Firman karena kebenaran Firman bisa saja disampaikan oleh seorang biasa, bahkan oleh mereka yang tidak mendalami Firman. Dengan sikap rendah hati, seorang pengajar Firman akan berkenan di mata Allah. (BHS)
Setelah menerima kesembuhan, dicemooh, dan diusir keluar, bagaimana kemudian si pengemis bisa menjadi orang percaya? Ini kisahnya di Yohanes 9:35-38. “Yesus mendengar bahwa ia telah diusir ke luar oleh mereka. Kemudian Ia bertemu dengan dia dan berkata: "Percayakah engkau kepada Anak Manusia?" Jawabnya: "Siapakah Dia, Tuhan? Supaya aku percaya kepada-Nya." Kata Yesus kepadanya: "Engkau bukan saja melihat Dia; tetapi Dia yang sedang berkata-kata dengan engkau, Dialah itu!" Katanya: "Aku percaya, Tuhan!" Lalu ia sujud menyembah-Nya.” Bertemu dengan Yesus, sang Anak Manusia, dan menjadi orang percaya adalah anugerah terindah dan terbesar yang dapat diterima oleh si pengemis. Pengemis yang buta sejak lahir dan kemudian mendapat mujizat kesembuhan dari Yesus tentu telah menerima anugerah yang luar biasa dari Allah. Meskipun demikian, bertemu Yesus dan dapat menjadi percaya, menerima hidup kekal, serta dapat menyembah Kristus adalah anugerah terbesar yang dapat dialami manusia. Allah bisa saja memberi anugerah kesembuhan, anugerah kekayaan, ataupun anugerah yang lainnya, tetapi di atas semuanya itu, yang paling berharga dari semua itu adalah anugerah hidup kekal yang diberikan bagi mereka yang percaya Kristus. Oleh sebab itu, marilah kita terus hidup dalam anugerah terbesar dari keselamatan kekal kita! Marilah kita percaya Kristus dengan lebih sungguh! (BHS)
Apa teguran Yesus terhadap orang-orang Farisi yang sok rohani? Mari dengar Yohanes 9:39-41! “Kata Yesus: "Aku datang ke dalam dunia untuk menghakimi, supaya barangsiapa yang tidak melihat, dapat melihat, dan supaya barangsiapa yang dapat melihat, menjadi buta." Kata-kata itu didengar oleh beberapa orang Farisi yang berada di situ dan mereka berkata kepada-Nya: "Apakah itu berarti bahwa kami juga buta?" Jawab Yesus kepada mereka: "Sekiranya kamu buta, kamu tidak berdosa, tetapi karena kamu berkata: Kami melihat, maka tetaplah dosamu." Orang-orang Farisi buta terhadap kebenaran yang disampaikan Yesus. Walau mereka mengaku memahami Firman, mereka sebenarnya tidak tahu kebenaran. Orang-orang Farisi memang sangat serius mendalami Perjanjian Lama. Meskipun demikian, mereka tidak memahami maksud Allah melalui kitab-kitab yang mereka pelajari karena mereka tidak mempercayai Yesus Kristus. Aturan Tauratpun akan menjadi sekedar aturan normatif yang memberatkan. Yesus memang sang Mesias yang merupakan anak kunci untuk membuka maksud Allah di Perjanjian Lama. Melalui Kristus, benang merah dari rencana agung penyelamatan manusia yang telah dijanjikan Allah sejak manusia jatuh dalam dosa menjadi jelas. Oleh karena itu, mari kita mendalami Perjanjian Lama dalam benang merah rencana agung Allah dalam Yesus Kristus! Maksud Allah dalam Perjanjian Lama akan menjadi jelas. (BHS)
Orang-orang Farisi menganggap diri sebagai gembala Israel dengan segala aturan Tauratnya. Bagaimana pandangan Yesus tentang orang Farisi itu? Mari lihat teguran Kristus di Yohanes 10:1-2! “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya siapa yang masuk ke dalam kandang domba dengan tidak melalui pintu, tetapi dengan memanjat tembok, ia adalah seorang pencuri dan seorang perampok; tetapi siapa yang masuk melalui pintu, ia adalah gembala domba.” Orang Farisi menganggap diri sebagai penuntun umat yang membimbing umat melalui pintu kebenaran mereka sendiri dan bukan kebenaran Allah. Di mata Allah, mereka bukan penuntun umat atau gembala umat, tetapi mereka adalah pencuri dan perampok. Menjadi gembala umat Allah tentulah harus dilakukan menurut apa yang benar di mata Allah dan bukan benar di mata sendiri. Seperti halnya orang Farisi, sampai sekarang juga, banyak orang yang mengaku sebagai gembala umat tetapi mereka sebenarnya hanya mengejar kepentingan diri semata. Tak heran, ada saja gembala umat yang akhirnya didapati suka memperkaya diri, gemar kejar kuasa, dan bermoralitas rendah. Inilah pencuri dan perampok umat Tuhan. Oleh sebab itu, wahai gembala umat, tetaplah setia mendengar peringatan Kristus dan menjadi gembala umat yang berkenan di mata Allah! Tetaplah menjadi gembala umat yang masuk melalui pintu kebenaran Allah dan bukan kebenaran diri sendiri! (BHS)
Bagaimana gambaran Yesus Kristus tentang relasi yang semestinya terjadi antara pimpinan jemaat dan umat-Nya? Ini gambaran Yesus di Yohanes 10:3-4. “Untuk dia penjaga membuka pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar. Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya.” Umat yang benar tentu akan mengenal suara dari gembalanya. Gembala umat yang baik haruslah memperhatikan domba-dombanya seperti juga Kristus memperhatikan umat-Nya. Relasi seperti inilah yang seharusnya terjadi di jemaat Tuhan. Gambaran yang disampaikan Kristus tentang gembala yang baik itu merupakan tantangan yang besar untuk gereja masa kini. Dengan kehidupan yang semakin individualistik dan bebas, ada saja pimpinan umat yang kemudian menganggap posisi hamba Tuhan atau pimpinan umat itu sebagai sekedar profesi penunjang hidup. Ketersediaan informasi yang bebas di suasana demokratis juga bisa menyebabkan umat Tuhan untuk lebih mudah menyimpang dari jalan Tuhan. Oleh sebab itu, mari kita semua belajar membangun relasi yang benar seperti yang diajarkan Kristus dan terus bersama-sama berpegang teguh pada Kristus, sang Gembala Agung kita. Di dalam tuntunan Roh Kudus, mari kita bangun jemaat-Nya! (BHS)
Bagaimana gambaran Kristus tentang sikap yang seharusnya ada pada umat Tuhan dalam menghadapi ajaran-ajaran serta prinsip-prinsip dunia yang menyesatkan? Mari lihat gambaran Kristus di Yohanes 10:5! “Tetapi seorang asing pasti tidak mereka ikuti, malah mereka lari dari padanya, karena suara orang-orang asing tidak mereka kenal." Umat Tuhan seharusnya dapat membedakan mana suara yang benar dan mana suara yang menyesatkqn. Kemampuan membeda-bedakan mana yang benar dan mana yang salah ini ada karena umat Tuhan sungguh-sungguh melatih telinganya dari hari ke hari untuk mendengar suara yang benar dari sang Gembala sehingga, bila ada suara yang lain, umat Tuhan harus cepat menghindar. Dalam era informasi masa kini, banyak sekali suara-suara yang ditawarkan dan ingin didengar, baik itu dari media sosial, iklan, televisi, maupun banyak sarana lainnya. Semuanya itu berlomba-lomba untuk mempengaruhi iman umat Tuhan. Sayangnya, gereja Tuhan seringkali tidak siap dengan segala gempuran tersebut sehingga ada saja gereja yang kemudian ikut larut dalam arus dunia tersebut. Oleh sebab itu, gereja Tuhan harus memperkuat pembinaan umat Tuhan supaya umat Tuhan mampu untuk membedakan mana suara yang benar dan mana suara yang harus dijauhi. Dasar Firman Tuhan yang teguh dalam persekutuan yang erat dan sehat haruslah dikembangkan. Marilah kita perjuangkan bersama! (BHS)
Tuhan Yesus memberikan sebuah perumpamaan tentang gembala baik yang memperhatikan domba-dombanya sebagai sebuah teguran bagi orang-orang Farisi yang digambarkan sebagai pencuri dan perampok yang masuk dengan melompati tembok kandang. Apakah orang Farisi mengerti perumpamaan ini? Mari lihat Yohanes 10:6! “Itulah yang dikatakan Yesus dalam perumpamaan kepada mereka, tetapi mereka tidak mengerti apa maksudnya Ia berkata demikian kepada mereka.” Walaupun orang Farisi adalah kaum terdidik, mereka tidak memahami maksud Kristus. Melalui intelektualitas yang diterangi Roh Kudus sajalah orang percaya dapat memahami maksud serta rencana Allah dalam kehidupan. Secara umum, kemampuan berpikir atau intelektualitas memang akan berkembang melalui pendidikan. Masalahnya, dalam mendalami maksud Tuhan di Alkitab, ada orang yang mencoba mengandalkan kemampuan berpikir semata. Ini tidaklah cukup. Alkitab adalah Firman Allah yang diwahyukan oleh Roh Allah. Oleh sebab itu, kita perlu pertolongan Roh Kudus untuk memahami maksud Allah itu. Janganlah kita sekali-kali hanya mengandalkan kemampuan berpikir kita semata! Janganlah kita menjadi sombong dan merasa mampu karena segala gelar akademis yang telah kita dapatkan! Marilah kita dengan rendah hati menundukkan diri kita sepenuhnya kepada Tuhan dalam kita belajar memahami Firman! Ayolah! (BHS)
Teguran apa yang disampaikan Yesus kepada orang-orang Farisi yang tidak suka kepada-Nya? Ini teguran Yesus di Yohanes 10:7-8! “Maka kata Yesus sekali lagi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Akulah pintu ke domba-domba itu. Semua orang yang datang sebelum Aku, adalah pencuri dan perampok, dan domba-domba itu tidak mendengarkan mereka.” Orang-orang Farisi digambarkan Yesus sebagai pencuri dan perampok karena mereka mau mengajak domba-domba, yaitu orang Israel, untuk tidak mempercayai Yesus Kristus. Setiap gembala umat yang benar haruslah menolong umatnya untuk melewati pintu iman pada Yesus Kristus karena tanpa iman pada Yesus Kristus, mereka bukanlah orang Kristen yang sesungguhnya. Setiap gembala umat adalah hamba Allah yang mempunyai tugas utama yaitu membawa setiap domba gembalaannya untuk masuk melewati pintu iman pada Yesus Kristus. Tanpa iman pada Yesus Kristus, tidak ada kekristenan. Oleh sebab itu, setiap orang yang mengaku sebagai hamba Tuhan, siapapun dia, haruslah mengupayakan untuk memberitakan Kristus dan karya keselamatan Allah sampai semua domba gembalaannya beriman pada Yesus Kristus. Hanya saja sayangnya, ada saja gembala umat yang lalai untuk memberitakan Kristus karena adanya berbagai macam ambisi yang tidak sehat. Bila Kristus tidak lagi diberitakan dan diimani, kekristenan pasti memudar. Jadi, marilah kita tetap memberitakan dan beriman pada Yesus Kristus! (BHS)
Apa yang dijanjikan Yesus Kristus kepada mereka yang beriman kepada-Nya? Mari dengar janji Kristus di Yohanes 10:9-10! “Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput. Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.” Percaya pada Yesus Kristus adalah pintu iman untuk memperoleh janji kelimpahan dari Allah. Bila ada orang yang membawa umat Tuhan tanpa melalui pintu iman ini, maka mereka harus dihindari karena mereka pasti akan merusak dan membinasakan umat Tuhan dengan segala ambisi dan ulahnya. Dengan segala tawaran dunia yang menggiurkan hati, gembala umat Tuhan bisa saja lalai dan lupa akan tugasnya guna menuntun umat untuk mengenal Kristus dengan benar. Umat bisa saja tidak lagi diajak untuk mengimani Kristus, tetapi justru mereka diajak untuk fokus kepada hal-hal lain seperti misalnya isu sosial politik yang sedang trend, dorongan menggapai sukses dunia untuk kaya, atau nasihat etis semata. Kristus tidaklah lagi diberitakan supaya diimani umat. Ini tentulah harus dihindari. Kristus haruslah terus menjadi pusat pemberitaan bagi setiap gembala umat karena melalui Yesus Kristus sajalah, orang percaya dapat benar-benar hidup dan mendapatkan anugerah kelimpahan yang sejati. Ayo beritakan Kristus! (BHS)
Sikap seperti apa yang diteladankan Kristus bagi setiap gembala umat yang ada di Yohanes 10:11-13? Ini dia: “Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya; sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba itu. Ia lari karena ia seorang upahan dan tidak memperhatikan domba-domba itu.” Yesus adalah gembala yang baik yang mengasihi dan mau berkurban demi domba-domba milik-Nya. Kalau gembala upahan saja, pastilah sikapnya hanya mencari kepentingan diri semata. Setiap gembala umat haruslah mawas diri tentang sikap seperti apa yang ada pada dirinya, apakah dia seorang gembala yang baik, atau dia hanya seorang gembala upahan yang hanya mengejar kelimpahan uang semata. Peringatan keras dari Yesus Kristus tentang gembala upahan ini patutlah diwaspadai dan dihindari. Janganlah demi keuntungan finansial, seorang gembala dan pemimpin umat memanipulasi umat Tuhan untuk mengejar kepentingan pribadi! Teladanilah Tuhan Yesus, sang gembala yang baik itu, yang mau mengasihi dan memperhatikan domba-domba-Nya, bahkan rela mengurbankan nyawanya untuk mereka! Di dalam meneladani Kristus inilah, umat Tuhan akan dibangun untuk menjadi berkat bagi semua. (BHS)
Sebagai gembala yang baik, bagaimana pengenalan antara Yesus Kristus dengan jemaat-Nya? Ini perkataan Yesus di Yohanes 10:14-15. “Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku.” Pengenalan antara Allah Bapa dan Yesus Kristus adalah pengenalan ilahi yang sangat mendalam karena Allah Bapa dan Yesus Kristus adalah satu adanya. Demikian pula pengenalan Kristus dengan jemaat-Nya. Kristus kenal betul betapa lemah dan berdosanya jemaat-Nya sehingga Ia rela mati demi mereka. Pengurbanan inilah jalan untuk jemaat mengenal Kristus. Betapa luar biasa pengenalan Yesus Kristus, sang gembala yang baik itu, terhadap domba-domba-Nya yaitu jemaat-Nya! Yesus tahu betul betapa manusia tidak bisa melepaskan diri dari jerat dosa sehingga Ia rela mati untuk menebus kita. Yesus tahu betul betapa jemaat tebusan-Nya ini sering jatuh dalam dosa tetapi Yesus terus melimpahkan anugerah pengampunan-Nya kepada kita yang mau mengakui dosa-dosanya. Di atas dasar pengampunan Allah melalui darah Kristus inilah, jemaat-Nya dimampukan untuk bertumbuh dalam pengenalan akan Tuhan. Oleh sebab itu, marilah kita terus bertumbuh dalam mengenal Allah Bapa dan Yesus Kristus dalam pertolongan Roh Kudus melalui Alkitab! Jalan sudah terbuka lebar. Mari bertindak cepat! (BHS)
Pelayanan Yesus pada waktu dulu terutama memang untuk orang Yahudi. Bagaimana cara pandang Yesus terhadap orang yang bukan Yahudi yang terungkap di Yohanes 10:16? Ini dia: “Ada lagi pada-Ku domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala.” Di dalam cara pandang Yahudi, orang bukan Yahudi adalah orang kafir dan tidak berhak atas berkat Allah. Yesus Kristus menunjukkan bahwa kasih Allah melingkupi semua, baik orang berlatar belakang Yahudi maupun bukan Yahudi. Semuanya dikasihi Allah dan layak menerima keselamatan dalam Yesus Kristus. Setelah Roh Kudus dicurahkan pada hari Pentakosta, banyak orang bukan Yahudi dari berbagai suku dan bangsa, telah menjadi percaya dan menjadi satu kawanan domba di bawah satu gembala yaitu Kristus. Karya Kristus di kayu salib telah merubuhkan tembok pemisah berupa sekat-sekat diskriminatif yang dibangun manusia, baik itu suku, ras, agama, ataupun tingkat sosial ekonomi. Oleh sebab itulah, sebagai orang tebusan Kristus, kita tidaklah boleh membeda-bedakan orang. Semua orang tanpa terkecuali berhak untuk menerima kasih Allah dalam Yesus Kristus. Marilah kita belajar untuk menjadi saluran berkat bagi semua tanpa membeda-bedakan! Inilah yang seharusnya menjadi ciri dari umat yang percaya Kristus. (BHS)
Apa tugas yang diberikan Allah Bapa kepada Yesus Kristus yang dinyatakan di Yohanes 10:17-18? Ini dia: “Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali. Tidak seorangpun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah tugas yang Kuterima dari Bapa-Ku." Karena kasih-Nya yang besar, maka dengan sukarela dan menurut kehendak-Nya sendiri, Yesus Kristus, sang Anak Allah, melaksanakan tugas dari Allah Bapa-Nya untuk mati demi menebus dosa manusia. Melalui kebangkitan-Nya, Yesus Kristus menunjukkan kuasa-Nya atas kematian. Karena Yesus Kristus adalah Anak Allah yang berkuasa, maka cengkeraman kematian hanyalah sementara saja, karena pada hari ketiga, pada saat yang ditentukqn Allah Bapa, Yesus Kristus bangkit untuk kemudian naik ke sorga dan duduk di sebelah kanan Allah Bapa. Inilah keyakinan dasar iman Kristen yang tidak akan lekang oleh waktu. Inilah dasar batu karang iman percaya kita. Oleh sebab itu, marilah kita memperkokoh keyakinan dasar iman kita ini dengan selalu meyakini dan mengajarkannya berulang-ulang baik di generasi kita sekarang maupun di generasi mendatang. Walaupun banyak gempuran berbagai pandangan filsafat dan keyakinan yang berbeda, marilah kita tetap teguh dalam iman percaya kita! (BHS)
Apa reaksi orang-orang Yahudi setelah mereka mendengar pernyataan Yesus Kristus bahwa Allah Bapa mengasihi Yesus dan Yesus berkuasa atas kematian-Nya? Mari simak Yohanes 10:19-21! “Maka timbullah pula pertentangan di antara orang-orang Yahudi karena perkataan itu. Banyak di antara mereka berkata: "Ia kerasukan setan dan gila; mengapa kamu mendengarkan Dia?" Yang lain berkata: "Itu bukan perkataan orang yang kerasukan setan; dapatkah setan memelekkan mata orang-orang buta?" Pernyataan Yesus rupanya telah menimbulkan pro dan kontra di kalangan orang Yahudi. Aspek keilahian Yesus Kristus sebagai Anak Allah yang dikasihi Allah Bapa memang sering tidak dipercayai. Pro dan kontra seputar keilahian Yesus Kristus tidak hanya terjadi di zaman dulu, tetapi ini terus terjadi dari dulu sampai sekarang. Banyak orang tidak mempercayai bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah yang dikasihi dan diutus Allah Bapa. Demikian juga kemenangan-Nya atas maut melalui kebangkitan-Nya. Ke-Allah-an Yesus serta kebangkitan-Nya memang harus dipercayai oleh setiap orang Kristen. Inilah keyakinan terpenting dalam keyakinan iman kristiani kita. Walaupun banyak orang di sekitar kita yang mungkin meragukannya, janganlah kita sekali-kali goyah dari keyakinan dasar ini. Marilah kita sebagai umat percaya terus saling mendorong supaya iman percaya kita pada Yesus Kristus makin teguh dan kokoh! Ayolah! (BHS)
Bagaimana ungkapan keragu-raguan orang Yahudi tentang siapa Yesus Kristus itu? Mari lihat kisahnya di Yohanes 10:22-24! “Tidak lama kemudian tibalah hari raya Pentahbisan Bait Allah di Yerusalem; ketika itu musim dingin. Dan Yesus berjalan-jalan di Bait Allah, di serambi Salomo. Maka orang-orang Yahudi mengelilingi Dia dan berkata kepada-Nya: "Berapa lama lagi Engkau membiarkan kami hidup dalam kebimbangan? Jikalau Engkau Mesias, katakanlah terus terang kepada kami." Di dalam kebimbangan hati, orang-orang Yahudi tidak mau percaya bahwa Yesus adalah sang Mesias. Kebimbangan hati memang menyebabkan orang menjadi selalu ragu-ragu dan tidak mau membuka diri bagi sebuah pembaharuan rohani. Nubuat para nabi, tanda-tanda mujizat, kesaksian Allah Bapa sewaktu baptisan-Nya, kesaksian malaikat di saat kelahiran-Nya, serta kesaksian Yesus sendiri telah menunjukkan bahwa Yesus adalah Kristus, sang Mesias. Meskipun demikian, masih saja orang bimbang dan ragu untuk mempercayai Yesus. Tetapi, bagaimana seseorang kemudian menjadi percaya Kristus? Apakah ini semata-mata berdasar pilihan dan kehendak manusia? Tentu saja tidak! Ini adalah misteri Allah yang dikerjakan melalui Roh Allah. Oleh sebab itu, janganlah kita memegahkan diri! Marilah kita bersyukur bahwa, di dalam kasih karunia-Nya, Allah telah menentukan kita dari semula untuk menjadi anak-anak-Nya. Janganlah sia-siakan ini! (BHS)
Orang-orang Yahudi meragukan bahwa Yesus adalah sang Mesias. Apa tanggapan Yesus di Yohanes 10:25-26 tentang hal itu? Ini dia: “Yesus menjawab mereka: "Aku telah mengatakannya kepada kamu, tetapi kamu tidak percaya; pekerjaan-pekerjaan yang Kulakukan dalam nama Bapa-Ku, itulah yang memberikan kesaksian tentang Aku, tetapi kamu tidak percaya, karena kamu tidak termasuk domba-domba-Ku.” Berulang kali Yesus telah menyatakan siapa diri-Nya, tetapi di dalam kekerasan hatinya, orang Yahudi tetap tidak mau percaya bahwa Yesus adalah sang Mesias. Mereka yang bukan domba-domba Kristus memang tidak akan menuruti suara sang Gembala. Bisa menjadi domba Kristus memang anugerah. Tidak hanya di zaman Yesus, di zaman sekarangpun gambaran tentang domba-domba yang tidak menuruti suara gembalanya masih saja berlaku. Bila orang mengaku percaya kepada Allah Bapa tetapi tidak mau mendengarkan perkataan Kristus, maka dia bukanlah domba Kristus. Kekristenan tanpa iman kepada Yesus Kristus bukanlah kekristenan yang sesungguhnya. Karena berbagai alasan, orang Kristen bisa saja alpa dan tidak peduli lagi akan pertumbuhan imannya. Akibatnya, secara perlahan-lahan tapi pasti, iman kristianinya menjadi semakin luntur. Oleh sebab itu, marilah kita mawas diri dan terus merawat iman percaya kita dalam Yesus Kristus! Berupayalah untuk terus bertumbuh dan tetaplah setia! (BHS)
Apa yang dijanjikan Yesus Kristus, sang Gembala Agung, kepada domba-domba-Nya yang setia untuk mengikut-Nya? Mari dengar janji Tuhan di Yohanes 10:27-28! “Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku.” Bagi mereka yang percaya dan setia mengikut Kristus, maka hukuman dosa yaitu kematian kekal telah digantikan dengan anugerah hidup kekal. Bila orang percaya berpegang pada Kristus, maka tidak akan ada yang dapat merebutnya dari tangan Kristus. Betapa indah hidup ini! Karena Yesus Kristus adalah Anak Allah yang memegang segala kuasa di bumi dan di sorga, maka Ia mampu melaksanakan apa yang dijanjikan-Nya itu. Yang perlu dilakukan oleh umat-Nya hanyalah tetap percaya kepada Kristus serta menaati-Nya. Betapa luar biasanya dan betapa indahnya hidup di dalam Kristus! Hanya saja sayangnya, ada saja orang yang mengaku Kristen tetapi sebenarnya ia tidak serius dengan imannya, bahkan ia berpegang kepada yang bukan Kristus, seperti kekayaan, jabatan, pengaruh politik, atau bahkan dukun-dukun. Kalau Allah sudah begitu mengasihi kita, ayolah kita juga tetap berpegang erat pada Kristus, sang juru selamat kita! Niscayalah hidup kita akan dipenuhi sukacita dan damai sejahtera-Nya. (BHS)
Apa yang disampaikan Yesus kepada orang-orang Yahudi tentang mereka yang mau percaya Kristus? Ini ucapan Yesus di Yohanes 10:29-30. “Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar dari pada siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa. Aku dan Bapa adalah satu." Bila seseorang dapat percaya kepada Kristus, maka itu hanyalah karena anugerah Allah Bapa saja. Karena Allah Bapa dan Yesus Kristus adalah satu adanya maka perlindungan Kristus adalah perlindungan Allah Bapa juga. Di dalam kesatuan ilahi inilah orang yang percaya kepada Kristus mendapatkan rasa aman yang sejati karena tidak ada kuasa gelap atau kuasa lain apapun yang dapat merebutnya dari tangan Allah. Di dunia masa kini, banyak orang berusaha untuk mendapatkan rasa aman melalui harta yang dikumpulkannya, pagar kawat berduri yang dibangunnya, pengawal yang disewanya, kedudukan tinggi yang dikejarnya, ataupun koneksi yang dipunyainya. Meskipun demikian, kekuatiran dan kegelisahan tetaplah melanda mereka tiada hentinya karena rasa aman sejati hanya datang dari Allah saja. Oleh sebab itu, wahai orang Kristen, marilah kita datang kepada Allah Bapa melalui iman kepada Yesus Kristus! Di dalam kesatuan Allah inilah, orang percaya akan memperoleh rasa aman yang sejati. Janganlah kita sekali-kali mencari perlindungan di luar Kristus! Carilah Kristus saja! Pasti kita bahagia hidup bersama-Nya. (BHS)
Bagaimana tanggapan orang-orang Yahudi setelah mereka mendengar ajaran Yesus serta klaimnya bahwa Ia dan Bapa adalah satu? Mari lihat Yohanes 10:31-32! “Sekali lagi orang-orang Yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus. Kata Yesus kepada mereka: "Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-Ku yang Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di antaranya yang menyebabkan kamu mau melempari Aku?" Dua bulan sebelumnya, sewaktu perayaan Pondok Daun, Yesus hendak dirajam oleh orang Yahudi. Sekarang, pada perayaan Pentahbisan Bait Allah, Yesus hendak dirajam pula. Ajaran dan klaim tentang keilahian Yesus selalu membuat orang Yahudi marah karena Yesus dianggap menista agama. Walaupun semua yang dilakukan Yesus Kristus itu adalah pekerjaan baik yang berasal dari Allah Bapa, kepicikan orang Yahudi yang merasa membela Allah dan merasa benar sendiri itu telah membutakan mata mereka. Tak heran kalau kemudian mereka ingin membunuh Yesus. Sentimen agama dan fanatisme yang berlebihan memang bisa membuat hati dan pikiran orang menjadi tidak jernih lagi. Kejernihan akal budi yang disertai kedewasaan karakter penting untuk dikembangkan dalam diri kita. Oleh sebab itu, marilah kita sebagai orang percaya, bertumbuh dalam iman, karakter, dan perilaku yang terwujud dari keputusan dan tindakan kita! Siapapun kita dan dalam posisi apapun, mari kita terus bertumbuh! (BHS)
Mengapa orang Yahudi hendak menganiaya Yesus Kristus? Yohanes 10:33 mengungkapkan alasan mereka. “Jawab orang-orang Yahudi itu: "Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah." Karena Yesus menyatakan bahwa Ia adalah sang Anak Allah, maka Yesus dituduh menghujat. Hanya saja, karena klaim Yesus itu memang benar demikian, maka apa yang disampaikan Yesus itu bukanlah hujat tetapi itu adalah sebuah kebenaran ilahi. Fanatisme agama yang berlebihan memang bisa menghambat orang untuk melihat kebenaran ilahi dalam Yesus Kristus. Secara tegas, Perjanjian Lama menyatakan bahwa manusia yang menyamakan diri dengan Allah adalah sebuah penghujatan. Orang itu telah berdosa di hadapan Allah. Tetapi, bagaimana kalau manusia yang menyatakan bahwa dia itu Anak Allah memang benar-benar Allah? Tentu saja itu bukan hujat. Itu adalah sebuah pernyataan kebenaran. Karena Yesus Kristus memang Anak Allah yang diutus Allah Bapa, bila ada orang yang mengatakan itu bohong dan hujat, justru itu melawan kebenaran. Oleh sebab itu, marilah kita menyatakan kebenaran dengan meyakini dan memproklamasikan bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah yang harus disembah dan ditinggikan oleh semua orang! Inilah dasar utama iman Kristen. (BHS)
Apa jawab Yesus terhadap orang Yahudi yang menuduh-Nya menghujat? Mari lihat Yohanes 10:34-36! “Kata Yesus kepada mereka: "Tidakkah ada tertulis dalam kitab Taurat kamu: Aku telah berfirman: Kamu adalah allah? Jikalau mereka, kepada siapa firman itu disampaikan, disebut allah sedang Kitab Suci tidak dapat dibatalkan , masihkah kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutus-Nya ke dalam dunia: Engkau menghujat Allah! Karena Aku telah berkata: Aku Anak Allah?” Melalui kutipan Mazmur 82:6, Yesus menunjukkan dari PL bahwa Allah itu tidak cuma transenden yang nun jauh di sorga, tetapi Allah itu imanen yaitu bersama dengan manusia yang berwujud dalam diri Yesus Kristus. Paradigma Allah yang imanen dalam diri sang Imanuel, Yesus Kristus, adalah paradigma yang asing bagi orang Yahudi yang berpegang pada keyakinan bahwa Allah itu transenden. Yesus Kristus memang Allah yang beserta manusia. Dialah perwujudan Allah Bapa yang diutus-Nya ke dunia untuk menjalankan misi penebusan manusia. Inilah dasar keyakinan iman Kristen yang kita harus yakini sepenuhnya. Di tengah pluralitas pandangan di dunia ini, kita sebagai orang Kristen harus teguh dan tidak bimbang tentang ke-Allah-an Yesus Kristus. Banyak hal yang akan mencoba menggoyahkan iman kita, tetapi marilah kita saling menguatkan dan saling mendorong untuk terus percaya pada sang Imanuel yaitu sang Anak Allah! (BHS)
Apa yang dikatakan Yesus kepada orang Yahudi yang tidak percaya kepada-Nya? Ini perkataan Kristus di Yohanes 10:37-38. “Jikalau Aku tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan Bapa-Ku, janganlah percaya kepada-Ku, tetapi jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepada-Ku, percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa." Segala pekerjaan yang dilakukan Yesus, baik itu mujizat, tindakan, ataupun pengajaran-Nya, pastilah selaras dengan kehendak Allah Bapa karena Yesus Kristus dan Allah Bapa adalah satu adanya. Pekerjaan-pekerjaan Kristus ini merupakan bukti akan keilahian Yesus Kristus. Orang Yahudi tidak mau percaya akan apa yang dikatakan Yesus. Meskipun demikian, segala pekerjaan yang telah dilakukan Yesus seharusnya dapat mengarahkan mereka untuk percaya Kristus bila mereka mau untuk melihat semua pekerjaan itu secara jernih. Sayangnya, pikiran mereka sudah diselimuti oleh berbagai prasangka negatif dan kebencian sehingga apapun yang diperbuat Yesus, pasti dianggap jahat. Tidak hanya di zaman Yesus, di zaman sekarangpun prasangka negatif dan kebencian telah membuat orang untuk menutup diri terhadap fakta kebenaran Kristus. Meskipun demikian, orang Kristen dipanggil untuk terus menyatakan kebenaran Kristus dalam segala pikiran dan perbuatannya. Ayolah! (BHS)
Apa yang dikatakan Yesus Kristus rupanya telah begitu menegur dan menimbulkan kemarahan orang-orang Yahudi. Apa yang kemudian dilakukan mereka terhadap Yesus Kristus di Yohanes 10:39? Ini dia: “Sekali lagi mereka mencoba menangkap Dia, tetapi Ia luput dari tangan mereka.” Sebelumnya, di Yohanes 7, orang Yahudi sudah tiga kali mencoba menangkap Yesus, dan di Yohanes 10 ini, sudah dua kali orang Yahudi hendak menganiaya dan menangkap Yesus. Kebenaran yang disampaikan Yesus memang telah menyakitkan hati orang-orang Yahudi yang merasa memiliki semua kebenaran. Hanya saja, rencana Allah Bapa pasti akan terjadi dalam waktu yang telah ditentukan-Nya sendiri di dalam hikmat dan kuasa-Nya. Rencana agung Allah untuk penyelamatan manusia memang hanya bisa terlaksana dalam waktu yang telah ditentukan Allah saja. Di dalam kuasa Allah, tidak ada satu kejadianpun di dunia ini yang dapat terjadi tanpa sepengetahuan Allah. Oleh sebab itu, dalam orang percaya melihat segala pergolakan dunia, pergumulan gereja masa kini, persoalan keluarga, serta permasalahan pribadi, marilah kita beriman dan tetap bersabar menunggu waktu Tuhan dengan keyakinan bahwa tidak ada satupun hal yang terluput dari kuasa dan pengetahuan Tuhan! Di dalam waktu Tuhan, Tuhan akan membuat segala sesuatu indah pada waktu-Nya. Kita hanya perlu terus bertumbuh dan setia melakukan kehendak-Nya. (BHS)
Apa yang terjadi setelah Yesus luput dari penangkapan orang Yahudi dan menyingkirkan diri keluar dari Yerusalem? Mari lihat kisahnya di Yohanes 10:40-42! “Kemudian Yesus pergi lagi ke seberang Yordan, ke tempat Yohanes membaptis dahulu, lalu Ia tinggal di situ. Dan banyak orang datang kepada-Nya dan berkata: "Yohanes memang tidak membuat satu tandapun, tetapi semua yang pernah dikatakan Yohanes tentang orang ini adalah benar." Dan banyak orang di situ percaya kepada-Nya.” Yesus pergi dan tinggal di Betania, dimana dulu Yohanes pembaptis melayani. Banyak orang menjadi percaya Yesus karena kesaksian Yohanes pembaptis tentang Yesus memang benar yaitu Yesuslah sang Anak Allah. Kesaksian Yohanes Pembaptis adalah seperti papan penunjuk jalan yang mengarahkan orang untuk datang kepada Yesus Kristus dan mengakui-Nya sebagai Anak Allah yang berkuasa atas segala sesuatu. Yohanes Pembaptis telah menyaksikan sendiri bagaimana Allah Bapa telah menyatakan siapa Yesus Kristus itu pada saat Yesus dibaptis bahwa Yesus memang Anak Allah yang dikasihi oleh Allah Bapa. Keilahian Yesus Kristus sebagai Anak Allah inilah dasar utama iman Kristen yang harus dipegang teguh oleh setiap orang percaya. Tanpa keyakinan dasar ini, kekristenan tidak ada. Oleh sebab itulah, jangan sekali-kali kita ragu akan siapa Yesus Kristus itu! Ayolah kita percaya pada Kristus dengan segenap hati kita! (BHS)
Apa yang dilakukan Yesus selama Ia di Betania setelah Ia menyingkir dari Yerusalem? Mari dengar kisahnya di Yohanes 11:1-3. “Ada seorang yang sedang sakit, namanya Lazarus. Ia tinggal di Betania, kampung Maria dan adiknya Marta. Maria ialah perempuan yang pernah meminyaki kaki Tuhan dengan minyak mur dan menyekanya dengan rambutnya. Dan Lazarus yang sakit itu adalah saudaranya. Kedua perempuan itu mengirim kabar kepada Yesus: "Tuhan, dia yang Engkau kasihi, sakit." Dalam keyakinan akan keiliahian Yesus Kristus, Maria dan Marta menyampaikan kegundahan hati mereka kepada Yesus tentang Lazarus. Membawa segala kekuatiran pada Yesus memang sikap yang benar karena Yesus berkuasa. Penyakit serta berbagai persoalan kehidupan pastilah menimbulkan kekuatiran dan kegelisahan hati. Ini adalah hal yang manusiawi dan wajar saja terjadi. Hanya saja, bagaimana seharusnya orang percaya bersikap? Maria dan Marta, dalam keyakinan iman bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah yang berkuasa, membawa kekuatiran mereka kepada Yesus Kristus. Inilah sikap yang harus diteladani oleh setiap orang percaya. Penyakit dan berbagai persoalan hidup pasti akan selalu ada selama kita hidup. Tetapi iman kepada Yesus Kristuslah yang akan menolong orang percaya untuk menghadapi segala macam tantangan sebesar apapun itu. Maka, damai sejahtera yang melampaui segala akal, pasti akan dianugerahkan Allah pada kita. (BHS)
Apa tanggapan Yesus sewaktu Ia mendengar kabar bahwa Lazarus yang dikasihi-Nya itu sakit parah? Yohanes 11:4 menceritakannya. “Ketika Yesus mendengar kabar itu, Ia berkata: "Penyakit itu tidak akan membawa kematian, tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan." Sebagai Anak Allah yang berkuasa, Yesus tahu bahwa penyakit parah Lazarus tidaklah akan menyebabkan kematiannya. Bahkan melalui sakit Lazarus ini, Yesus Kristus menyatakan kekuasaan-Nya sehingga nama Tuhan Yesus sang Anak Allah itu akan dimuliakan. Sakit Lazarus itu bukanlah kutuk tetapi justru melalui penyakit itu, Lazarus menjadi saluran berkat bagi orang untuk datang kepada Kristus. Bagaimana seharusnya orang percaya melihat penyakit dan penderitaan? Apakah penyakit dan penderitaan itu adalah selalu bentuk hukuman Tuhan karena dosa seseorang? Ini tentu saja tidak selalu benar demikian. Seseorang bisa saja sakit atau menderita seperti tokoh Ayub di Alkitab, semata-mata karena Tuhan mengijinkan itu untuk terjadi. Demikian juga Lazarus! Penyakit Lazarus itu memang akan dipakai Allah untuk kemuliaan-Nya. Oleh sebab itu, marilah kita terus teguh beriman pada Allah dan melihat penyakit dan penderitaan sebagai hal yang diijinkan Allah sebagai saluran berkat bagi orang lain! Marilah kita tetap beriman dan mengalir dalam rencana Allah karena rencana Allah pasti baik bagi kita semua! (BHS)
Apa yang dilakukan Yesus setelah mendengar bahwa Lazarus sakit? Ini kisahnya di Yohanes 11:5-7. “Yesus memang mengasihi Marta dan kakaknya dan Lazarus. Namun setelah didengar-Nya, bahwa Lazarus sakit, Ia sengaja tinggal dua hari lagi di tempat, di mana Ia berada; tetapi sesudah itu Ia berkata kepada murid-murid-Nya: "Mari kita kembali lagi ke Yudea." Yesus tahu bahwa Lazarus sakit parah. Meskipun demikian, di dalam kasih-Nya dan hikmat-Nya yang begitu besar, Yesus justru dengan sengaja tidak bergegas untuk bertemu Lazarus. Yesus sadar betul bahwa segala sesuatu harus dilakukan dalam waktu Allah dan sesuai dengan maksud-Nya. Tentu ini bukan hanya bergantung pada pertimbangan akal budi semata. Akal budi adalah karunia ilahi yang harus digunakan dalam membuat suatu keputusan. Meskipun demikian, pertimbangan akal budi bukanlah satu-satunya faktor karena di atas segala pertimbangan rasional itu, ada Amsal 3:5 yang mendorong orang percaya untuk mempercayai Tuhan dengan segenap hati dan tidak bersandar kepada pengertian sendiri. Inilah yang diteladankan Yesus dalam keputusannya untuk menunda kepergiannya menjenguk Lazarus. Oleh sebab itu, marilah kita belajar untuk melangkah dengan menggunakan akal budi dengan tetap mempercayai Tuhan dengan segenap hati! Marilah kita mengutamakan maksud Tuhan dan bersabar untuk melaksanakannya dalam waktu Tuhan! Ayo belajar peka! BHS
Bagaimana respon murid-murid Yesus sewaktu Yesus menyatakan untuk pergi ke Betania? Mari lihat Yohanes 11:8-10! “Murid-murid itu berkata kepada-Nya: "Rabi, baru-baru ini orang-orang Yahudi mencoba melempari Engkau, masih maukah Engkau kembali ke sana?" Jawab Yesus: "Bukankah ada dua belas jam dalam satu hari? Siapa yang berjalan pada siang hari, kakinya tidak terantuk, karena ia melihat terang dunia ini. Tetapi jikalau seorang berjalan pada malam hari, kakinya terantuk, karena terang tidak ada di dalam dirinya." Murid-murid berkuatir bahwa Yesus akan dianiaya lagi oleh orang Yahudi. Akan tetapi, Yesus sadar betul bahwa kepergiannya ada di dalam terang maksud Tuhan yang dilakukan pada waktu Tuhan semata. Melaksanakan maksud Tuhan digambarkan oleh Yesus sebagai seorang yang berjalan pada siang hari. Dengan Firman Tuhan yang seperti mentari yang terang benderang, segala langkah kehidupan menjadi jelas, terarah, dan fokus, tanpa sedikitpun ada rasa bimbang dalam melaksanakan maksud Tuhan itu. Tidaklah demikian mereka yang tidak peduli Tuhan dan tidak menjalankan maksud Tuhan! Kehidupannya akan seperti perjalanan di malam gelap gulita tanpa cahaya dari maksud Allah. Kehidupannya akan menjadi tanpa arah dan tidak bermakna. Wahai orang percaya, kehidupan seperti apa yang kita rindukan untuk terjadi? Jelas pilihannya bukan? Mari hidup selalu dalam terang maksud Tuhan! (BHS)
Setelah Yesus mendorong murid-murid-Nya untuk memahami maksud Tuhan, apa yang disampaikan Yesus tentang Lazarus? Ini kisahnya di Yohanes 11:11-13. “Demikianlah perkataan-Nya, dan sesudah itu Ia berkata kepada mereka: "Lazarus, saudara kita, telah tertidur, tetapi Aku pergi ke sana untuk membangunkan dia dari tidurnya." Maka kata murid-murid itu kepada-Nya: "Tuhan, jikalau ia tertidur, ia akan sembuh." Tetapi maksud Yesus ialah tertidur dalam arti mati, sedangkan sangka mereka Yesus berkata tentang tertidur dalam arti biasa.” Murid-murid Yesus tidak memahami maksud perkataan Kristus tentang Lazarus. Di dalam segala keterbatasannya, manusia tidaklah dapat memahami maksud Kristus yang memang Maha Kuasa itu. Karena Yesus Kristus adalah Anak Allah yang berkuasa, maka Ia tahu betul bahwa Lazarus akan mati karena sakitnya itu. Tetapi, di dalam kuasa-Nya pula, Yesus tahu bahwa Lazarus akan dibangkitkan dari kematiannya. Di dalam keterbatasan manusia, jelaslah kalau manusia tidak dapat memahami rencana Allah. Bagaimana mungkin orang mati bisa dibangkitkan? Meskipun tidak masuk di akal, kuasa Yesus Kristus melampaui segala pikiran manusia. Tiada yang mustahil bagi sang Anak Allah, Yesus Kristus. Kuasa-Nya tidak hanya mampu membangkitkan orang mati, tetapi terlebih lagi, Kristus mampu menebus setiap orang yang percaya kepada-Nya, dari kematian kekal menuju ke kehidupan kekal. Mari puji Kristus senantiasa! (BHS)
Kepada murid-murid-Nya, Yesus Kristus menyampaikan secara terbuka tentang apa yang terjadi pada Lazarus seperti yang terungkap di Yohanes 11:14-15. “Karena itu Yesus berkata dengan terus terang: "Lazarus sudah mati; tetapi syukurlah Aku tidak hadir pada waktu itu, sebab demikian lebih baik bagimu, supaya kamu dapat belajar percaya. Marilah kita pergi sekarang kepadanya." Karena Yesus Kristus adalah Anak Allah, maka Ia tahu bahwa Lazarus telah mati. Meskipun demikian, dalam rencana Allah, kematian Lazarus justru akan menjadi sarana bagi dinyatakannya kuasa sang Anak Allah. Ini semua juga akan menolong para murid Kristus untuk belajar percaya akan keilahian Yesus Kristus sebagai Anak Allah yang diutus Bapa. Bagi Maria dan Marta, kematian saudara mereka, Lazarus, tentu menjadikan segala harapan untuk kesembuhannya sirna sudah. Lazarus sudah mati dan sudah dikuburkan. Meskipun demikian, Yesus Kristus, sang Anak Allah, mempunyai rencana dalam kemalangan ini. Apa yang terlihat sebagai kemalangan hidup yaitu kematian, memang pasti buruk di mata manusia, tetapi di mata Allah, justru ini suatu kesempatan untuk menyatakan kemuliaan sang Anak Allah. Oleh sebab itu, marilah kita mengutamakan Kristus dalam segala jalan hidup kita! Apa yang semula terlihat buruk di mata manusia, bisa jadi justru merupakan sarana bagi dinyatakannya kemuliaan Allah. Marilah kita mengimani bahwa Allah sungguh bekerja untuk kebaikan kita! (BHS)
Walaupun Lazarus sudah mati, Yesus tetap mengajak murid-murid-Nya untuk pergi ke Betania. Mari simak kisah di Yohanes 11:16-17! “Lalu Tomas, yang disebut Didimus, berkata kepada teman-temannya, yaitu murid-murid yang lain: "Marilah kita pergi juga untuk mati bersama-sama dengan Dia." Maka ketika Yesus tiba, didapati-Nya Lazarus telah empat hari berbaring di dalam kubur.” Ajakan Yesus untuk pergi menjenguk Lazarus yang sudah mati direspon dengan keyakinan iman oleh Tomas. Keyakinan iman bahwa Yesus mampu mengatasi segala masalah, bahkan kematian, akan menolong para murid untuk tetap bersemangat dan tidak ragu-ragu dalam mengikut Yesus. Iman pada Yesus Kristus memang seyogyanya menimbulkan semangat. Bila kita mengaku beriman bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah yang berkuasa atas segala sesuatu, apakah kita masih sering bersikap loyo, tidak bersemangat, atau ogah-ogahan? Apakah keyakinan iman kita itu tidak membawa pengaruh dalam sikap kita? Tentu saja seharusnya tidaklah demikian. Iman haruslah terwujud dalam sikap optimis dan semangat dalam menyongsong masa depan dengan pengharapan yang penuh pada kuasa dan otoritas Tuhan dalam kehidupan kita. Optimisme dan semangat atas dasar iman inilah yang akan terwujud di dalam segala bentuk keputusan serta tindakan kita. Oleh sebab itu, marilah kita tinggalkan sikap pesimis dan loyo dalam menghadapi segala kesukaran dengan selalu optimis! Ayo semangat! (BHS)
Dalam perjalanan menuju ke rumah duka di Betania karena matinya Lazarus, kabar tentang kedatangan Yesus Kristus telah didengar oleh Maria dan Marta. Apa yang terjadi? Mari lihat kisahnya di Yohanes 11:18-20! “Betania terletak dekat Yerusalem, kira-kira dua mil jauhnya. Di situ banyak orang Yahudi telah datang kepada Maria dan Marta untuk menghibur mereka berhubung dengan kematian saudaranya. Ketika Marta mendengar, bahwa Yesus datang, ia pergi mendapatkan-Nya. Tetapi Maria tinggal di rumah.” Sesuai dengan kepribadian mereka, Maria dan Marta bertindak. Marta pergi menemui Yesus dan Maria menemui orang Yahudi yang berbelasungkawa di rumah. Melaksanakan misi sesuai kepribadian memang menyenangkan. Maria dan Marta memang mempunyai kepribadian yang berbeda. Meskipun demikian, di dalam perbedaan ini, mereka berdua bertindak untuk saling melengkapi satu sama lainnya. Seperti halnya Maria dan Marta, dalam persekutuan orang percaya, pasti banyak sekali orang yang mempunyai berbagai jenis kepribadian, talenta, latar belakang pendidikan, ras, suku, dan berbagai perbedaan lainnya. Semua perbedaan ini seharusnya sama-sama digunakan untuk saling melengkapi satu sama lain dan bukan justru dipakai untuk memecah belah. Segala perbedaan itu justru akan memperkaya, tidak hanya gereja, tetapi juga memperkaya kehidupan kebersamaan di dalam masyarakat luas. Mari hargai perbedaan! (BHS)
Apa yang disampaikan Marta setelah bertemu Yesus Kristus yang menggambarkan imannya? Mari baca Yohanes 11:21-22! “Maka kata Marta kepada Yesus: "Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati. Tetapi sekarangpun aku tahu, bahwa Allah akan memberikan kepada-Mu segala sesuatu yang Engkau minta kepada-Nya." Walaupun Lazarus saudaranya itu sudah mati, Marta tetap percaya bahwa Allah selalu akan mendengarkan dan mengabulkan permintaan Yesus Kristus, apapun itu. Marta tetap menaruh harapannya pada Yesus Kristus karena Marta percaya bahwa Yesus Kristus adalah sang Anak Allah yang diperkenan oleh Allah Bapa. Ia yakin bahwa tidak ada yang mustahil bagi Kristus. Di dalam situasi dan kondisi yang sulit, Marta tetap beriman pada Yesus Kristus dan tidak kehilangan pengharapannya. Inilah sikap iman yang harus diteladani oleh setiap orang percaya. Persoalan rumit, situasi sulit, kondisi sakit, serta berbagai permasalahan lainnya pasti akan selalu ada selama hidup manusia, siapapun dia. Bagi orang Kristen, yang penting adalah bahwa, terlepas dari seberapapun besarnya kesulitan yang kita hadapi, kita tetap percaya dan yakin bahwa Yesus Kristus, sang Anak Allah itu, pastilah tidak akan meninggalkan kita. Yesus Kristus pasti menyertai kita dalam menghadapi berbagai tantangan dan persoalan kehidupan. Oleh sebab itu, marilah kita teguhkan iman percaya kita pada Yesus Kristus! Jangan ragu! (BHS)
Marta salah mengerti akan maksud Yesus tentang kebangkitan Lazarus. Mari lihat kisahnya di Yohanes 11:22-24! “Kata Yesus kepada Marta: "Saudaramu akan bangkit." Kata Marta kepada-Nya: "Aku tahu bahwa ia akan bangkit pada waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman." Sewaktu Yesus menyampaikan bahwa Lazarus akan bangkit, Marta sama sekali tidak berpikir bahwa Lazarus benar-benar akan dibangkitkan dari kubur. Memang orang percaya akan dibangkitkan di akhir zaman, tetapi mujizat Yesus Kristus terjadi pada waktu Dia masih hidup di dunia ini sebagai tanda bahwa Yesus Kristus memang Anak Allah yang berkuasa atas segala sesuatu. Melaluinya, Yesus Kristus sang Anak Allah makin ditinggikan. Yesus Kristus memang tidak hanya memberi pengajaran dasar-dasar iman seperti halnya soal kebangkitan di akhir zaman, tetapi Yesus juga menunjukkan bahwa Ia ikut terlibat dalam pergumulan sehari-hari manusia, seperti halnya masalah kematian Lazarus. Seperti juga Yesus Kristus dapat melakukan mujizat di masa lalu dengan membangkitkan Lazarus, di dalam anugerah-Nya, Yesus Kristuspun dapat melakukan mujizat-Nya di dalam keseharian seseorang di masa sekarang ini. Masalahnya, apakah kita dapat melihat keajaiban mujizat tangan Tuhan itu dalam pergumulan kita sehari-hari? Oleh sebab itu, marilah kita belajar untuk peka mendengar apa yang diajarkan Tuhan dan melihat tangan Tuhan setiap hari! (BHS)
Apa yang disampaikan Yesus kepada Marta, saudara Lazarus, setelah Marta menyampaikan keyakinannya tentang kebangkitan orang mati di akhir zaman? Mari lihat Yohanes 11:25-27! “Jawab Yesus: "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?" Jawab Marta: "Ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia." Kebangkitan adalah transformasi dari kematian menjadi kehidupan. Hanya melalui iman percaya pada Yesus Kristuslah transformasi ke kehidupan kekal itu terjadi karena Dialah sang Mesias! Karena adanya berbagai pandangan masa kini yang tidak mempercayai bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah, orang Kristen tentu ada saja yang merasa gamang dan bimbang, padahal keyakinan iman tentang ke-Allah-an Yesus Kristus itulah yang menjadi fondasi dasar dari iman Kristen. Pernyataan Yesus Kristus bahwa Dialah kebangkitan dan hidup yang memberikan kehidupan yang kekal adalah pernyataan dasar iman yang harus dipercayai oleh setiap orang Kristen tanpa ragu. Oleh karena itu, marilah kita terus saling mengingatkan untuk tidak goyah dan tetap beriman teguh pada Kristus! Janganlah sampai atas nama toleransi beragama, kita kemudian melakukan kompromi iman! Mari kita terus perteguh iman kita dalam kasih! (BHS)
Setelah Marta mengungkapkan imannya pada Yesus Kristus, apa yang dilakukannya? Ini kisahnya di Yohanes 11:28-30. “Dan sesudah berkata demikian ia pergi memanggil saudaranya Maria dan berbisik kepadanya: "Guru ada di sana dan Ia memanggil engkau." Mendengar itu Maria segera bangkit lalu pergi mendapatkan Yesus. Tetapi waktu itu Yesus belum sampai ke dalam kampung itu. Ia masih berada di tempat Marta menjumpai Dia.” Mengetahui kesedihan Maria, Yesus Kristus meminta Maria untuk menemui-Nya. Mariapun bergegas datang. Ketaatan untuk bergegas datang kepada Kristus dalam setiap pergumulan adalah tindakan terbaik yang bisa dilakukan oleh setiap orang percaya. Kristuslah sandaran teguh! Di Matius 11:28, Kristus berkata: “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” Undangan Yesus ini tentu saja berlaku bagi setiap orang percaya yang berkesusahan. Seperti halnya Maria yang bergegas datang kepada Kristus, demikian juga hendaknya kita semua. Terpaan kesedihan dan persoalan hidup pastilah selalu ada selama kita hidup di dunia ini, baik itu berupa penyakit, kesulitan ekonomi, problema di pekerjaan, selisih pendapat, kondisi sosial politik, dan berbagai permasalahan lainnya. Bergegas datang kepada Kristus adalah jalan keluar terbaik bagi setiap orang percaya karena hanya Dialah tempat kita bersandar. Mari bergegaslah datang kepada Kristus! (BHS).
Apa yang dilakukan Maria setelah mendengar kabar dari Marta bahwa Yesus memanggilnya? Ini kisahnya di Yohanes 11:31-32, “Ketika orang-orang Yahudi yang bersama-sama dengan Maria di rumah itu untuk menghiburnya, melihat bahwa Maria segera bangkit dan pergi ke luar, mereka mengikutinya, karena mereka menyangka bahwa ia pergi ke kubur untuk meratap di situ. Setibanya Maria di tempat Yesus berada dan melihat Dia, tersungkurlah ia di depan kaki-Nya dan berkata kepada-Nya: "Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati." Maria percaya bahwa Yesus dapat menyembuhkan Lazarus bila Yesus tidak terlambat datang, tetapi Maria tidak pernah berpikir bahwa Yesus mampu membangkitkan Lazarus. Walaupun secara iman orang Kristen mempercayai bahwa Yesus Kristus itu adalah Anak Allah yang Maha Kuasa, tetapi tidak berarti bahwa semua orang Kristen mempercayai Kristus mampu menghadapi persoalan rumit sehari-harinya yang serasa mustahil. Seperti halnya kematian Lazarus adalah seperti sebuah jalan buntu bagi Maria, banyak persoalan dalam kehidupan yang seperti sudah mencapai jalan buntu dan tidak ada harapan lagi untuk bisa terselesaikan. Meskipun demikian, wahai orang Kristen, marilah kita terus mengingat dan meyakini bahwa di dalam ke-Maha Kuasa-an Allah dalam Yesus Kristus, tidak ada persoalan yang tidak bisa diatasi! Yang penting, marilah kita tetap percaya dan bertaut kepada Kristus senantiasa. (BHS)
Apa reaksi Yesus sewaktu Ia melihat Maria dan orang-orang Yahudi menangis karena kematian Lazarus? Yohanes 11:33-35 menceritakan reaksi Yesus. “Ketika Yesus melihat Maria menangis dan juga orang-orang Yahudi yang datang bersama-sama dia, maka masygullah hati-Nya. Ia sangat terharu dan berkata: "Di manakah dia kamu baringkan?" Jawab mereka: "Tuhan, marilah dan lihatlah!" Maka menangislah Yesus.” Hati Yesus adalah hati yang penuh belas kasihan dan empati terhadap kesedihan dan kegundahan orang lain. Sebagai Anak Allah yang berkuasa, Yesus tentu tahu apa yang telah terjadi pada Lazarus dan apa yang akan dilakukan-Nya. Meskipun demikian, Yesus selalu bersolider terhadap penderitaan manusia. Yesus adalah perwujudan solidaritas Allah atas penderitaan manusia yang berada di himpitan dosa. Allah yang berinkarnasi dalam Yesus Kristus, menunjukkan solidaritasnya melalui keterharuan dan tangisan-Nya melihat kesedihan hati Maria. Rasa empati ini bukanlah sebuah kelemahan tetapi ini justru suatu teladan yang harus diikuti oleh setiap orang percaya. Oleh sebab itu, wahai orang percaya, marilah kita belajar bersolider dan berempati terhadap penderitaan dan kesedihan orang lain! Memang, di dalam kelemahan dan keterbatasan kita, mungkin tidak banyak hal yang bisa kita lakukan untuk mengatasi setiap penderitaan dan kesedihan, tetapi marilah kita membawanya dalam doa kita sambil melakukan apa yang kita bisa! (BHS)
Apa komentar beberapa orang Yahudi yang tidak suka kepada Yesus setelah mereka melihat Yesus berempati dan menangis? Mari lihat Yohanes 11:37-38! “Tetapi beberapa orang di antaranya berkata: "Ia yang memelekkan mata orang buta, tidak sanggupkah Ia bertindak, sehingga orang ini tidak mati?" Maka masygullah pula hati Yesus, lalu Ia pergi ke kubur itu. Kubur itu adalah sebuah gua yang ditutup dengan batu.” Membangkitkan orang mati memang adalah hal yang sama sekali tidak mungkin dilakukan oleh manusia. Tak heran kalau ada orang Yahudi yang tidak percaya Yesus yang kemudian mengejek-Nya. Tetapi karena Yesus adalah sang Anak Allah yang Maha Kuasa, maka tidak ada hal yang mustahil bagi-Nya. Bila orang hanya melihat Yesus Kristus sebagai manusia biasa saja, maka tentu saja segala keterbatasan manusia akan dikenakan kepada-Nya. Tetapi, karena Yesus Kristus adalah sang Imanuel yaitu Allah yang berinkarnasi menjadi manusia, maka Yesus adalah Allah sejati dan sekaligus manusia sejati. Di dalam keilahian-Nya itu, maka Yesus Kristus, sebagai sang Anak Allah, dapat melakukan segala mujizat. Kalau alam semesta saja diciptakan melalui sang Firman yaitu Yesus Kristus, maka membangkitkan orang mati tentu bukanlah hal yang mustahil bagi Kristus. Oleh sebab itu, wahai setiap orang percaya, marilah kita tetap teguh beriman bahwa Kristus adalah sang Anak Allah yang mampu melakukan segala sesuatu. Ayolah! (BHS)
Ada orang-orang Yahudi yang tidak percaya bahwa Yesus itu adalah Anak Allah yang berkuasa. Apa yang kemudian dilakukan Yesus Kristus di kubur Lazarus? Ini kisahnya di Yohanes 11:39-40. “Kata Yesus: "Angkat batu itu!" Marta, saudara orang yang meninggal itu, berkata kepada-Nya: "Tuhan, ia sudah berbau, sebab sudah empat hari ia mati." Jawab Yesus: "Bukankah sudah Kukatakan kepadamu: Jikalau engkau percaya engkau akan melihat kemuliaan Allah?" Setelah empat hari, sudah tentu mayat Lazarus akan mulai membusuk. Hanya kuasa Allah sajalah yang memungkinkan mujizat kebangkitan untuk terjadi. Di dalam iman percaya kepada Yesus Kristus, orang memang akan melihat kemuliaan Allah dinyatakan. Mujizat adalah hal supernatural yang tidak akan bisa terjadi tanpa campur tangan Allah. Apa yang mustahil bagi manusia, tidaklah mustahil bagi Allah. Apa yang tidak mungkin terjadi dan tidak masuk di akal manusia, hanyalah hal sepele dan mudah dilakukan bagi Allah karena manusia memang terbatas tetapi Allah memang tidak terbatas. Oleh sebab itulah, manusia harus mawas diri dan merendahkan diri di hadapan Allah dengan menaruh iman percaya pada Yesus Kristus, sang Anak Allah. Hanya melalui Yesus Kristuslah, orang percaya dapat melihat dan menikmati kemuliaan dan mujizat Allah. Di tengah dunia yang makin tidak peduli Tuhan, marilah kita tetap berpegang pada pengakuan kita akan kuasa Allah dalam Yesus Kristus! (BHS)
Apa yang dilakukan Yesus Kristus setelah kubur Lazarus dibuka setelah empat hari? Mari lihat Yohanes 11:41-42! “Maka mereka mengangkat batu itu. Lalu Yesus menengadah ke atas dan berkata: "Bapa, Aku mengucap syukur kepada-Mu, karena Engkau telah mendengarkan Aku. Aku tahu, bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku, tetapi oleh karena orang banyak yang berdiri di sini mengelilingi Aku, Aku mengatakannya, supaya mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku." Apa yang hendak dilakukan Yesus yaitu membangkitkan Lazarus adalah suatu tanda bahwa Yesus Kristus memang adalah sang Anak Allah yang dikasihi Allah Bapa. Orang banyak mestilah percaya pada-Nya. Di dalam keilahian-Nya sebagai sang Anak Allah, Yesus Kristus mampu untuk melakukan hal-hal yang mustahil dilakukan manusia seperti halnya membangkitkan Lazarus dari kematiannya. Mujizat yang dilakukan Yesus Kristus adalah guna membawa orang untuk percaya kepada Allah Bapa yang telah mengutus-Nya. Seperti di zaman dulu, kuasa Yesus Kristus tidaklah berubah dan mujizat-Nya terus berlangsung sampai sekarang ini. Melalui Roh Kudus-Nya, Yesus Kristus terus bekerja membawa orang untuk mengalami mujizat keselamatan melalui iman percaya kepada-Nya. Oleh sebab itu, marilah kita terus setia menjadi saksi Kristus sehingga mujizat keselamatan bisa terjadi juga kepada lebih banyak orang! Mari beritakan Kristus saja! (BHS)
Apa tindakan Yesus Kristus di luar kubur Lazarus setelah Ia berdoa? Ini kisahnya di Yohanes 11:43-44! “Dan sesudah berkata demikian, berserulah Ia dengan suara keras: "Lazarus, marilah ke luar!" Orang yang telah mati itu datang ke luar, kaki dan tangannya masih terikat dengan kain kapan dan mukanya tertutup dengan kain peluh. Kata Yesus kepada mereka: "Bukalah kain-kain itu dan biarkan ia pergi." Dalam belitan kain kapan, Lazarus dibangkitkan dari kematiannya dan keluar dari kubur batu. Betapa mengagetkan hal ini! Apa yang mustahil itu telah dilakukan oleh Yesus Kristus. Apa yang dikatakan Yesus Kristus, itulah hal yang terjadi. Yesus Kristus memanglah sang Anak Allah yang Maha Kuasa. Dalam berbagai kisah di Alkitab, telah diceritakan bagaimana Yesus Kristus melakukan berbagai mujizat. Apa yang dinyatakan Yesus, itulah yang terjadi. Baik angin ribut, sakit penyakit, kematian, bahkan iblispun harus menaati Kristus karena Kristuslah sang Anak Allah yang berkuasa dan dikasihi Allah Bapa. Fakta keilahian Yesus Kristus ini haruslah selalu dipercayai oleh setiap orang percaya. Di tengah tantangan pluralitas pandangan di dunia masa kini, keyakinan iman bahwa Yesus Kristus adalah sang Anak Allah yang berkuasa sering kali mengalami banyak tentangan. Meskipun demikian, orang percaya haruslah tetap berpegang teguh pada kesaksian Alkitab bahwa Yesus Kristus memanglah sang Anak Allah. (BHS)
Apa dampak dari dibangkitkannya Lazarus oleh Yesus Kristus dari kematian? Mari lihat laporan Rasul Yohanes di Yohanes 11:45-46! “Banyak di antara orang-orang Yahudi yang datang melawat Maria dan yang menyaksikan sendiri apa yang telah dibuat Yesus, percaya kepada-Nya. Tetapi ada yang pergi kepada orang-orang Farisi dan menceriterakan kepada mereka, apa yang telah dibuat Yesus itu.” Mujizat kebangkitan Lazarus ini telah membawa banyak orang Yahudi untuk percaya Kristus, walaupun ada saja orang yang tidak menyukainya. Mujizat kebangkitan Lazarus telah menjadi proklamasi bahwa Yesus Kristus adalah sang Anak Allah yang berkuasa. Percaya kepada Kristus adalah respons yang semestinya. Segala mujizat yang dilakukan Yesus Kristus merupakan demonstrasi dari keilahian Yesus Kristus sebagai Anak Allah yang dikasihi Allah Bapa. Dengan demikian, mujizat bukanlah suatu tujuan akhir tetapi mujizat adalah sarana guna mengantarkan orang untuk mengenal Yesus Kristus. Hanya saja sayangnya, ada saja orang Kristen yang justru mengejar mujizat Tuhan dan bukannya malah mencari Yesus Kristus, sang pemberi mujizat. Sikap seperti ini tentulah harus dihindari. Oleh sebab itu, wahai orang percaya di Indonesia, marilah kita belajar mengarahkan iman percaya kita hanya kepada Allah di dalam Yesus Kristus saja! Marilah kita ingat bahwa di dalam Kristus, kita telah menerima mujizat terbesar yaitu keselamatan kita! Terpujilah Kristus! (BHS)
Kegelisahan rupanya timbul pada pimpinan Yahudi karena mujizat kebangkitan Lazarus. Mari lihat kegelisahan mereka di Yohanes 11:47-48! “Lalu imam-imam kepala dan orang-orang Farisi memanggil Mahkamah Agama untuk berkumpul dan mereka berkata: "Apakah yang harus kita buat? Sebab orang itu membuat banyak mujizat. Apabila kita biarkan Dia, maka semua orang akan percaya kepada-Nya dan orang-orang Roma akan datang dan akan merampas tempat suci kita serta bangsa kita." Kegelisahan karena merasa eksistensinya terancam menyebabkan otoritas agama mencari-cari alasan politik untuk menyingkirkan Yesus. Kegelisahan telah membutakan mereka akan kuasa sang Anak Allah. Rasa eksistensi yang terganggu bisa saja kemudian berkembang menjadi rasa tidak suka. Tidak heran kalau kemudian ada pihak yang kemudian mencari-cari berbagai alasan untuk menyingkirkan orang yang tidak disukainya itu melalui berbagai upaya jahat, termasuk melakukan provokasi dan hasutan. Hal yang terjadi di zaman Yesus itu pasti bisa saja terjadi di zaman sekarang. Karena merasa terancam oleh kehadiran seorang pemimpin Kristen yang sedang naik daun, bisa saja pemimpin Kristen lain merasa tidak suka dan kemudian mereka-rekakan upaya jahat. Oleh sebab itu, wahai pemimpin Kristen, marilah kita belajar mendoakan mereka yang dipakai Tuhan secara luar biasa dan bukan justru menjadi tidak suka. Ayolah! (BHS)
Apa yang disampaikan Kayafas di dalam sidang mahkamah agama menanggapi kegelisahan imam-imam kepala dan orang Farisi karena mujizat dibangkitkannya Lazarus? Mari lihat Yohanes 11:49-50! “Tetapi seorang di antara mereka, yaitu Kayafas, Imam Besar pada tahun itu, berkata kepada mereka: "Kamu tidak tahu apa-apa, dan kamu tidak insaf, bahwa lebih berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita dari pada seluruh bangsa kita ini binasa." Dalam alur berpikir yang pragmatis dan seakan-akan bertujuan baik, sang imam besar membenarkan upaya untuk menyingkirkan Yesus. Kebencian memang bisa membutakan hati nurani orang untuk membenarkan apa yang sebenarnya jahat. Seperti halnya yang terjadi di mahkamah agama pada zaman Yesus, orang kristen, termasuk pimpinan agama di masa kini, bisa terjebak pada sikap pembenaran diri yang pragmatis terlepas dari apakah hal itu adil dan benar di mata Allah. Bukannya memperjuangkan apa yang benar dan adil, orang Kristen bisa saja bertindak jahat demi membela kepentingan kelompok sendiri dengan alasan yang dicari-cari. Oleh sebab itu, wahai orang Kristen Indonesia, marilah kita mawas diri untuk tidak mencari-cari pembenaran diri atas keputusan dan tindakan yang tidak adil dan tidak benar! Marilah kita terus gunakan terang kebenaran Kristus untuk menerangi setiap keputusan dan tindakan kita! Marilah kita menjadi saksi Kristus yang setia! (BHS)
Walaupun imam besar Kayafas mencari alasan pembenaran pragmatis untuk rencana menyingkirkan Yesus, di mata Allah, apa yang sebenarnya terjadi? Ini penjelasannya di Yohanes 11:51-52. “Hal itu dikatakannya bukan dari dirinya sendiri, tetapi sebagai Imam Besar pada tahun itu ia bernubuat, bahwa Yesus akan mati untuk bangsa itu, dan bukan untuk bangsa itu saja, tetapi juga untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai.” Walaupun alasan pembenaran untuk menyingkirkan Yesus itu alasan yang dicari-cari, tetapi Allah menggunakan ini untuk mereka-rekakan hal baik bagi keselamatan umat manusia melalui darah Kristus. Dalam rencana Allah, Kristus memang harus mati. Di dalam keMaha Kuasaan-Nya, Allah Bapa menjalankan rencana agung untuk penyelamatan umat manusia dengan mengutus Anak Tunggal-Nya, Yesus Kristus, untuk mati bagi umat manusia. Walaupun ada intrik-intrik yang bermotivasi buruk, rencana Allah tetaplah berjalan sesuai dengan skenario agung Allah. Di dalam kehendak-Nya, Allah memperkenankan hal yang kelihatannya buruk untuk terjadi sebagai cara Allah untuk melaksanakan kehendak-Nya. Oleh sebab itu, sebagai orang percaya, marilah kita tetap menaruh iman kepada Allah di tengah segala upaya buruk yang direncanakan orang! Marilah kita mempercayai bahwa Tuhan akan membuat segala sesuatu indah pada waktu-Nya! Bersabarlah! (BHS)
Apa yang dilakukan oleh mahkamah agama setelah mereka mendengar alasan pembenaran dari imam besar Kayafas untuk menyingkirkan Yesus? Yohanes 11:53-54 menceritakan apa yang terjadi. “Mulai dari hari itu mereka sepakat untuk membunuh Dia. Karena itu Yesus tidak tampil lagi di muka umum di antara orang-orang Yahudi, Ia berangkat dari situ ke daerah dekat padang gurun, ke sebuah kota yang bernama Efraim, dan di situ Ia tinggal bersama-sama murid-murid-Nya.” Ancaman pembunuhan oleh mahkamah agama Yahudi menyebabkan Yesus harus menyingkir dari Betania dan pergi ke Efraim dan tidak tampil lagi di muka umum. Meskipun demikian, di dalam waktu-Nya, Allah terus bekerja untuk menjalankan rencana keselamatan. Seperti halnya penggenapan rencana Allah melalui pengorbanan Yesus Kristus yang disertai berbagai intrik dan ancaman, penggenapan rencana Allah dalam setiap orang percayapun sering mengalami berbagai tantangan yang sering membuat orang percaya kecil hati. Tantangan seringkali datang, baik berupa tantangan internal Kristen maupun tantangan eksternal. Apapun tantangannya, di dalam semuanya ini, setiap orang percaya harus tetap belajar percaya bahwa jalan Tuhan adalah jalan yang terbaik. Orang percaya hanya perlu untuk terus bertaut kepada Allah dan terus mengalir di dalam rencana Allah dengan setia. Masalahnya, maukah kita mengalir dalam rencana-Nya walaupun sering kali jalannya sulit? (BHS)
Banyak orang yang mencari Yesus. Mari lihat Yohanes 11:55-57! “Pada waktu itu hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat dan banyak orang dari negeri itu berangkat ke Yerusalem untuk menyucikan diri sebelum Paskah itu. Mereka mencari Yesus dan sambil berdiri di dalam Bait Allah, mereka berkata seorang kepada yang lain: "Bagaimana pendapatmu? Akan datang jugakah Ia ke pesta?" Sementara itu imam-imam kepala dan orang-orang Farisi telah memberikan perintah supaya setiap orang yang tahu di mana Dia berada memberitahukannya, agar mereka dapat menangkap Dia.” Kriminilisasi terhadap Yesus dari otoritas agama telah terjadi. Orang benar telah dipersalahkan oleh mereka yang merasa benar sendiri. Kriminilisasi Yesus Kristus merupakan wujud nyata dari kebencian otoritas agama terhadap Yesus Kristus. Anak Allah itu telah datang kepada milik kepunyaan-Nya dan milik kepunyaan-Nya itu tidak mau menerima-Nya, persis seperti yang terungkap di Yohanes 1:11. Karena merasa benar sendiri, otoritas agama telah berbuat sewenang-wenang sehingga agama yang seharusnya membawa berkat bagi banyak orang justru telah dijadikan alat untuk menindas sesama. Ini tentu adalah sebuah ironi yang seharusnya dihindari. Oleh sebab itu, marilah kita belajar beragama untuk membawa berkat bagi semua. Mari kita hindarkan rasa kebencian kepada sesama dan belajar berlaku baik kepada siapa saja! Damai Allah pasti beserta kita. (BHS)
Untuk beberapa waktu Yesus bersama-sama murid-murid-Nya menyingkirkan diri ke kota Efraim karena ancaman pembunuhan oleh mahkamah agama. Apa yang dilakukan Yesus setelah mendekati hari Paskah? Ini kisahnya di Yohanes 12:1-2. “Enam hari sebelum Paskah Yesus datang ke Betania, tempat tinggal Lazarus yang dibangkitkan Yesus dari antara orang mati. Di situ diadakan perjamuan untuk Dia dan Marta melayani, sedang salah seorang yang turut makan dengan Yesus adalah Lazarus.” Walaupun ada ancaman, tetapi karena Yesus tahu bahwa waktu pengorbanan-Nya sudah dekat, maka Ia datang ke Betania yang tidak jauh jaraknya dari Yerusalem. Yesus tahu bahwa rencana Bapalah yang harus terjadi. Dari tempat persembunyian-Nya di Efraim, Yesus justru pergi ke Betania, kota pusat kontroversi dibangkitkannya Lazarus. Yesus Sang Anak Allah itu tahu bahwa waktu Allah Bapa telah dekat untuk pengorbanan diri-Nya sebagai Sang Domba Paskah demi keselamatan dunia. Oleh sebab itulah, Yesus dengan rela kembali ke Betania dan masuk kembali dalam sorotan publik di perjamuan di rumah tiga bersaudara Lazarus, Maria, dan Marta. Ketaatan Yesus Kristus ini haruslah memberi inspirasi bagi setiap orang percaya untuk tetap berani menaati perintah Allah walaupun situasi dan kondisi tidaklah menguntungkan. Marilah kita bersama-sama belajar menaati Allah di tengah berbagai keadaan! Ayolah! (BHS)
Apa yang dilakukan Maria, saudara Lazarus, sewaktu Yesus datang ke perjamuan di rumah mereka di Betania? Mari lihat kisahnya di Yohanes 12:3! “Maka Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau minyak semerbak di seluruh rumah itu.” Parfum sebanyak 340 gram yang sangat mahal itu digunakan Maria untuk mengurapi kaki Yesus. Anugerah Yesus dalam membangkitkan Lazarus, tentu di mata Maria jauh lebih besar dari pada segala parfum yang mahal. Anugerah yang diberikan Tuhan memang begitu besar sehingga tidak ada hal yang terlalu mahal untuk dipersembahkan bagi Yesus. Seberapa besarkah kita sebagai orang percaya menghargai anugerah Allah dalam Yesus Kristus? Dalam ungkapan syukur yang begitu besar kepada Yesus Kristus, Maria rela dan berani untuk menuangkan minyak wangi yang begitu mahal ke kaki Yesus karena, bagi Maria, anugerah Yesus Kristus jauh lebih besar dibandingkan apa yang dilakukannya itu. Ini sebuah sikap yang harus kita teladani. Bila hati kita dipenuhi oleh rasa syukur kepada Tuhan, pastilah kita juga akan rela membuang segala gengsi, ketamakan, iri hati, keinginan kaya, serta keterikatan terhadap harta milik karena kita sadar betul bahwa anugerah yang telah kita terima jauh melebihi apa yang kita miliki. Marilah kita belajar bersyukur atas segala anugerah Tuhan! Ayolah!(BHS)
Bagaimana respons Yudas Iskariot terhadap tindakan Maria yang mengurapi kaki Yesus dengan parfum mahal? Ini kisahnya di Yohanes 12:4-6. “Tetapi Yudas Iskariot, seorang dari murid-murid Yesus, yang akan segera menyerahkan Dia, berkata: "Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?" Hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya.” Seorang yang korup dan mata duitan seperti Yudas Iskariot rupanya tidak peka lagi akan nasib orang miskin. Kecenderungan hati memang menentukan minatnya. Kecenderungan hati yang bengkok dan korup pasti akan terlihat dalam segala keputusan dan tindakan seseorang. Bila hati seseorang sudah terserang oleh penyakit cinta akan uang, maka pikiran dan tindakannya pasti akan lebih mengutamakan uang di atas segala hal, termasuk dedikasinya kepada Kristus. Oleh sebab itu, wahai orang percaya, marilah kita mawas diri dan waspada apakah kecenderungan hati kita masih benar ataukah sudah tergerus oleh arus materialisme yang hanya mengejar uang semata! Marilah kita menghindari sikap seperti Yudas Iskariot! Marilah kita mengutamakan Kristus di atas segalanya! Marilah kita kembangkan kecenderungan hati, pikiran, serta tindakan yang berlandaskan takut akan Allah! (BHS)
Apa komentar Yesus kepada Yudas Iskariot yang menganggap tindakan Maria dengan parfum mahalnya itu adalah sebuah pemborosan? Mari dengar perkataan Kristus di Yohanes 12:7-8.”Maka kata Yesus: "Biarkanlah dia melakukan hal ini mengingat hari penguburan-Ku. Karena orang-orang miskin selalu ada pada kamu, tetapi Aku tidak akan selalu ada pada kamu." Urapan parfum mahal ke kaki Yesus Kristus yang dilakukan Maria adalah sebuah tindakan tulus hati yang tanpa disadari merupakan persiapan penguburan Yesus. Di mata Kristus, sang Anak Allah itu, ini bukanlah suatu tindakan pemborosan. Sebuah tindakan yang mulia di mata Allah telah dilakukan tanpa pamrih karena rasa syukur yang melimpah atas anugerah Allah. Sejak dulu, berbagai pelayanan telah dilakukan oleh banyak orang percaya tanpa pamrih demi membawa kemuliaan bagi Allah dalam Yesus Kristus. Meskipun demikian, banyak juga orang yang mengaku Kristen yang melakukan berbagai kegiatan pelayanan dengan berbagai motivasi, baik itu untuk mencari popularitas diri, untuk mendapatkan keuntungan finansial, atau untuk motivasi tersembunyi yang lainnya. Pelayanan akhirnya bukanlah bertujuan untuk membawa kemuliaan bagi Allah tetapi hanyalah untuk membawa kemuliaan bagi diri sendiri saja. Ini tentulah hal yang harus dihindari. Oleh sebab itu, marilah kita masing-masing mengevaluasi diri kita apakah ada motivasi tersembunyi! Marilah kita arahkan hati kita kepada Tuhan saja! (BHS)
Apa yang terjadi sewaktu orang-orang Yahudi mendengar bahwa Yesus telah berkunjung ke rumah Lazarus? Mari lihat Yohanes 12:9-11! “Sejumlah besar orang Yahudi mendengar, bahwa Yesus ada di sana dan mereka datang bukan hanya karena Yesus, melainkan juga untuk melihat Lazarus, yang telah dibangkitkan-Nya dari antara orang mati. Lalu imam-imam kepala bermupakat untuk membunuh Lazarus juga, sebab karena dia banyak orang Yahudi meninggalkan mereka dan percaya kepada Yesus.” Karena banyak orang menjadi percaya Yesus, para imam kepala menjadi marah besar dan hendak membunuh Kristus dan Lazarus. Bila iri hati dan benci menguasai hati, siapapun memang bisa menjadi jahat. Para imam kepala sebagai pimpinan agama Yahudi seharusnya tidak hanya mengajarkan yang baik tetapi juga bertindak baik. Meskipun demikian, kecenderungan hati mereka yang gelap telah terwujud dalam rencana yang gelap pula. Sebagai pemimpin agama, mereka telah bertindak berlawanan dengan apa yang mereka ajarkan. Penyakit kemunafikan ini tentu saja tidak hanya bisa menyerang para pemimpin umat, tetapi juga bisa menyerang setiap orang percaya. Oleh sebab itu, setiap orang percaya haruslah memeriksa hati dan pikiran masing-masing, apakah ada rasa benci dan iri yang tersembunyi karena hati yang jahat akan berbuahkan niat dan tindakan yang jahat pula. Marilah bertobat dan belajarlah taat! (BHS)
Apa reaksi orang banyak di sewaktu mereka mendengar bahwa Yesus sedang menuju kota Yerusalem? Mari lihat reaksi mereka di Yohanes 12:12-13! “Keesokan harinya ketika orang banyak yang datang merayakan pesta mendengar, bahwa Yesus sedang di tengah jalan menuju Yerusalem, mereka mengambil daun-daun palem, dan pergi menyongsong Dia sambil berseru-seru: "Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Raja Israel!" Berlawanan dengan niat pemimpin Yahudi yang hendak membunuh Yesus, orang banyak yang hendak merayakan Paskah di Yerusalem justru menyongsong Yesus dengan seruan dari Mazmur 118. Yesus memang Dia yang datang dalam nama Tuhan sebagai penggenapan nubuat PL. Walaupun ada ancaman pembunuhan, Yesus Kristus tetap masuk ke Yerusalem dengan terang-terangan karena Yesus tahu bahwa saat yang ditentukan Allah untuk misi penyelamatan manusia telah dekat. Skenario agung Allah yang nampak dalam aliran sejarah PL telah mencapai saat yang ditentukan Allah. Sang Anak Allah, dalam ketaatan kepada Bapa-Nya, memasuki kota Yerusalem untuk melaksanakan rencana Allah. Oleh sebab itu, bersyukurlah atas kasih yang begitu besar dari Allah Bapa yang rela mengutus Anak-Nya untuk penebusan dosa-dosa manusia! Terpujilah Yesus Kristus, sang Anak Allah yang rela mati bagi dosa-dosa manusia! Terpujilah Roh Kudus yang menyertai kita senantiasa! Amin! (BHS)
Yesus masuk ke Yerusalem dengan menunggangi keledai. Apa makna peristiwa ini bagi para murid? Ini kisahnya di Yohanes 12:14-16. “Yesus menemukan seekor keledai muda lalu Ia naik ke atasnya, seperti ada tertulis: "Jangan takut, hai puteri Sion, lihatlah, Rajamu datang, duduk di atas seekor anak keledai." Mula-mula murid-murid Yesus tidak mengerti akan hal itu, tetapi sesudah Yesus dimuliakan, teringatlah mereka, bahwa nas itu mengenai Dia, dan bahwa mereka telah melakukannya juga untuk Dia.” Setelah Yesus bangkit, barulah para murid memahami bahwa peristiwa masuknya Yesus ke Yerusalem itu telah menggenapi nubuat di kitab Zakharia 9:9. Yesus Kristus memang penggenapan nubuat di PL. Setelah bangsa Yehuda kembali ke Yerusalem dari pembuangan di Babilonia, nabi Zakharia menyampaikan nubuatnya tentang sang Mesias yaitu Kristus di kitab Zakharia pasal 9 sampai 14. Penggenapan nubuat nabi Zakharia itu tidak hanya sudah digenapi pada waktu kedatangan Kristus yang pertama, tetapi juga akan digenapi pada waktu kedatangan Yesus Kristus yang kedua kali kelak. Oleh sebab itu, wahai umat percaya, marilah kita juga terus bersiap sedia menyambut kedatangan sang Kristus pada saat-Nya kelak. Yesus Kristus memang akan datang kembali sebagai Raja di atas segala Raja dalam arak-arakan kemenangan untuk memasuki Yerusalem Baru kelak. Marilah kita setia menanti-Nya! (BHS)
Orang banyak berantusias dalam menyambut Yesus, walau orang Farisi tidak. Ini kisahnya di Yohanes 12:17-19. “Orang banyak yang bersama-sama dengan Dia ketika Ia memanggil Lazarus keluar dari kubur dan membangkitkannya dari antara orang mati, memberi kesaksian tentang Dia. Sebab itu orang banyak itu pergi menyongsong Dia, karena mereka mendengar, bahwa Ia yang membuat mujizat itu. Maka kata orang-orang Farisi seorang kepada yang lain: "Kamu lihat sendiri, bahwa kamu sama sekali tidak berhasil, lihatlah, seluruh dunia datang mengikuti Dia." Kesaksian tentang dibangkitkannya Lazarus telah membuat orang banyak menyambut Yesus. Kesaksian Kristen memang harus membawa orang pada Kristus. Di dalam kehidupan kita sebagai orang percaya, tentulah banyak hal yang telah kita rasakan, kita alami, dan kita lihat yang menunjukkan betapa baiknya Tuhan itu. Inilah yang seharusnya menjadi kesaksian kita. Kesaksian inilah yang dilakukan oleh mereka yang menyaksikan bagaimana Lazarus dibangkitkan Kristus. Kesaksian seperti inilah yang dulu membawa orang banyak untuk datang menyambut Yesus Kristus. Walaupun tentu ada orang yang tidak menyukainya, orang Kristen harus tetap menyaksikan akan kebaikan Kristus melalui segala sarana yang Tuhan telah percayakan kepada kita. Oleh sebab itu, marilah kita belajar untuk menyadari akan segala perbuatan baik Tuhan dan terus menyampaikan kesaksian kita! (BHS)
Tidak hanya orang Yahudi yang mencari Yesus, tetapi orang Yunanipun ada yang mencari Yesus. Mari lihat kisahnya di Yohanes 12:20-21, “Di antara mereka yang berangkat untuk beribadah pada hari raya itu, terdapat beberapa orang Yunani. Orang-orang itu pergi kepada Filipus, yang berasal dari Betsaida di Galilea, lalu berkata kepadanya: "Tuan, kami ingin bertemu dengan Yesus." Orang Yunani pengikut agama Yahudi rupanya tertarik juga untuk bertemu Yesus. Ajaran, tindakan, serta ketulusan hati Yesus memang sangat kontras dengan kemunafikan orang-orang Farisi dan ahli Taurat. Tidaklah heran kalau orang dari berbagai golongan mencari Kristus. Terang Kristus memang menarik banyak orang. Seperti halnya Filipus yang didekati oleh orang yang hendak bertemu Kristus, orang Kristen di masa kinipun sudah seyogyanya menjadi Filipus-Filipus masa kini di mana orang yang sedang mencari Kristus dapat bertemu Kristus. Untuk itu, orang Kristen haruslah berani bergaul secara luas dalam pergaulan yang inklusif dan tidak diskriminatif sehingga orang Kristen menjadi mudah didekati oleh mereka yang sedang mencari Kristus. Sayangnya, ada orang Kristen yang malahan membangun benteng yang tebal dalam pergaulan yang eksklusif sehingga orang menjadi sulit mendekat. Oleh sebab itu, marilah kita menjadi terang Kristus dengan belajar bergaul secara luas, inklusif, dan tidak diskriminatif! Ayolah! (BHS)
Orang-orang Yunani beragama Yahudi ingin bertemu Yesus Kristus sehingga mereka memberitahukan maksud mereka kepada Filipus. Apa yang kemudian dilakukan Filipus? Mari lihat Yohanes 12:22! “Filipus pergi memberitahukannya kepada Andreas; Andreas dan Filipus menyampaikannya pula kepada Yesus.” Filipus ragu-ragu untuk mempertemukan orang-orang Yunani dengan Kristus sehingga ia memberitahu Andreas. Kedua murid Kristus ini kemudian bersama-sama pergi kepada Yesus. Di dalam persekutuan murid Kristus, sudah sewajarlah kalau mereka melayani bersama-sama untuk saling mendorong dan menasihati dalam membawa orang kepada Kristus. Kerjasama memanglah penting. Seperti yang dilakukan oleh Filipus dan Andreas, membawa orang kepada Kristus memerlukan kerjasama yang erat di antara orang percaya. Berbagai perbedaan di antara orang percaya adalah sebuah kekuatan untuk mengatasi berbagai kelemahan yang ada di setiap diri orang percaya. Dengan demikian, pelayanan pemberitaan kabar baik bukanlah pelayanan individual semata tetapi ini adalah pelayanan bersama dalam keanekaragaman karakter, latar belakang, keahlian, dan kemampuan lainnya. Oleh sebab itu, marilah kita memberitakan kabar baik dalam keanekaragaman perbedaan ini! Marilah kita menghargai kekayaan perbedaan di dalam kelompok kita! Di sanalah Tuhan mencurahkan berkat-Nya! (BHS)
Apa tanggapan Yesus sewaktu Filipus dan Andreas datang beserta orang-orang Yunani yang ingin bertemu Yesus? Mari lihat perkataan Yesus di Yohanes 12:23-24! “Tetapi Yesus menjawab mereka, kata-Nya: "Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.” Apa yang disampaikan Yesus itu merupakan pemberitahuan akan kematian dan kebangkitan Yesus Kristus yang akan membuahkan berkat tidak hanya bagi orang Yahudi, tetapi juga bagi orang Yunani dan semua bangsa di dunia. Yesus Kristus memang patut ditinggikan dan dimuliakan oleh semua. Kematian dan kebangkitan Kristus memang terjadi hanya di waktu yang telah ditentukan Tuhan atau kairos Tuhan. Hanya melalui kematian dan kebangkitan Kristus sajalah orang yang percaya kepada Kristus dapat menerima keselamatan kekal. Benih pengorbanan Kristus di kayu salib tidaklah sia-sia karena melalui Dialah, ada kehidupan kekal, dan melalui Dialah, kita memperoleh kekuatan, penghiburan, dan segala sukacita kehidupan. Oleh sebab itu, marilah kita mengucap syukur untuk sang Benih yaitu Yesus Kristus yang rela jatuh ke tanah untuk membawa berkat bagi semua bangsa! Marilah kita terus menjadi saluran berkat Tuhan bagi banyak orang tanpa membeda-bedakan! Kekuatan dan sukacita dari Tuhan kiranya beserta! (BHS)
Apa maksud Yesus tentang benih yang haruslah jatuh ke tanah untuk dapat menghasilkan banyak buah? Ini maksud Yesus yang terungkap di Yohanes 12:25. “Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal.” Benih yang jatuh ke tanah rupanya terkait dengan sikap tidak mencintai nyawa sendiri di dunia ini yang ditunjukkan dengan kerelaan untuk berkorban bagi orang lain karena seseorang menyadari akan misi kehidupannya. Pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib demi dosa manusia adalah benar-benar merupakan contoh nyata dari gambaran benih yang jatuh ke tanah. Menjadi benih yang jatuh ke tanah yaitu menjadi seseorang yang rela berkorban bagi orang lain adalah sikap yang diteladankan Yesus Kristus sendiri. Sikap mau berkorban seperti itu tentulah tidak mudah terjadi di tengah-tengah dunia yang sibuk mencari kepentingan diri sendiri saja. Meskipun demikian, bagi pengikut Kristus yang benar-benar mau menyerahkan diri untuk melayani dan mau mengikuti jejak Kristus, Roh Kudus pastilah akan menolong dan memampukannya untuk membawa berkat bagi orang lain. Oleh sebab itu, marilah kita bersama-sama belajar untuk menyandarkan kehidupan kita hanya kepada Tuhan saja! Janganlah sampai kita ikut terhanyut oleh derasnya aliran arus dunia. Marilah kita teguh dalam Kristus saja! (BHS)
Bila seseorang melayani Kristus, apa yang akan terjadi dalam hidupnya? Mari dengar perkataan Kristus di Yohanes 12:26! “Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situpun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa.” Menjadi tugas dari setiap pelayan Kristus untuk mengikut Kristus ke mana saja Kristus berada, tidak hanya dalam kesukacitaan dan kemuliaan-Nya, tetapi juga dalam penderitaan-Nya. Di dalam totalitas komitmen melayani Kristus seperti inilah, Kristus menjanjikan bahwa orang percaya akan dihormati Allah Bapa. Betapa luar biasanya janji ini! Dihormati Allah karena melayani Kristus adalah lebih utama dari segala kehormatan yang ada. Di dalam kehidupan orang Kristen di masa sekarang ini, tawaran dunia dengan segala janji-janji yang menarik hati merupakan tawaran yang tidak mudah diabaikan. Tawaran ini bisa berupa tawaran kekuasaan, tawaran kekayaan, tawaran untuk menjadi terkenal, dan banyak tawaran-tawaran lain yang menggiurkan hati. Meskipun demikian, tawaran untuk menjadi pelayan Kristus seharusnya tawaran yang paling luar biasa karena kita akan dihormati Allah Bapa. Oleh sebab itu, marilah kita tetap setia melayani Kristus senantiasa, baik dalam kemuliaan maupun dalam penderitaan. Melaluinya, kita akan mendapat perkenanan Allah Bapa dan memperoleh kehormatan kekal yang sejati. Ayolah kita tetap setia! (BHS)
Apa yang Yesus pergumulkan di Yohanes 12:27-28 menjelang saat penderitaan dan kematian-Nya? Ini dia: “Sekarang jiwa-Ku terharu dan apakah yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini. Bapa, muliakanlah nama-Mu!" Maka terdengarlah suara dari sorga: "Aku telah memuliakan-Nya, dan Aku akan memuliakan-Nya lagi!" Yesus sadar betul bahwa saat penggenapan misi keselamatan Allah melalui penderitaan dan kematian-Nya di kayu salib sudah dekat. Melalui jalan yang sulit ini, Allah Bapa yang telah memuliakan Yesus Kristus sejak dari mulanya, akan memuliakan Yesus pula sampai selama-lamanya. Kristus memang jalan keselamatan yang disediakan Bapa bagi manusia. Jalan penderitaan, kematian, dan kebangkitan Yesus Kristus adalah merupakan penggenapan janji Allah yang telah diberikan Allah sejak manusia jatuh dalam dosa. Janji keselamatan melalui pengorbanan Kristus sang Mesias ini terjalin rapi dalam aliran sejarah di Perjanjian Lama dan kemudian digenapi di Perjanjian Baru melalui kedatangan Yesus Kristus. Allah Bapa telah menjalankan rencana agung ini karena terdorong oleh kasih-Nya yang begitu besar pada dunia ini. Oleh sebab itu, marilah kita sambut karya Allah melalui pengorbanan Kristus ini dengan memanjatkan puji syukur hanya kepada Allah saja! Marilah kita hidup dalam keselamatan Allah ini! Ayo tetap teguh dalam keyakinan iman ini! Ayo! (BHS)
Setelah mendengar suara dari sorga, bagaimana reaksi dari orang banyak? Mari lihat Yohanes 12:29-30! “Orang banyak yang berdiri di situ dan mendengarkannya berkata, bahwa itu bunyi guntur. Ada pula yang berkata: "Seorang malaikat telah berbicara dengan Dia." Jawab Yesus: "Suara itu telah terdengar bukan oleh karena Aku, melainkan oleh karena kamu.” Melalui suara dari sorga, Allah Bapa Bapa menyatakan kemuliaan Yesus Kristus. Hanya saja, orang banyak meragukan apakah itu suara Allah, padahal suara itu adalah kesaksian Allah yang ditujukan untuk manusia tentang kemuliaan Kristus yang mau taat sampai mati di kayu salib. Ketaatan Kristus dalam misi penyelamatan manusia ini memang hal yang harus diberitakan terus. Kemuliaan Kristus yang disampaikan melalui suara Allah itu merupakan kesaksian yang harus diwartakan oleh setiap orang percaya. Yesus Kristus memang patut ditinggikan dan dimuliakan. Walaupun Yesus itu Anak Allah yang Maha Kuasa, Ia rela merendahkan diri untuk menjadi seorang hamba, bahkan rela menderita, mati di kayu salib, dan bangkit pada hari ketiga demi penebusan umat manusia. Inilah pusat dari segala pemberitaan kita. Inilah kabar baik yang perlu disampaikan kepada siapa saja. Oleh sebab itu, marilah kita terus belajar mewartakan Kristus dalam setiap kata dan perbuatan kita! Janganlah sampai kita enggan dan ragu untuk melakukannya. Melaluinya, Kristus dimuliakan. Terpujilah Kristus! (BHS)
Apa dampak dari kedatangan Yesus Kristus ke dunia ini? Mari lihat pernyataan Yesus di Yohanes 12:31-32! “Sekarang berlangsung penghakiman atas dunia ini: sekarang juga penguasa dunia ini akan dilemparkan ke luar; dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku." Kedatangan Yesus Kristus telah membawa penghakiman bagi mereka yang tidak mau percaya kepada-Nya karena hanya di dalam Kristus saja ada kelepasan dari belenggu si Iblis, sang penguasa dunia. Melalui pengorbanan-Nya di kayu salib, Yesus Kristus ditinggikan sehingga barang siapa yang percaya kepada-Nya, akan ikut ditinggikan karena memperoleh keselamatan yang kekal. Terpujilah Kristus! Pengorbanan Kristus di kayu salib seharusnya selalu mengingatkan setiap orang percaya bahwa Iblis telah dikalahkan. Hanya saja, seringkali pengikut Kristus masih saja tidak mau berpegang teguh pada pengharapan yang diberikan dalam Yesus Kristus itu. Tawaran kesenangan dunia dan iming-iming kenikmatan hidup dari si Iblis yang sudah dikalahkan oleh Kristus itu masih saja disukai bahkan dikejar oleh orang Kristen. Ini adalah sebuah ironi di dalam kehidupan kristiani kita karena, bila kita memang mengaku percaya Kristus dan mau mengikut Kristus, sudah selayaknya kalau kita meninggalkan segala tawaran si Iblis dengan mendengarkan serta melaksanakan perintah Kristus. Ayo berpegang pada Kristus saja! (BHS)
Yesus mengungkapkan bahwa Ia akan ditinggikan. Apa maksud Kristus dan bagaimana tanggapan orang Yahudi? Mari lihat Yohanes 12:33-34! “Ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati. Lalu jawab orang banyak itu: "Kami telah mendengar dari hukum Taurat, bahwa Mesias tetap hidup selama-lamanya; bagaimana mungkin Engkau mengatakan, bahwa Anak Manusia harus ditinggikan? Siapakah Anak Manusia itu?" Orang-orang Yahudi mungkin mengingat nubuat tentang anak manusia di Daniel 7:13-14 yang akan memiliki kekuasaan kekal sebagai raja. Dengan harapan bahwa Kristus akan menjadi pembebas dari penjajahan Roma, orang Yahudi tidak ingin Yesus menderita dan mati di kayu salib. Orang Yahudi telah mencoba untuk menafsirkan sebuah nubuat sesuai dengan keinginan mereka sendiri dan bukannya sesuai dengan kemauan Allah. Ambisi dan keinginan hati mereka sendiri telah menyebabkan mereka tidak mau terbuka atas maksud Allah yang sesungguhnya. Keterbukaan atas maksud Allah dalam Yesus Kristus adalah sikap yang seharusnya ada pada setiap orang Kristen. Untuk itu, orang Kristen harus sungguh-sungguh mau untuk bertekun mempelajari Alkitab dalam keterbukaan hati akan maksud sebenarnya dari Allah. Oleh sebab itu, marilah kita belajar Alkitab dengan hati yang terbuka pada pimpinan Roh Kudus! Melalui keterbukaan hati ini, kita akan melihat maksud Allah yang sejati bagi kita. Ayo tekun belajar! (BHS)
Apa yang disampaikan Yesus kepada orang banyak yang tidak memahami maksud Allah dalam penderitaan Kristus? Ini yang disampaikan Yesus di Yohanes 12:35. “Kata Yesus kepada mereka: "Hanya sedikit waktu lagi terang ada di antara kamu. Selama terang itu ada padamu, percayalah kepadanya, supaya kegelapan jangan menguasai kamu; barangsiapa berjalan dalam kegelapan, ia tidak tahu ke mana ia pergi.” Yesus, sang terang hidup itu, memang hadir sebagai manusia sebelum Ia mati dan turun kedalam kerajaan maut yang gelap. Bila seseorang percaya kepada Yesus, maka ia akan terlepas dari kuasa kerajaan maut dan ia tidak lagi berjalan dalam gelap. Percaya pada Kristus memang kunci hidup terang. Di sepanjang segala abad, banyak orang yang telah menolak Yesus dan tidak mau percaya bahwa kehadiran Yesus Kristus sang Anak Allah adalah untuk menjalankan misi keselamatan Allah Bapa bagi segenap umat manusia. Akibatnya, mereka yang tidak percaya itu akan tetap berjalan dalam kegelapan dan tidak memiliki terang hidup. Tetapi ironisnya, ada saja orang yang mengaku telah memperoleh terang hidup tetapi kehidupannya lebih menunjukkan jalan kegelapan. Oleh sebab itu, wahai umat percaya, bila kita telah mengaku percaya, maka sudah seharusnyalah kita berjalan dalam perbuatan terang dan menjauhi perbuatan gelap. Status iman kita sudah selayaknyalah sejalan dengan apa yang kita perbuat. (BHS)
Apa yang disampaikan Yesus kepada orang banyak yang meragukan-Nya? Mari simak perkataan Yesus di Yohanes 12:36! “Percayalah kepada terang itu, selama terang itu ada padamu, supaya kamu menjadi anak-anak terang." Sesudah berkata demikian, Yesus pergi bersembunyi dari antara mereka.” Yesus mengajak orang-orang Yahudi untuk percaya kepada-Nya sebagai sang terang hidup. Bila mereka memiliki terang Kristus maka mereka akan menjadi anak-anak terang. Ajakan untuk percaya ini merupakan ajakan yang sangat berharga sebelum Yesus Kristus meninggalkan semua pelayanannya dan mengasingkan diri, yaitu sebelum Yesus Kristus melakukan perjamuan terakhir, dan kemudian ditangkap dan disalibkan. Ajakan untuk percaya Kristus memang merupakan ajakan penting yang harus direspon oleh mereka yang mendengarnya. Inilah jalan satu-satunya yang dibukakan Allah Bapa untuk manusia supaya manusia yang mendengar panggilannya bisa menjadi anak-anak terang. Inilah juga yang disaksikan oleh Rasul Yohanes di Yohanes 1:12, “Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya;” Karena ajakan Kristus ini selalu terbuka bagi semua orang, marilah kita terus setia untuk menjadi saksi Kristus yang tetap menyampaikan kabar baik dalam segala kapasitas yang Tuhan telah percayakan pada kita! Marilah kita wartakan Kristus senantiasa! (BHS)
Sudah banyak mujizat yang dilakukan Yesus. Meskipun demikian, bagaimana respons dari orang Yahudi yang menyaksikannya? Mari lihat Yohanes 12:37-38! “Dan meskipun Yesus mengadakan begitu banyak mujizat di depan mata mereka, namun mereka tidak percaya kepada-Nya, supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: "Tuhan, siapakah yang percaya kepada pemberitaan kami? Dan kepada siapakah tangan kekuasaan Tuhan dinyatakan?" Adanya berbagai mujizat yang telah dilakukan Yesus rupanya tidak menjadikan orang Yahudi percaya kepada-Nya, seperti yang dinubuatkan di Yesaya 53:1. Melihat ataupun mengalami mujizat memang tidak dengan sendirinya membuat orang menjadi percaya. Berbagai mujizat yang telah dilakukan Yesus Kristus memang tidak membuat orang Yahudi otomatis percaya kepada Yesus karena untuk menjadi percaya kepada Kristus, seseorang perlu anugerah Allah. Oleh sebab itu, janganlah kita melandaskan iman kita hanya pada pengalaman mujizat saja. Ingat! Bila seseorang menjadi percaya pada karya penebusan Yesus Kristus di kayu salib, ia pasti akan mengalami mujizat terbesar dalam hidupnya yaitu dulu ia mati kekal, sekarang ia memperoleh hidup yang kekal. Marilah kita landaskan kekristenan kita semata-mata kepada anugerah Allah dalam iman pada Yesus Kristus dan bukan pada pengalaman mujizat! Marilah kita perteguh iman kita hanya di dalam Yesus Kristus saja! Ayolah! (BHS)
Walaupun orang-orang Yahudi sudah melihat mujizat yang dilakukan Yesus Kristus dan sudah mendengar ajaran-Nya, tetap saja mereka tidaklah percaya kepada-Nya. Mengapa demikian? Ini penjelasan rasul Yohanes di Yohanes 12:39-40. “Karena itu mereka tidak dapat percaya, sebab Yesaya telah berkata juga: "Ia telah membutakan mata dan mendegilkan hati mereka, supaya mereka jangan melihat dengan mata, dan menanggap dengan hati, lalu berbalik, sehingga Aku menyembuhkan mereka." Nubuat nabi Yesaya di Yesaya 6:10 telah menyatakan bahwa Allah akan membiarkan bangsa Israel dalam kekerasan hati mereka. Adalah sebuah anugerah Allah semata bila mereka bisa bertobat dan percaya. Menjadi percaya pada Kristus bukanlah semata-mata bergantung pada pilihan kehendak manusia saja karena Allah bisa membiarkan orang untuk tetap berada di kekerasan hatinya seperti halnya bangsa Israel di zaman Yesaya dan orang Yahudi di zaman Yesus. Dengan demikian, bila kita dapat percaya pada Yesus Kristus, kita jelas-jelas telah diberi anugerah yang sangat besar dari Allah Bapa. Marilah kita ingat bahwa anugerah keselamatan dalam Yesus Kristus diberikan Allah Bapa bukan karena kemauan manusia tetapi hanya semata-mata karena kemauan Allah! Marilah kita ingat juga bahwa hanya karena kerja Roh Kudus sajalah kita dapat menjadi percaya! Ayo kita rawat keselamatan kita dalam Yesus Kristus melalui ketaatan! (BHS)
Nabi Yesaya telah menubuatkan bahwa Allah akan membiarkan orang Yahudi dalam kekerasan hatinya dan mereka sulit untuk bertobat dan menjadi percaya. Mengapa nabi Yesaya menyampaikan kebenaran yang pahit ini? Mari lihat Yohanes 12:41! “Hal ini dikatakan oleh Yesaya, karena ia telah melihat kemuliaan-Nya dan telah berkata-kata tentang Dia.” Di Yesaya 6, nabi Yesaya menceritakan perjumpaannya dengan Tuhan Allah. Perjumpaan dengan Allah ini merupakan pengutusan nabi Yesaya untuk menyampaikan kebenaran Allah dengan setia walaupun kebenaran itu terasa pahit. Perjumpaan dengan Allah memang akan membawa orang untuk tetap setia dan berani menyampaikan kebenaran Allah apa adanya. Melalui pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib, orang percaya dapat senantiasa berjumpa dengan Allah melalui doa dan Firman. Melalui doa, orang percaya dapat berbicara kepada Allah, dan melalui Akitab, Allah berbicara kepada manusia. Inilah perjumpaan kita dengan Allah. Adakah dampak dari perjumpaan kita dengan Allah itu dalam kehidupan kita? Apakah perjumpaan kita dengan Allah telah menyebabkan kita untuk selalu berani dan setia dalam menyampaikan dan menghidupi kebenaran Firman walaupun kebenaran Firman itu terasa pahit bagi kita, gereja kita, dan masyarakat kita? Biarlah perjumpaan kita setiap hari dengan Allah menolong kita untuk tetap hidup benar dan tetap setia menyampaikan kebenaran! (BHS)
Sebagian pemimpin Yahudi ternyata percaya Kristus tetapi mereka tidak berani berterus terang. Mengapa demikian? Mari simak alasannya di Yohanes 12:42-43! “Namun banyak juga di antara pemimpin yang percaya kepada-Nya, tetapi oleh karena orang-orang Farisi mereka tidak mengakuinya berterus terang, supaya mereka jangan dikucilkan. Sebab mereka lebih suka akan kehormatan manusia dari pada kehormatan Allah.” Kehormatan di mata manusia memang telah menjadi hal utama bagi sebagian pemimpin Yahudi yang sebenarnya telah percaya Kristus. Bila seseorang menjadi percaya, sudah seharusnya ia mengutamakan kehormatan di mata Allah dan bukannya mencari kehormatan di mata manusia. Mencari kehormatan di mata manusia memang merupakan penyakit orang Kristen yang harus diberantas karena hal ini bisa menjadi penyebab seorang Kristen tidak lagi dapat menjadi garam dan terang Tuhan. Karena mencari kehormatan manusia, orang Kristen bisa saja kemudian berkompromi iman dan tidak berani menyampaikan kebenaran dan bertindak benar. Ini adalah hal yang haruslah dihindari. Oleh sebab itu, marilah kita memperteguh iman kita kepada Allah untuk mengutamakan kehormatan Allah dan bukannya malah mencari kemuliaan di mata manusia! Marilah kita sebagai orang percaya selalu saling mendorong dan saling mengingatkan untuk tetap hidup mengutamakan Tuhan dalam segala aspek kehidupan kita! (BHS)
Apa yang menjadi pokok ajaran penting dari apa yang telah disampaikan Yesus? Yohanes 12:44-45 mengungkapkannya. “Tetapi Yesus berseru kata-Nya: "Barangsiapa percaya kepada-Ku, ia bukan percaya kepada-Ku, tetapi kepada Dia, yang telah mengutus Aku; dan barangsiapa melihat Aku, ia melihat Dia, yang telah mengutus Aku.” Kesatuan antara Yesus Kristus dan Allah Bapa yang telah mengutus-Nya adalah sebuah fakta kebenaran yang hakiki dalam kekristenan. Dalam kesatuan yang ilahi inilah, umat percaya menyembah Allah yang Maha Esa. Dalam kesatuan ilahi ini pulalah, umat percaya menaati setiap perkataan Yesus Kristus sebagai perkataan Allah Bapa di sorga. Terpujilah Kristus, sang Anak Allah! Di dalam Injil Yohanes, berulangkali diungkapkan bahwa Yesus Kristus dan Allah Bapa adalah satu adanya. Yesus Kristus memang sang Anak Allah yang datang sebagai manusia karena diutus Allah Bapa. Oleh karena Yesus Kristus adalah wujud dari segala kepenuhan Allah, maka bila kita mendengar dan menaati segala perintah Yesus, kita mendengar dan menaati Allah Bapa. Ini adalah sebuah rahasia iman yang besar dan agung. Allah yang transenden dan Maha Tinggi adalah juga sekaligus Allah yang imanen yang beserta manusia. Oleh sebab itu, ayo perkokoh dasar iman dalam Yesus Kristus saja! Janganlah kita sekali-kali bimbang dan ragu untuk menyembah Yesus Kristus sebagai sang Anak Allah yang diutus Bapa! (BHS)
Apa yang diungkapkan Yesus Kristus tentang maksud kedatangan-Nya ke dunia ini? Mari dengarkan perkataan Kristus di Yohanes 12:46! “Aku telah datang ke dalam dunia sebagai terang, supaya setiap orang yang percaya kepada-Ku, jangan tinggal di dalam kegelapan.” Maksud Yesus Kristus datang ke dunia ini sangatlah jelas. Dunia yang gelap dan penuh dosa pastilah binasa bila tidak ada terang. Kunci untuk memiliki terang dalam kehidupan adalah percaya kepada Sang Terang yaitu Yesus Kristus. Tidak ada jalan lain! Melalui iman percaya kepada Yesus Kristus, orang percaya akan dapat keluar dari kegelapan maut untuk menuju terang ajaib dari keselamatan kekal. Ini semua adalah hanya karena anugerah dan kasih Allah saja. Bagaimana manusia berdosa merespons kedatangan Kristus yang telah datang sebagai Terang Dunia? Sebagian manusia memang tidak mau menerima sang Terang itu. Tetapi bagi mereka yang mau menerima-Nya, maka Allah Bapa akan memindahkan mereka dari kegelapan maut yang kekal untuk menuju ke terang kekal yang ajaib dari Allah. Betapa indahnya kabar baik ini! Sayangnya, ada saja orang yang lebih senang dan lebih memilih untuk tetap tinggal dalam kegelapan dengan terus melakukan berbagai kejahatan di mata Tuhan. Oleh sebab itu, wahai orang percaya, marilah kita terus bergiat untuk memberitakan kabar baik tentang sang Terang itu! Marilah kita juga wujudkan iman kita dalam perbuatan terang! Ayolah! (BHS)
Walaupun banyak orang Yahudi telah mendengarkan perkataan Kristus, tetapi mereka tetap tidak mau menaatinya. Apa tanggapan Yesus Kristus tentang hal ini? Mari dengar perkataan Kristus di Yohanes 12:47! “Dan jikalau seorang mendengar perkataan-Ku, tetapi tidak melakukannya, Aku tidak menjadi hakimnya, sebab Aku datang bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya.” Walaupun banyak orang tidak percaya kepada-Nya, dengan tegas Yesus Kristus menyatakan bahwa fokus pelayanan-Nya adalah bukan untuk menghakimi mereka tetapi justru untuk menyelamatkan mereka. Misi penyelamatan dunia dari dosa ini memang misi yang diberikan Allah Bapa kepada Yesus Kristus. Kedatangan yang pertama dari sang Anak Allah, Yesus Kristus, dua ribu tahun lalu memang merupakan misi untuk penyelamatan dunia. Tindakan Allah ini didorong oleh rasa kasih yang begitu besar dari Allah Bapa kepada dunia yang cemar ini. Di dalam kasih Allah ini pula, sang Anak Allah akan datang kelak, bukan lagi untuk menyelamatkan dunia, tetapi untuk menghakiminya. Oleh sebab itu, wahai orang Kristen yang telah menerima keselamatan di dalam Kristus, marilah kita terus belajar untuk menaati Kristus karena Dialah yang akan menjadi hakim atas segala apa yang diperbuat oleh manusia di sepanjang segala abad dan tempat! Marilah kita terus setia untuk memberitakan kabar keselamatan dalam Kristus sampai Maranatha! (BHS)
Apa yang terjadi bila seseorang tidak mau percaya Kristus? Mari simak perkataan Kristus di Yohanes 12:48-49! “Barangsiapa menolak Aku, dan tidak menerima perkataan-Ku, ia sudah ada hakimnya, yaitu firman yang telah Kukatakan, itulah yang akan menjadi hakimnya pada akhir zaman. Sebab Aku berkata-kata bukan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang mengutus Aku, Dialah yang memerintahkan Aku untuk mengatakan apa yang harus Aku katakan dan Aku sampaikan.” Karena Yesus dan Bapa adalah satu adanya, maka perkataan Kristus adalah sama dengan perkataan Allah. Karena itu, bila seseorang tidak mau percaya Kristus, ia kelak akan dihakimi oleh Firman Kristus. Menaati Kristus memang jaminan untuk kekekalan. Di dalam kesatuan antara Allah Bapa dan Yesus Kristus, segala apa yang diajarkan Yesus Kristus pastilah sesuai dengan pikiran dan kehendak Allah Bapa. Dengan demikian, ajaran dan tindakan Kristus adalah wujud nyata dari segala sesuatu yang Allah inginkan untuk sebuah kehidupan yang berkenan kepada Allah. Oleh sebab itu, wahai orang percaya, janganlah sekali-kali kita meragukan apa yang telah diajarkan dan diteladankan Yesus Kristus! Marilah kita sungguh-sungguh mempelajari, menyimak, dan menaati perkataan Kristus serta memperhatikan dengan seksama apa saja yang telah diteladankan-Nya! Damai sejahtera dari Allah pastilah melimpahi kita tidak hanya sekarang ini tetapi sampai kekekalan. Maukah kita? (BHS)
Sebagai Anak Allah, Yesus Kristus tahu betul segala rahasia ilahi. Mari dengarkan apa yang diungkapkan sang Anak Allah kepada orang percaya di Yohanes 12:50! “Dan Aku tahu, bahwa perintah-Nya itu adalah hidup yang kekal. Jadi apa yang Aku katakan, Aku menyampaikannya sebagaimana yang difirmankan oleh Bapa kepada-Ku." Yesus Kristus tahu betul rahasia ilahi yaitu bahwa firman yang disampaikan Allah Bapa melalui-Nya pasti akan membawa kepada kehidupan yang kekal. Hanya di dalam Kristus dan melalui Kristus saja, kehendak Allah Bapa dinyatakan dengan sempurna melalui segala tindakan dan ajaran Kristus. Tak heran! Mempercayai Kristus memang pastilah akan membawa orang kepada kehidupan yang kekal. Di tengah segala hiruk pikuk kehidupan di dunia ini, ada saja orang Kristen yang terserap masuk dalam berbagai rutinitas kesibukan kerja dengan segala ambisi dunia yang menyertainya. Pesan-pesan Kristus dan ajaran Firman Tuhan menjadi diabaikan dan perspektif kehidupan kekal sirna dari kehidupannya. Kehidupan iman orang Kristen itu kemudian menjadi hambar, lelah, dan tidak berbahagia. Tentu kondisi ini tidaklah boleh dibiarkan! Oleh sebab itu, wahai orang Kristen yang undur iman, marilah kita memperbaharui iman percaya kita kepada Allah di dalam Yesus Kristus! Marilah kita membuka mata dan telinga rohani kita kembali untuk mendengar ajaran Firman Allah yang membawa kita kepada kehidupan yang kekal! (BHS)
Menjelang perayaan Paskah waktu itu, Yesus Kristus rupanya sudah tahu betul bahwa saat kematian-Nya sudah dekat. Mari dengarkan pernyataan Kristus di Yohanes 13:1! “Sementara itu sebelum hari raya Paskah mulai, Yesus telah tahu, bahwa saat-Nya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa. Sama seperti Ia senantiasa mengasihi murid-murid-Nya demikianlah sekarang Ia mengasihi mereka sampai kepada kesudahannya.” Yesus Kristus, sang Anak Allah, tahu bahwa saat penggenapan janji keselamatan melalui pengorbanan-Nya di kayu salib telah dekat. Meskipun demikian, kasih Kristus kepada murid-murid-Nya tidaklah berubah selamanya. Terpujilah Yesus Kristus dan kasih-Nya yang kekal itu! Di dalam pergumulan dunia dengan segala penderitaan dan tantangannya, orang Kristen sebagai pengikut Kristus sering merasa lelah dan frustrasi. Meskipun demikian, seperti halnya kasih Kristus kepada murid-murid-Nya di masa lalu yang tidak akan berubah, demikian juga kasih-Nya kepada kita semua. Kasih dan perhatian Yesus Kristus kepada kita sebagai orang percaya pasti tidak akan berubah pula. Oleh sebab itu, janganlah kita sekali-kali meninggalkan Kristus dalam segala keadaan! Kasih Yesus Kristus yang begitu besar itu tidaklah akan berubah, dulu, sekarang, dan sampai selama-lamanya. Bila kita merasa goyah dan lemah, marilah kita selalu mengingat akan kasih Yesus Kristus yang tidak pernah berubah ini! (BHS)
Sesuai dengan apa yang tertulis di Yohanes 12:36, pada waktu itu Yesus dan murid-murid-Nya sedang menyembunyikan diri dari orang banyak. Dalam persembunyian-Nya ini, apa yang kemudian terjadi? Mari lihat kisahnya di Yohanes 13:2! “Mereka sedang makan bersama, dan Iblis telah membisikkan rencana dalam hati Yudas Iskariot, anak Simon, untuk mengkhianati Dia.” Karena bisikan Iblis, Yudas Iskariot hendak mengkhianati Yesus dengan memberikan informasi keberadaan persembunyian mereka. Sifat cinta uang Yudas Iskariot yang suka mencuri uang kas telah dipakai Iblis sehingga dia mau berkhianat. Cinta akan uang memang alat Iblis untuk menggoda orang percaya untuk melakukan segala macam kejahatan. Kecintaan seseorang akan uang memang bisa menjadi jalan masuk yang baik bagi si Iblis untuk membisikkan berbagai rencana jahat di hati manusia. Tak heran Rasul Paulus mengingatkan kita di 1 Timotius 6:10 bahwa akar segala kejahatan adalah cinta uang. Oleh sebab itu, marilah kita belajar mawas diri untuk melihat kecenderungan hati kita! Janganlah sampai kita mau menghalalkan segala cara bahkan sampai menggadaikan iman kita demi mengejar uang! Hindarilah sikap cinta uang dengan terus mempertajam telinga rohani kita untuk mendengar nasihat Firman Tuhan! Di dalam pertolongan Roh Kudus, pastilah kita akan diberi kekuatan untuk tetap setia di jalan Tuhan dan mampu melawan bisikan si Iblis! Ayolah! (BHS)
Apa hal yang diketahui Yesus Kristus sebagai Anak Allah sehingga Ia terus setia menjalankan misi penebusan Allah Bapa? Marilah simak Yohanes 13:3! “Yesus tahu, bahwa Bapa-Nya telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya dan bahwa Ia datang dari Allah dan kembali kepada Allah.” Karena Yesus adalah Anak Allah yang berkuasa, maka Yesus tahu betul bahwa segala kuasa, baik di langit maupun di bumi, telah diserahkan Allah Bapa kepada diri-Nya. Di dalam pengetahuan ini, Yesus Kristus tetap rela merendahkan diri untuk menyongsong penderitaan dan kematian-Nya. Yesus Kristus tahu betul bahwa Ia memang diutus oleh Bapa-Nya, dan setelah menjalankan misi penebusan manusia, Ia akan kembali kepada Allah Bapa-Nya. Memang luar biasa kasih yang ditunjukkan Yesus Kristus kepada manusia! Walaupun Yesus Kristus memiliki segala kuasa di langit dan di bumi, Ia tetap rela menderita bahkan mati sebagai hamba dari semua. Ia yang tertinggi dari semua mau menjadi yang terendah dari semua. Betapa agung dan ajaib ini! Oleh sebab itu, wahai setiap orang percaya, marilah kita perteguh iman kita kepada Yesus Kristus! Ketahuilah dan yakinlah bahwa segala kuasa telah diberikan kepada-Nya! Dialah sang Anak Allah yang Maha Kuasa! Jangan sekali-kali kita meragukan kebenaran ini! Janganlah kita sampai goyah iman karena berbagai pandangan dunia yang menentang bahkan melecehkan Kristus! Tetaplah teguh dalam keyakinan iman kita! (BHS)
Walaupun Yesus Kristus adalah sang Anak Allah yang memiliki segala kuasa di langit dan di bumi, Ia rela merendahkan diri sebagai hamba yang melayani semua. Mari lihat kisahnya di Yohanes 13:4-5! “Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya, kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu.” Yesus Kristus yang mempunyai status yang tertinggi sebagai Anak Allah dan Rabi Yahudi, mau melakukan tugas seorang budak belian yang terendah dengan membasuh kaki. Inilah suatu teladan dalam melayani sesama. Kata “melayani” adalah sebuah kata yang sering dipakai di kalangan Kristen. Hanya saja, karena terlalu sering dipakai, kata “melayani” ini malah sering kehilangan makna. Memang ironis, dengan alasan melayani Tuhan, orang Kristen sering lupa melayani sesama. Ironis pula bila seseorang yang katanya melayani justru menuntut untuk dilayani. Apakah betul kita sudah melayani? Yesus Kristus sudah memberi teladan dalam melayani yang sesungguhnya dengan menjadi hamba bagi semua. Bila kita mengaku sebagai pengikut Kristus, mengapa kita justru tidak meneladani sikap Kristus itu? Marilah kita terus belajar melayani Tuhan melalui pelayanan kita kepada sesama! Marilah kita melayani dan bukan cuma minta dilayani! (BHS)
Bagaimana reaksi Simon Petrus, murid Yesus, sewaktu Yesus Kristus hendak membasuh kakinya? Mari lihat Yohanes 13:6-7! “Maka sampailah Ia kepada Simon Petrus. Kata Petrus kepada-Nya: "Tuhan, Engkau hendak membasuh kakiku?" Jawab Yesus kepadanya: "Apa yang Kuperbuat, engkau tidak tahu sekarang, tetapi engkau akan mengertinya kelak." Sebagai seorang Yahudi, Petrus benar-benar tidak mengerti mengapa sang Guru yang sangat dihormatinya itu mau membasuh kakinya. Ini memang tidaklah lazim. Setelah kematian dan kebangkitan Kristus, serta setelah Roh Kudus turun, Petrus akhirnya paham arti mengikut Kristus yang datang dengan rendah hati untuk melayani sebagai hamba bagi semua. Dalam adat Yahudi, tindakan membasuh kaki itu hanya dilakukan oleh seorang budak rendahan saja. Tidaklah heran, pada waktu Yesus Kristus, sang Rabi yang terhormat itu, membasuh kaki para murid-Nya, para murid menjadi tercengang dan tidak paham. Yesus Kristus memang telah memberikan teladan bagi para murid untuk bisa saling melayani dan bukan justru minta dilayani. Inilah seharusnya ciri seorang pengikut Kristus. Hanya saja, untuk bisa memiliki hati yang mau melayani, tentulah diperlukan kerendahan hati seperti Kristus. Sayangnya, kita seringkali justru lebih suka hidup dalam kesombongan dan gengsi dari pada meneladani Kristus. Oleh sebab itu, marilah kita bertobat dan marilah kita belajar rendah hati! Ayolah! (BHS)
Apa reaksi Petrus sewaktu ia melihat bahwa Yesus, Gurunya itu, hendak membasuh kakinya? Mari lihat Yohanes 13:8-9! “Kata Petrus kepada-Nya: "Engkau tidak akan membasuh kakiku sampai selama-lamanya." Jawab Yesus: "Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam Aku." Kata Simon Petrus kepada-Nya: "Tuhan, jangan hanya kakiku saja, tetapi juga tangan dan kepalaku!" Membasuh kaki merupakan wujud dari sikap rendah hati, kasih, dan pengorbanan diri yang diteladankan Yesus kepada murid-murid-Nya. Bila pengikut Kristus tidak meneladani sikap ini, maka ia bukanlah pengikut Kristus yang sungguh-sungguh mengikuti jejak Kristus. Hanya saja, Petrus tetap tidak memahaminya. Yesus tahu bahwa murid-murid-Nya, seperti halnya orang pada umumnya, lebih suka untuk dilayani, menjaga gengsi, dan mencari kepentingan diri. Teladan membasuh kaki itu justru mengajarkan kepada murid-murid Kristus, termasuk kita di zaman sekarang ini, untuk mau meninggalkan apa yang menjadi pola dunia dan berubah untuk mengikuti pola Kristus. Bila kita sebagai pengikut Kristus tidak mau mengikuti sikap rendah hati, kasih, serta pengorbanan diri-Nya itu, maka sebenarnya kita tidak mendapat bagian dalam Kristus. Kita bukanlah pengikut Kristus yang sesungguhnya. Oleh sebab itu, marilah kita bersama-sama belajar meneladani Kristus yang tidak mencari kepentingan diri dan cuma jaga gengsi! Ayolah! (BHS)
Setelah Petrus tahu bahwa untuk bisa mendapat bagian di dalam Kristus maka dia harus dibasuh kakinya, maka Petrus ingin supaya Yesus membasuh juga tangan dan kepalanya. Apa respons Yesus? Mari lihat Yohanes 13:10-11! “Kata Yesus kepadanya: "Barangsiapa telah mandi, ia tidak usah membasuh diri lagi selain membasuh kakinya, karena ia sudah bersih seluruhnya. Juga kamu sudah bersih, hanya tidak semua." Sebab Ia tahu, siapa yang akan menyerahkan Dia. Karena itu Ia berkata: "Tidak semua kamu bersih." Bila seorang percaya Kristus maka Ia sudah disucikan dalam darah Kristus. Tetapi, dalam langkah hidup sehari-hari, seseorang masih bisa jatuh dalam dosa dan harus bertobat, walau tetap ada saja yang keras hati. Setelah menjadi pengikut Kristus, seseorang Kristen tidaklah berarti terbebas dari pikiran dan tindakan dosa. Memang pada waktu kita percaya pada Kristus, maka kita terbebas dari belenggu dosa dan maut kekal. Tetapi, di dalam kedagingan, kita masih bisa saja jatuh dalam dosa. Oleh sebab itulah, Allah menjanjikan di 1 Yohanes 1:9 bahwa jika kita mengaku dosa kita, maka Tuhan adalah setia dan adil sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan. Inilah modal setiap orang Kristen dalam menjalani kehidupan yang penuh tantangan dan godaan Iblis. Oleh sebab itu, marilah kita selalu mawas diri dan bertobat setiap hari! Janganlah sampai kita terlena dan mengeraskan hati! (BHS)
Dalam kerendahan hati, Yesus Kristus rela membasuh kaki ke dua belas murid-Nya. Apa penegasan Yesus Kristus tentang diri-Nya setelah Ia selesai membasuh kaki? Ini kisahnya di Yohanes 13:12-13. “Sesudah Ia membasuh kaki mereka, Ia mengenakan pakaian-Nya dan kembali ke tempat-Nya. Lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengertikah kamu apa yang telah Kuperbuat kepadamu? Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan.” Yesus menegaskan bahwa Ia memanglah Guru dan Tuhan. Dalam status tertinggi itu, Ia justru merendahkan diri-Nya untuk menjadi hamba bagi semua. Tak heran, murid-murid-Nya tidak paham maksud-Nya. Di dalam konteks budaya Yahudi, tidak ada status yang lebih tinggi dari pada status Guru dan Tuhan. Demikian pula, tidak ada status yang lebih rendah dari pada status hamba yaitu budak belian. Karena membasuh kaki adalah kewajiban seorang hamba, maka sangatlah mengherankan bila seorang Guru dan Tuhan rela melalukannya. Ini tindakan yang pasti mencengangkan orang. Sikap melayani dalam kerendahan hati memang hal yang tidak lazim dan bertentangan dengan kemauan dunia. Oleh sebab itu, wahai para pengikut Kristus, mari singkirkan segala kesombongan diri dan gengsi! Marilah kita bersama-sama belajar melayani dalam kerendahan hati! Kiranya nama Tuhan dimuliakan melalui segala pelayanan kita! (BHS)
Setelah Yesus Kristus selesai membasuh kaki murid-murid-Nya, apa yang kemudian diperintahkan-Nya kepada mereka? Ini perintah Yesus di Yohanes 13:14-15! “Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.” Yesus Kristus telah memberikan teladan bagi murid-murid-Nya untuk saling melayani di dalam kerendahan hati. Pelayanan yang tidak jaga gengsi dan dengan rela hati ini adalah sikap yang harus diikuti. Inilah kewajiban yang harus dilakukan dengan sukacita. Inilah hakekat pelayanan kristiani. Saling melayani dengan rendah hati dan tidak mencari kepentingan dan gengsi diri bukanlah suatu pilihan bagi kita sebagai orang percaya. Ini adalah suatu kewajiban yang secara tegas disampaikan Yesus. Masalahnya, dunia sekitar kita mengajarkan dan mendorong kita untuk justru mengejar kuasa, menjaga gengsi, dan menuntut untuk dilayani. Arus dunia ini memang berlawanan dengan apa yang diajarkan Yesus kepada kita. Oleh sebab itu, tak heran bila banyak orang percaya yang akhirnya larut dan hanyut dalam arus dunia dan lupa akan kewajiban kita untuk saling melayani. Marilah kita memeriksa kehidupan kita dan bertobat segera! Marilah kita saling melayani dengan setia! Ayo kita belajar melayani! (BHS)
Bila murid-murid Kristus mengakui Kristus sebagai Guru dan Tuhan, apa yang seharusnya dilakukan mereka setelah mereka mendengar perintah Yesus untuk mereka saling melayani? Yohanes 13:16-17, “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya, ataupun seorang utusan dari pada dia yang mengutusnya. Jikalau kamu tahu semua ini, maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya.” Murid Kristus sudah seharusnya mendengarkan perintah sang Guru. Melakukan Firman Tuhan dengan hidup saling melayani memang adalah seperti membangun rumah kehidupan di atas karang yang teguh. Kehidupan orang percaya pasti kokoh serta tegar dan tidak mudah terombang-ambing. Mendengar dan melakukan perintah Kristus adalah hal terbaik yang bisa dilakukan oleh setiap orang Kristen. Karena Kristus adalah sang Anak Allah yang diutus Allah Bapa, maka pastilah semua perintah-Nya sejalan dengan kehendak Allah. Sang Anak Allah pasti tahu bahwa kehidupan yang paling berkualitas selama di dunia ini hanya bisa didapatkan bila orang Kristen bisa saling melayani dan menjadi pelayan bagi semua. Inilah hakekat dari teladan Yesus Kristus dalam membasuh kaki murid-murid-Nya. Inilah kewajiban yang diperintahkan Yesus bagi kita semua untuk dilakukan. Marilah kita belajar dengan rela hati dan sukacita untuk melakukan apa yang dikehendaki Allah ini! Marilah kita belajar menjadi pelayan bagi semua! (BHS)
Yesus Kristus, sang Anak Allah, tahu bahwa ada seorang murid-Nya yang akan mengkhianati-Nya, seperti yang terungkap di Yohanes 13:18-19. “Bukan tentang kamu semua Aku berkata. Aku tahu, siapa yang telah Kupilih. Tetapi haruslah genap nas ini: Orang yang makan roti-Ku, telah mengangkat tumitnya terhadap Aku. Aku mengatakannya kepadamu sekarang juga sebelum hal itu terjadi, supaya jika hal itu terjadi, kamu percaya, bahwa Akulah Dia.” Yesus Kristus menilik hati murid-murid-Nya dan Ia tahu bahwa Yudas Iskariot, salah seorang murid-Nya, memang mempunyai maksud jahat terhadap-Nya sehingga tergenapilah nubuat dari Mazmur 41:10. Di dalam rencana Allah Bapa, Yesus Kristus memang harus dikhianati, menderita dan mati. Sebagai Anak Allah, Yesus Kristus tahu bahwa saat yang ditentukan Allah Bapa telah tiba. Misi penebusan manusia melalui pengorbanan Yesus Kristus yang telah direncanakan Allah sejak dari semula, akan terlaksana pada waktu Allah. Di dalam kehendak Allah, segala peristiwa, termasuk upaya jahat, dipakai Tuhan Allah untuk merenda sejarah sehingga hanya rencana Allah saja yang akan terjadi. Oleh sebab itu, janganlah kita takut dan berkuatir! Tuhan Allah tetap memegang kuasa dan kendali dalam kehidupan dunia ini. Rencana Allah pasti terjadi walaupun ada upaya jahat manusia yang diprovokasi oleh si Jahat. Marilah kita tetap berpegang teguh kepada Allah saja dan jangan sedikitpun kita meragukan kuasa-Nya! (BHS)
Di tengah upaya pengkhianatan Yudas Iskariot, Yesus Kristus meneguhkan murid-murid-Nya untuk tetap menjalankan tugas pengutusan dalam memberitakan kabar baik Kerajaan Allah. Ini peneguhan Kristus di Yohanes 13:20 bagi murid-murid-Nya. “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menerima orang yang Kuutus, ia menerima Aku, dan barangsiapa menerima Aku, ia menerima Dia yang mengutus Aku." Bila seseorang diutus Kristus dan menjalankan misi Kristus, maka kehadirannya membawa kehadiran Yesus Kristus dan Allah Bapa. Menerima utusan yang membawa misi Kristus adalah seperti menerima kunjungan Kristus dan Allah Bapa. Betapa agung kebenaran yang disampaikan Kristus ini! Setiap orang Kristen dipanggil Yesus Kristus untuk menjadi utusan-Nya. Inilah panggilan yang mulia dan agung karena panggilan ini adalah sebuah panggilan untuk menghadirkan damai sejahtera dan sukacita Kristus. Sayangnya, seringkali kehadiran pengemban misi Kristus justru membawa kegelisahan dan perpecahan karena adanya motivasi lain yang mencemari misi yang diembannya. Ini bisa saja terjadi karena adanya ambisi mengejar kemuliaan diri, mencari kekayaan, ataupun maksud-maksud tidak murni lainnya. Oleh sebab itu, marilah kita mengevaluasi hati dan pikiran kita apakah benar-benar kita sudah mengemban misi Kristus secara murni! Ayolah kita kembali jalankan misi Kristus dengan setia! (BHS)
Apa yang menyebabkan hati Yesus Kristus sangat terharu? Mari lihat Yohanes 13:21-22! “Setelah Yesus berkata demikian Ia sangat terharu, lalu bersaksi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku." Murid-murid itu memandang seorang kepada yang lain, mereka ragu-ragu siapa yang dimaksudkan-Nya.” Yesus sangat risau karena salah satu murid-Nya akan mengkhianati-Nya dan Yesus harus berpisah dengan murid-murid yang dikasihi-Nya. Tak heran kalau Ia sungguh bergumul dan sangat terharu. Yesus Kristus tahu bahwa waktu pelaksanaan misi penebusan Allah melalui jalan penderitaan itu telah sangat dekat. Di dalam ketaatan dan kasih, Yesus Kristus rela menjalani semua itu. Walaupun murid-murid-Nya yang lain tidak tahu siapa yang akan menyerahkan-Nya, tetapi Yesus, sang Anak Allah itu, tahu apa yang akan terjadi pada diri-Nya dan siapa dari antara para murid-Nya yang akan menyerahkan Dia. Meskipun demikian, karena begitu besar kasih Yesus Kristus kepada murid-murid-Nya dan kepada manusia, Ia rela menjalankan misi penebusan itu walaupun Ia harus sangat menderita. Oleh sebab itu, marilah kita memuji dan meninggikan Kristus yang rela menderita dan mati demi manusia! Marilah kita terus berpegang pada kasih setia Allah yang tidak berkesudahan itu! Melalui iman percaya kepada Kristus sajalah, kita sebagai orang percaya, menerima segala kelimpahan hidup. (BHS)
Sewaktu Yesus menyampaikan bahwa salah satu murid-Nya akan berkhianat, apa respon para murid? Mari lihat Yohanes 13:23-25! “Seorang di antara murid Yesus, yaitu murid yang dikasihi-Nya, bersandar dekat kepada-Nya, di sebelah kanan-Nya. Kepada murid itu Simon Petrus memberi isyarat dan berkata: "Tanyalah siapa yang dimaksudkan-Nya!" Murid yang duduk dekat Yesus itu berpaling dan berkata kepada-Nya: "Tuhan, siapakah itu?" Murid yang berkhianat terhadap Guru yang mengasihinya memang adalah sebuah tragedi yang memalukan, apalagi kalau itu terjadi karena adanya sikap cinta uang. Cinta akan uang memang akar segala kejahatan sehingga hal yang memalukanpun tak segan-segan untuk dilakukan. Yang dilakukan Yudas Iskariot memang didorong oleh cinta uang, sehingga demi tiga puluh uang perak, ia rela mengkhianati Yesus seperti yang diceritakan di Matius 26:15. Sikap cinta uang ini dikisahkan juga di Yohanes 12:6 dimana Yudas Iskariot diceritakan telah sering mencuri uang kas yang dipegangnya. Tak heran, Rasul Paulus menegaskan di 1 Timotius 6:10 bahwa akar segala kejahatan adalah cinta uang. Oleh sebab itu, janganlah sampai kita terjerumus dalam sikap cinta uang ini! Waspadalah bahwa Iblis akan terus menggoda manusia untuk cinta uang! Di dalam pertolongan Roh Kudus, marilah kita hindari sikap cinta uang dengan belajar bersyukur dan mencukupkan diri dengan apa yang Tuhan telah berikan! Ayolah! (BHS)
Bagaimana Yesus menanggapi pertanyaan murid-Nya tentang siapa yang akan mengkhianati-Nya? Mari lihat Yohanes 13:26-27! “Jawab Yesus: "Dialah itu, yang kepadanya Aku akan memberikan roti, sesudah Aku mencelupkannya." Sesudah berkata demikian Ia mengambil roti, mencelupkannya dan memberikannya kepada Yudas, anak Simon Iskariot. Dan sesudah Yudas menerima roti itu, ia kerasukan Iblis. Maka Yesus berkata kepadanya: "Apa yang hendak kauperbuat, perbuatlah dengan segera." Yesus jelas menyampaikan bahwa Yudas Iskariot yang akan berkhianat. Niat jahat Yudas telah menyebabkan ia kerasukan Iblis. Memupuk niat jahat memang jalan bagi Iblis untuk merasuk dan merusak. Memupuk niat jahat adalah hal sangatlah perlu diwaspadai oleh setiap orang. Bila pengikut Kristus mulai mengakomodasi niat jahat dalam pikirannya, bahkan memupuknya dan membiarkannya bertumbuh subur dalam pikiran serta hati sanubarinya, maka inilah jalan masuk bagi si Iblis untuk merasuk dan merusak. Ini haruslah dihindari. Oleh sebab itu, untuk menghindarinya, marilah kita mulai mengembangkan pikiran yang selaras Filipi 4:8 dengan memikirkan “...semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, ..”. Melalui pikiran seperti ini, kita menolak pengaruh si Iblis dalam hati, pikiran, dan tindakan kita. (BHS)
Walaupun Yesus secara jelas telah mengungkapkan bahwa Yudas Iskariot yang akan berkhianat, tetapi apa tanggapan para murid? Mari lihat kisahnya di Yohanes 13:28-30! “Tetapi tidak ada seorangpun dari antara mereka yang duduk makan itu mengerti, apa maksud Yesus mengatakan itu kepada Yudas. Karena Yudas memegang kas ada yang menyangka, bahwa Yesus menyuruh dia membeli apa-apa yang perlu untuk perayaan itu, atau memberi apa-apa kepada orang miskin. Yudas menerima roti itu lalu segera pergi. Pada waktu itu hari sudah malam.” Sebagai pemegang kas, Yudas tentu dianggap dapat dipercaya. Tetapi justru Yudaslah yang berkhianat. Inilah yang disebut sebagai serigala berbulu domba. Walaupun seseorang sudah menjadi orang Kristen, kecenderungan hatinya tidaklah langsung bisa gamblang terlihat. Tutur katanya bisa saja manis dan sopan seperti domba, tetapi hati dan pikirannya bisa saja seperti serigala yang jahat. Penampilan luar dan tutur kata yang baik hanyalah sekedar kedok untuk niat jahat yang hendak dilakukannya. Ini seharusnya tidak boleh terjadi karena seorang Kristen seharusnya hidup dalam ketulusan hati dan bukan dalam kepura-puraan. Oleh sebab itu, marilah kita mawas diri dan memeriksa hati kita apakah ada niat serigala jahat dalam hati kita! Marilah kita hidup dalam ketulusan dan kejujuran tanpa harus berpura-pura baik! Di dalam kehidupan seperti ini, kita menjadi berkat bagi semua. (BHS)
Apa yang dikatakan Yesus setelah Yudas pergi untuk menyerahkan Yesus? Mari dengar perkataan Yesus di Yohanes 13:31-32! “Sesudah Yudas pergi, berkatalah Yesus: "Sekarang Anak Manusia dipermuliakan dan Allah dipermuliakan di dalam Dia. Jikalau Allah dipermuliakan di dalam Dia, Allah akan mempermuliakan Dia juga di dalam diri-Nya, dan akan mempermuliakan Dia dengan segera.” Kepergian Yudas Iskariot adalah untuk menyerahkan Yesus kepada imam-imam kepala dan orang Farisi untuk tiga puluh keping perak. Yesus tahu bahwa saat sengsara dan kematian-Nya sudah dekat. Tetapi Yesus, sang Anak Allah itu, tahu pula bahwa melalui sengsara-Nya, Allah Bapa akan dipermuliakan dan Allah Bapa akan mempermuliakan Yesus. Yesus Kristus, sang Anak Allah, diutus oleh Allah Bapa untuk menjalankan misi penebusan manusia melalui sengsara, kematian di kayu salib, dan kebangkitan-Nya. Hanya melalui jalan pengorbanan inilah, misi penebusan manusia dari dosa itu dilaksanakan. Tidak ada jalan lain! Walaupun Yesus Kristus adalah Anak Allah, di dalam ketaatan, Yesus Kristus telah rela merendahkan diri-Nya serendah-rendahnya demi penebusan manusia. Melaluinya, Yesus Kristus mempermuliakan Allah Bapa. Oleh sebab itulah, Allah meninggikan dan mempermuliakan Yesus Kristus. Wahai umat percaya, marilah kita selalu mengingat dan bersyukur buat karya penebusan ini! Janganlah iman kita sekali-kali digoyahkan dari kebenaran hakiki dari Allah ini! (BHS)
Setelah Yudas Iskariot pergi untuk mengkhianati-Nya, Yesus Kristus tahu bahwa saat sengsara sudah dekat. Ini perkataan Kristus di Yohanes 13:33! “Hai anak-anak-Ku, hanya seketika saja lagi Aku ada bersama kamu. Kamu akan mencari Aku, dan seperti yang telah Kukatakan kepada orang-orang Yahudi: Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang, demikian pula Aku mengatakannya sekarang juga kepada kamu.” Yesus Kristus tahu bahwa saat kematian-Nya sudah dekat. Kristus juga tahu bahwa untuk menjalankan misi penebusan Allah, Dia harus turun ke dunia orang mati untuk mematahkan belenggu Iblis dan untuk kemudian bangkit dan naik ke tempat yang Maha Tinggi. Jalan Kristus ini bukanlah jalan yang bisa diikuti oleh murid-murid-Nya. Jalan keselamatan yang dibukakan Allah melalui pengorbanan Anak-Nya, Yesus Kristus, adalah jalan yang tidak bisa dilalui oleh siapapun selain Yesus Kristus. Bila kita mengacu kepada Alkitab sebagai dasar iman kristiani kita, maka jelaslah diungkapkan bahwa hanya Yesus Kristus sajalah yang telah diutus Allah Bapa untuk misi penebusan dosa manusia. Inilah keyakinan dasar iman Kristen. Oleh sebab itu, walaupun ada bermacam-macam pandangan yang berbeda di dunia masa kini, orang Kristen harus tetap teguh berpegang pada Yesus Kristus saja sebagai Tuhan dan Juru selamatnya. Hanya di dalam Kristus dan melalui Kristus sajalah, kita memperoleh hidup yang kekal bersama dengan Allah Bapa dan Yesus Kristus, sang Anak Allah. (BHS)
Apa perintah baru yang disampaikan Yesus Kristus kepada murid-murid-Nya di perjamuan terakhir setelah Yudas Iskariot meninggalkan mereka? Ini perintah-Nya di Yohanes 13:34-35. “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi." Perintah untuk saling mengasihi di antara murid-murid-Nya ini adalah perintah terakhir Yesus Kristus sebelum sengsara dan kematian-Nya. Saling mengasihi dengan kasih Kristus inilah yang harus menjadi ciri utama dari orang-orang yang mengaku percaya pada Kristus. Dalam upaya untuk pertumbuhan iman, kita sebagai seorang Kristen bisa saja fokus kepada upaya memperjuangkan kesalehan pribadi melalui berbagai upaya yang baik dan konstruktif. Ini tentu tidaklah salah. Orang Kristen memang haruslah dikenal sebagai orang yang baik dan saleh. Hanya saja, ini belumlah cukup. Kesalehan pribadi harus juga berkembang dalam kesalehan komunal di dalam kelompok orang percaya dalam bentuk saling mengasihi satu dan lainnya. Saling mengasihi inilah yang seharusnya menjadi ciri dalam setiap komunitas orang percaya, tetapi ini juga merupakan hal tersulit bagi kita semua untuk melakukannya. Oleh sebab itu, marilah kita terus belajar bersama untuk saling mengasihi! (BHS)
Petrus ingin tahu kemana Yesus akan pergi. Marilah kita melihat jawaban Yesus atas pertanyaan Petrus ini di Yohanes 13:36! “Simon Petrus berkata kepada Yesus: "Tuhan, ke manakah Engkau pergi?" Jawab Yesus: "Ke tempat Aku pergi, engkau tidak dapat mengikuti Aku sekarang, tetapi kelak engkau akan mengikuti Aku." Jalan penderitaan yang harus ditempuh Yesus Kristus untuk melaksanakan misi penebusan dari Allah Bapa adalah jalan yang harus ditempuh-Nya. Hanya Yesuslah yang diutus Allah Bapa untuk misi penebusan ini. Meskipun demikian, jalan penderitaan dalam menyampaikan berita Injil akan dialami juga oleh Petrus, rasul-rasul Kristus, para martir, dan para pengikut Kristus. Karena Allah Bapa begitu mengasihi dunia ini, maka Ia tidak membiarkan manusia untuk tetap berada dalam belenggu dosa. Dari semula, Allah telah membuat rencana agung untuk menyelamatkan manusia melalui Anak-Nya yang tunggal, Yesus Kristus. Melalui kitab Taurat, Allah menunjukkan bahwa penebusan memerlukan korban yang tak bercacat dan tak bercela. Hanya saja, penebusan dan pengampunan dosa waktu dulu itu bersifat sementara, karena pada saat yang ditentukan Allah Bapa, korban sempurna dalam diri Anak-Nya, Yesus Kristus, dinyatakan sekali dan untuk selamanya. Oleh sebab itu, janganlah iman kita pada Yesus Kristus goyah! Tetaplah memberitakan kabar baik dan terus setia menjadi saksi Kristus! (BHS)
Dengan gagah berani, Petrus menyatakan semangatnya untuk mengorbankan nyawanya untuk Kristus. Bagaimana tanggapan Yesus tentang sikap Petrus ini? Mari lihat Yohanes 13: 37-38! “Kata Petrus kepada-Nya: "Tuhan, mengapa aku tidak dapat mengikuti Engkau sekarang? Aku akan memberikan nyawaku bagi-Mu!" Jawab Yesus: "Nyawamu akan kauberikan bagi-Ku? Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali." Semangat menggebu-gebu Petrus tidaklah cukup karena beberapa jam kemudian, ia akan menyangkal Kristus tiga kali. Fakta penderitaan memang sering meruntuhkan semangat dalam mengikut Kristus dengan setia. Sebagai Anak Allah yang mengetahui apa yang akan terjadi, Yesus Kristus menyampaikan bahwa Petrus akan menyangkal-Nya. Walaupun Petrus adalah salah satu murid terdekat Yesus dan telah bersama Yesus selama beberapa tahun, Petrus sebenarnya tidak siap untuk ikut dalam penderitaan Kristus. Semangat menggebu-gebu serta euforia dalam mengikut Kristus bukanlah jaminan bahwa seseorang Kristen akan tetap setia mengikut Kristus. Oleh sebab itu, marilah kita saling mendorong dan saling menguatkan di antara sesama orang percaya supaya kita secara bersama-sama dapat menghadapi segala tantangan, baik penderitaan maupun tantangan perubahan zaman! Janganlah kita bergantung pada kekuatan sendiri! (BHS)
Tuhan Yesus tentu melihat kegelisahan murid-murid-Nya sewaktu perjamuan terakhir sebelum Yesus mati di salib. Mari dengar penghiburan dan ajaran Yesus di Yohanes 14:1-2 kepada murid-murid-Nya! “Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu.” Walaupun Yesus tahu bahwa ia akan meninggalkan murid-murid-Nya, tetapi kematian-Nya itu justru untuk menyediakan tempat tinggal bersama Allah kelak bagi mereka yang percaya kepada Kristus. Oleh sebab itu, murid-murid Kristus tidaklah perlu gelisah dan haruslah tetap percaya. Di dalam kegelisahan dan kekuatiran, pengikut Kristus haruslah tetap berpengharapan. Ingat! Kristus telah berjanji bahwa Ia pergi ke rumah Bapa untuk menyediakan tempat bagi orang yang percaya kepada-Nya. Bila Yesus Kristus, sang Anak Allah, menjanjikannya, maka kita tidak perlu ragu-ragu lagi. Janji Kristus pastilah ditepati. Kita hanya perlu untuk terus mengarahkan hati dan pikiran kita untuk tetap setia mengikut Kristus. Oleh sebab itu, wahai orang percaya, janganlah gelisah melihat berbagai tantangan yang melanda orang percaya! Ingatlah selalu bahwa pengharapan kita itu adalah pengharapan yang pasti! Tunjukkan pengharapan kita dengan tetap berlaku setia dengan tidak menyimpang dari jalan Tuhan! Ayolah! (BHS)
Apa penghiburan yang disampaikan Yesus karena kegelisahan murid-murid-Nya di perjamuan terakhir? Mari simak perkataan Yesus di Yohanes 14:3-4! “Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada. Dan ke mana Aku pergi, kamu tahu jalan ke situ." Betapa luar biasa janji Kristus! Kristus pasti akan sediakan tempat di rumah Bapa bagi mereka yang percaya kepada-Nya. Kristus juga pasti akan datang kembali untuk menjemput dan membawa orang percaya ke sorga baka yaitu kebersamaan dengan Allah. Tuhan Yesus Kristuslah yang membuka jalan keselamatan kekal. Seperti murid-murid Kristus di perjamuan terakhir yang merasa gelisah dan merasa gamang akan hari esok, demikian juga kita sebagai murid-murid Kristus di masa sekarang ini. Ketidak-pastian akan hari esok bisa membuat kita menjadi gelisah dan kuatir. Ketidak-pastian itu bisa terjadi karena adanya tantangan di pekerjaan, kondisi sosial politik bangsa, permasalahan keluarga, serta berbagai masalah lainnya. Meskipun awan hitam persoalan tidak pernah berhenti meliputi kita, mari kita selalu ingat bahwa Yesus Kristus telah memberikan kepada kita yang percaya kepada-Nya masa depan yang penuh harapan. Karena Kristus dan Allah Bapa adalah satu, maka janji-Nya pastilah ditepati. Marilah kita selalu percaya pada janji Kristus! (BHS)
Yesus menjanjikan bahwa Ia akan pergi untuk menyediakan tempat tinggal di rumah Bapa bagi para murid-Nya. Bagaimana respon Tomas, salah satu murid-Nya? Mari kita lihat Yohanes 14:5-6! “Kata Tomas kepada-Nya: "Tuhan, kami tidak tahu ke mana Engkau pergi; jadi bagaimana kami tahu jalan ke situ?" Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” Dengan tegas, Yesus Kristus menjawab keraguan Tomas. Hanya melalui Yesus Kristus sajalah, ada jalan kepada Allah Bapa. Di dalam Kristus pula, ada kebenaran sejati yang pasti akan membawa manusia kepada hidup yang sejati di dalam Kristus sampai selama-lamanya. Kegelisahan karena berbagai masalah, kekuatiran akan masa depan, dan berbagai keraguan lainnya sering melanda orang percaya. Hal ini sering menyebabkan janji kehidupan kekal di dalam Yesus Kristus luntur. Seperti Tomas yang skeptis, orang percayapun bisa saja menjadi skeptis dan pesimis dengan janji Kristus sehingga orang percaya menjadi kehilangan pegangan hidup. Ini tidak seharusnya terjadi. Oleh sebab itu, setiap orang percaya haruslah selalu mengingat dan meyakini siapa Kristus itu. Yesus Kristus adalah jalan, kebenaran, dan hidup. Dialah satu-satu jalan untuk kita bisa datang kepada Allah Bapa. Tidak ada jalan lain! Di dalam Dia ada kebenaran dan hidup yang sesungguhnya. Mari perteguh iman! (BHS)
Apa penegasan Yesus Kristus tentang bagaimana murid-murid-Nya dapat mengenal Allah Bapa? Ini perkataan Kristus di Yohanes 14:7. “Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia." Yesus Kristus telah menyampaikan suatu rahasia penting tentang bagaimana murid-murid-Nya dapat mengenal Allah Bapa. Satu-satunya jalan bagi murid-murid Kristus untuk mengenal Allah Bapa adalah apabila mereka mengenal Yesus Kristus karena Allah Bapa yang tidak nampak itu telah menyatakan diri-Nya dalam diri Yesus Kristus, putra Tunggal-Nya. Dengan demikian, mengenal dan melihat Yesus Kristus adalah sama dengan mengenal dan melihat Allah Bapa sendiri. Betapa agung kasih Allah Bapa kepada dunia ini! Allah yang Maha Kudus itu tidaklah terhampiri oleh manusia karena adanya segala dosa yang telah memisahkan Allah dan manusia. Tetapi, di dalam limpahan kasih yang begitu besar, Allah mengutus Anak-Nya ke dunia sehingga barang siapa mengenal Yesus, ia mengenal Allah Bapa. Oleh sebab itu, marilah kita berusaha untuk bertumbuh dalam pengenalan akan Yesus Kristus! Memang, di dalam kemajemukan pandangan-pandangan dunia masa kini, pastilah ada saja pihak yang menentang keilahian Yesus Kristus sebagai Anak Allah. Meskipun demikian, marilah kita tetap memegang teguh keyakinan iman kita. Yesus Kristus memang Anak Allah. (BHS)
Walaupun Yesus telah menyampaikan bahwa mengenal Yesus adalah sama dengan mengenal Allah Bapa, murid-murid Kristus tetap tidak mengerti. Mari lihat Yohanes 14:8-9! “Kata Filipus kepada-Nya: "Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami." Kata Yesus kepadanya: "Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami.” Kesatuan Yesus Kristus dan Allah Bapa memang sulit dimengerti. Hanya dengan beriman dan percaya sajalah, orang percaya dapat memahami kebenaran ilahi bahwa Allah Bapa dan Yesus Kristus pada hakekatnya adalah satu. Kebenaran ilahi bahwa Allah Bapa dan Yesus Kristus adalah satu memang sebuah kebenaran hakiki yang paling sulit dimengerti manusia. Bagaimana mungkin Allah Bapa yang Maha Tinggi dan Maha Kudus menjadi manusia biasa? Ini adalah sebuah kemustahilan. Tidaklah mengherankan bila di sepanjang segala abad, kesatuan ilahi antara Allah Bapa dan Yesus Kristus selalu mendapat tentangan dari berbagai pihak. Meskipun demikian, marilah kita menyadari bahwa keesaan Allah Bapa dan Yesus Kristus, sang Anak Allah itu, adalah keyakinan dasar yang sangat hakiki dalam iman Kristen. Oleh sebab itu, wahai setiap orang percaya, di tengah segala tentangan, marilah kita tetap memegang teguh iman percaya kita! (BHS)
Apa yang disampaikan Kristus kepada murid-murid-Nya yang belum yakin bahwa Allah Bapa dan Yesus Kristus adalah satu? Mari simak perkataan Kristus di Yohanes 14:10-11! “Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya. Percayalah kepada-Ku, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku; atau setidak-tidaknya, percayalah karena pekerjaan-pekerjaan itu sendiri.” Segala kesaksian dan mujizat Yesus adalah bukti bahwa Bapa dan Anak adalah satu. Pengikut Kristus haruslah tetap berpegang teguh pada kebenaran hakiki ini. Tidak hanya di zaman dulu, di zaman sekarangpun banyak orang yang masih ragu bahkan tidak percaya bahwa Allah Bapa dan Yesus Kristus adalah esa dan satu secara hakiki. Kebenaran hakiki tentang keesaan Allah dalam ke-TriTunggal-an adalah memang keyakinan dasar iman Kristen yang sering tidak dipercayai oleh dunia. Oleh sebab itu, marilah kita terus berpegang teguh pada apa yang telah dikatakan Yesus Kristus tentang diri-Nya serta bukti mujizat yang telah dibuat-Nya. Allah Bapa dan Yesus Kristus memang esa adanya. Kita hanya perlu terus mengimani kesaksian Yesus Kristus tentang siapa diri-Nya dan tidak goyah sedikitpun walaupun berbagai pandangan di dunia coba menggempur kita. Mari tetap teguh! (BHS)
Apa yang disampaikan Yesus Kristus kepada murid-murid-Nya yang masih ragu bahwa Allah Bapa dan Yesus Kristus adalah satu adanya? Mari dengar perkataan Kristus di Yohanes 14:12! “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa;” Kehadiran Yesus di bumi ini memang sementara saja. Tetapi kepergian Yesus kepada Bapa di sorga akan menjadi dasar bagi orang percaya untuk pekerjaan yang lebih besar dari yang telah dilakukan Yesus. Percaya Kristus memang kunci dari segala pekerjaan besar yang dilakukan oleh para murid Kristus serta segenap orang percaya. Mempercayai Kristus dengan segenap hati memang hal yang tidak mudah, tidak hanya bagi murid-murid Kristus pada masa lalu tetapi juga bagi orang percaya di masa sekarang. Di kala tantangan iman dan kesulitan hidup melanda orang percaya, kebimbangan, kekuatiran, dan ketakutan bisa saja melunturkan iman. Tetapi marilah kita senantiasa mengingat bahwa kunci dari segala pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari yang dilakukan Kristus dulu adalah iman percaya pada Yesus Kristus saja! Oleh sebab itu, marilah kita selalu bertumbuh dalam iman percaya kita kepada Yesus Kristus dan berharap selalu bahwa pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar akan dinyatakan melalui anugerah Allah dalam Yesus! Ayo bertumbuh! (BHS)
Apa janji Yesus Kristus kepada murid-murid-Nya yang mau melakukan pekerjaan-Nya? Ini janji Yesus di Yohanes 14:13-14. “..dan apa juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya, supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak. Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya." Bila murid-murid Kristus mau melakukan pekerjaan Kristus dengan tujuan supaya Allah Bapa dipermuliakan di dalam Yesus Kristus, maka para murid itu dapat meminta segala sesuatu untuk menjalankan pekerjaan itu. Yesus Kristus akan memenuhinya karena semua itu semata-mata diajukan dalam Nama Kristus dan demi kemuliaan Allah Bapa. Janji ini adalah janji Kristus yang pasti digenapi-Nya. Bagaimana sikap kita sebagai pengikut Kristus dalam memegang janji Kristus? Kita tentu bergembira bila doa-doa kita dikabulkan. Bukankah demikian? Tentu saja. Permohonan yang kita panjatkan dalam doa-doa kita memang pasti akan dikabulkan Allah bila kita melakukannya semata-mata demi kemuliaan Allah Bapa dalam rangka melakukan pekerjaan Kristus. Oleh sebab itu, marilah kita mengevaluasi segala doa-doa kita, apakah memang semuanya itu kita lakukan demi kemuliaan Allah! Juga, marilah kita mawas diri apakah pekerjaan yang kita lakukan itu memang pekerjaan Kristus atau jangan-jangan hanya pekerjaan yang mengatas namakan Kristus! Marilah kita senantiasa hidup di dalam Kristus! (BHS)
Apa ciri-ciri dari seorang murid Kristus yang mengasihi Guru-nya? Ini pernyataan Yesus Kristus di Yohanes 14:15. “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.” Pernyataan Yesus Kristus ini sebenarnya cukup sederhana dan gamblang. Mengasihi Yesus tidaklah cukup dengan berbagai pernyataan, deklarasi, dan slogan-slogan Kristen semata, tetapi mengasihi Yesus Kristus berarti mempunyai komitmen untuk menuruti segala perintah-Nya. Mempercayai Kristus memang harus disertai ketaatan dalam mengetahui, memahami, dan mengikuti apapun yang diperintahkan Kristus. Inilah ciri-ciri murid Kristus yang sesungguhnya. Bertumbuh dalam ketaatan inilah yang harus diupayakan oleh setiap murid Kristus. Di dalam semangat yang menggebu-gebu dalam mengikut Kristus, kita sebagai orang Kristen sering mengungkapkan betapa kita mengasihi Kristus, bahkan mau setia sampai mati. Ini tentu hal yang sangat baik dan perlu. Hanya saja, ungkapan kasih melalui perkataan saja rupanya tidaklah cukup. Allah ingin supaya kita juga berkomitmen untuk melakukan segala sesuatu yang Tuhan Yesus telah perintahkan. Inilah ketaatan yang sesungguhnya. Hanya saja sayangnya, sering ketaatan kita hanya terbatas di kata-kata saja. Oleh sebab itu, kita sebagai orang Kristen harus benar-benar belajar menyimak perintah Kristus dan menaatinya. Di dalam ketaatan ini, kita pasti akan membawa kemuliaan bagi Tuhan. (BHS)
Yesus Kristus tidak akan bersama-sama lagi dengan murid-murid-Nya. Oleh sebab itu, apa yang dijanjikan Yesus kepada murid-murid-Nya? Mari simak janji Kristus di Yohanes 14:16-17! “Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu.” Roh Kebenaran memang akan dicurahkan di hari Pentakosta untuk menyertai orang-orang percaya selama-lamanya. Walau dunia tidak mengenal-Nya, Orang percaya akan mengenal-Nya. Tuhan Yesus memang tidak lagi hidup di bumi ini. Meskipun demikian, Roh Kudus yaitu Roh Kebenaran telah diberikan Allah Bapa atas permintaan Yesus Kristus untuk menolong orang percaya, tidak hanya orang percaya di zaman Yesus tetapi juga orang percaya di sepanjang segala abad dan tempat. Roh Kudus menyertai dan diam di dalam kita. Betapa indah dan luar biasa kebenaran ini! Marilah kita selalu mengingat bahwa Roh Kudus yaitu Roh Allah sendiri menyertai setiap orang percaya dan setia menolong orang percaya dalam menghadapi segala pergumulan hidup. Oleh sebab itu, janganlah kita merasa takut! Marilah kita tetap berpegang pada kekuatan Roh Allah! Di dalam kekuatan Roh, kita pasti akan kokoh dan tegar. Maukah kita? (BHS)
Setelah perjamuan terakhir, Yesus Kristus memang akan berpisah dengan murid-murid-Nya. Apa penghiburan dan peneguhan Yesus Kristus kepada mereka? Mari dengarkan perkataan Kristus di Yohanes 14:18-19! “Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku datang kembali kepadamu. Tinggal sesaat lagi dan dunia tidak akan melihat Aku lagi, tetapi kamu melihat Aku, sebab Aku hidup dan kamupun akan hidup.” Yesus memang akan mati, tetapi Ia akan bangkit dari kubur, naik ke sorga, dan mengutus Roh Kudus untuk menyertai orang percaya. Suatu saat nanti, Yesus Kristus pasti akan datang kembali sebagai Hakim atas semua dan Raja di atas segala Raja. Inilah jangkar pengharapan setiap orang percaya. Bagaimana kita sebagai orang percaya menjalani kehidupan setelah kita tahu bahwa Roh Kudus senantiasa menyertai kita dan kelak Kristus akan datang kembali? Apakah kita masih kuatir dan takut dalam menyongsong masa depan? Kalau kita sudah tahu akan kebenaran tentang sang Anak Allah dan sang Allah Roh Kudus, sudah seharusnya kita terus hidup bersemangat, berpengharapan, dan bersukacita dalam menyongsong masa depan. Sayangnya, karena besarnya permasalahan hidup, godaan harta, tawaran hidup sesat, serta nafsu diri, orang percaya bisa menjadi kehilangan pegangan hidup. Oleh sebab itu, marilah kita kembali menaruh iman dan pengharapan kita hanya kepada Allah saja! (BHS)
Bagaimana hakekat relasi antara Allah Bapa, Yesus Kristus, dan orang percaya? Ini penjelasan Yesus di Yohanes 14:20-21. “Pada waktu itulah kamu akan tahu, bahwa Aku di dalam Bapa-Ku dan kamu di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Akupun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya." Setelah Roh Kudus dicurahkan, Roh akan menolong orang percaya untuk memahami hakekat kesatuan Allah Tri Tunggal dan memahami hakekat hidup orang percaya yang tinggal di dalam Kristus. Allah Tri Tunggal akan mengasihi mereka yang mengasihi dan menaati Kristus. Memahami hakekat kesatuan Allah Tri Tunggal adalah hal yang mustahil bagi orang percaya bila tanpa pertolongan Roh Kudus. Roh-lah yang menerangi hati dan akal budi sehingga orang percaya dapat yakin benar akan hakekat kesatuan Allah Tri Tunggal yang sering kali tidak dipercayai oleh orang di dunia. Karena Allah Tri Tunggal itu satu adanya maka mempercayai dan menaati segala perintah Kristus berarti mempercayai dan menaati Bapa. Kalau orang percaya sungguh mengasihi Kristus, maka Bapa akan mengasihi dia. Oleh sebab itu, dalam penyertaan Roh Kudus, marilah kita belajar mengasihi Kristus dengan menaati setiap perintah-Nya! Berkat dan sukacita dari Allah Bapa pasti akan tercurah dalam kehidupan kita. (BHS)
Apa yang menjadi pertanyaan murid Yesus atas pernyataan Yesus bahwa bagi mereka yang mau menaati dan mengasihi-Nya, maka Yesus akan menyatakan diri-Nya kepada mereka? Mari dengar Yohanes 14:22! “Yudas, yang bukan Iskariot, berkata kepada-Nya: "Tuhan, apakah sebabnya maka Engkau hendak menyatakan diri-Mu kepada kami, dan bukan kepada dunia?" Sejalan dengan Markus 3:18, Yudas yang dimaksudkan di sini adalah Yudas Tadeus. Tadeus tidak paham mengapa hanya kepada mereka yang mau mengasihi Kristus saja maka sang Anak Allah itu akan menyatakan diri-Nya. Ia belum paham arti anugerah Allah, yang walaupun tersedia untuk seluruh dunia, tetapi itu harus direspons dengan iman dan ketaatan. Mengapa Yesus Kristus menyatakan diri-Nya kepada murid-murid-Nya secara khusus dan bukan kepada dunia? Seperti halnya Yudas Tadeus, banyak orang yang tidak mengerti bahwa pernyataan Allah dalam Yesus Kristus itu adalah sebuah anugerah yang terjadi karena kasih Allah Bapa kepada dunia. Hanya saja, anugerah keselamatan Allah dalam Yesus Kristus itu haruslah direspon dalam ketaatan. Tanpa ketaatan dan sikap mengasihi Kristus, maka anugerah pernyataan Kristus itu akan menjadi kurang berarti. Oleh sebab itu, janganlah kita sia-siakan anugerah Allah! Marilah kita belajar untuk mengasihi Allah melalui ketaatan kita! Melalui kehidupan yang disertai Allah, kita akan hidup dalam sukacita dan damai sejahtera Allah semata. (BHS)
Apa jawab Yesus atas pertanyaan Yudas Tadeus yang tidak mengerti akan pernyataan Kristus? Mari dengar jawab Yesus di Yohanes 14:23-24! “Jawab Yesus: "Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia. Barangsiapa tidak mengasihi Aku, ia tidak menuruti firman-Ku; dan firman yang kamu dengar itu bukanlah dari pada-Ku, melainkan dari Bapa yang mengutus Aku.” Ketaatan dalam mengikuti Firman Tuhan merupakan ciri utama dari mereka yang mengasihi Allah. Di dalam ketaatan ini, Allah akan tinggal serta. Tetapi, bila manusia tidak taat Firman, ia sebenarnya tidak mengasihi Allah. Karena Allah Bapa dan Yesus Kristus adalah satu adanya, maka ketaatan kepada Kristus adalah ketaatan kepada Allah Bapa. Mengasihi Kristus adalah sama dengan mengasihi Allah Bapa. Demikian juga, menaati perkataan Kristus adalah menaati perkataan Allah Bapa. Dengan demikian, memuliakan Kristus berarti memuliakan Allah Bapa. Oleh sebab itu, janganlah kita ragu-ragu akan kesatuan Allah Bapa dan Yesus Kristus di tengah kemajemukan pandangan di dunia masa kini. Di dalam kesatuan ilahi ini, marilah kita terus belajar menaati Allah Bapa melalui ketaatan kita kepada Yesus Kristus dengan selalu berkerinduan untuk belajar Firman Tuhan dan melakukannya. Melaluinya, kita akan menerima segala kelimpahan ilahi. (BHS)
Apa peran Roh Kudus setelah Yesus Kristus tidak lagi bersama-sama para murid-Nya? Yesus Kristus menjelaskan ini di Yohanes 14:25-26. “Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu; tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.” Orang percaya tidak akan ditinggalkan Kristus karena Roh Kudus akan diutus oleh Allah Bapa dalam nama Yesus. Roh Kudus akan menyertai orang percaya senantiasa. Roh juga akan mengajarkan segala sesuatu yang menjadi kehendak Allah serta akan mengingatkan akan perintah Kristus. Sebagai manusia, Yesus Kristus memang tidak lagi bersama-sama orang percaya. Tetapi, dalam kesatuan Allah Tri Tunggal, Allah Bapa telah mengutus Roh Kudus dalam nama Yesus Kristus untuk menyertai orang percaya senantiasa. Betapa hebat dan luar biasanya kebenaran ini! Kalau Allah melalui Roh Kudus beserta kita dan menolong kita senantiasa, bagaimana seharusnya sikap kita? Hidup semau guekah kita? Berlaku jahatkah kita? Tentu saja seharusnya tidak. Penyertaan Roh Kudus haruslah membuat kita semakin sadar tentang siapa kita. Kita adalah orang tebusan Kristus yang diutus untuk menjadi saksi Kristus yang mengemban misi Kristus. Dalam penyertaan Roh Kudus, marilah kita nikmati kehidupan ini! (BHS)
Karena Yesus Kristus akan meninggalkan mereka, tak heran murid-murid Kristus merasa gelisah dan gentar. Apa penghiburan yang diberikan Yesus Kristus kepada murid-murid-Nya? Ini perkataan Kristus di Yohanes 14:27. “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.” Roh Kudus yang menyertai orang percaya adalah Roh pembawa damai sejahtera. Bila seseorang terus bersandar pada kekuatan Roh, pastilah dia tidak akan gelisah dan gentar. Sebaliknya, bila seseorang justru mengikuti kemauan dunia yang jahat, pastilah ia akan kehilangan damai sejahtera. Setelah Yesus Kristus bangkit dan naik ke sorga, Roh Kudus telah dicurahkan pada hari Pentakosta. Apa yang dijanjikan Yesus Kristus telah digenapi. Roh Kudus telah diutus Allah Bapa dalam nama Yesus untuk menyertai orang percaya senantiasa. Sesuai janji Kristus, Roh Kudus yang menyertai orang percaya ini pasti akan membawa damai sejahtera bagi mereka yang mau percaya dan bersandar pada kekuatan Roh. Hanya saja sayangnya, ada saja orang percaya yang justru memilih untuk mengikuti cara, gaya hidup, dan keinginan dunia yang justru merampas damai sejahtera ilahi. Oleh sebab itu, wahai orang percaya, janganlah kita mengikuti jalan dunia! Marilah kita tetap bersandar pada kekuatan Roh! (BHS)
Apa penegasan Yesus Kristus di malam terakhir sebelum Ia menderita dan mati di kayu salib? Mari dengar perkataan Kristus di Yohanes 14:28-29! “Kamu telah mendengar, bahwa Aku telah berkata kepadamu: Aku pergi, tetapi Aku datang kembali kepadamu. Sekiranya kamu mengasihi Aku, kamu tentu akan bersukacita karena Aku pergi kepada Bapa-Ku, sebab Bapa lebih besar dari pada Aku. Dan sekarang juga Aku mengatakannya kepadamu sebelum hal itu terjadi, supaya kamu percaya, apabila hal itu terjadi.” Yesus Kristus akan pergi kepada Allah Bapa di sorga tetapi Ia akan kembali lagi, baik melalui Roh Kudus-Nya maupun melalui kedatangan Yesus kedua kalinya kelak. Kepergian Yesus ini bukanlah kesedihan tetapi sukacita. Jalan penderitaan Yesus Kristus melalui kematian-Nya di kayu salib itu bukanlah suatu dukacita tetapi justru sebuah sukacita besar. Tidak hanya karena Kristus telah datang kembali dalam Roh-Nya di hari Pentakosta dan akan datang kembali di hari kiamat kelak, tetapi juga karena Yesus Kristus kembali kepada Allah Bapa, di dalam persekutuan ilahi yang kekal antara Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus. Ini adalah kesukacitaan yang sangat besar bagi mereka yang percaya pada Kristus karena Kristus tidak hanya hadir di masa lalu, tetapi Ia akan selalu hadir di sepanjang segala masa sampai pada kekekalan. Oleh sebab itu, marilah kita hidup terus dalam sukacita ilahi dan hidup terus dalam iman dan pengharapan yang teguh! (BHS)
Apa pesan terakhir Yesus di malam terakhir sebelum Ia ditangkap dan disalibkan? Mari dengar pesan-Nya di Yohanes 14:30-31! “Tidak banyak lagi Aku berkata-kata dengan kamu, sebab penguasa dunia ini datang dan ia tidak berkuasa sedikitpun atas diri-Ku. Tetapi supaya dunia tahu, bahwa Aku mengasihi Bapa dan bahwa Aku melakukan segala sesuatu seperti yang diperintahkan Bapa kepada-Ku, bangunlah, marilah kita pergi dari sini." Apa yang terjadi pada diri Yesus Kristus seusai perjamuan terakhir itu tetaplah berada di dalam kehendak Allah Bapa dan bukan semata-semata karena kehendak jahat penguasa dunia. Di dalam kehendak baik Allah Bapa, Yesus Kristus memang harus menderita dan mati demi menebus dosa manusia. Rencana agung Allah Bapa untuk penebusan dosa manusia memang harus terjadi melalui jalan salib. Tidak ada jalan lain! Penguasa dunia, baik itu mahkamah Sanhedrin, Herodes, Pilatus, bahkan Iblis, tidaklah mempunyai kekuasaan sedikitpun atas Yesus Kristus. Dalam kasih-Nya kepada Bapa, Yesus Kristus rela menderita dan mati karena Bapa memang berkehendak demikian. Yesus tahu bahwa tanpa salib, tidak akan ada penebusan dosa. Oleh sebab itu, marilah kita memuliakan Allah Bapa yang Maha Tinggi dan Yesus Kristus yang taat mengikuti kehendak Bapanya itu! Segala puji, hormat, dan kemuliaan sudah selayaknya diserukan karena keagungan kasih Allah! Terpujilah Allah Bapa, Putra, dan Roh Kudus! (BHS)
Apa nasihat Yesus Kristus kepada murid-murid-Nya di Yohanes 15:1-2? Ini dia: "Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah.” Bila seseorang menjadi percaya Kristus dan menjadi murid Kristus, maka ia adalah ranting anggur. Artinya, imannya haruslah tertuju hanya pada sang Pokok Anggur yang Benar yaitu Yesus Kristus. Iman pada Yesus Kristus ini haruslah disertai dengan adanya buah Roh yang terwujud dalam tindakan dan keputusannya. Untuk itu, orang percaya akan dibersihkan melalui berbagai tantangan iman supaya ia makin berbuah. Pada waktu kita menjadi orang percaya, kita menjadi ranting dari sang Pokok Anggur yang Benar yaitu Yesus Kristus. Ini dapat terjadi karena anugerah Allah semata. Anugerah ini haruslah disertai dengan perubahan hidup yang dicirikan oleh buah Roh seperti di Galatia 5:22-23 yaitu kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Hanya saja, untuk dapat berbuah lebat, Allah akan membersihkan kita melalui berbagai tantangan iman supaya kita makin berbuah dan menjadi berkat bagi semua. Oleh sebab itu, marilah kita semua belajar bertumbuh dalam iman dan karakter kita, yang terwujud dalam berbagai perilaku dan keputusan kita sehari-hari! Marilah kita belajar berbuah! (BHS)
Apa nasihat yang disampaikan Yesus Kristus supaya murid-murid-Nya bisa berbuah dan menjadi berkat? Ini nasihat Kristus di Yohanes 15:3-4! “Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu. Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku.” Menaati segala perintah Kristus pasti akan menolong murid Kristus untuk hidup di dalam Kristus bagi kemuliaan Kristus. Inilah esensi kehidupan di dalam Kristus. Tanpa ketaatan pada Firman Tuhan, mustahillah seseorang untuk tetap hidup dalam Kristus dan menjadi berkat bagi banyak orang. Menaati kehendak Kristus adalah kunci untuk tetap tinggal di dalam Kristus. Melaluinya, Kristus akan tinggal di dalam kita dan kita tinggal di dalam Kristus. Inilah satu-satunya jalan bagi orang percaya menjadi berkat bagi banyak orang. Hanya saja dengan alasan kesibukan ataupun alasan-alasan lainnya, sering kali kita lalai ataupun enggan untuk bertekun dalam mempelajari Firman, apalagi melakukannya. Oleh sebab itu, marilah kita belajar untuk terus tinggal di dalam Kristus dengan menaruh Firman Tuhan di dalam hati dan pikiran kita, sehingga segala sudut kehidupan kita akan diterangi oleh Firman Tuhan. Melalui perilaku, tutur kita, serta segala keputusan kita, kita pasti akan menjadi berkat. Bagaimana? Maukah kita? (BHS)
Mengapa para murid perlu tetap tinggal di dalam Kristus? Mari simak nasihat Kristus di Yohanes 15:5-6! “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar.” Tetap tinggal di dalam Kristus adalah sikap untuk mau menaati Kristus saja. Inilah kunci dari kehidupan yang menjadi berkat bagi banyak orang. Tanpa ketaatan, murid Kristus tidak akan dapat berbuat apa-apa yang berarti di mata Kristus. Di luar Kristus, segala upaya hanyalah akan sia-sia belaka. Dari dulu sampai sekarang, pastilah banyak upaya dari orang percaya yang demi nama Kristus melakukan berbagai kerja dan pelayanan di segala bidang kehidupan. Ironisnya, banyak pula intrik, konflik, perseteruan, persoalan, bahkan peperangan yang timbul yang juga mengatasnamakan Kristus. Oleh sebab itu, sangatlah penting bagi orang percaya untuk mawas diri apakah kita sekarang benar-benar hidup dalam Kristus dan menaati perintah Kristus dalam melakukan segala kerja dan pelayanan kita. Marilah kita selalu ingat bahwa kita tidak akan dapat melakukan apapun yang berarti di mata Kristus bila kita tidak mau hidup di dalam Kristus! Marilah kita lakukan segala kerja dan upaya hanya demi kemuliaan-Nya!(BHS)
Apa yang dijanjikan Yesus Kristus kepada murid-murid-Nya bila mereka tetap percaya Kristus dan menaati Firman-Nya? Ini petunjuk Kristus di Yohanes 15:7-8: “Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku." Jika murid Kristus mempercayai Kristus dengan segenap hati dan sungguh-sungguh mau menaati Firman-Nya, maka kehendaknya akan ditundukkan pada kehendak Tuhan sehingga doanya dikabulkan. Melalui ketaatan ini, murid-murid Kristus berkarya dan membawa kemuliaan bagi Allah Bapa dalam Yesus Kristus. Terus mempercayai Kristus dan senantiasa menundukkan pikiran, perilaku, dan keputusan kepada otoritas Firman Tuhan adalah tantangan terbesar dalam kehidupan orang percaya. Tantangan-tantangan ini bisa berupa kehidupan yang serba berkekurangan, tuntutan pekerjaan yang menyita waktu, ataupun berupa nafsu berkuasa, keinginan kaya, rasa dengki melihat kesuksesan orang lain, dan tantangan lainnya. Oleh sebab itu, marilah kita terus belajar mempercayai Tuhan dengan segenap hati dan belajar taat! Hanya melalui ketaatan sajalah, doa-doa kita dikabulkan dan kita dapat menjadi saluran berkat Tuhan bagi sekitar. Ayolah kita menundukkan kehendak kita hanya kepada kehendak Tuhan saja dan memuliakan Tuhan saja! (BHS)
Bagaimana caranya supaya murid-murid Kristus dapat membawa kemuliaan bagi Allah Bapa di sorga? Mari dengarkan perkataan Kristus di Yohanes 15:8! “Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku." Di dalam iman dan ketaatan, murid-murid Kristus bekerja, melayani, dan menjalani hidup untuk membawa kemuliaan bagi Allah saja. Inilah kehidupan yang berbuah banyak yang menjadi ciri dari murid-murid Kristus. Hanya kehidupan seperti inilah kehidupan yang berharga dan layak di mata Allah. Bila murid Kristus hanya mencari kepentingan diri semata saja, maka kehidupannya akan menjadi kosong, tidak berarti, dan sia-sia belaka. Bila seseorang sudah menjadi murid Kristus, maka kehidupannya sudah ditebus dari kegelapan untuk hidup dalam terang Tuhan yang ajaib. Perubahan hidup ini seharusnyalah nampak dalam pikiran, perilaku, dan berbagai keputusan yang dibuatnya yang semata-mata hanya demi kemuliaan Allah semata. Hanya saja sayangnya, seringkali kita sebagai murid Kristus justru lalai dan malahan menjadi cela bagi kesaksian orang percaya. Ini haruslah dihindari. Oleh sebab itu, marilah kita selalu ingat untuk mengarahkan hati dan pikiran kita hanya kepada apa yang menjadi kehendak Tuhan. Hanya melalui menaati kehendak Allah saja, kita berbuah banyak dan membawa kemuliaan bagi Allah. Ayo kita hidup dan berbuah demi Allah saja! (BHS)
Yesus Kristus menasihatkan murid-murid-Nya untuk tetap tinggal di dalam kasih Kristus. Bagaimana caranya? Mari dengar nasihat Kristus di Yohanes 15:9-10! “Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu. Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya.” Orang percaya hanya bisa tetap tinggal di dalam kasih Kristus dengan cara menuruti perintah Kristus. Ketaatan pada Firman Tuhan memang sudah seharusnya menjadi ciri utama seorang Kristen. Tanpa ketaatan, tidak mungkin orang percaya dapat memuliakan Allah serta menjadi berkat bagi sesama. Karena Kristus adalah Anak Allah yang berkuasa, maka Kristus tahu betul apa yang dikehendaki Allah Bapa bagi kehidupan yang berkualitas di mata-Nya. Kristus tahu betul bahwa ketaatan pada Firman Allah tidak hanya akan membawa berkat bagi diri sendiri dan orang lain, tetapi terlebih lagi, kehidupannya akan berkenan di mata Allah. Inilah keberhasilan hidup. Sayangnya, ada saja orang percaya yang kemudian malah lebih tertarik kepada cara dunia yang tidak sejalan dengan perintah Kristus. Akibatnya, tidak hanya Allah tidak berkenan, tetapi terlebih lagi, kehidupannya malah menjadi tidak berbahagia. Oleh sebab itu, mari kita taati Firman-Nya! Kita pasti akan memuliakan Tuhan dan menjadi berkat bagi sesama. (BHS)
Mengapa Yesus Kristus mengajak murid-murid-Nya untuk menaati Firman-Nya dan tetap tinggal di dalam-Nya? Ini penjelasan Kristus di Yohanes 15:11-12. “Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh. Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu.” Bila murid-murid Kristus tetap taat dan tetap tinggal di dalam Kristus, maka Kristus menjanjikan sukacita penuh. Sukacita di dalam ketaatan kepada Kristus ini harus terus dijaga melalui relasi saling mengasihi di antara para murid dengan kasih Kristus. Dengan demikian, sukacita Kristus itu dilimpahkan dalam kebersamaan dan bukan cuma sukacita individual. Ketaatan kepada Kristus sering kali sekedar dilihat sebagai kesalehan pribadi semata. Akibatnya, ada orang percaya yang justru malah menjadi kurang terlibat dalam kehidupan bersama, bahkan memilih untuk hidup menyendiri saja. Apa yang diajarkan Yesus Kristus kepada murid-murid-Nya rupanya tidaklah demikian. Melalui kehidupan bersama yang saling mengasihi, Yesus Kristus justru melimpahkan anugerah sukacita penuh. Inilah juga esensi dari kehidupan bergereja sebagai persekutuan orang percaya yang dipanggil untuk menjadi saksi Tuhan dalam kebersamaan dan bukan hanya individual semata. Karenanya, marilah kita belajar hidup dalam panggilan ini! Di dalamnya pasti ada sukacita yang melimpah ruah. (BHS)
Dalam menaati Kristus, murid-murid Kristus haruslah saling mengasihi. Apa yang akan terjadi bila mereka menaati perintah Kristus ini? Ini perkataan Yesus Kristus di Yohanes 15:13-14. “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu.” Sahabat adalah mereka yang dulunya tidak saling mengenal tetapi kemudian sekarang menjadi akrab. Sebagai sahabat, Kristus mau berkorban demi sahabat-sahabat-Nya, bahkan sampai rela mati bagi mereka. Inilah berkat besar Yesus Kristus kepada murid-murid-Nya bila mereka mau menaati perintah Kristus untuk saling mengasihi. Saling mengasihi adalah perintah penting Yesus Kristus yang membuka jalan bagi orang percaya untuk menjadi sahabat Kristus. Untuk sahabat-sahabat-Nya, Yesus Kristus telah menunjukkan kasih-Nya yang terbesar dengan kematiannya di kayu salib. Ironisnya, pengikut-pengikut Kristus, baik di zaman dulu maupun zaman sekarang, seringkali ada saja yang justru tidak menaati perintah Kristus. Banyaknya perselisihan, saling cela, bahkan permusuhan di kalangan orang percaya, baik di gereja maupun organisasi Kristen, telah menunjukkan bahwa orang Kristen tidaklah menunjukkan ciri-ciri sahabat Kristus. Oleh sebab itu, marilah kita bertobat dengan terus belajar saling mengasihi! Ayo menjadi sahabat Kristus yang menaati-Nya! (BHS)
Mengapa Yesus Kristus tidak menyebut murid-murid-Nya sebagai hamba yang sekedar menuruti perintah tuannya? Mari dengar ajaran Kristus di Yohanes 15:15! “Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku.” Yesus Kristus menyebut murid-murid-Nya sebagai sahabat dan bukan hamba, bukan semata-mata karena mereka mau menaati perintah Kristus, tetapi karena Kristus juga telah menyampaikan segala sesuatu dari Allah Bapa kepada mereka. Sahabat Kristus haruslah paham akan maksud Allah Bapa dalam mengutus Kristus. Seorang Kristen memang haruslah seorang pengikut Kristus yang menaati perintah Kristus. Hanya saja, dalam ketaatan kepada Kristus ini, Kristus juga menginginkan kita untuk menjadi sahabat-Nya yang memahami benar maksud Allah Bapa bagi manusia dan ciptaan yang telah berdosa. Tindakan ketaatan memang haruslah disertai dengan pengenalan yang benar akan Allah Bapa dan kehendak-Nya bagi manusia. Dengan demikian, kehidupan beragama itu tidak cuma sekedar ritual dan tindakan ketaatan yang mekanis saja, tetapi terlebih lagi, ketaatan kita harus disertai pemahaman yang benar akan maksud Allah. Oleh sebab itu, marilah kita menjadi sahabat Kristus yang tidak hanya taat Firman, tetapi juga paham maksud Allah! (BHS)
Bagaimana seseorang dapat menjadi murid Kristus? Mari simak penjelasan Yesus Kristus di Yohanes 15:16-17! “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu. Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain." Murid-murid Kristus dapat menjadi murid Kristus hanya karena mereka dipilih oleh Kristus. Tujuannya ialah supaya mereka pergi dan menghasilkan buah yang bertahan sampai pada kekekalan. Di dalam upaya berbuah ini, murid Kristus harus hidup saling mengasihi dan segala permintaan akan dikabulkan. Menjadi murid Kristus memang bukanlah semata-mata karena pilihan manusia tetapi karena kehendak Allah. Di dalam anugerah pemilihan Allah ini, Allah mengutus kita semua sebagai orang percaya untuk menghasilkan buah yang kekal bagi kerajaan Allah melalui kesaksian kita. Buah kekal ini tak lain adalah orang-orang yang memperoleh hidup kekal karena percaya Kristus. Oleh sebab itu, marilah kita bersama-sama berupaya untuk menjadi saksi Kristus yang setia melalui kehidupan yang saling mengasihi! Di dalam upaya ini, Allah akan memenuhi segala permohonan kita yang disampaikan dalam nama Kristus demi kemuliaan Allah saja. Marilah kita terus belajar bersama-sama untuk menjadi saksi Kristus yang setia! Mari bergiatlah (BHS)
Yesus Kristus menyampaikan bahwa dunia akan membenci murid Kristus? Mengapa demikian? Mari lihat penjelasan Kristus di Yohanes 15:18-19! "Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari pada kamu. Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu.” Murid-murid Kristus telah dipilih Kristus dari dunia untuk menjadi berbeda dengan dunia. Mereka bukan lagi milik dunia. Karena dunia membenci Kristus, tak heranlah bila dunia membenci juga milik Kristus yaitu mereka yang percaya kepada-Nya. Ini bukan petaka tetapi ini justru anugerah Kristus bagi murid-Nya. Karena kita telah dipilih Kristus dan menjadi milik Kristus, maka kita menjadi berbeda dengan dunia. Keperbedaan dengan dunia itu sudah selayaknya ditunjukkan melalui gaya hidup, sifat, perilaku, serta prinsip hidup yang memang berbeda dengan apa yang sering nyata terlihat di dunia yang cenderung jahat. Tak heranlah kalau dunia membenci mereka yang berbeda dengannya. Hanya saja sayangnya, walaupun kita sebagai orang percaya seharusnya berbeda dengan dunia, kita tidaklah hidup berbeda dengan dunia sekitar kita, baik dalam gaya hidup maupun prinsip hidup. Ini adalah sebuah ironi, seharusnya berbeda padahal sama saja. Oleh sebab itu, marilah kita mengevaluasi hidup kita apakah kita memang hidup beda! Ayolah! (BHS)
Seberapa jauh keterkaitan murid-murid Kristus dengan Kristus, guru mereka? Mari dengar perkataan Kristus di Yohanes 15:20! “Ingatlah apa yang telah Kukatakan kepadamu: Seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya. Jikalau mereka telah menganiaya Aku, mereka juga akan menganiaya kamu; jikalau mereka telah menuruti firman-Ku, mereka juga akan menuruti perkataanmu.” Seorang murid pastilah meneladani gurunya, baik dalam sikap hidup, gaya hidup, maupun prinsip hidup. Tak heranlah kalau murid Kristus, seperti halnya Kristus, dianiaya oleh mereka yang menganiaya Kristus dan ditaati kata-katanya oleh mereka yang menaati Kristus. Murid Kristus memang harus mengikuti jejak langkah sang Guru. Menjadi murid Kristus memang tidak mudah karena kecenderungan hati, pola pikir, kerinduan, serta segala aspek kehidupannya haruslah sejalan dengan kehendak Kristus. Selain itu, identitas sebagai pengikut Kristus bisa mendatangkan kesukaran hidup dari orang yang membenci Kristus, tetapi juga bisa mendatangkan sukacita dari mereka yang mengasihi Kristus. Melalui suka duka kehidupan inilah, orang percaya akan bertumbuh dalam keserupaan dengan Kristus. Oleh sebab itu, kita sebagai murid Kristus haruslah terus tekun dalam mengikut Kristus! Marilah kita melangkah terus dalam Kristus walaupun kesukaran melanda kita! Ingatlah bahwa di balik awan gelap, selalu ada mentari kasih dan anugerah Kristus! Mari tetap ikuti Dia! (BHS)
Pemuka agama Yahudi memang sering berniat menganiaya Yesus Kristus. Mengapa mereka bertindak demikian? Mari dengar penjelasan Kristus di Yohanes 15:21-22! “Tetapi semuanya itu akan mereka lakukan terhadap kamu karena nama-Ku, sebab mereka tidak mengenal Dia, yang telah mengutus Aku. Sekiranya Aku tidak datang dan tidak berkata-kata kepada mereka, mereka tentu tidak berdosa. Tetapi sekarang mereka tidak mempunyai dalih bagi dosa mereka!” Walaupun pemuka agama Yahudi mengaku mengenal Allah, tetapi mereka sebenarnya tidak mengenal-Nya. Perkataan Yesus, sang Anak Allah, tidaklah mereka dengar, bahkan mereka menganiaya-Nya. Mereka telah berdosa karena tidak mau mendengar firman Kristus. Seperti halnya pemuka agama Yahudi yang mengaku mengenal Allah tetapi mau menganiaya mereka yang tidak sepemikiran, orang di zaman sekarangpun bisa saja terjebak pada cara pandang yang merasa benar sendiri. Akibatnya, bisa timbul sikap arogan dan sikap fanatik berlebihan yang mudah untuk tidak menyukai bahkan membenci mereka yang berbeda. Ini tentu sikap yang harus diwaspadai oleh setiap orang percaya. Janganlah kita menjadi begitu fanatik secara berlebihan sehingga kasih dan belas kasihan kita kepada orang lain menjadi sirna! Oleh sebab itu, marilah kita beragama dengan tidak mengabaikan kasih dan belas kasihan kepada siapapun, termasuk dengan mereka yang kita anggap berbeda! Bisakah kita? (BHS)
Apa yang dilakukan Kristus memang baik tetapi tetap saja pemuka agama Yahudi membenci-Nya. Mengapa? Mari dengar penjelasan Kristus di Yohanes 15:23-25! “Barangsiapa membenci Aku, ia membenci juga Bapa-Ku. Sekiranya Aku tidak melakukan pekerjaan di tengah-tengah mereka seperti yang tidak pernah dilakukan orang lain, mereka tentu tidak berdosa. Tetapi sekarang walaupun mereka telah melihat semuanya itu, namun mereka membenci baik Aku maupun Bapa-Ku. Tetapi firman yang ada tertulis dalam kitab Taurat mereka harus digenapi: Mereka membenci Aku tanpa alasan.” Kebencian orang Yahudi kepada Kristus memang tidak beralasan. Perbuatan dan ajaran Kristus memang baik di mata Allah. Walaupun ada orang yang melayani dalam ketaatan kepada Allah dan banyak melakukan hal-hal yang baik, tidaklah berarti bahwa tidak ada orang yang membencinya. Memang ini sebuah ironi bahwa ada orang yang berpikir dan bertindak baik, tetapi ia justru dibenci orang. Terang yang mengusir kegelapan memang sering tidak disukai karena terang akan menyoroti segala dusta dan kebobrokan. Oleh sebab itu, walaupun ada kebencian yang tak beralasan, marilah kita meneladani Yesus Kristus yang tetap setia melakukan kehendak Allah Bapa dan tetap melayani dalam kasih! Dengan demikian, kita menjadi saksi Kristus yang setia dalam menjalankan tugas dan panggilan kita. Mari kita membawa terang Kristus senantiasa! (BHS)
Dunia memang akan membenci Yesus dan murid-murid-Nya. Karenanya, apa peneguhan Yesus kepada murid-murid-Nya? Mari simak perkataan Kristus di Yohanes 15:26-27! “Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku. Tetapi kamu juga harus bersaksi, karena kamu dari semula bersama-sama dengan Aku." Meskipun murid-murid Kristus dibenci dunia, mereka tetap harus setia dalam memberikan kesaksian tentang Yesus Kristus dan karya keselamatan Allah. Roh Kebenaran yaitu Roh Kudus yang dari Allah Bapa akan diutus untuk menghibur, menyertai, dan menolong murid-murid Kristus untuk menjadi saksi Kristus. Mereka hanya perlu terus tekun dan setia. Permasalahan dan kesulitan pasti akan dialami oleh setiap orang percaya yang mau tekun dan setia dalam memberitakan kabar keselamatan. Seperti halnya dunia tidak menyukai, bahkan membenci Kristus di masa lalu, demikian juga di masa kini. Memberitakan kebenaran Allah bukanlah selalu jalan mulus yang enak dan mudah. Meskipun demikian, kita tidaklah perlu gentar karena Yesus Kristus telah menjanjikan Roh Kudus yaitu Roh Kebenaran, yang akan menolong kita senantiasa dalam segala situasi dan kondisi. Oleh sebab itu, di tengah-tengah segala kesukaran dan problema, marilah kita senantiasa bergantung kepada tuntunan Roh Kudus! Melaluinya, kita pasti kuat untuk bawa berkat bagi semua. (BHS)
Yesus Kristus telah menyampaikan kepada murid-murid-Nya bahwa Roh Kudus akan menolong mereka di tengah-tengah dunia yang membenci mereka. Mengapa Yesus menyampaikan hal itu? Mari lihat Yohanes 16:1-3! “Semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya kamu jangan kecewa dan menolak Aku. Kamu akan dikucilkan, bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah. Mereka akan berbuat demikian, karena mereka tidak mengenal baik Bapa maupun Aku.” Memang ironis bahwa orang Yahudi yang mengaku mengenal Allah justru melawan Allah dengan menganiaya pengikut Kristus. Melalui penyertaan Roh, pengikut Kristus diteguhkan. Penganiayaan atas nama Allah telah terjadi di masa lalu di mana pimpinan agama Yahudi telah merencanakan serta berbuat jahat kepada Yesus. Dengan tindakannya itu, pimpinan agama Yahudi justru telah menentang Allah. Agama telah dijadikan alat untuk menindas mereka yang tidak sejalan. Dalam rasa pengabdian yang salah kepada Allah, penindasan justru telah terjadi. Bagaimana seharusnya kita bersikap? Kita sebagai pengikut Kristus tidak boleh merasa kecewa dan kecil hati, tetapi justru kita haruslah selalu mawas diri untuk tidak melakukan hal yang serupa dengan pimpinan agama Yahudi dulu. Janganlah sampai keagamaan kita justru tidak diperkenan Allah! Marilah kita menjalani kehidupan di dalam kekuatan Roh Kudus saja! (BHS)
Yesus Kristus menyampaikan bahwa murid-murid-Nya akan dianiaya karena alasan iman. Mengapa Yesus mengatakannya? Mari dengar perkataan Kristus di Yohanes 16:3-4! “Tetapi semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya apabila datang saatnya kamu ingat, bahwa Aku telah mengatakannya kepadamu." "Hal ini tidak Kukatakan kepadamu dari semula, karena selama ini Aku masih bersama-sama dengan kamu, tetapi sekarang Aku pergi kepada Dia yang telah mengutus Aku, dan tiada seorangpun di antara kamu yang bertanya kepada-Ku: Ke mana Engkau pergi?” Yesus mengingatkan murid-murid-Nya supaya mereka tetap teguh imannya bila harus menderita. Walau Kristus akan pergi, tetapi Roh Kudus tetap akan beserta. Penganiayaan karena seseorang beriman pada Kristus tidak hanya terjadi di zaman Yesus tetapi juga terjadi di masa kini dalam berbagai bentuk, baik penganiayaan fisik maupun mental. Mengikut Kristus memang tidaklah mudah karena ajaran Kristus memang berbeda. Meskipun demikian, Yesus Kristus tidaklah pernah membiarkan orang percaya sendirian saja. Yesus Kristus, yang sudah pergi kepada Allah Bapa, telah mengutus Roh Kudus-Nya untuk menyertai orang percaya. Oleh karenanya, marilah kita terus beriman pada Allah di dalam Yesus Kristus dan tetap setia walaupun menderita! Percayalah bahwa Roh Kudus akan memberi kekuatan dan penghiburan-Nya dalam kita menghadapi berbagai tantangan kehidupan. (BHS)
Yesus Kristus menyampaikan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia akan meninggalkan mereka dan mereka akan dibenci karena iman mereka. Mengapa mereka tidak perlu berdukacita? Mari simak Yohanes 16:6-7! “Tetapi karena Aku mengatakan hal itu kepadamu, sebab itu hatimu berdukacita. Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu.” Yesus Kristus akan tetap menyertai orang percaya melalui Roh Kudus-Nya yang akan memberi kekuatan dan penghiburan selalu. Itulah sebabnya mengapa orang percaya harus tetap bersukacita. Dalam menghadapi setiap tantangan kehidupan, orang Kristen telah dimampukan Kristus untuk tetap bisa bersukacita karena Kristus telah mengutus Roh Kudus-Nya untuk menyertai orang percaya. Roh Allah akan selalu memberikan kekuatan dan penghiburan sejati bagi kita semua yang mau bersandar pada Allah. Itulah sebabnya mengapa kita sebagai orang percaya tidak boleh takut dan gentar menghadapi segala kesukaran hidup. Bila kita sekarang sedang merasa gundah dan sedih, marilah kita datang dan menyerahkan segala beban kekuatiran dan kesedihan kita hanya kepada Tuhan saja! Roh Allah pasti akan memberikan kekuatan dan jalan keluar atas persoalan kita itu. Marilah kita datang segera kepada-Nya! (BHS)
Apa peran Roh Kudus bagi manusia? Mari dengar perkataan Kristus di Yohanes 16:8-11! “Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman; akan dosa, karena mereka tetap tidak percaya kepada-Ku; akan kebenaran, karena Aku pergi kepada Bapa dan kamu tidak melihat Aku lagi; akan penghakiman, karena penguasa dunia ini telah dihukum.” Roh Kudus akan bekerja di hati manusia supaya manusia menjadi insaf akan dosanya dan mau bertobat. Manusia akan menjadi insaf pula akan kebenaran yang disampaikan Kristus, sang Anak Allah, serta insaf akan adanya penghakiman Allah yang adil kelak. Tanpa Roh Kudus, tidaklah mungkin manusia untuk insaf dan bertobat. Melalui berbagai pelayanan, orang Kristen sudah diutus Allah dari masa ke masa untuk membawa kabar baik tentang keselamatan dalam Yesus Kristus. Bagaimana kemudian seseorang bisa insaf akan dosanya, bertobat, dan menjadi pengikut Kristus? Kalau seseorang bisa menjadi percaya Kristus, ini ternyata semata-mata karena kerja Roh Kudus yang bekerja di dalam hati sanubari manusia. Bisa menjadi percaya Kristus memanglah sebuah anugerah. Oleh sebab itulah, kita harus sadar bahwa tugas kita adalah memberitakan kabar baik dan bukanlah menobatkan orang karena hanya Roh Kuduslah yang mampu mengubah hati manusia. Marilah kita membawa kemuliaan bagi Allah saja dalam pelayanan dan kehidupan kita! (BHS)
Apa peran Roh Kudus bagi orang percaya? Mari dengar perkataan Yesus Kristus di Yohanes 16:12-13! “Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya. Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang.” Setelah Kristus naik ke sorga, Roh Kudus dicurahkan di hari Pentakosta. Atas Wahyu dari Roh saja, penulis kitab PB kemudian menuliskan kitabnya untuk memimpin orang percaya ke dalam seluruh kebenaran Allah. Melalui Alkitab, Roh Kebenaran yang diutus Allah Bapa dalam nama Yesus Kristus, bekerja untuk menuntun orang percaya dalam memahami dan hidup di dalam seluruh kebenaran Allah. Kehendak Allah secara sempurna dan penuh telah dinyatakan melalui Alkitab. Itulah sebabnya, gereja Tuhan harus sungguh-sungguh menjadikan Alkitab sebagai pusat kehidupan umat. Tidak hanya kebenaran Alkitab harus diajarkan dengan setia, tetapi terlebih lagi, ajaran Alkitab haruslah dihidupi sehingga seluruh aspek kehidupan orang percaya menjadi benar-benar dipengaruhi oleh Firman Allah. Hanya melalui kehidupan yang menaati Firmanlah, kita semua bisa menjalani kehidupan yang berbuah banyak. Ayo kita hidup dalam Firman! (BHS)
Bagaimana kesatuan Allah Bapa, Yesus Kristus, dan Roh Kudus yang disampaikan oleh Kristus? Mari simak Yohanes 16:14-15! “Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku. Segala sesuatu yang Bapa punya, adalah Aku punya; sebab itu Aku berkata: Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku." Segala apa yang ada pada Allah Bapa, ada pada Yesus Kristus. Apa yang disampaikan Roh Kudus adalah apa saja yang dikehendaki Kristus, dan apa saja yang dikehendaki Kristus pasti berasal dari kehendak Allah Bapa. Bapa, Anak, dan Roh memang satu adanya. Roh kudus pasti akan meninggikan dan memuliakan Kristus senantiasa. Banyak orang di sepanjang segala masa, telah mencoba memahami kesatuan ilahi antara Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus, dan tetap saja tidak memahaminya. Hal ini sudah tentu wajar saja terjadi karena Allah Tritunggal adalah Allah yang Maha Besar yang jauh melebihi segala yang ada di dunia ini, termasuk jauh melebihi pemahaman akal budi manusia. Oleh sebab itu, memahami Allah Tritunggal haruslah didasarkan pada apa yang disampaikan Allah melalui kebenaran Alkitab yang kemudian diterima dan diyakini dengan iman. Di dalam keyakinan iman yang berdasarkan wahyu Allah inilah, kita akan memahami kesatuan ilahi dari Allah Tritunggal. Ayolah kita belajar percaya pada Firman Allah! (BHS)
Pernyataan Yesus Kristus rupanya membingungkan murid-murid-Nya. Mari kita lihat pernyataan itu di Yohanes 16:16-17! "Tinggal sesaat saja dan kamu tidak melihat Aku lagi dan tinggal sesaat saja pula dan kamu akan melihat Aku." Mendengar itu beberapa dari murid-Nya berkata seorang kepada yang lain: "Apakah artinya Ia berkata kepada kita: Tinggal sesaat saja dan kamu tidak melihat Aku dan tinggal sesaat saja pula dan kamu akan melihat Aku? Dan: Aku pergi kepada Bapa?" Murid-murid tidak paham bahwa Yesus memang tidak lama lagi akan meninggalkan mereka untuk mati di kayu salib, tetapi Ia akan bangkit dari kubur dan menemui mereka lagi dalam tubuh kebangkitan. Dua peristiwa inilah dasar iman Kristen. Kematian Kristus di kayu salib serta kebangkitan-Nya merupakan tonggak terpenting dari misi Allah Bapa bagi Yesus Kristus. Sang Anak Allah sendiri telah diutus Allah Bapa untuk menebus dosa-dosa manusia. Melalui kematian Kristus ini, kuasa Iblis telah dipatahkan sehingga jalan keselamatan bagi manusia untuk berdamai dengan Allah menjadi terbuka lebar. Inilah karya agung Yesus Kristus bagi umat manusia. Karenanya, marilah kita selalu mengucap syukur akan karya penebusan Kristus ini! Marilah kita tetap kokoh berpijak pada keyakinan keselamatan kekal dalam Yesus Kristus dan marilah kita terus setia mewartakan bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit untuk kita manusia. Terpujilah Kristus dan karya-Nya! (BHS)
Yesus tahu bahwa pernyataan-Nya membuat murid-murid-Nya gelisah. Mari lihat kisah-Nya di Yohanes 16:18-19! “Maka kata mereka: "Apakah artinya Ia berkata: Tinggal sesaat saja? Kita tidak tahu apa maksud-Nya." Yesus tahu, bahwa mereka hendak menanyakan sesuatu kepada-Nya, lalu Ia berkata kepada mereka: "Adakah kamu membicarakan seorang dengan yang lain apa yang Kukatakan tadi, yaitu: Tinggal sesaat saja dan kamu tidak melihat Aku dan tinggal sesaat saja pula dan kamu akan melihat Aku?” Prospek bahwa mereka akan segera berpisah dengan Yesus rupanya membuat para murid menjadi gelisah. Walaupun Yesus telah memberitahu jalan penderitaan yang harus ditempuhnya, mereka gagal paham. Di Matius 26:2, Yesus Kristus telah keempat kalinya memberitahukan kepada murid-muridnya bahwa pada perayaan Paskah, Anak manusia akan diserahkan untuk disalibkan. Yesus Kristus memang diutus Allah Bapa dalam misi penebusan umat manusia melalui jalan penderitaan, kematian, dan kebangkitan. Meskipun demikian, para murid rupanya gagal paham akan skenario agung misi penebusan Allah ini. Tak heranlah kalau para murid menjadi gelisah. Oleh sebab itu, kalau dulu para murid pernah gagal paham akan maksud Kristus, marilah kita sungguh-sungguh memahami akan misi penebusan Kristus! Marilah kita tanpa ragu meyakini misi penebusan ini dan marilah kita hidup untuk mewartakan kabar baik di dalam Kristus! (BHS)
Yesus Kristus memang akan menderita dan mati di kayu salib. Apa kemudian yang disampaikan Yesus Kristus untuk menghibur murid-murid-Nya? Mari dengar perkataan Kristus di Yohanes 16:20! “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya kamu akan menangis dan meratap, tetapi dunia akan bergembira; kamu akan berdukacita, tetapi dukacitamu akan berubah menjadi sukacita.” Penderitaan dan kematian Kristus memang akan membuat pengikut Kristus berdukacita dan meratap. Tetapi kebangkitan Kristus atas maut pasti membuat dunia bersukacita karena Kristus telah membuka jalan bagi manusia untuk bisa kembali kepada Bapa. Yesus memang sang Anak Allah yang menjalankan misi penebusan Allah bagi manusia. Sejak manusia jatuh dalam dosa, Allah sejak mulanya telah membuat rencana agung keselamatan supaya manusia dapat kembali dalam kebersamaan dengan Allah. Diawali di Perjanjian Lama, Allah telah memerintahkan untuk dilakukannya ibadah korban sebagai gambaran dan persiapan akan datangnya sang Korban yang sempurna yaitu Yesus Kristus. Di Perjanjian Baru, Yesus Kristus diutus Allah Bapa untuk menderita dan mati sebagai korban tebusan demi membuka jalan keselamatan bagi manusia. Betapa indahnya rencana agung Allah Bapa yang terlaksana melalui Yesus Kristus ini! Oleh sebab itu, marilah kita selalu mewartakan kabar baik tentang jalan keselamatan dalam Yesus Kristus! Ayo wartakan Yesus Kristus terus! (BHS)
Apa peneguhan Yesus Kristus kepada murid-murid-Nya yang berdukacita karena Yesus untuk sementara akan meninggalkan mereka? Mari dengar perkataan Yesus di Yohanes 16:21-22,! “Seorang perempuan berdukacita pada saat ia melahirkan, tetapi sesudah ia melahirkan anaknya, ia tidak ingat lagi akan penderitaannya, karena kegembiraan bahwa seorang manusia telah dilahirkan ke dunia. Demikian juga kamu sekarang diliputi dukacita, tetapi Aku akan melihat kamu lagi dan hatimu akan bergembira dan tidak ada seorangpun yang dapat merampas kegembiraanmu itu dari padamu.” Yesus memang akan mati, tetapi Ia akan bangkit pada hari ketiga. Inilah kegembiraan yang tidak akan dapat dirampas oleh siapapun. Sengsara yang berakhir pada kematian Yesus Kristus di kayu salib memang pastilah menimbulkan dukacita besar di hati murid-murid Kristus. Tetapi kubur bukanlah akhir dari kebersamaan dengan Kristus karena Kristus bangkit dari kematian pada hari ketiga. Dukacita mendalam telah diubahkan menjadi sukacita besar, tidak hanya untuk para murid Kristus tetapi untuk seluruh dunia. Melalui kebangkitan Kristus, Allah telah membuka jalan bagi manusia untuk keluar dari jerat maut Iblis dan masuk ke dalam anugerah keselamatan Allah melalui iman percaya pada Yesus Kristus. Marilah kita bersyukur dan bersukacita di dalam keselamatan yang telah dianugerahkan Allah ini! Marilah kita juga terus mewartakan kabar baik ini! (BHS)
Apa janji Kristus kepada murid-murid-Nya bila Ia bangkit? Mari lihat janji Kristus di Yohanes 16:23-24! “Dan pada hari itu kamu tidak akan menanyakan apa-apa kepada-Ku. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu minta kepada Bapa, akan diberikan-Nya kepadamu dalam nama-Ku. Sampai sekarang kamu belum meminta sesuatupun dalam nama-Ku. Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu.” Kristus telah menang dari kuasa Iblis. Karenanya, bila pengikut Kristus terus setia dan taat menjalankan perintah Kristus, maka segala keinginan yang ada di dalam hatinya akan sesuai dengan kehendak Allah. Dalam Kristus, Allah akan mengabulkan segala doanya. Terus setia dan taat pada kehendak Kristus adalah hal terbaik yang bisa dilakukan oleh orang percaya karena di dalam melakukan kehendak Kristus, segala doa dan kerinduan akan dikabulkan oleh Allah sehingga orang percaya akan memperoleh sukacita yang penuh. Masalahnya, sering kali kita sebagai orang percaya tidaklah senantiasa setia dan taat pada kehendak Kristus. Apa yang kita doakan dan apa yang kita rindukan justru sering lebih untuk memenuhi keinginan kita sendiri semata, bahkan untuk kemuliaan diri sendiri saja. Oleh sebab itu, marilah kita kembali mengarahkan hati dan pikiran kita untuk kembali taat dan setia pada kehendak Allah dalam Yesus Kristus! Kita pasti akan bersukacita karenanya. (BHS)
Apa yang disampaikan Yesus Kristus tentang Allah Bapa selama ini kepada murid-murid-Nya rupanya sering membuat mereka bertanya-tanya. Mengapa demikian? Mari dengar penjelasan serta janji Yesus di Yohanes 16:25! “Semuanya ini Kukatakan kepadamu dengan kiasan. Akan tiba saatnya Aku tidak lagi berkata-kata kepadamu dengan kiasan, tetapi terus terang memberitakan Bapa kepadamu.” Apa yang disampaikan Yesus Kristus secara kiasan tentang Allah Bapa akan dibukakan oleh Roh Kudus secara gamblang dan terbuka karena Roh Kudus nantinya akan hadir di hati setiap orang percaya. Setelah hari Pentakosta, Yesus Kristus di dalam Roh Kudus-Nya akan menyertai orang percaya senantiasa. Yesus Kristus memang akan meninggalkan murid-murid-Nya untuk menderita dan mati di kayu salib demi melaksanakan misi penebusan dari Allah Bapa. Tetapi Yesus Kristus akan bangkit pada hari ketiga, naik ke sorga untuk duduk di sebelah kanan Allah Bapa dan mengutus Roh Kudus di hari Pentakosta untuk menyertai umat percaya senantiasa. Iblis telah dikalahkan dan manusia yang percaya kepada penebusan Yesus Kristus dapat kembali berelasi dengan Allah dan memperoleh keselamatan kekal. Betapa hebat dan agung kebenaran sejati ini! Terpujilah Allah Bapa, Yesus Kristus, dan Roh Kudus, sang Allah Tri Tunggal dari kekal sampai kekal! Marilah kita selalu memuji-muji keagungan-Nya! (BHS)
Setelah Yesus Kristus bangkit dari kematian dan Roh Kudus datang di hari Pentakosta, apa yang akan dialami oleh murid-murid-Nya serta para pengikut-Nya? Ini janji Kristus di Yohanes 16:26-27. “Pada hari itu kamu akan berdoa dalam nama-Ku. Dan tidak Aku katakan kepadamu, bahwa Aku meminta bagimu kepada Bapa, sebab Bapa sendiri mengasihi kamu, karena kamu telah mengasihi Aku dan percaya, bahwa Aku datang dari Allah.” Setelah Roh Kudus turun di hari Pentakosta, orang yang mengasihi dan percaya Kristus akan berdoa dalam nama Yesus Kristus kepada Allah Bapa. Inilah bukti nyata bahwa Allah Bapa mengasihi orang percaya karena mereka percaya bahwa Yesus Kristuslah Sang Anak Allah yang diutus Allah Bapa. Bagaimana orang percaya bisa dikasihi oleh Allah Bapa? Kuncinya ternyata sederhana saja. Orang percaya perlu mempercayai bahwa Yesus adalah sang Anak Allah yang diutus Allah Bapa. Dalam dorongan Roh Kudus, orang percaya juga dipanggil untuk mengasihi Kristus melalui ketaatan kepada Firman Allah. Dalam penyertaan Roh Kudus juga, orang percaya kemudian dapat berdoa dalam nama Yesus Kristus kepada Allah Bapa di sorga. Betapa indah dan luar biasanya kebenaran yang dibukakan ini! Oleh sebab itu, wahai gereja Tuhan, walaupun banyak tantangan, marilah kita terus memperkuat dasar iman percaya kita kepada Allah Bapa, Yesus Kristus, dan Roh Kudus melalui ketaatan kepada Firman Allah yaitu Alkitab! (BHS)
Tanpa kiasan, Yesus Kristus menyampaikan kebenaran iman di Yohanes 16:28-30. Ini dia: “Aku datang dari Bapa dan Aku datang ke dalam dunia; Aku meninggalkan dunia pula dan pergi kepada Bapa." Kata murid-murid-Nya: "Lihat, sekarang Engkau terus terang berkata-kata dan Engkau tidak memakai kiasan. Sekarang kami tahu, bahwa Engkau mengetahui segala sesuatu dan tidak perlu orang bertanya kepada-Mu. Karena itu kami percaya, bahwa Engkau datang dari Allah." Kebenaran bahwa Yesus Kristus datang dari Allah Bapa dan kembali ke Allah Bapa setelah menjalankan misi penebusan adalah kebenaran dasar iman Kristen yang sangat penting. Yesus memang sang Anak Allah yang diutus Allah Bapa. Secara tegas dan gamblang, Yesus Kristus menyampaikan kebenaran dasar iman Kristen yaitu bahwa Ia adalah sang Anak Allah yang datang dari Allah Bapa dan kembali kepada Allah Bapa. Yesus Kristus memang sang Anak Allah yang turun ke dunia berinkarnasi menjadi manusia untuk melaksanakan kehendak Allah Bapa demi penebusan dosa-dosa manusia. Kristuslah yang dianugerahkan Allah Bapa sehingga manusia yang percaya bisa kembali berelasi dengan Allah. Betapa luar biasa kasih Allah ini! Di atas dasar iman inilah, gereja Tuhan yaitu persekutuan orang percaya di sepanjang abad dan tempat, melandaskan kesaksiannya. Walaupun banyak terpaan ajaran dan pandangan yang berbeda, mari kita tetap teguh pada keyakinan ini! (BHS)
Setelah murid-murid Yesus mengungkapkan keyakinan bahwa Yesus Kristus mengetahui segala sesuatu dan Kristus datang dari Allah, apa tanggapan Yesus? Mari lihat Yohanes 16:31-32! “Jawab Yesus kepada mereka: "Percayakah kamu sekarang? Lihat, saatnya datang, bahkan sudah datang, bahwa kamu diceraiberaikan masing-masing ke tempatnya sendiri dan kamu meninggalkan Aku seorang diri. Namun Aku tidak seorang diri, sebab Bapa menyertai Aku.” Walaupun para murid sudah mengungkapkan keyakinan iman mereka, tetapi sewaktu Kristus ditangkap, mereka tercerai berai meninggalkan Kristus. Pencobaan memang bisa menggoyahkan iman. Oleh sebab itu, iman perlu didukung kesetiaan. Keyakinan iman bahwa Yesus Kristus adalah sang Anak Allah yang diutus Allah Bapa memang akan mengalami banyak tantangan. Mengapa? Kalau kita percaya bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah yang diutus Allah Bapa, maka kita harus mengasihi dan menaati Yesus Kristus sebagai Tuhan. Hanya saja, keyakinan iman yang berbeda, tawaran dunia yang menggiurkan, ancaman persekusi, kemalasan, gengsi, dan banyak hal lain, bisa saja melemahkan keyakinan iman kita pada Yesus Kristus. Oleh sebab itu, marilah kita terus belajar bertumbuh setiap hari dalam Firman Tuhan dan doa! Marilah kita selalu berupaya untuk saling membangun dalam persekutuan orang percaya! Marilah kita juga giat bersaksi! Soli Deo Gloria! Terpujilah Tuhan! (BHS)
Yesus Kristus dengan gamblang menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa diri-Nya adalah sang Anak Allah yang berasal dari Allah Bapa. Mengapa itu disampaikan? Mari dengar perkataan Kristus di Yohanes 16:33! “Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia." Peristiwa kematian, kebangkitan, dan kenaikan sang Anak Allah ke sorga, yang diikuti oleh turunnya Roh Kudus memberikan jaminan damai sejahtera bagi orang percaya. Walaupun dianiaya, orang percaya harus tetap kuat karena Yesus Kristus telah mengalahkan si Iblis, sang penguasa dunia. Iman Kristen didasarkan atas fakta sejarah terkait dengan kehadiran sang Anak Allah yaitu Yesus Kristus di dunia, mulai dari peristiwa kelahiran, kehidupan, kematian, kebangkitan, dan kenaikan-Nya ke sorga. Fakta sejarah juga menceritakan tentang turunnya Roh Kudus di hari Pentakosta sebagai awal berdirinya gereja Tuhan, pelayanan para Rasul Kristus, terus sampai ke tumbuh dan berkembangnya gereja Tuhan di segala abad dan tempat sampai saat ini. Di sepanjang perjalanan sejarah yang sering kelam dan menderita itu, Yesus Kristus menjanjikan adanya damai sejahtera dan kekuatan karena Yesus Kristus telah mengalahkan dunia yaitu si Iblis. Oleh sebab itu, dengan berpegang fakta sejarah ini, marilah kita terus melayani Tuhan! (BHS)
Sebelum Yesus Kristus ditangkap, Ia memberi peneguhan kepada murid-murid-Nya. Apa yang kemudian dilakukan Yesus? Mari simak Yohanes 17:1-2! “Demikianlah kata Yesus. Lalu Ia menengadah ke langit dan berkata: "Bapa, telah tiba saatnya; permuliakanlah Anak-Mu, supaya Anak-Mu mempermuliakan Engkau. Sama seperti Engkau telah memberikan kepada-Nya kuasa atas segala yang hidup, demikian pula Ia akan memberikan hidup yang kekal kepada semua yang telah Engkau berikan kepada-Nya.” Yesus tahu bahwa waktu yang telah ditentukan Bapa-Nya untuk misi penebusan telah tiba. Karena Yesus telah diberi segala kuasa oleh Allah Bapa, maka Ia dapat memberi hidup kekal kepada orang yang percaya kepada-Nya. Penangkapan, pengadilan, kesengsaraan, penyaliban, dan kematian Yesus Kristus di mata manusia adalah peristiwa yang hina dan tercela. Tetapi di mata Allah, ini adalah saat dimana Allah Bapa mempermuliakan Yesus Kristus dan Yesus Kristus mempermuliakan Allah Bapa-Nya. Ini bukanlah peristiwa kehinaan tetapi ini adalah peristiwa kemuliaan yang agung dan besar. Melaluinya, Iblis dikalahkan dan nama Allah ditinggikan dan dimuliakan. Oleh sebab itu, marilah kita menjadikan salib Kristus yaitu pengorbanan Yesus Kristus sebagai landasan iman kita! Salib Kristus memang bukti nyata dari keagungan kasih Allah kepada manusia. Janganlah kita sekali-kali ragu untuk membawa berita tentang salib Kristus kepada siapa saja! Ayo! (BHS)
Apa itu hidup yang kekal? Mari dengar doa Kristus di Yohanes 17:3! “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.” Setelah manusia jatuh dalam dosa, maka relasi dengan Allah menjadi terputus. Keterpisahan dengan Allah ini telah membuahkan kematian kekal dan kehidupan manusia dikuasai oleh si Iblis. Kehidupan kekal hanya terjadi bila manusia mengenal Allah Bapa sebagai satu-satunya Allah yang benar serta percaya bahwa hanya Yesus Kristuslah yang diutus Allah Bapa untuk menebus manusia. Hanya melalui Yesus Kristuslah, jalan kepada kehidupan kekal bersama Allah Bapa bisa terjadi. Tidak ada jalan lain! Di tengah pluralitas agama dan keyakinan yang berbeda di masa kini, orang Kristen perlu memiliki keyakinan iman yang jelas tentang hal-hal yang mendasar dalam iman Kristen, misalnya tentang kehidupan kekal karena iman kepada Yesus Kristus. Dialah sang Anak Allah yang telah diutus oleh Allah Bapa, satu-satunya Allah yang benar. Keyakinan seperti ini bisa saja dianggap berlebihan oleh sebagian orang. Meskipun demikian, orang Kristen perlulah tetap meyakini imannya di dalam kesetiaan yang penuh pada Alkitab dan di dalam sikap rendah hati atas dasar kasih yang tulus kepada sesama. Melaluinya, orang Kristen dapat menjadi terang Tuhan bagi dunia sekitarnya. Ayo kita perteguh kembali dasar iman kita! (BHS)
Bagaimana Yesus Kristus mempermuliakan Allah Bapa-Nya? Mari dengarkan doa Yesus Kristus di Yohanes 17:4-5! “Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya. Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku pada-Mu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada.” Yesus Kristus tahu bahwa Ia adalah sang Anak Allah yang diutus oleh Allah Bapa-Nya untuk melaksanakan misi penebusan manusia. Melalui kematian-Nya, Kristus menyelesaikan pekerjaan Allah Bapa-Nya dan mempermuliakan-Nya. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Kristus dengan kemuliaan kekal. Karena begitu besar kasih Allah kepada manusia, Allah Bapa telah mengutus Anak Tunggal-Nya untuk melaksanakan misi penebusan manusia. Tidak ada jalan lain! Allah sendirilah yang harus menjelma menjadi manusia di dalam diri Anak-Nya yaitu Yesus Kristus. Sang Anak Allah yang Maha mulia dan kekal harus turun ke dunia meninggalkan segala kemuliaan-Nya demi menebus dosa kita manusia. Hanya melalui ketaatan mengikuti rencana Bapa-Nya dengan mati di kayu salib, Yesus Kristus mempermuliakan Allah Bapa-Nya. Melalui ketaatan Yesus Kristus ini pulalah, Allah Bapa sangat meninggikan Yesus Kristus dengan memberikan kepada-Nya segala kuasa sebagai Hakim Agung dan Raja diatas Segala Raja. Terpujilah Kristus! (BHS)
Apa kebenaran yang disampaikan Yesus Kristus kepada Allah Bapa-Nya tentang orang percaya di dalam doa-Nya? Mari dengar doa KristusYohanes 17:6! “Aku telah menyatakan nama-Mu kepada semua orang, yang Engkau berikan kepada-Ku dari dunia. Mereka itu milik-Mu dan Engkau telah memberikan mereka kepada-Ku dan mereka telah menuruti firman-Mu.” Orang percaya memang bisa datang kepada Allah Bapa hanya karena anugerah pengorbanan Yesus di kayu salib. Melalui pengorbanan-Nya ini, Yesus Kristus telah menyatakan dan memuliakan nama Bapa. Orang percaya adalah milik Allah Bapa yang diberikan kepada Yesus Kristus, sang Anak Allah, untuk hidup dalam ketaatan pada Firman Kristus. Dengan kita menjadi orang yang percaya pada penebusan Yesus Kristus, kita adalah milik Allah Bapa yang diberikan kepada Yesus Kristus. Untuk apa? Allah Bapa ingin menganugerahkan kehidupan yang terbaik dan terindah kepada kita melalui ketaatan kita kepada Firman Kristus. Hanya saja sayangnya, kita sering tidak mau hidup di dalam ketaatan. Kita malah sering hidup mengikuti kemauan kita sendiri, bahkan mengejar hal-hal yang dikejar oleh dunia, seperti kemuliaan diri, uang, harta, gengsi, dan ketenaran. Kita akhirnya justru tidak mengalami kehidupan yang terbaik dan terindah yang telah disediakan oleh Allah Bapa dalam Yesus Kristus. Oleh sebab itu, marilah kita bertobat dan kembali untuk hidup dalam ketaatan! Marilah! (BHS)
Keyakinan pokok apa yang harus diketahui oleh orang percaya dalam mengikut Kristus? Mari dengar doa Yesus kepada Bapa-Nya di Yohanes 17:7-8! “Sekarang mereka tahu, bahwa semua yang Engkau berikan kepada-Ku itu berasal dari pada-Mu. Sebab segala firman yang Engkau sampaikan kepada-Ku telah Kusampaikan kepada mereka dan mereka telah menerimanya. Mereka tahu benar-benar, bahwa Aku datang dari pada-Mu, dan mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.” Orang percaya harus tahu bahwa anugerah Allah Bapa saja yang telah menjadikannya untuk bisa percaya Kristus dan menerima Firman-Nya. Orang percaya juga harus tahu bahwa Yesus adalah Anak Allah yang telah diutus oleh Bapa. Menjadi seorang Kristen yang sesungguhnya tidaklah bisa hanya sekedar ikut-ikutan karena iman orang tua atau karena terpaksa ataupun karena dipaksa. Menjadi seorang Kristen berarti seseorang harus memegang keyakinan-keyakinan pokok iman Kristen. Salah satunya adalah keyakinan bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah yang diutus oleh Allah Bapa untuk menjalankan misi-Nya. Dalam kesatuan ilahi antara Allah Bapa dan Yesus Kristus, orang Kristen harus tahu dan yakin benar bahwa Firman Kristus adalah Firman Allah. Artinya segala yang diajarkan dan dilakukan Kristus adalah sesuai dengan kehendak Allah Bapa. Marilah kita teguh mengimaninya! Jangan kita digoyahkan dari keyakinan iman ini! (BHS)
Apa doa Yesus Kristus bagi para murid-Nya? Mari dengarkan doa Kristus di Yohanes 17:9-10! “Aku berdoa untuk mereka. Bukan untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka, yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab mereka adalah milik-Mu dan segala milik-Ku adalah milik-Mu dan milik-Mu adalah milik-Ku, dan Aku telah dipermuliakan di dalam mereka.” Yesus Kristus berdoa bagi para murid-Nya dan bukan bagi semua orang di dunia karena orang percaya adalah milik Allah Bapa yang telah diberikan kepada Yesus Kristus untuk menjadi milik Kristus. Apa yang menjadi milik Allah Bapa adalah milik Yesus Kristus juga. Di dalam nama Yesus Kristus sajalah, nama Allah Bapa dipermuliakan melalui kesaksian orang percaya. Karena kita telah menjadi orang yang percaya pada Yesus Kristus, maka kita adalah milik Allah Bapa dan milik Kristus. Karena itu, sudahlah menjadi tanggung jawab kita sebagai orang percaya untuk mempermuliakan Allah yang memiliki kita semua. Hanya saja, orang percaya juga sering lalai. Bukannya mempermuliakan Allah, kita justru sering memikirkan dan melakukan hal-hal tercela di mata Allah. Akibatnya, kita malah membuat orang menjadi makin segan untuk mengikut Allah. Kesaksian Kristen akhirnya justru menjadi semakin suram dan buram. Oleh sebab itu, marilah kita memperbaharui komitmen kita untuk mempermuliakan Allah! Marilah kita belajar untuk mengarahkan hati kita dan memperbaharui pola hidup kita! (BHS)
Apa doa Yesus kepada Allah Bapa untuk murid-murid-Nya? Mari dengarkan doa Yesus di Yohanes 17:11! “Dan Aku tidak ada lagi di dalam dunia, tetapi mereka masih ada di dalam dunia, dan Aku datang kepada-Mu. Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita.” Murid Kristus memang dipanggil untuk melayani di dunia. Oleh sebab itu, dalam menghadapi segala pergumulan hidup, murid Kristus harus terus bergantung pada pemeliharaan Allah. Inilah landasan utama untuk kesatuan sejati bagi orang-orang percaya yang didapatkan melalui iman pada karya penebusan Kristus di kayu salib. Di dalam kasih Allah yang begitu besar kepada manusia, Allah Bapa telah mengutus Anak-Nya untuk mati di kayu salib sebagai penebusan atas dosa manusia. Bagi mereka yang percaya kepada Yesus Kristus, Allah telah menjadikan mereka sebagai umat tebusan yang dipelihara dalam nama Allah Bapa. Inilah yang seyogyanya menyatukan orang percaya. Hanya saja, sayangnya, dalam kenyataannya, orang-orang tebusan Tuhan seringkali lebih suka untuk membangun tembok-tembok pemisah. Akibatnya, gereja Tuhan menjadi terpecah-pecah, bahkan bisa bermusuhan dan saling merendahkan satu dengan yang lainnya. Oleh sebab itu, wahai umat Tuhan, marilah kita kembali bersatu di dalam iman pada Kristus Yesus! Ayo! (BHS)
Apa yang disampaikan Yesus Kristus dalam doa-Nya kepada Allah Bapa tentang murid-murid-Nya? Mari dengarkan doa Yesus di Yohanes 17:12! “Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorangpun dari mereka yang binasa selain dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci.” Di dalam pelayanan-Nya, Yesus Kristus tidak hanya melayani orang banyak, tetapi Ia melayani, mengajar, dan memberi teladan bagi murid-murid-Nya. Di dalam kasih dan kesetiaan-Nya, Yesus selalu menjaga murid-murid-Nya meskipun akhirnya ada satu murid-Nya yang berkhianat. Melalui segala apa yang dilakukan Yesus Kristus kepada murid-murid-Nya, Ia membawa mereka untuk makin mengenal Allah Bapa yang Maha Besar dan Maha Agung. Yesus memang mengasihi murid-murid-Nya. Karena itu, Yesus memberi perhatian penuh kepada mereka dan menggunakan setiap kesempatan untuk mengajar mereka. Yesus tahu bahwa melalui murid-murid-Nya yang penuh kelemahan dan kekurangan inilah, berita kabar baik tentang keselamatan dalam Yesus Kristus itu akan diteruskan ke seluruh dunia. Oleh sebab itu, marilah kita bersyukur akan kasih Kristus yang kekal yang tidak berubah terhadap orang percaya! Melalui Roh Kudus-Nya, Yesus Kristus pasti akan memelihara kita sampai kepada kesudahannya. (BHS)
Apa tujuan doa syafaat Yesus Kristus kepada Allah Bapa untuk murid-murid-Nya? Mari simak doa Yesus di Yohanes 17:13! “Tetapi sekarang, Aku datang kepada-Mu dan Aku mengatakan semuanya ini sementara Aku masih ada di dalam dunia, supaya penuhlah sukacita-Ku di dalam diri mereka.” Yesus berdoa untuk murid-murid-Nya supaya murid-murid-Nya mendapat sukacita ilahi yang dimiliki Yesus Kristus. Sukacita ilahi ini adalah sukacita yang tidak dapat diberikan oleh dunia dan sukacita ini melampaui segala pengertian manusia. Ini semua hanya bisa didapatkan orang percaya karena iman pada Yesus Kristus. Inilah sukacita sejati yang diletakkan Allah di dalam hati orang percaya walau banyak kesukaran hidup. Selama orang percaya hidup di dunia, pastilah banyak tantangan dan kesukaran hidup yang harus dihadapi. Meskipun demikian, marilah kita selalu mengingat bahwa Tuhan Yesus sudah melimpahkan sukacita-Nya yang penuh di dalam diri setiap orang percaya melalui kehadiran Roh Sukacita yaitu Roh Kudus. Hanya saja, kita perlu terus berpegang pada Yesus Kristus dengan hidup di dalam kehendak Allah. Situasi dan kondisi kehidupan kita memang bisa diliputi dengan berbagai terpaan awan gelap dan angin ribut, tetapi, dengan kehadiran Roh Kudus yang ada di dalam hati setiap orang percaya, kita akan dimampukan Allah untuk tetap bersukacita di tengah-tengah segala pergumulan manusia. Marilah kita jalani kehidupan dalam sukacita ilahi! (BHS)
Apa doa Yesus Kristus bagi murid-murid-Nya? Mari lihat Yohanes 17:14-15! “Aku telah memberikan firman-Mu kepada mereka dan dunia membenci mereka, karena mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia. Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari pada yang jahat.” Setelah para murid percaya Kristus dan menjadi pengikut Kristus, secara rohani mereka berubah status dari gelap menjadi terang. Di mata Allah, mereka bukan lagi bagian dari dunia ini walaupun mereka tetap hidup di dunia. Firman Allahlah yang menjadi penuntun kehidupan mereka dan Allah sendiri jugalah yang melindungi mereka dari si Jahat. Oleh sebab itu, dunia membenci mereka. Sejak kita percaya kepada Kristus dan memperoleh keselamatan kekal di dalam-Nya, sebenarnya kita telah memperoleh status baru karena kita telah dipindahkan dari Kerajaan Gelap ke Kerajaan Terang dari Yesus Kristus. Memang kita tetap hidup di dunia tetapi status kita bukan lagi dari dunia ini. Kita memperoleh status baru sebagai utusan atau duta Kristus untuk membawa kabar baik tentang Yesus Kristus kepada dunia sekitar kita. Untuk itu, Allah membekali kita dengan Firman-Nya yang merupakan penuntun iman dan penuntun kehidupan. Hanya saja, sering kali kita terlena dan malah kembali menjadi bagian dari dunia ini dengan segala tindakan jahat kita. Oleh sebab itu, marilah kita bertobat dan kembali menjadi duta Kristus! (BHS)
Di dalam doa Kristus kepada Allah Bapa-Nya, apa yang dimohonkan Kristus untuk murid-murid-Nya? Mari simak doa Kristus di Yohanes 17:16-17! “Mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia. Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran.” Karena Kristus bukan bagian dari dunia ini, maka para pengikut Kristus juga bukanlah dari dunia ini karena mereka telah dipilih untuk hidup dalam kebenaran. Bagaimana cara orang percaya hidup dalam kebenaran? Dengan hidup sesuai dengan kebenaran Firman. Inilah panggilan bagi setiap orang yang percaya pada Kristus. Melaluinya, orang percaya akan menjadi pengemban misi Kristus dan saksi Kristus yang memuliakan Allah. Sewaktu kita percaya Kristus dan menerima keselamatan melalui darah penebusan Yesus Kristus, kita memang telah dipilih, dikhususkan, dan dikuduskan dalam kebenaran. Karena itulah, Allah memberikan Alkitab yaitu Firman Allah yang menjadi pedoman kebenaran Allah. Dengan kita tinggal di dalam Firman Allah melalui ketaatan kita, maka kita akan hidup senantiasa di dalam kebenaran Allah. Oleh sebab itu, marilah kita terus bertekun dalam pengajaran Firman Tuhan! Janganlah kita bosan menekuni, mendalami, dan menaati Firman Tuhan karena hanya Alkitab sajalah yang bisa menuntun kita di dalam kebenaran yang sejati. Di dalam ketaatan yang berbuahkan kehidupan yang benar inilah, kita membawa kemuliaan bagi Allah. (BHS)
Apa yang menjadi doa Yesus Kristus bagi murid-murid-Nya? Mari dengar doa Kristus di Yohanes 17:18-19! “Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia; dan Aku menguduskan diri-Ku bagi mereka, supaya merekapun dikuduskan dalam kebenaran.” Seperti Allah Bapa telah mengutus Yesus Kristus ke dalam dunia, demikian pula Kristus telah mengutus murid-murid-Nya ke dalam dunia. Bahkan, Kristus telah menguduskan atau mengkhususkan diri-Nya untuk murid-murid-Nya supaya mereka bisa hidup dalam kebenaran Allah. Para murid-Nya hanya perlu untuk terus berpegang pada Kristus di dalam ketaatan pada Firman-Nya yang adalah kebenaran. Sungguh betapa besar kasih Allah Bapa kepada orang percaya, sehingga Allah tidak hanya telah menganugerahkan keselamatan dalam Yesus Kristus, tetapi Yesus Kristuspun telah menguduskan atau mengkhususkan diri-Nya bagi orang percaya. Untuk apa? Tentu saja supaya setiap orang percaya dapat dikhususkan untuk hidup di dalam kebenaran Allah. Hanya saja sayangnya, para pengikut Kristus yang telah dikhususkan itu seringkali justru tidak hidup di dalam kebenaran Allah tetapi malah hidup di dalam kesesatan dunia dengan segala pikiran dan perilakunya yang tidak benar. Ini haruslah dihindari. Oleh sebab itu, marilah kita bertobat dan kembali mengkhususkan diri kita untuk hidup dalam kebenaran Allah. (BHS)
Untuk siapa sajakah Tuhan Yesus berdoa? Apakah hanya untuk murid-murid-Nya? Mari lihat Yohanes 17:20-21! “Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.” Doa Yesus adalah tidak hanya untuk murid-murid-Nya saja tetapi juga untuk mereka yang menjadi orang percaya sebagai buah pemberitaan Injil. Dengan demikian, semua orang percaya dapat dipersatukan dalam iman kepada Allah dalam Yesus Kristus saja. Inilah kesatuan sejati. Kesatuan sejati yang didoakan Kristus adalah kesatuan iman dari orang-orang percaya kepada Allah di dalam Yesus Kristus. Ini bukanlah sekedar kesatuan organisatoris semata tetapi ini adalah kesatuan iman atas karya Kristus di kayu salib untuk penebusan umat manusia. Kesatuan iman ini tentu tetap dapat terwujud meskipun masih ada segala perbedaan di antara orang percaya, baik perbedaan denominasi, perbedaan warna kulit, perbedaan suku, perbedaan budaya, maupun perbedaan pandangan politik. Oleh sebab itu, wahai orang percaya, mari kita sadari bersama bahwa kita tidak mungkin bisa menyamakan segala perbedaan! Tetapi, di atas segala perbedaan, marilah kita tetap bersatu dalam iman kita kepada Allah! (BHS)
Selain kesatuan iman kepada Allah dalam Yesus Kristus, kesatuan apalagi yang harus disadari oleh orang percaya yang dinyatakan di Yohanes 17:22-23? Ini dia! “Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu: Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku.” Kesatuan iman membawa orang percaya kepada kesatuan ilahi dalam kemuliaan yang dianugerahkan Allah. Inilah bukti dari kasih Allah kepada umat-Nya yang telah mengutus Yesus Kristus, Anak-Nya, bagi manusia. Kesatuan iman dalam Yesus Kristus pada orang percaya akan membawa kepada kesatuan yang sempurna dalam kemuliaan yang abadi bersama dengan Allah Bapa dan Yesus Kristus. Hal ini digambarkan di Wahyu 7:9-10 di mana orang-orang dari segala bangsa, suku, kaum, dan bahasa, berdiri bersama dan berseru: “Keselamatan bagi Allah kami yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba!” Inilah kesatuan dalam kemuliaan yang telah dijanjikan Allah. Oleh sebab itu, wahai setiap orang percaya, marilah kita bersatu dalam iman percaya kita kepada Allah dalam Yesus Kristus sambil terus berpengharapan untuk kelak kita semua disatukan dalam kemuliaan kekal bersama Allah di sorga kelak! Mari kita songsong kemuliaan ini! (BHS)
Apa yang dirindukan dan didoakan Yesus Kristus untuk murid-murid-Nya? Mari simak Yohanes 17:24! “Ya Bapa, Aku mau supaya, di manapun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku, agar mereka memandang kemuliaan-Ku yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan.” Allah Bapa sungguh mengasihi Yesus Kristus sehingga Bapa memberikan segala kemuliaan bagi Yesus. Yesus Kristuspun mengasihi murid-murid-Nya sehingga Diapun berdoa supaya mereka dapat memandang kemuliaan-Nya yang kekal. Yesus Kristus mau supaya di manapun Dia berada, murid-murid-Nyapun ada bersama-sama Dia. Betapa agung kasih Yesus Kristus bagi orang-orang percaya! Di dalam kasih-Nya, Yesus Kristus mau untuk selalu bersama-sama orang percaya dalam kebersamaan yang kekal, selama orang percaya ada di bumi sampai di sorga kelak. Yesus Kristus, sang Anak Allah yang dikasihi oleh Bapa itu, ingin supaya kita mampu melihat kemuliaan-Nya di tengah segala hiruk pikuk permasalahan dunia sehingga kehidupan kita di bumi ini dapat juga menjadi sebuah gladi resik dari kehidupan kita di sorga nanti. Mungkinkah itu? Tentu saja itu mungkin bila kita mau bersandar penuh pada bimbingan Roh Kudus. Tanpa kekuatan Allah, mustahillah kita untuk melihat kemuliaan Allah dalam keseharian kita. Ayo bersandar pada Allah saja! (BHS)
Karena dunia tidak mengenal Allah Bapa, maka Yesus Kristus memperkenalkan Bapa kepada murid-murid-Nya. Apa tujuannya? Mari simak Yohanes 17:25-26! “Ya Bapa yang adil, memang dunia tidak mengenal Engkau, tetapi Aku mengenal Engkau, dan mereka ini tahu, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku; dan Aku telah memberitahukan nama-Mu kepada mereka dan Aku akan memberitahukannya, supaya kasih yang Engkau berikan kepada-Ku ada di dalam mereka dan Aku di dalam mereka." Para murid Kristus hanya bisa mengenal Allah Bapa dan kasih-Nya yang besar melalui Kristus, sang Anak Allah. Kasih Bapa akan tinggal di dalam mereka melalui kehadiran Roh Kudus yaitu Roh Yesus Kristus. Sebagai orang percaya, kita harus selalu bersyukur kepada Allah yang telah mengutus Yesus Kristus untuk mati dan bangkit bagi kita sehingga kita bisa mengenal Allah Bapa dengan benar. Yesus Kristuslah yang telah membuka jalan kepada Allah Bapa dan bahkan menyertai kita senantiasa melalui penyertaan Roh Kudus-Nya. Melalui Roh Yesus Kristus ini, kasih Allah Bapa akan terus menyertai orang percaya, tidak hanya selama kita hidup di bumi ini, tetapi juga kelak bila kita sudah meninggalkan dunia ini sampai pada kekekalan. Oleh sebab itu, marilah kita senantiasa merayakan kasih Allah Bapa yang dinyatakan melalui Yesus Kristus ini dengan selalu menaruh pengharapan di dalam Tuhan dan berlaku baik bagi semua! (BHS)
Apa yang terjadi setelah Yesus Kristus selesai mendoakan murid-murid-Nya di peristiwa perjamuan Paskah terakhir? Mari dengar kisahnya di Yohanes 18:1-2! “Setelah Yesus mengatakan semuanya itu keluarlah Ia dari situ bersama-sama dengan murid-murid-Nya dan mereka pergi ke seberang sungai Kidron. Di situ ada suatu taman dan Ia masuk ke taman itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya. Yudas, yang mengkhianati Yesus, tahu juga tempat itu, karena Yesus sering berkumpul di situ dengan murid-murid-Nya.” Selesai perjamuan Paskah, Yesus dan murid-murid-Nya pergi ke Taman Getsemane di Bukit Zaitun, yaitu tempat di mana Yesus bergumul dalam doa dan ditangkap. Inilah awal penderitaan Yesus Kristus. Sebagai Anak Allah, Yesus Kristus tahu bahwa saat penggenapan misi penebusan Allah lewat penderitaan dan pengorbanan Anak Domba Allah itu sudah dekat. Taman Getsemane di seberang sungai Kidron adalah saksi bisu dari awal terlaksananya misi penebusan ini. Dengan rela hati, Yesus Kristus pergi menyongsong penderitaan demi kasih-Nya kepada manusia. Seperti halnya Yesus Kristus taat menjalankan misi Allah, marilah kita juga terus setia dalam menaati Kristus dan setia melakukan apa yang kita tahu Allah ingin kita untuk melakukannya, walaupun kita harus menderita karenanya. Melalui kesetiaan dan ketaatan kita inilah, kita dimampukan untuk menjadi saksi Kristus yang setia. Melaluinya, kita akan membawa kemuliaan bagi Allah. (BHS)
Di Taman Getsemane, bagaimana niat jahat Yudas Iskariot diwujudkan? Mari dengar ceritanya di Yohanes 18:3! “Maka datanglah Yudas juga ke situ dengan sepasukan prajurit dan penjaga-penjaga Bait Allah yang disuruh oleh imam-imam kepala dan orang-orang Farisi lengkap dengan lentera, suluh dan senjata.” Penjajah Roma, orang Saduki dari Bait Allah, imam kepala dan orang Farisi, serta Yudas adalah empat pihak yang berbeda dalam pandangan politik, tetapi untuk menangkap Yesus, mereka bekerja sama dalam niat jahat yang sama. Benih niat jahat yang ditabur si Jahat yaitu Iblis memang menginspirasi konspirasi jahat yang akhirnya berbuahkan tindakan jahat. Niat jahat ini memang hal yang harus benar-benar dijauhi. Niat jahat memang benih yang berbahaya dan yang mematikan bagi manusia. Bila niat jahat dipelihara bahkan dipupuk terus, maka ini pasti akan berujung pada tindakan jahat. Bila niat jahat itu terjadi di sekumpulan orang, maka terjadilah konspirasi kejahatan yang disebut “kejahatan berjamaah” oleh sebagian orang. Konspirasi kejahatan seperti ini tentu akan membawa dampak dengan skala yang lebih besar. Oleh sebab itu, wahai orang percaya, marilah kita buang jauh-jauh niat jahat dari hati kita masing-masing! Janganlah sampai si Iblis memecah belah persekutuan di gereja-Nya dengan maraknya niat jahat! Marilah kita belajar bersikap tulus dan terbuka di hadapan Allah! Kiranya pikiran baik selalu mewarnai gereja! (BHS)
Bagaimana sikap Yesus sewaktu para prajurit Roma hendak menangkap Yesus? Mari lihat kisahnya di Yohanes 18:4-5! “Maka Yesus, yang tahu semua yang akan menimpa diri-Nya, maju ke depan dan berkata kepada mereka: "Siapakah yang kamu cari?" Jawab mereka: "Yesus dari Nazaret." Kata-Nya kepada mereka: "Akulah Dia." Yudas yang mengkhianati Dia berdiri juga di situ bersama-sama mereka.” Walaupun Yesus Kristus tahu bahwa Ia akan menderita, Ia tidak lari dan menyembunyikan diri tetapi malah Ia maju menyongsong mereka yang mau menangkapnya. Mengapa? Ini karena Yesus tahu bahwa misi penebusan Allah hanya bisa dilaksanakan melalui jalan penderitaan dan pengorbanan-Nya di kayu salib. Tidak ada jalan lain! Penggenapan janji Allah untuk penebusan dosa manusia memang ada di saat yang ditentukan Allah. Di saat Allah itu, Yesus Kristus memang harus menderita dan mati dalam kehinaan kayu salib. Meskipun demikian, Yesus Kristus yang tahu akan hal itu, tetaplah rela dan taat untuk menjalankan misi penebusan Allah. Bagi Kristus, ketaatan kepada Allah Bapa adalah di atas semua. Oleh sebab itu, marilah kita ingat bahwa Yesus Kristus telah menderita dan rela mati bagi kita di dalam ketaatan kepada Allah Bapa. Dalam iman percaya kepada Kristus, marilah kita juga menghidupi keselamatan yang kita telah terima dengan belajar taat dan belajar setia untuk menjalankan misi Allah di bidang kita masing-masing! Soli Deo Gloria! (BHS)
Apa yang terjadi setelah Yesus Kristus mengungkapkan bahwa Dialah Yesus dari Nazaret itu kepada para prajurit Roma yang hendak menangkap-Nya? Mari lihat kesaksian Alkitab di Yohanes 18:6! “Ketika Ia berkata kepada mereka: "Akulah Dia," mundurlah mereka dan jatuh ke tanah.” Kuasa dan wibawa yang terpancar dari Yesus Kristus begitu luar biasa sehingga orang-orang yang hendak menangkap-Nya jatuh semua ke tanah. Yesus Kristus memang sang Anak Allah yang Maha Kuasa yang telah mengosongkan diri-Nya dan menjadi sama dengan manusia. Dialah sang Anak Allah yang telah diutus oleh Allah Bapa untuk menyatakan diri-Nya sebagai manusia. Dialah sang Imanuel yaitu Allah yang beserta manusia. Apa yang terjadi kepada para penangkap Yesus Kristus menunjukkan sekelumit dari kuasa Yesus Kristus yang sesungguhnya. Di dalam keilahian-Nya, Yesus Kristus mampu melakukan segala sesuatu karena Ia adalah Anak Allah. Hanya saja, di dalam kehendak-Nya, Yesus Kristus rela melaksanakan misi penebusan Allah walaupun Ia tahu bahwa jalan yang harus ditempuh-Nya itu penuh dengan penderitaan. Mengapa demikian? Ini semua adalah hanya karena kasih Allah yang begitu besar kepada manusia. Oleh sebab itu, marilah kita terus mengumandangkan syukur kita kepada Allah Bapa yang telah merelakan Yesus Kristus untuk berinkarnasi menjadi manusia! Mari bersyukur terus dan terpujilah Kristus! (BHS)
Untuk kedua kalinya, Yesus berkata bahwa Ialah yang mereka harus tangkap. Apa yang kemudian disampaikan Yesus tentang murid-murid-Nya? Mari lihat kisahnya di Yohanes 18:7-9! “Maka Ia bertanya pula: "Siapakah yang kamu cari?" Kata mereka: "Yesus dari Nazaret." Jawab Yesus: "Telah Kukatakan kepadamu, Akulah Dia. Jika Aku yang kamu cari, biarkanlah mereka ini pergi." Demikian hendaknya supaya genaplah firman yang telah dikatakan-Nya: "Dari mereka yang Engkau serahkan kepada-Ku, tidak seorangpun yang Kubiarkan binasa." Sesuai doa Kristus di Yohanes 17:12, murid-murid Kristus memang tidak turut ditangkap. Karena Yesus berkuasa, maka ia bukannya ditangkap tetapi Ia menyerahkan diri. Di dalam kuasa-Nya, Yesus Kristus tahu bahwa waktu penggenapan janji Allah untuk keselamatan manusia telah sampai pada waktu yang ditentukan Allah. Yesus Kristus tahu bahwa Ia memang harus dikorbankan sebagai Anak Domba Allah yang tak bercacat dan tak bercela, sekali dan untuk selama-lamanya. Di dalam ketaatan kepada kehendak Allah Bapa, Yesus Kristus menyerahkan diri-Nya untuk ditangkap. Sebagai penggenapan doa Kristus pula, murid-murid Kristus tidaklah turut ditangkap. Semua ini menunjukkan bahwa Yesus Kristus, sang Anak Allah, tetap memegang kuasa dan kendali penuh atas segala sesuatu yang terjadi. Oleh sebab itu, marilah kita bersyukur kepada Allah dengan segenap hati kita dan tetap percaya! (BHS)
Apa yang dilakukan Petrus sewaktu Yesus Kristus hendak ditangkap? Mari simak Yohanes 18:10-11! “Lalu Simon Petrus, yang membawa pedang, menghunus pedang itu, menetakkannya kepada hamba Imam Besar dan memutuskan telinga kanannya. Nama hamba itu Malkhus. Kata Yesus kepada Petrus: "Sarungkan pedangmu itu; bukankah Aku harus minum cawan yang diberikan Bapa kepada-Ku?" Di dalam semangat membela Kristus, Simon Petrus memotong telinga Malkhus. Tindakan membela Kristus melalui kekuatan senjata tidaklah sejalan dengan misi penebusan yang harus dilakukan Yesus Kristus. Jalan kekerasan senjata justru bisa membawa malapetaka bagi rencana ungkapan kasih Allah dalam Kristus. Penggunaan kekuatan senjata untuk membela Kristus seperti yang dilakukan oleh Simon Petrus rupanya tidak dikenan Kristus. Kristus adalah Anak Allah yang Maha Kuasa. Oleh sebab itu, Kristus tidak perlu dibela oleh manusia. Membela agama melalui cara-cara kekerasan memang hal yang sering terjadi dari dulu sampai sekarang. Bahkan atas nama agama, kekerasan bisa saja kemudian dilakukan dengan alasan membela agama. Ini hal yang tidak selayaknya terjadi. Oleh sebab itu, marilah kita menerapkan kasih tidak melalui kekerasan senjata, tetapi melalui kasih yang panjang sabar, tidak sombong, lemah lembut, yang di laksanakan dalam keadilan dan kebenaran. Melaluinya, kasih Kristus menjadi nyata dalam perbuatan. (BHS)
Yesuspun ditangkap. Apa yang kemudian terjadi? Mari lihat Yohanes 18:12-14! “Maka pasukan prajurit serta perwiranya dan penjaga-penjaga yang disuruh orang Yahudi itu menangkap Yesus dan membelenggu Dia. Lalu mereka membawa-Nya mula-mula kepada Hanas, karena Hanas adalah mertua Kayafas, yang pada tahun itu menjadi Imam Besar; dan Kayafaslah yang telah menasihatkan orang-orang Yahudi: "Adalah lebih berguna jika satu orang mati untuk seluruh bangsa." Setelah Yesus ditangkap, Ia dihadapkan kepada Hanas, seorang pemuka agama Yahudi. Karena hukuman mati hanya dapat dijatuhkan oleh pengadilan Romawi, maka Hanas diharapkan dapat memberikan dakwaan yang kuat. Karena pada waktu Yesus ditangkap, para pimpinan Yahudi belum mempunyai dakwaan yang kuat, maka mereka harus mencari-cari dakwaan tersebut. Tanpa dakwaan kuat, hukuman mati tentu tidak dapat dijatuhkan oleh pemerintah Romawi. Kebencian terhadap Yesus Kristus telah membutakan mata para pemuka agama Yahudi sehingga mereka mencari-cari alasan untuk membunuh Yesus melalui tangan pemerintah Romawi. Meskipun demikian, di dalam kuasa Allah, rekaan jahat tersebut dipakai Allah untuk kebaikan yaitu terlaksananya misi penebusan Allah melalui pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib. Manusia memang bisa mereka-reka yang jahat, tetapi kehendak Allah saja yang terjadi. (BHS)
Setelah Yesus ditangkap, murid-murid Yesus lari tercerai berai. Apa yang kemudian terjadi? Mari lihat kisahnya di Yohanes 18:15-16! “Simon Petrus dan seorang murid lain mengikuti Yesus. Murid itu mengenal Imam Besar dan ia masuk bersama-sama dengan Yesus ke halaman istana Imam Besar, tetapi Petrus tinggal di luar dekat pintu. Maka murid lain tadi, yang mengenal Imam Besar, kembali ke luar, bercakap-cakap dengan perempuan penjaga pintu lalu membawa Petrus masuk.” Petrus yang pemberani, kali ini terlihat takut dalam mengikuti Yesus, sedangkan murid Yesus yang satu lagi, secara terang-terangan mengikuti Yesus. Dalam situasi sulit dan terancam, bisa saja ada pengikut Kristus yang ketakutan dan hilang harapan. Dalam situasi yang sulit dan penuh tekanan, tetap setia untuk menjadi pengikut Kristus memang merupakan suatu tantangan besar. Tidak jarang seorang pengikut Kristus kemudian merasa takut dan enggan untuk dikenali sebagai orang Kristen. Itulah sebabnya mengapa orang Kristen perlu hidup dalam persekutuan yang bisa saling mendorong, saling menguatkan, dan saling menasihati, sehingga sewaktu seorang merasa lemah iman, orang yang lain dapat mendoakan dan menguatkannya. Untuk itu, marilah kita memperkuat persekutuan Kristiani kita, baik di gereja, di tempat kerja, di keluarga, ataupun di berbagai lingkungan lain! Melaluinya, marilah kita bersama-sama bertumbuh dalam mengenal Allah! Ayo jangan menjauh! (BHS)
Seperti yang telah dikatakan Yesus Kristus, Petrus memang kemudian menyangkal Kristus. Mari lihat kisahnya di Yohanes 18:17-18! “Maka kata hamba perempuan penjaga pintu kepada Petrus: "Bukankah engkau juga murid orang itu?" Jawab Petrus: "Bukan!" Sementara itu hamba-hamba dan penjaga-penjaga Bait Allah telah memasang api arang, sebab hawa dingin waktu itu, dan mereka berdiri berdiang di situ. Juga Petrus berdiri berdiang bersama-sama dengan mereka.” Dalam keremangan malam, seorang hamba perempuan penjaga pintu mengenali Petrus sebagai salah satu murid Yesus. Tetapi, karena takut, secara spontan Petrus kemudian menyangkal Kristus. Rasa takut memang bisa mengganggu iman orang percaya. Seperti halnya Petrus yang secara spontan menyangkal Yesus karena rasa takut, hal yang sama bisa terjadi pada setiap orang percaya bila orang percaya membiarkan rasa takut dan rasa kuatir untuk berkembang dalam dirinya. Ketakutan, kekuatiran, kebimbangan, dan kesusahan, memang bisa saja membuat orang Kristen menyangkal Kristus, baik secara perkataan maupun secara perbuatan. Inilah hal yang harus dihindari. Oleh sebab itu, marilah kita bersama-sama bertumbuh dalam iman kita kepada Kristus! Marilah kita belajar bersandar sepenuhnya kepada Kristus supaya, bila kita berada dalam situasi sulit, kita tetap beriman pada Yesus Kristus dengan segala akibatnya! Marilah kita tetap beriman teguh! Jangan mudah goyah! (BHS)
Hanas, sebagai Imam Besar sebelum Kayafas, mulai menginterogasi Yesus. Apa jawab Yesus? Mari lihat Yohanes 18:19-21! “Maka mulailah Imam Besar menanyai Yesus tentang murid-murid-Nya dan tentang ajaran-Nya. Jawab Yesus kepadanya: "Aku berbicara terus terang kepada dunia: Aku selalu mengajar di rumah-rumah ibadat dan di Bait Allah, tempat semua orang Yahudi berkumpul; Aku tidak pernah berbicara sembunyi-sembunyi. Mengapakah engkau menanyai Aku? Tanyailah mereka, yang telah mendengar apa yang Kukatakan kepada mereka; sungguh, mereka tahu apa yang telah Kukatakan." Menurut tradisi Yahudi, saksi memang harus dihadirkan dalam pengadilan. Interogasi Imam Besar memang mengada-ada saja. Dalam upaya mencari-cari alasan untuk menghukum mati Yesus, Yesus Kristus dibawa ke pengadilan Imam Besar Hanas. Hanya saja, karena semua ajaran dan tindakan Yesus itu dilakukan secara terbuka dan dapat didengar serta dilihat oleh semua orang, maka sulitlah bagi Kayafas untuk mencari-cari kesalahan Yesus Kristus. Rasa tidak suka dan rasa benci memang bisa menyebabkan orang mencari-cari kesalahan orang dan bertindak semena-mena. Sikap seperti ini tidak hanya bisa terjadi pada pimpinan agama seperti Hanas, tetapi juga melanda semua orang dari berbagai kalangan. Oleh sebab itu, marilah kita jauhkan rasa tidak suka apalagi rasa benci kepada siapa saja! Marilah kita belajar bertindak benar dan obyektif! (BHS)
Dalam pengadilan Yesus Kristus oleh Hanas yaitu Imam Besar sebelum Kayafas, seorang penjaga rupanya marah karena ucapan Yesus. Mari lihat kisahnya di Yohanes 18:22-23! “Ketika Ia mengatakan hal itu, seorang penjaga yang berdiri di situ, menampar muka-Nya sambil berkata: "Begitukah jawab-Mu kepada Imam Besar?" Jawab Yesus kepadanya: "Jikalau kata-Ku itu salah, tunjukkanlah salahnya, tetapi jikalau kata-Ku itu benar, mengapakah engkau menampar Aku?" Tindakan emosional penjaga Bait Allah yang menampar Yesus adalah tindakan yang tidak benar. Semua yang diajarkan dan diteladankan Kristus memang semuanya benar. Sebaliknya, pengadilan Yesus adalah pengadilan semu yang tidak benar. Penangkapan Yesus Kristus bukanlah didasarkan pada fakta perbuatan jahat yang telah dilakukan-Nya tetapi penangkapan-Nya terjadi karena didasarkan pada ketersinggungan dan kemarahan mahkamah agama yaitu pimpinan agama Yahudi akibat perkataan Yesus Kristus yang berujung pada kebencian. Tindakan emosional penjaga Bait-Allah itu merupakan cerminan dari kebencian para pimpinan Yahudi. Ketersinggungan dan kebencian memang merupakan pemicu dari sikap dan tindakan yang tidak adil dan tidak benar. Oleh sebab itu, marilah kita belajar bersikap adil dan benar dengan menghindarkan sikap benci yang bisa merusak hati! Marilah kita selalu menjaga hati dan pikiran kita dengan selalu takut Tuhan! (BHS)
Yesus Kristus ditangkap gara-gara adanya kebencian Mahkamah Agama Yahudi kepada-Nya. Setelah ditangkap, Yesus Kristus dibawa ke Hanas yang menjabat sebagai Imam Besar sebelum Imam Besar Kayafas, menantunya. Apa yang kemudian terjadi? Mari lihat Yohanes 18:24! “Maka Hanas mengirim Dia terbelenggu kepada Kayafas, Imam Besar itu.” Imam Besar Hanas kemungkinan besar tidak dapat menemukan alasan yang kuat untuk menghukum mati Yesus. Oleh sebab itu, Hanas mengirim Yesus Kristus ke Imam Besar Kayafas untuk diadili lebih jauh. Kebencian kepada Yesus telah mendorong otoritas agama untuk bertindak sewenang-wenang dan mengabaikan apa yang benar dan adil. Ini haruslah dihindari. Pengabaian aspek kebenaran dan keadilan dalam pengambilan keputusan di sebuah pengadilan pasti menyebabkan keputusan yang tidak benar dan tidak adil pula. Menjadi hal yang memalukan bila keputusan yang tidak benar dan tidak adil itu diambil oleh sebuah otoritas agama yang seharusnya mengutamakan kehendak Allah yang Maha Benar dan Maha Adil. Otoritas agama kemudian bukan menjadi hamba Allah, tetapi menjadi hamba dosa. Di tengah-tengah dunia yang gelap, kehadiran kebenaran dan keadilan adalah seperti terang yang mengusir kegelapan. Oleh sebab itu, wahai gereja Tuhan di Indonesia, marilah kita hadirkan kebenaran dan keadilan di masyarakat, di gereja, dan di setiap aspek kehidupan kita! Ayo hadirkan! (BHS)
Karena rasa takut, Petrus sudah menyangkal Yesus satu kali. Apa yang terjadi kemudian? Mari lihat kisahnya di Yohanes 18:25-27! “Simon Petrus masih berdiri berdiang. Kata orang-orang di situ kepadanya: "Bukankah engkau juga seorang murid-Nya?" Ia menyangkalnya, katanya: "Bukan." Kata seorang hamba Imam Besar, seorang keluarga dari hamba yang telinganya dipotong Petrus: "Bukankah engkau kulihat di taman itu bersama-sama dengan Dia?" Maka Petrus menyangkalnya pula dan ketika itu berkokoklah ayam.” Rasa takut yang mencengkram Petrus membuat dia menyangkal Yesus tiga kali. Dalam suasana tertekan karena takut, memang lebih mudah seorang percaya menjadi tidak setia pada komitmennya untuk mengikut Kristus. Menjadi kelompok minoritas di tengah lingkungan kelompok mayoritas yang tidak suka kepada Kristus bisa saja menimbulkan sindrom minoritas yang disertai ketakutan yang berlebihan. Rasa takut itu bisa membuat orang percaya untuk tidak berani berterus terang akan identitas kekristenannya seperti halnya Petrus. Orang Kristen sebagai garam dunia akhirnya hanya hidup di dalam kenyamanan plastik pembungkus garam. Akibatnya, orang Kristen menjadi lupa akan panggilannya sebagai garam dunia yang mencegah kebusukan serta lupa untuk membawa kebaikan kepada masyarakat luas. Oleh sebab itu, marilah kita belajar untuk setia kepada Kristus dan menghindar dari ketakutan sindrom minoritas! Marilah kita terus setia pada panggilan kita! (BHS)
Setelah ditangkap, Yesus dibawa ke Hanas dan kemudian ke Kayafas. Setelah itu, Yesus dibawa ke Pilatus sebagai perwakilan Roma untuk diadili. Mari baca kisahnya di Yohanes 18:28! “Maka mereka membawa Yesus dari Kayafas ke gedung pengadilan. Ketika itu hari masih pagi. Mereka sendiri tidak masuk ke gedung pengadilan itu, supaya jangan menajiskan diri, sebab mereka hendak makan Paskah.” Di pagi hari perayaan Paskah, Yesus dibawa ke pengadilan Pilatus. Ironis sekali! Karena kebencian kepada Yesus, pengadilan yang dianggap najis tetap saja digunakan oleh pemimpin agama Yahudi demi menghukum mati Yesus. Atas nama agama, segala cara yang jahat dan licik dihalalkan demi mencapai tujuan. Memang ironis! Menghalalkan segala cara demi mencapai tujuan rupanya bisa saja terjadi di kalangan orang beragama seperti halnya yang terjadi pada zaman Yesus. Atas dasar kebencian, iri hati, ketersinggungan, jaga gengsi, rasa tidak suka, bahkan nafsu kejar harta, seseorang yang beragama, bahkan pimpinan agama, bisa saja bertindak sewenang-wenang terhadap sesamanya. Agama yang seharusnya membawa kedamaian, kebenaran, dan keadilan, justru membawa malapetaka bagi sesama. Ini hal yang haruslah diwaspadai oleh setiap orang yang beragama, termasuk orang Kristen. Janganlah sampai alasan agama justru menjadikan orang Kristen menjadi tidak mengasihi sesamanya! Marilah kita mawas diri dan cepat bertobat! (BHS)
Dari Imam Besar Kayafas, Yesus di bawa oleh otoritas agama Yahudi ke Pilatus untuk diadili. Apa yang kemudian dilakukan Pilatus? Mari lihat Yohanes 18:29-30! “Sebab itu Pilatus keluar mendapatkan mereka dan berkata: "Apakah tuduhan kamu terhadap orang ini?" Jawab mereka kepadanya: "Jikalau Ia bukan seorang penjahat, kami tidak menyerahkan-Nya kepadamu!" Orang Yahudi rupanya tidak mau menajiskan diri untuk masuk ke ruang pengadilan. Meskipun demikian, Pilatus tetap menemui otoritas agama Yahudi itu di luar. Hanya saja, walaupun tanpa bukti, otoritas Yahudi tetap saja menuduh Yesus sebagai penjahat yang layak dihukum. Otoritas agama telah bertindak sewenang-wenang dengan tuduhan yang tanpa dasar. Kesewenang-wenangan telah terjadi di saat otoritas agama Yahudi ingin membungkam Yesus Kristus dan menuduhnya sebagai seorang penjahat. Karena kebencian, otoritas agama telah mengatas namakan Allah untuk melawan kebenaran. Bukankah ini adalah sebuah ironi? Agama yang seharusnya membawa kebaikan dan kedamaian justru membawa ketidakadilan dan kebohongan. Oleh sebab itu, wahai orang Kristen yang memegang otoritas, baik di gereja maupun di masyarakat, bertindaklah adil dan benar di dalam takut akan Allah! Marilah kita selalu mawas diri dan tidak menyalahgunakan kekuasaan dan berlaku sewenang-wenang! Ingatlah! Allah yang Maha Kuasa dan Maha Adil terus menilik kita semua. (BHS)
Walaupun Yesus dituduh sebagai penjahat oleh otoritas agama Yahudi, tetapi Pilatus rupanya tidak percaya akan hal itu. Mari kita lihat sikap Pilatus di Yohanes 8:31-32! “Kata Pilatus kepada mereka: "Ambillah Dia dan hakimilah Dia menurut hukum Tauratmu." Kata orang-orang Yahudi itu: "Kami tidak diperbolehkan membunuh seseorang." Demikian hendaknya supaya genaplah firman Yesus, yang dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati.” Pilatus sadar bahwa orang Yahudi hendak menggunakan dia untuk membunuh Yesus. Di dalam konspirasi jahat pimpinan Yahudi ini, rencana agung Allah tetap digenapi. Yesus memang tetap akan ditinggikan di kayu salib dan mati demi penebusan dosa-dosa manusia. Sesuai dengan perkataan Kristus di Yohanes 3:14, Anak Manusia memang akan ditinggikan yang menunjukkan cara kematian-Nya karena disalibkan dan bukan karena dirajam seperti cara Taurat. Di atas semua kelicikan manusia, Allah tetap memegang otoritas atas segala hasil dari setiap konspirasi jahat karena tidak ada satu perkarapun yang terluput dari otoritas Allah. Oleh sebab itu, marilah kita tetap yakin bahwa, kalaupun ada rencana jahat, tidak satu halpun yang lepas dari pengawasan Tuhan. Di dalam ketaatan orang percaya kepada Allah, rencana jahat akan diubahkan menjadi suatu hal yang indah di mata Allah pada waktu Allah. Kita hanya tetap perlu setia dalam ketaatan kita untuk melakukan segala sesuatu di jalan Tuhan. Maukah kita? (BHS)
Apa yang ditanyakan secara khusus oleh Pilatus tentang diri Yesus si pengadilan-Nya? Mari lihat kisahnya di Yohanes 18:33-34! “Maka kembalilah Pilatus ke dalam gedung pengadilan, lalu memanggil Yesus dan bertanya kepada-Nya: "Engkau inikah raja orang Yahudi?" Jawab Yesus: "Apakah engkau katakan hal itu dari hatimu sendiri, atau adakah orang lain yang mengatakannya kepadamu tentang Aku?" Tuduhan tentang Yesus sebagai raja orang Yahudi hanya akan menjadi persoalan bagi pemerintah Roma bila ini bersifat politis. Bila tuduhan ini hanya terkait urusan agama, maka sebenarnya ini bukanlah urusan pemerintah Roma. Karena ambisi jahat, pimpinan Yahudi sudah memperalat politik untuk kepentingan agama. Tidak hanya di zaman Yesus, di zaman sekarangpun, karena ambisi dan egoisme kelompok, politik bisa kemudian bisa dipakai untuk egoisme agama. Mencampur-adukan antara urusan agama dan urusan politik demi kepentingan pribadi atau kelompok memang bisa menimbulkan permasalahan besar. Agama yang seharusnya membawa damai bagi semua justru bisa membawa petaka bagi sesama bila ada ambisi agama yang tidak sehat. Karena diperalat, politik yang semestinya membawa keadilan dan kesejahteraan bagi semua akhirnya justru membawa kebohongan dan petaka. Oleh sebab itu, marilah kita menempatkan politik sebagai sarana agama untuk mengasihi sesama! Bisakah? (BHS)
Pilatus ingin tahu apakah Yesus itu mesias politik. Apa tanggapan Yesus? Mari lihat Yohanes 18:35-36! “Kata Pilatus: "Apakah aku seorang Yahudi? Bangsa-Mu sendiri dan imam-imam kepala yang telah menyerahkan Engkau kepadaku; apakah yang telah Engkau perbuat?" Jawab Yesus: "Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini; jika Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi, akan tetapi Kerajaan-Ku bukan dari sini." Dengan tegas Yesus menyatakan bahwa Ia bukan pemimpin pemberontakan karena Kerajaan-Nya bukan dari dunia ini. Yesus bukanlah mesias politik. Yesus adalah Anak Allah yang turun ke dunia demi penebusan dosa. Karena apa yang diperbuat Yesus Kristus itu bukanlah upaya pemberontakan terhadap pemerintah Roma, maka seharusnyalah Yesus tidak perlu diadili. Hanya saja, kebencian pimpinan Yahudi telah mendorong mereka untuk bertindak sewenang-wenang terhadap Yesus sehingga mereka harus mencari-cari alasan untuk menghukum Yesus. Kebencian telah membutakan mata mereka terhadap kebenaran dan keadilan. Oleh sebab itu, wahai orang percaya, janganlah ada kebencian di hati kita, karena kebencian hanya akan menghasilkan ketidak-benaran dan ketidak-adilan! Marilah kita memupuk sikap kasih kepada sesama! Di dalam kasih, kebenaran dan keadilan akan bertumbuh subur. Ayo kita periksa hati dan pikiran kita! (BHS)
Pilatus menyindir Yesus walaupun ia tahu bahwa Yesus Kristus bukanlah ancaman bagi Roma. Mari lihat kisahnya di Yohanes 18:37-38a! “Maka kata Pilatus kepada-Nya: "Jadi Engkau adalah raja?" Jawab Yesus: "Engkau mengatakan, bahwa Aku adalah raja. Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku." Kata Pilatus kepada-Nya: "Apakah kebenaran itu?" Yesus Kristus, sang Anak Allah, memang datang ke dunia untuk menghadirkan Kerajaan Allah dan memberi kesaksian tentang kebenaran Allah. Hanya mereka yang menyukai kebenaran akan mendengarkan Yesus Kristus. Secara tegas, Yesus Kristus telah mengungkapkan bahwa Ia datang untuk membangun kerajaan Allah di bumi ini dan untuk menyatakan kebenaran Allah. Hanya saja, sayangnya, di sepanjang segala abad, banyak pengikut Kristus yang kemudian terobsesi untuk membangun kerajaan dunia dengan segala kegemerlapannya. Bukannya membawa damai, upaya ini seringkali justru membawa derita dan petaka, karena orang Kristen akhirnya justru menabur kebencian dengan ambisi, sikap, dan perilaku mereka yang jahat. Oleh sebab itu, marilah kita mawas diri dan bertobat bila gemerlap dunia telah mengobsesi kita sehingga kita tidak peduli sesama kita lagi! Marilah kita menghadirkan kerajaan Allah melalui kesaksian kita! (BHS)
Apa yang terjadi dalam pengadilan Yesus oleh Pilatus bila ketidak-adilan merajalela? Mari lihat kisahnya di Yohanes 18:38b-40! “Sesudah mengatakan demikian, keluarlah Pilatus lagi mendapatkan orang-orang Yahudi dan berkata kepada mereka: "Aku tidak mendapati kesalahan apapun pada-Nya. Tetapi pada kamu ada kebiasaan, bahwa pada Paskah aku membebaskan seorang bagimu. Maukah kamu, supaya aku membebaskan raja orang Yahudi bagimu?" Mereka berteriak pula: "Jangan Dia, melainkan Barabas!" Barabas adalah seorang penyamun.” Yesus dinyatakan tidak bersalah. Tetapi, karena kebencian kepada Kristus, orang Yahudi telah bersikap tidak benar dan tidak adil dengan memilih yang jahat. Kebencian dan prasangka buruk kerap kali membuat orang beragama bisa bertindak tidak benar dan tidak adil. Kesewenang-wenangan atas nama agama kemudian dilakukan sehingga agama malah kemudian menjadi sarana untuk berbuat jahat. Inilah hal ironis yang tidak hanya terjadi di zaman Yesus, tetapi ini terjadi terus sampai masa kini. Bagaimana kemudian kita sebagai orang Kristen menanggapinya? Apakah kita juga melakukan hal seperti itu? Ayolah kita sadar dan bertobat! Marilah kita belajar membasmi akar kebencian dan prasangka buruk terhadap orang yang berbeda dengan kita. Sulitkah? Tentu sulit! Mungkinkah? Tentu mungkin bila kita mau bersandar pada kekuatan Allah. Maukah kita? (BHS)
Ketidak-adilan dan kesewenang-wenangan telah terjadi dalam pengadilan Yesus oleh Pilatus. Mari lihat kisahnya di Yohanes 19:1-3! “Lalu Pilatus mengambil Yesus dan menyuruh orang menyesah Dia. Prajurit-prajurit menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya. Mereka memakaikan Dia jubah ungu, dan sambil maju ke depan mereka berkata: "Salam, hai raja orang Yahudi!" Lalu mereka menampar muka-Nya.” Walaupun Pilatus tahu bahwa Yesus tidak bersalah, ia tetap menyuruh orang menganiaya Yesus. Sikap sewenang-wenang dari penegak hukum telah melecehkan kemanusiaan yang adil dan beradab. Pemimpin agamapun telah berpartisipasi mendukung ketidak-adilan. Memang ironis! Pengadilan Yesus adalah pengadilan yang biadab dan tidak adil. Rasa kemanusiaan telah digantikan dengan kesewenang-wenangan yang menginjak-injak kemanusiaan yang seharus adil dan beradab. Pengadilan seharusnyalah didasarkan pada fakta kebenaran dan bukan didasarkan pada kebohongan dan kebencian. Pengadilan sudah seharusnyalah dilaksanakan secara adil, beradab dan berbudaya. Yang bersalah memang haruslah dihukum, dan yang tidak bersalah haruslah dibebaskan. Sayangnya, apa yang terjadi pada zaman Yesus, masih saja terjadi sampai saat ini. Keadilan sering dilecehkan bahkan oleh otoritas agama. Oleh sebab itu, marilah kita bertobat dan belajar bertindak adil dan benar. Maukah kita? (BHS)
Setelah Yesus Kristus disiksanya, apa yang dilakukan Pilatus? Mari lihat kisahnya di Yohanes 19:4-5a! “Pilatus keluar lagi dan berkata kepada mereka: "Lihatlah, aku membawa Dia ke luar kepada kamu, supaya kamu tahu, bahwa aku tidak mendapati kesalahan apapun pada-Nya." Lalu Yesus keluar, bermahkota duri dan berjubah ungu.” Walaupun Yesus Kristus didapati tidak bersalah, tetapi Pilatus tetap menyiksanya. Ini jelas-jelas suatu ironi dan pelecehan terhadap sebuah lembaga pengadilan. Keadilan dan kebenaran telah diabaikan dan kemanusiaan telah diinjak-injak karena Pilatus lebih suka menyenangkan hati para pemimpin agama Yahudi dibandingkan menegakkan kebenaran dan keadilan. Menegakkan keadilan dan kebenaran tanpa pandang bulu memang sebuah tantangan bagi para pemegang otoritas, baik otoritas agama maupun otoritas negara. Karena merasa berkuasa, pemegang otoritas bisa saja terjerumus pada kesewenang-wenangan, kebohongan, dan tindakan jahat, seperti halnya yang dilakukan oleh Pilatus. Ini haruslah dihindari. Oleh sebab itu, wahai orang Kristen pemegang otoritas, takutlah akan Tuhan dalam pengambilan segala keputusan! Hindarilah sikap sok kuasa! Tegakkanlah keadilan dan kebenaran tanpa pandang bulu! Muliakanlah Tuhan dalam segala perilaku kita maka Tuhan pasti akan berkenan untuk menolong dan memberkati kita semua! Marilah kita belajar takut akan Tuhan senantiasa! (BHS)
Bagaimana sikap kontradiktif Pilatus dalam pengadilan Yesus? Mari lihat Yohanes 19:5b-6! “Maka kata Pilatus kepada mereka: "Lihatlah manusia itu!" Ketika imam-imam kepala dan penjaga-penjaga itu melihat Dia, berteriaklah mereka: "Salibkan Dia, salibkan Dia!" Kata Pilatus kepada mereka: "Ambil Dia dan salibkan Dia; sebab aku tidak mendapati kesalahan apapun pada-Nya." Pilatus memang telah bersikap demokratis dengan memperhatikan suara rakyat, tetapi ia telah bertindak jahat dengan sikap kontradiktifnya karena ia telah mengabaikan kebenaran dan keadilan. Demokrasi yang tidak dijaga oleh hukum yang benar dan adil memang akan menimbulkan demokrasi majoritarian yang tiranis, supresif, dan tidak berkeadilan. Contoh pengadilan Yesus merupakan peringatan bagi kita semua di masa kini bahwa demokrasi tidak boleh hanya dilandaskan pada kehendak mayoritas semata karena bisa jadi, kehendak mayoritas itu tidak benar dan tidak adil. Untuk menjaga demokrasi yang berkeadilan, maka demokrasi harus dijaga oleh hukum yang baik dan berkeadilan. Inilah yang disebut dengan demokrasi konstitusional. Oleh sebab itu, sebagai orang Kristen Indonesia, dalam rangka menjadi terang Kristus di Indonesia, janganlah sampai sindrom minoritas menjangkiti kita sehingga terang kita menjadi redup! Marilah kita tetap berbuat baik bagi siapa saja tanpa membeda-bedakan! Inilah panggilan hidup kita untuk menjadi saksi Kristus yang setia. (BHS)
Apa yang melatar belakangi tindakan tidak adil dan tidak benar dari Pilatus di pengadilan Yesus Kristus? Mari lihat kisahnya di Yohanes 19:7-9! “Jawab orang-orang Yahudi itu kepadanya: "Kami mempunyai hukum dan menurut hukum itu Ia harus mati, sebab Ia menganggap diri-Nya sebagai Anak Allah." Ketika Pilatus mendengar perkataan itu bertambah takutlah ia, lalu ia masuk pula ke dalam gedung pengadilan dan berkata kepada Yesus: "Dari manakah asal-Mu?" Tetapi Yesus tidak memberi jawab kepadanya.” Pilatus rupanya takut karena desakan orang-orang Yahudi yang ingin supaya Yesus disalib. Takut kepada manusia telah menyebabkan Pilatus mengabaikan kebenaran dan keadilan dalam pengadilan Yesus. Di Markus 15:15 dilaporkan bahwa Pilatus rupanya ingin memuaskan hati orang banyak sehingga Yesus disalibkan. Takut desakan orang dan ingin menyenangkan orang telah menyebabkan Pilatus untuk mengabaikan kebenaran dan keadilan. Bila pemegang otoritas mendasarkan keputusannya atas dasar takut akan manusia, maka ia tidak akan enggan untuk mengabaikan kebenaran dan keadilan. Oleh sebab itu, wahai orang percaya, marilah kita belajar untuk takut akan Tuhan dan belajar untuk bertindak benar dan adil kepada semua orang! Marilah kita landaskan segala keputusan dan tindakan kita hanya atas dasar takut akan Tuhan! Tuhan pasti akan berkenan dan bersukacita karenanya. Maukah kita? (BHS)
Apa respons Yesus kepada Pilatus yang sok kuasa terhadap diri-Nya? Mari lihat Yohanes 19:10-11! “Maka kata Pilatus kepada-Nya: "Tidakkah Engkau mau bicara dengan aku? Tidakkah Engkau tahu, bahwa aku berkuasa untuk membebaskan Engkau, dan berkuasa juga untuk menyalibkan Engkau?" Yesus menjawab: "Engkau tidak mempunyai kuasa apapun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas. Sebab itu: dia, yang menyerahkan Aku kepadamu, lebih besar dosanya." Pilatus berpikir bahwa ialah sang pemegang kuasa atas penyaliban Yesus, padahal sebenarnya tidak demikian. Kuasa di bumi dan di sorga hanya ada sejauh itu diperkenankan dan dianugerahkan oleh Allah yang Maha Kuasa. Yesus Kristus adalah Anak Allah yang Maha Kuasa yang berinkarnasi menjadi manusia untuk menjalankan misi penebusan Allah Bapa bagi dosa manusia. Yesus Kristus memang telah mengosongkan diri-Nya untuk menjadi sama dengan manusia. Inilah sebuah kebenaran hakiki dalam iman Kristen. Hanya atas kehendak Allah Bapa sajalah Yesus Kristus dapat ditangkap, disiksa, mati, dan kemudian bangkit. Di atas semuanya itu, rencana Allah sajalah yang terlaksana. Oleh sebab itu, marilah kita hidup dalam aliran rencana Allah dengan tetap mengingat bahwa Allahlah yang berkuasa, dan bukan manusia! Marilah kita tidak sok kuasa serta tidak gentar terhadap mereka yang sok kuasa! Marilah kita terus hidup dalam takut akan Tuhan saja! (BHS)
Karena terusik oleh hati nuraninya, maka Pilatus hendak membebaskan Yesus. Apa yang terjadi? Mari lihat kisahnya di Yohanes 19:12-13, “Sejak itu Pilatus berusaha untuk membebaskan Dia, tetapi orang-orang Yahudi berteriak: "Jikalau engkau membebaskan Dia, engkau bukanlah sahabat Kaisar. Setiap orang yang menganggap dirinya sebagai raja, ia melawan Kaisar." Ketika Pilatus mendengar perkataan itu, ia menyuruh membawa Yesus ke luar, dan ia duduk di kursi pengadilan, di tempat yang bernama Litostrotos, dalam bahasa Ibrani Gabata.” Meskipun hari nuraninya tahu bahwa Yesus tidak bersalah, tetapi tuduhan melawan Kaisar telah menyebabkan Pilatus takut kehilangan jabatan. Ini tentu melawan kebenaran. Nafsu berkuasa memang seringkali membuat orang bertindak melawan kebenaran dan keadilan, sekalipun itu bertentangan dengan hati nuraninya. Akibatnya, segala cara bisa kemudian digunakan demi menggapai ambisinya, tanpa lagi peduli apakah hal itu melawan hukum, merugikan orang lain, dan apakah itu jahat di mata Tuhan. Bisa saja ia mengaku beragama, tetapi keagamaannya itu hanya dijadikan kedok untuk menutupi segala kejahatannya. Nafsu berkuasa akhirnya bisa mematikan hati nuraninya. Ini mestinya harus dihindari oleh setiap orang percaya. Oleh sebab itu, marilah kita senantiasa merawat hati nurani kita melalui pertumbuhan iman yang sehat dengan senantiasa menjaganya sesuai Firman Tuhan! (BHS)
Dari Kamis malam sampai Jumat siang, Yesus diadili dan disiksa. Apa desakan orang Yahudi kepada Pilatus yang dicatat di Yohanes 19:14-15? “Hari itu ialah hari persiapan Paskah, kira-kira jam dua belas. Kata Pilatus kepada orang-orang Yahudi itu: "Inilah rajamu!" Maka berteriaklah mereka: "Enyahkan Dia! Enyahkan Dia! Salibkan Dia!" Kata Pilatus kepada mereka: "Haruskah aku menyalibkan rajamu?" Jawab imam-imam kepala: "Kami tidak mempunyai raja selain dari pada Kaisar!" Demi untuk menyalibkan Yesus, orang Yahudi mau membuang mimpi untuk merdeka dari penjajahan Roma dan mau tunduk pada ideologi Roma yang mengakui bahwa kaisar adalah raja. Kebencian terhadap Yesus telah membutakan hati. Ironis memang! Kebencian dan ambisi jahat memang bisa membutakan mata orang sehingga mereka kemudian melakukan tindakan-tindakan jahat. Seperti halnya orang Yahudi di masa dulu, orang beragama di masa kinipun bisa saja rela melakukan tindakan yang melawan keyakinan imannya demi ambisinya. Bahkan, terlebih lagi, keyakinan agama bisa tanpa ragu-ragu digadaikan demi mencapai tujuannya. Ini tentu haruslah dihindari. Untuk itu, orang percaya haruslah memeriksa hati dan pikiran, apakah ada kebencian dan ambisi jahat yang begitu menguasai diri. Marilah kita mawas diri dan bertobat serta menjauhkan diri dari kejahatan! Marilah kita membawq terang dalam kehidupan dan bukan justru memelihara kegelapan! (BHS)
Bagaimana akhir dari tragedi pengadilan Yesus? Mari lihat kisahnya di Yohanes 19:17-18, “Akhirnya Pilatus menyerahkan Yesus kepada mereka untuk disalibkan. Mereka menerima Yesus. Sambil memikul salib-Nya Ia pergi ke luar ke tempat yang bernama Tempat Tengkorak, dalam bahasa Ibrani: Golgota. Dan di situ Ia disalibkan mereka dan bersama-sama dengan Dia disalibkan juga dua orang lain, sebelah-menyebelah, Yesus di tengah-tengah.” Karena proses demokratis yang tidak adil dan tidak benar, maka Kristus akhirnya harus disaibkan di antara dua penjahat. Pengadilan yang mestinya berlangsung adil dan benar telah menjadi sarana kejahatan akibat adanya kebencian dan ambisi untuk mempertahankan kekuasaan. Pengadilan Yesus Kristus di hadapan Pilatus telah menunjukkan bahwa kebencian orang yang mengaku beragama dan egoisme penguasa telah membuat Yesus disalibkan di Golgota di antara dua penjahat. Secara manusia, yang terjadi itu adalah sebuah pelanggaran Hak Asazi Manusia yang berat serta sebuah tragedi kemanusian yang buruk sekali. Meskipun demikian, di mata Allah, ini adalah wujud nyata dari terlaksananya rencana agung penyelamatan manusia melalui penderitaan dan pengorbanan Kristus. Oleh sebab itu, di tengah situasi yang terlihat buruk, marilah kita tetap percaya bahwa Allah tetap campur tangan untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mau bergantung penuh kepada-Nya! (BHS)
Apa alasan resmi yang disampaikan Pilatus untuk penyaliban Yesus? Mari lihat Yohanes 19:19-20! “Dan Pilatus menyuruh memasang juga tulisan di atas kayu salib itu, bunyinya: "Yesus, orang Nazaret, Raja orang Yahudi." Banyak orang Yahudi yang membaca tulisan itu, sebab tempat di mana Yesus disalibkan letaknya dekat kota dan kata-kata itu tertulis dalam bahasa Ibrani, bahasa Latin dan bahasa Yunani.” Alasan penyaliban Yesus dituliskan dengan jelas dalam tiga bahasa supaya semua orang tahu. Secara politis, ini tentu tidak benar. Yesus tidak hendak membangun kerajaan dunia. Yesus Kristus adalah sang Anak Allah, Raja di atas segala raja, yang disalibkan demi menebus dosa manusia. Inilah alasan yang sesungguhnyq. Mengapa Yesus disalibkan? Dari dulu sampai sekarang, sudah barang tentu berbagai cara pandang telah disampaikan. Hanya saja, apa alasan iman Kristiani kita? Apakah kita juga kecewa karena Yesus tidak ingin membangun kerajaan di dunia ini dan secara politis menguasai dunia? Salib Kristus bukanlah untuk maksud politis dalam merebut kuasa dunia atau kuasa negara. Salib Kristus adalah untuk maksud penyelamatan dunia. Oleh sebab itu, marilah kita sungguh percaya bahwa Yesus Kristus adalah sang Anak Allah yang diutus Allah Bapa untuk penebusan dosa manusia! Melalui pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib sajalah, kita telah memperoleh keselamatan yang kekal. Marilah kita memuliakan Kristus selalu sebagai raja di kehidupan kita! (BHS)
Sebagai bentuk ejekan kepada orang Yahudi, Pilatus menaruh tulisan di atas kayu salib. Bagaimana respons pimpinan Yahudi? Mari lihat Yohanes 19:21-22! “Maka kata imam-imam kepala orang Yahudi kepada Pilatus: "Jangan engkau menulis: Raja orang Yahudi, tetapi bahwa Ia mengatakan: Aku adalah Raja orang Yahudi." Jawab Pilatus: "Apa yang kutulis, tetap tertulis." Pilatus tahu bahwa Yesus tidak melanggar hukum Roma. Ia tahu juga bahwa pimpinan agama Yahudi membenci Yesus sehingga mereka menginginkan Yesus untuk disalibkan. Oleh sebab itu, walaupun diprotes, Pilatus tetap bersikeras untuk tidak mengubah tulisan tersebut yang ia tahu akan menjengkelkan dan mengecewakan orang-orang Yahudi. Tulisan di atas kayu salib yang menyatakan kepada semua bahwa Yesus adalah raja orang Yahudi sebenarnya adalah sebuah upaya ejekan dari Pilatus yang memang terbukti menjengkelkan orang Yahudi. Mengapa demikian? Ini karena orang Yahudi menantikan seorang Mesias, yang akan menjadi raja orang Yahudi yang akan membebaskan orang Yahudi dari penjajahan Roma. Gambaran orang Yahudi tentang Mesias tidaklah ditemukan dalam diri Yesus. Yesus Kristus datang ke dunia bukanlah untuk menjadi mesias politik yang membangun kerajaan dunia. Yesus Kristus adalah sang Mesias, sang Anak Allah, yang diutus Allah Bapa untuk menghadirkan Kerajaan Allah di dunia melalui misi penebusan Kristus di kayu salib. Sadarkah kita? (BHS)
Apa yang dilakukan para prajurit setelah mereka menyalibkan Yesus? Mari lihat kisahnya di Yohanes 19:23-24a! “Sesudah prajurit-prajurit itu menyalibkan Yesus, mereka mengambil pakaian-Nya lalu membaginya menjadi empat bagian untuk tiap-tiap prajurit satu bagian dan jubah-Nya juga mereka ambil. Jubah itu tidak berjahit, dari atas ke bawah hanya satu tenunan saja. Karena itu mereka berkata seorang kepada yang lain: "Janganlah kita membaginya menjadi beberapa potong, tetapi baiklah kita membuang undi untuk menentukan siapa yang mendapatnya." Tidak hanya dianiaya, Yesus juga diambil pakaiannya dan dihina. Betapa besar penderitaan dan pengorbanan Yesus untuk menebus dosa manusia! Betapa agung Dia! Kekristenan hanya ada di muka bumi ini karena ada penderitaan dan pengorbanan Kristus semata yang rela mati untuk kita. Betapa beruntungnya kita! Jatah kita sebenarnya hanyalah neraka yaitu maut kekal. Tetapi, karena begitu besar kasih Allah kepada manusia, Allah telah mengutus Anak-Nya yang terkasih untuk menjelma jadi manusia untuk menderita dan mati di atas kayu salib. Oleh sebab itu, marilah kita selalu ingat bahwa Kristus telah mengucurkan darah-Nya bagi kita supaya kita selamat! Dalam menempuh suka duka kehidupan ini, marilah kita terus teguh dan tidak tergeser dari kasih Allah dalam Yesus Kristus yang telah berkorban bagi kita semua! Mari kita selalu arahkan pandangan kita kepada salib Kristus! (BHS)
Pada waktu Yesus disalibkan, para prajurit Roma membagi-bagi pakaian Yesus, dan mengundi jubah-Nya. Tindakan ini ternyata sudah dinubuatkan. Mari lihat Yohanes 19:24b! “Demikianlah hendaknya supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci: "Mereka membagi-bagi pakaian-Ku di antara mereka dan mereka membuang undi atas jubah-Ku." Hal itu telah dilakukan prajurit-prajurit itu.” Betapa luar biasanya hal ini! Sekitar seribu tahun sebelumnya, raja Daud telah menubuatkan kejadian ini di Mazmur 22:19 persis seperti apa yang terjadi pada waktu Yesus disalibkan. Misi penebusan manusia melalui pengorbanan Yesus di kayu salib memang merupakan penggenapan janji Allah yang ada sejak dari dulu. Jalan penderitaan dan kematian Yesus memang satu-satunya cara Allah Bapa bagi misi penebusan manusia. Tanpa pengorbanan, tidak akan ada jalan keselamatan. Tak heran bila di Perjanjian Lama, Allah telah menjanjikan di Kejadian 3:15 bahwa kepala si ular yaitu si Iblis akan diremukkan oleh keturunan Hawa tetapi Iblis akan meremukkan tumitnya yang menunjuk pada jalan penderitaan Yesus Kristus. Oleh sebab itu, marilah kita bersyukur atas anugerah Allah melalui penderitaan dan kematian Yesus Kristus ini! Marilah kita menyaksikan kepada dunia akan keselamatan dalam Yesus Kristus! Memang tiada kasih yang terlebih besar dari kasih Allah Bapa yang rela mengorbankan anak-Nya bagi kita semua. Terpujilah Allah! (BHS)
Sewaktu Yesus disalibkan, ada empat wanita serta Yohanes murid-Nya yang berada di dekat salib. Apa yang kemudian terjadi? Mari lihat Yohanes 19:25-27! “Dan dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena. Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: "Ibu, inilah, anakmu!" Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Inilah ibumu!" Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.” Oleh Yesus, Maria ibu-Nya itu dijadikan ibu angkat Yohanes. Maria kehilangan seorang putra tetapi mendapatkan seorang putra yang lain. Walau menderita di kayu salib, Yesus masih memikirkan ibu-Nya dan murid-Nya. Di dalam penderitaan-Nya yang besar di atas kayu salib, Yesus Kristus justru menaruh belas kasihan kepada Maria ibunya dan Yohanes murid-Nya. Dengan menjadikan Yohanes sebagai anak angkat Maria, maka Maria pasti terperhatikan dengan baik. Betapa luar biasa belas kasihan Yesus! Ini sebuah teladan yang harus kita ikuti. Oleh sebab itu, walaupun kita sedang menderita, marilah kita juga tetap memiliki belas kasihan kepada orang lain! Marilah kita terus belajar berbelas kasihan dan tetap berupaya berbuat baik kepada orang lain walaupun kita sedang menderita! Marilah kita belajar untuk tetap menjadi berkat bagi orang di sekitar kita walaupun kita sedang susah ataupun sedang dirundung malang! Pastilah terang-Nya jadi lebih nyata! (BHS)
Apa yang terjadi setelah Yesus meminta Yohanes untuk menjaga Maria sebagai ibunya sendiri? Mari dengar kisahnya di Yohanes 19:28-29! “Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci :"Aku haus!" Di situ ada suatu bekas penuh anggur asam. Maka mereka mencucukkan bunga karang, yang telah dicelupkan dalam anggur asam, pada sebatang hisop lalu mengunjukkannya ke mulut Yesus.” Yesus tahu bahwa misi penebusan dosa manusia yang diemban-Nya itu telah selesai dilaksanakan melalui kayu salib dan saat kematian-Nya sudah dekat. Anggur murka Allah seperti Mazmur 69:22 memang harus diminum-Nya. Apa yang menjadi rencana Allah Bapa untuk penebusan dosa manusia telah terlaksana di kayu salib. Janji Allah telah digenapi melalui pengurbanan Kristus di kayu salib. Anak Domba Allah telah dikurbankan demi keselamatan manusia. Betapa agung dan besar kasih Allah ini! Oleh sebab itu, marilah kita ingat terus salib Kristus! Salib memang simbol kehinaan bagi mereka yang membenci Kristus, tetapi salib adalah simbol keagungan dan kemuliaan bagi kita yang telah ditebus Kristus. Janganlah kita sekali-kali menyia-nyiakan kasih Allah yang begitu besar ini! Marilah kita juga terus hidup dalam anugerah keselamatan kita dan terus memberitakan salib Kristus sehingga lebih banyak orang menerima anugerah keselamatan! (BHS)
Bagaimana keagungan kasih Allah ditunjukkan oleh Yesus Kristus di kayu salib? Mari kita lihat Yohanes 19:30! “Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: "Sudah selesai." Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya.” Meminum anggur asam adalah sebuah gambaran tentang bagaimana Yesus Kristus harus menanggung murka Allah bahkan sampai mati demi menebus dosa manusia. Meskipun Yesus sangat menderita, Ia tetaplah setia pada misi penebusan Allah dan tetap rela menjadi korban pendamaian demi keselamatan manusia. Betapa agung dan mulia tindakan Allah Bapa yang telah memberikan Anak-Nya yang tunggal untuk mati di kayu salib! Inilah anugerah terbesar dari Allah. Kematian memang pastilah terkait dengan dukacita yang mendalam, apalagi kalau kematian itu terjadi melalui jalan kesengsaraan dan kehinaan seperti Yesus Kristus. Betapa tragis kisah kehidupan Yesus Kristus! Anak Allah yang Maha Tinggi harus mati dalam kehinaan kayu salib. Meskipun demikian, kematian Kristus di kayu salib itulah satu-satunya cara yang dibukakan Allah sebagai jalan pendamaian untuk dosa manusia. Tidak ada jalan lain! Oleh sebab itu, marilah kita selalu mengingat akan korban Kristus di kayu salib dan selalu mengingat bahwa darah Kristus telah dicurahkan bagi penebusan dosa manusia. Marilah kita rayakan anugerah keselamatan dari Allah Bapa dengan selalu hidup dalam ketaatan! Marilah! (BHS)
Apa hal ironis yang terjadi pada saat kematian Yesus di kayu salib? Mari lihat kisahnya di Yohanes 19:31! “Karena hari itu hari persiapan dan supaya pada hari Sabat mayat-mayat itu tidak tinggal tergantung pada kayu salib sebab Sabat itu adalah hari yang besar maka datanglah orang-orang Yahudi kepada Pilatus dan meminta kepadanya supaya kaki orang-orang itu dipatahkan dan mayat-mayatnya diturunkan.” Supaya tidak menodai hari raya Paskah, maka orang-orang Yahudi meminta supaya mereka yang telah disalibkan itu harus dipastikan telah mati disalib sehingga mayat bisa diturunkan. Atas nama agama, orang Yahudi tidak segan-segan melakukan kekerasan dan kekejaman kepada Yesus yang dianggap sesat. Upaya menegakkan aturan agama sering mengabaikan sisi kemanusiaan yaitu kasih kepada sesama. Rasa benci kepada mereka yang berbeda kemudian ditanamkan, dipelihara, bahkan diajarkan berulang-ulang. Akibatnya, bukannya menaburkan benih kasih, malah akhirnya benih kebencianlah yang ditanamkan dan kemudian tuaian kekerasanlah yang didapatkan. Agama yang seharusnya membawa pesan-pesan kebaikan dan kabar baik bagi umat manusia justru malahan membawa petaka dan nestapa bagi manusia. Oleh sebab itu, marilah kita mewujudnyatakan kasih kita kepada Allah melalui kasih kita kepada sesama manusia, termasuk kepada mereka yang dianggap berbeda! Mari kita belajar bersama! Maukah kita? (BHS)
Bagaimana cara prajurit memastikan bahwa orang yang disalibkan itu telah mati? Mari lihat Yohanes 19:32-34! “Maka datanglah prajurit-prajurit lalu mematahkan kaki orang yang pertama dan kaki orang yang lain yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus; tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka tidak mematahkan kaki-Nya, tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air.” Tusukan tombak pada mayat Yesus adalah untuk memastikan kematian-Nya. Yesus Kristus, sang Anak Allah itu, memang benar-benar telah mati di kayu salib. Anak domba Allah telah dikurbankan demi menebus dosa manusia. Kematian Yesus Kristus di atas kayu salib adalah cara kematian yang penuh penderitaan dan sangatlah keji. Iblis dan pengikutnya tentu bersorak sorai dan menganggap bahwa Yesus Kristus, sang Anak Allah itu, telah dikalahkan dan rencana Allah telah berhasil digagalkan. Iblis tidak paham bahwa justru melalui kematian Yesus Kristus inilah, kuasa Iblis telah dipatahkan selama-lamanya. Bagi mereka yang mau percaya kepada pengurbanan Yesus Kristus ini, jalan keselamatan kepada Allah Bapa telah terbuka lebar. Oleh sebab itu, janganlah sekali-kali kita ragu akan jalan keselamatan melalui salib Kristus ini! Marilah kita ingat selalu akan penderitaan dan kematian Kristus sehingga kita bisa diselamatkan! Bersyukurlah! (BHS)
Apa komentar rasul Yohanes sebagai penulis Injil Yohanes, setelah lambung Yesus ditikam tombak? Mari lihat Yohanes 19:35-37! “Dan orang yang melihat hal itu sendiri yang memberikan kesaksian ini dan kesaksiannya benar, dan ia tahu, bahwa ia mengatakan kebenaran, supaya kamu juga percaya. Sebab hal itu terjadi, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci: "Tidak ada tulang-Nya yang akan dipatahkan." Dan ada pula nas yang mengatakan: "Mereka akan memandang kepada Dia yang telah mereka tikam." Yohanes tahu bahwa apa yang telah disaksikannya tentang penyaliban Yesus adalah benar adanya. Penikaman lambung Yesus dan tidak dipatahkannya kaki Yesus memang merupakan penggenapan nubuat PL. Rasul Yohanes adalah saksi mata dari peristiwa penyaliban Yesus dan penikaman lambung-Nya. Apa yang disampaikan rasul Yohanes ini adalah sebuah kebenaran sejarah yang merupakan kebenaran iman. Ini juga penggenapan nubuat di Perjanjian Lama. Dengan demikian, iman orang Kristen pada pengurbanan Yesus Kristus tidaklah didasarkan pada cerita fiksi tetapi didasarkan pada fakta sejarah yang sungguh-sungguh terjadi. Yesus Kristus memang benar-benar telah disalibkan demi menebus dosa manusia. Oleh sebab itu, marilah kita perteguh iman percaya kita kepada Yesus Kristus! Janganlah sampai kita digoyahkan oleh berbagai pandangan lain! Tetaplah teguh di dalam Kristus! Kristus memang jalan keselamatan kita. Bersukacitalah!(BHS)
Apa yang terjadi dengan mayat Yesus yang masih ada di salib? Mari lihat kisahnya di Yohanes 19:38! “Sesudah itu Yusuf dari Arimatea ia murid Yesus, tetapi sembunyi-sembunyi karena takut kepada orang-orang Yahudi meminta kepada Pilatus, supaya ia diperbolehkan menurunkan mayat Yesus. Dan Pilatus meluluskan permintaannya itu. Lalu datanglah ia dan menurunkan mayat itu.” Yusuf dari Arimatea ini adalah seorang kaya yang menjadi anggota Mahkamah Agama. Walaupun ia takut diketahui sebagai pengikut Kristus sebelumnya, tetapi ia telah memberanikan diri untuk memberikan pemakaman yang layak bagi Yesus. Kasihnya kepada Yesus akhirnya telah mengatasi segala ketakutannya sehingga ia mau berinisiatif untuk bertindak. Seorang yang kaya dan berjabatan seperti Yusuf dari Arimatea, seringkali lebih memikirkan gengsi dan kepentingan dirinya sendiri. Urusan orang lain, apalagi yang bisa berpotensi untuk merugikan dirinya, pastilah sejauh mungkin dihindarinya. Meskipun demikian, Yusuf dari Arimatea ini telah memberikan suatu teladan bagaimana kasihnya kepada Yesus mengatasi segala ketakutan dan kekuatiran. Di dalam dunia masa kini yang seringkali sangat mementingkan diri sendiri, teladan Yusuf dari Arimatea ini patutlah diikuti oleh setiap pengikut Kristus. Oleh sebab itu, marilah kita belajar mengutamakan Yesus dan mengasihi-Nya. Kasih kepada Yesus pasti akan mengatasi segala ketakutan dan kekuatiran kita. (BHS)
Apa yang terjadi pada mayat Yesus setelah mayat itu diturunkan dari salib? Mari lihat Yohanes 19:39-40! “Juga Nikodemus datang ke situ. Dialah yang mula-mula datang waktu malam kepada Yesus. Ia membawa campuran minyak mur dengan minyak gaharu, kira-kira lima puluh kati beratnya. Mereka mengambil mayat Yesus, mengapaninya dengan kain lenan dan membubuhinya dengan rempah-rempah menurut adat orang Yahudi bila menguburkan mayat.” Nikodemus, Yusuf dari Arimatea, dan orang-orang yang menyertai mereka bekerja keras untuk memberikan penguburan yang layak bagi Yesus Kristus. Ketersediaan minyak dan rempah-rempah yang begitu mahal dan melimpah itu juga menunjukkan besarnya kasih dan dedikasi mereka. Di tengah kengerian senja di Golgota, semerbak wangi dari minyak mur, minyak gaharu, dan rempah-rempah yang dipakai untuk membalsam mayat Yesus merupakan dua suasana yang kontras. Suasana kebencian yang diwakili oleh salib di Golgota itu telah digantikan dengan suasana kasih yang dihadirkan melalui harumnya minyak dan rempah-rempah. Walaupun Yesus telah mengalami kehinaan salib, tetapi mayat-Nya telah ditangani dalam hormat dan kasih. Suasana benci telah diusir dengan tindakan kasih. Inilah teladan yang seharusnya dilakukan oleh setiap orang percaya yang mau mengusir kebencian dengan menghadirkan tindakan kasih. Mari kita hadirkan kasih di tengah kebencian! Maukah kita? (BHS)
Setelah kematian-Nya, dimanakah Yesus kemudian akan dikuburkan? Mari lihat kisahnya di Yohanes 19:41-42! “Dekat tempat di mana Yesus disalibkan ada suatu taman dan dalam taman itu ada suatu kubur baru yang di dalamnya belum pernah dimakamkan seseorang. Karena hari itu hari persiapan orang Yahudi, sedang kubur itu tidak jauh letaknya, maka mereka meletakkan mayat Yesus ke situ.” Sesuai Matius 27:60, Yusuf dari Arimatea menguburkan Yesus di kubur baru miliknya yang digalinya di dalam bukit batu. Kubur batu yang direlakan Yusuf dari Arimatea untuk kubur Yesus inilah yang nantinya menjadi saksi bisu dari peristiwa kebangkitan Yesus. Milik orang kaya ini telah digunakan dan didedikaskan untuk kemuliaan Tuhan. Harta milik berupa kubur batu telah diberikan Yusuf dari Arimatea untuk dipakai sebagai kubur Yesus. Kekayaan telah digunakan bukan sekedar untuk kepentingan diri sendiri semata, tetapi digunakan sebagai bentuk kerelaan, hormat dan dedikasi kepada Yesus, sang Anak Allah. Inilah sikap hati yang harus ada di dalam hati setiap orang percaya. Karena hidup orang percaya, termasuk harta miliknya adalah semata-mata anugerah Allah, maka apapun juga yang kita miliki haruslah digunakan tidak hanya untuk kepentingan diri saja. Karena semuanya dari Allah, maka kita seharusnya menggunakan semua anugerah Allah, baik harta milik maupun kemampuan diri, untuk dipakai Tuhan bagi kemuliaan-Nya. Inilah kehendak Allah bagi kita. (BHS)
Apa yang terjadi pada hari Minggu pagi di hari ketiga setelah kematian Yesus Kristus? Mari lihat kisahnya di Yohanes 20:1-2! “Pada hari pertama minggu itu, pagi-pagi benar ketika hari masih gelap, pergilah Maria Magdalena ke kubur itu dan ia melihat bahwa batu telah diadakan mbil dari kubur. Ia berlari-lari mendapatkan Simon Petrus dan murid yang lain yang dikasihi Yesus, dan berkata kepada mereka: "Tuhan telah diambil orang dari kuburnya dan kami tidak tahu di mana Ia diletakkan." Melihat batu besar yang menutup kubur Yesus telah terbuka, Maria Magdalena menyimpulkan bahwa mayat Yesus telah diambil orang. Itulah yang disampaikannya karena itulah kemungkinan satu-satunya yang terpikirkannya pada waktu itu. Mengambil mayat Yesus tentu pekerjaan yang sulit dilakukan. Batu besar penutup kubur Yesus yang begitu berat tentu sangat sulit disingkirkan. Penjagaan ketat tentara Roma yang ditugasi Pilatus untuk menjaga kubur Yesus seperti yang ditulis di Matius 27:66 juga pastilah tidak mudah untuk dilewati. Selain itu, para pengikut Yesus semuanya pasti sedang berduka dan sedang ketakutan. Kemungkinan untuk mereka mau dan mampu mencuri mayat Yesus memang hal yang mustahil terjadi. Meskipun demikian, di dalam kuasa Allah, hal-hal ajaib tidak mustahil terjadi. Mayat Kristus memang tidak dicuri orang karena Kristus sudah bangkit di Minggu pagi itu. Kristus memang telah mengalahkan maut. Bersoraklah! (BHS)
Mendengar berita Maria Magdalena tentang kubur Yesus yang terbuka, apa yang dilakukan oleh Petrus dan Yohanes? Ini kisahnya di Yohanes 20:3-5. “Maka berangkatlah Petrus dan murid yang lain itu ke kubur. Keduanya berlari bersama-sama, tetapi murid yang lain itu berlari lebih cepat dari pada Petrus sehingga lebih dahulu sampai di kubur. Ia menjenguk ke dalam, dan melihat kain kapan terletak di tanah; akan tetapi ia tidak masuk ke dalam.” Yohanes yang tiba di kubur lebih dulu dari Petrus telah menjenguk ke dalam kubur Yesus yang ternyata memang kosong. Bayangkan apa yang dipikirkan Yohanes! Wajarlah kalau ia kaget dan bingung. Manusia yang terbatas tentu tidak dapat memahami kuasa Allah yang Maha Besar dan Maha Agung. Kaget, bingung, dan tercengang adalah respons yang wajar bila seseorang dihadapkan pada kemustahilan. Dengan berbagai luka dari cambuk berduri, mahkota berduri, paku di tangan dan kaki, dan tikaman tombak di lambung, serta proses penyaliban, tidaklah mungkin manusia masih bisa hidup. Opsi kebangkitan tidaklah ada dalam kamus manusia yang terbatas. Meskipun demikian, karena Yesus adalah Anak Allah yang berkuasa, maka tidak ada kemustahilan bagi Dia. Kubur kosong merupakan saksi dari kuasa Allah dalam kebangkitan Yesus Kristus yang mampu melakukan apa yang mustahil bagi manusia. Marilah kita tetap teguh pada keyakinan iman tentang kebangkitan Kristus! Haleluya! (BHS)
Setelah Yohanes sampai ke kubur, maka Petruspun menyusul sampai ke kubur. Apa yang terjadi? Mari simak kisah di Yohanes 20:6-7! “Maka datanglah Simon Petrus juga menyusul dia dan masuk ke dalam kubur itu. Ia melihat kain kapan terletak di tanah, sedang kain peluh yang tadinya ada di kepala Yesus tidak terletak dekat kain kapan itu, tetapi agak di samping di tempat yang lain dan sudah tergulung.” Yohanes, penulis Injil ini, adalah saksi mata yang secara detail melaporkan adanya kain kapan di tanah dan kain peluh yang tergulung rapi. Kalau mayat Yesus dicuri, untuk apa kain kapan dibuka dan kain peluh digulung rapi? Di dalam kuasa Allah, Yesus Kristus memang bangkit dari kematian-Nya. Ia memang hidup. Kontroversi tentang mayat Yesus yang hilang yang katanya dicuri orang memang menjadi hal yang tidak mungkin terjadi bila orang melihat fakta-fakta yang ada. Karena Yesus Kristus adalah sang Anak Allah, maka segala sesuatu adalah mungkin bagi-Nya. Kristus memang telah bangkit dari kematian-Nya di dalam kuasa Allah. Tidak ada yang mustahil bagi-Nya. Oleh sebab itu, marilah kita memuji akan kebesaran Allah yang Maha Tinggi! Di dalam kebangkitan Yesus Kristus inilah, kita mendasarkan iman dan pengharapan kita dalam menghadapi segala tantangan kehidupan. Karena Yesus hidup, pasti ada hari esok yang penuh pengharapan! Marilah kita bersukacita dan marilah kita tinggikan Yesus Kristus senantiasa! (BHS)
Apa yang terjadi pada Yohanes setelah ia melihat bahwa kubur Yesus telah kosong? Ini yang dilaporkannya di Yohanes 20:8-10. “Maka masuklah juga murid yang lain, yang lebih dahulu sampai di kubur itu dan ia melihatnya dan percaya. Sebab selama itu mereka belum mengerti isi Kitab Suci yang mengatakan, bahwa Ia harus bangkit dari antara orang mati. Lalu pulanglah kedua murid itu ke rumah.” Alkitab Perjanjian Lama telah menubuatkan di Mazmur 16:10, “...sebab Engkau tidak menyerahkan aku ke dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan.” Setelah melihat fakta kubur kosong, rasul Yohanes akhirnya menjadi mengerti dan percaya bahwa Yesus memang harus bangkit dari kematian untuk misi penebusan Allah. Selain di Mazmur 16:10, Yesaya 25:8 pun menubuatkan tentang kebangkitan Kristus, yaitu “Ia akan meniadakan maut untuk seterusnya; dan Tuhan ALLAH akan menghapuskan air mata dari pada segala muka;..” Kematian dan kebangkitan Yesus Kristus memang merupakan penggenapan dari maksud agung Allah untuk penebusan dosa-dosa manusia. Setiap orang percaya haruslah meyakini dan mengimani akan kebenaran Alkitab ini. Melaluinya, kita akan memperoleh kebersamaan dengan Allah, tidak hanya selama kita hidup di dunia tetapi bahkan sampai kepada kekekalan. Oleh sebab itu, marilah kita memuji Allah Bapa yang telah mengutus Yesus Kristus untuk mati dan bangkit bagi manusia. (BHS)
Setelah Petrus dan Yohanes pulang ke rumah mereka, Maria Magdalena masih ada di dekat kubur. Apa yang kemudian terjadi? Mari lihat Yohanes 20:11-12! “Tetapi Maria berdiri dekat kubur itu dan menangis. Sambil menangis ia menjenguk ke dalam kubur itu, dan tampaklah olehnya dua orang malaikat berpakaian putih, yang seorang duduk di sebelah kepala dan yang lain di sebelah kaki di tempat mayat Yesus terbaring.” Walaupun Yohanes sudah percaya bahwa Yesus telah bangkit, tetapi Maria Magdalena masih tidak percaya dan masih sedih. Di dalam anugerah-Nya, Allah mengutus dua malaikat-Nya untuk menguatkan Maria. Malaikat memang utusan Allah yang melakukan apa yang dikehendaki dan diperintahkan Allah. Kehadiran kedua malaikat tentu mengemban maksud Allah untuk menghibur dan meneguhkan Maria Magdalena. Di dalam kehendak-Nya, Allah dapat melakukan apa saja yang dipandang baik di mata-Nya, termasuk mengutus malaikat-Nya. Kubur kosong tidak bisa meyakinkan Maria sehingga, di dalam anugerah-Nya, dua malaikat Allah diutus untuk meneguhkannya. Kehadiran malaikat di kubur Yesus inipun dapat menjadi peneguhan bagi iman kita semua. Yesus Kristus memang sudah bangkit. Marilah kita bergembira akan perbuatan tangan Tuhan ini! Marilah kita selalu hidup di dalam kuasa kebangkitan Yesus Kristus, dan marilah kita terus mewartakan bahwa Yesus telah bangkit dan hidup selama-lamanya! Terpujilah Tuhan! (BHS)
Di dalam kesedihan yang mendalam, Maria Magdalena melihat dua orang malaikat di dalam kubur Yesus. Apa yang kemudian terjadi? Mari lihat Yohanes 20:13-14! “Kata malaikat-malaikat itu kepadanya: "Ibu, mengapa engkau menangis?" Jawab Maria kepada mereka: "Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan." Sesudah berkata demikian ia menoleh ke belakang dan melihat Yesus berdiri di situ, tetapi ia tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus.” Kesedihan yang mendalam telah menyebabkan Maria Magdalena mengungkapkan begitu saja kesedihan hatinya kepada kedua malaikat. Sampai-sampai iapun tidak mengenali Yesus lagi. Walau beriman, kesedihan yang mendalam memang bisa membutakan hati dan pikiran. Kematian Yesus Kristus menjadi pukulan yang berat bagi para pengikut setia Kristus, termasuk Maria Magdalena. Tidak seperti Yohanes yang melihat kubur kosong dan percaya akan kebangkitan Yesus, kesedihan yang mendalam telah membuat Maria Magdalena kehilangan pengharapan dan tidak berpikir sedikitpun bahwa Yesus telah bangkit dari kubur. Seperti Maria Magdalena, orang percayapun bisa saja mengalami kesedihan yang begitu mendalam sehingga orang percaya tidak dapat melihat campur tangan Allah dalam kehidupan. Hal ini janganlah sampai terjadi dalam kehidupan kita. Dalam kesedihan dan penderitaan kita, marilah kita tetap berpegang teguh pada Yesus Kristus yang telah bangkit itu! Jangan goyah! (BHS)
Yesus Kristus menampakkan diri kepada Maria Magdalena tetapi Maria tidak mengenali-Nya. Mari dengar kelanjutan kisahnya di Yohanes 20:15-16! “Kata Yesus kepadanya: "Ibu, mengapa engkau menangis? Siapakah yang engkau cari?" Maria menyangka orang itu adalah penunggu taman, lalu berkata kepada-Nya: "Tuan, jikalau tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambil-Nya." Kata Yesus kepadanya: "Maria!" Maria berpaling dan berkata kepada-Nya dalam bahasa Ibrani: "Rabuni!", artinya Guru.” Rasa sedih dan hilang harapan telah membutakan Maria dari kehadiran Yesus. Tetapi dalam kasih-Nya yang besar, Yesus Kristus kemudian membuka mata hati Maria. Kesedihan yang mendalam telah menyebabkan Maria Magdalena kehilangan harapan. Dalam kondisi merana seperti itu, fakta kebangkitan Yesus mulai dari batu penutup kubur yang terguling, kubur yang kosong, kehadiran dua malaikat di dalam kubur, bahkan kehadiran Kristus yang telah bangkitpun, tidaklah membuat Maria sadar bahwa Yesus sudah bangkit. Meskipun demikian, Yesus Kristus dalam kasih-Nya yang besar, telah menyapa dan membuka hati Maria waktu dulu dan juga hati kita semua di masa kini untuk menyadari dan meyakini bahwa Yesus Kristus memang sudah bangkit. Dia hidup, tidak hanya untuk sementara tetapi untuk selama-lamanya. Wahai gereja Tuhan, mari kita bersorak-sorai karenanya! Yesus sudah bangkit. (BHS)
Apa yang disampaikan Yesus kepada Maria Magdalena yang telah mengenali-Nya? Mari baca kisahnya di Yohanes 20:17-18! “Kata Yesus kepadanya: "Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu." Maria Magdalena pergi dan berkata kepada murid-murid: "Aku telah melihat Tuhan!" dan juga bahwa Dia yang mengatakan hal-hal itu kepadanya.” Yesus Kristus meminta Maria Magdalena untuk bergegas memberitahu para murid Kristus akan kebangkitan-Nya dan akan kepergian Yesus kepada Allah Bapa. Dengan gembira, Maria taat. Maria Magdalena yang semula sangat sedih, tidaklah dapat percaya akan fakta kebangkitan Yesus. Tetapi, kehadiran dua malaikat dan kehadiran Yesus Kristus yang telah bangkit itu telah meyakinkan Maria bahwa Yesus Kristus memang sudah bangkit. Dalam kegembiraan hatinya, Maria menyampaikan kesaksiannya kepada para murid di zaman dulu. Kesaksian ini juga terus bergema bagi kita sampai zaman sekarang ini. Oleh sebab itu, marilah kita terus mengumandangkan kesaksian Maria Magdalena bahwa Yesus sudah bangkit dan Yesus pergi kepada Allah Bapa untuk menyediakan tempat bagi kita! Marilah kita ingat selalu bahwa hanya di dalam Yesus Kristus sajalah, kita dapat datang kepada Allah Bapa. Janganlah kita sekali-kali ragu! (BHS)
Walaupun para pengikut Kristus telah mendengar bahwa Yesus sudah bangkit, mereka masih merasa takut. Apa yang kemudian terjadi di hari Minggu malam itu? Mari lihat Yohanes 20:19! “Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi. Pada waktu itu datanglah Yesus dan berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: "Damai sejahtera bagi kamu!" Walaupun semua pintu terkunci, Yesus Kristus dalam tubuh kebangkitan-Nya bisa tetap hadir di tengah para murid-Nya dan menyapa. Kebangkitan Kristus memang seharusnya membawa damai sejahtera bagi orang percaya. Lukas 24:36-42 menceritakan bagaimana tubuh kebangkitan Yesus itu memiliki daging dan tulang, bahkan Yesus membuktikannya dengan memakan sepotong ikan goreng. Kehadiran Yesus di tengah para murid-Nya memang benar-benar kehadiran fisik. Dalam tubuh kebangkitan Kristus ini, kuasa maut si Iblis telah dipatahkan. Kebangkitan Yesus telah memberi jalan kebebasan dari belenggu dosa. Oleh sebab itu, damai sejahtera yang dibawa Yesus Kristus adalah memang damai sejahtera yang sejati. Wahai orang percaya, marilah kita hidup dalam damai sejahtera yang telah diberikan Allah dengan terus bertumbuh sebagai murid Kristus yang taat dan setia! Marilah kita tidak jemu-jemu menjadi saksi Kristus yang hidup!(BHS)
Yesus Kristus yang sudah bangkit mengunjungi murid-murid-Nya yang sedang ketakutan dan menyapa “Damai sejahtera bagi kamu!”. Bagaimana respons murid-murid-Nya? Mari kita cermati Yohanes 20:20-21! “Dan sesudah berkata demikian, Ia menunjukkan tangan-Nya dan lambung-Nya kepada mereka. Murid-murid itu bersukacita ketika mereka melihat Tuhan. Maka kata Yesus sekali lagi: "Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu." Bukti luka di tangan dan di lambung Yesus telah meyakinkan para murid bahwa itulah Yesus, guru mereka dan mereka bersukacita karenanya. Yesus kemudian mengutus murid-murid-Nya untuk menjadi saksi kebangkitan. Pengutusan Yesus Kristus oleh Allah Bapa di sorga terjadi karena kasih-Nya yang besar kepada manusia. Karena kasih Kristus pula, Kristus mengutus murid-murid-Nya untuk menyampaikan berita kebangkitan-Nya. Kebangkitan Kristus adalah memang berita yang patut disampaikan kepada dunia karena ini adalah berita kemenangan Kristus atas si Iblis dan jalan keluar dari Allah untuk permasalahan dosa. Bagi mereka yang percaya, Kristus yang sudah bangkit adalah jalan keselamatan untuk keluar dari jerat maut dosa. Oleh sebab itulah, marilah kita giat menyampaikan kabar baik tentang keselamatan dalam Kristus! Tentu saja tidak hanya dengan kata semata, tetapi terlebih lagi melalui kehidupan kita. Maukah kita? (BHS)
Yesus Kristus yang sudah bangkit itu mengutus murid-murid-Nya seperti juga Allah Bapa telah mengutus Yesus Kristus. Apa janji Yesus Kristus kepada murid-murid-Nya? Mari lihat Yohanes 20:22-23! “Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: "Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada." Seperti Allah Bapa telah mengutus Yesus Kristus, demikian juga Yesus Kristus telah mengutus murid-murid-Nya, dalam penyertaan Roh Kudus, untuk membawa berita pengampunan dosa. Bagi mereka yang percaya, pengampunan dosa akan diberikan. Tetapi, bagi mereka yang tidak percaya, dosanya akan tetap ada. Masalah pengampunan dosa adalah hak prerogatif Allah yang diberikan kepada manusia berdasarkan anugerah-Nya. Yesus Kristus, sang Anak Allah yang tahu betul hati Allah Bapa, telah menyampaikan bahwa kabar baik tentang pengampunan dosa melalui pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib telah menjadi jalan keselamatan bagi mereka yang mau percaya. Kabar baik ini dipercayakan Yesus kepada murid-murid-Nya dan kemudian kepada kita semua orang percaya. Dalam rangka tugas pengutusan inilah, Roh Kudus diutus untuk menyertai orang percaya. Oleh sebab itu, marilah kita belajar taat dan setia dalam memberitakan kabar pengampunan dosa ini! Di dalam penyertaan Roh Kudus, pasti kita mampu dan kuat. (BHS)
Bagaimana respons Tomas sewaktu ia mendengar bahwa Yesus telah bangkit dan telah menampakkan diri-Nya? Mari lihat ceritanya di Yohanes 20:24-25! “Tetapi Tomas, seorang dari kedua belas murid itu, yang disebut Didimus, tidak ada bersama-sama mereka, ketika Yesus datang ke situ. Maka kata murid-murid yang lain itu kepadanya: "Kami telah melihat Tuhan!" Tetapi Tomas berkata kepada mereka: "Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya." Tuhan Yesus di Yohanes 20:20 telah menunjukkan tangan dan lambung-Nya kepada murid lainnya. Tetapi Tomas perlu bukti sebelum percaya. Bagaimana sikap kita bila seandainya kita berada dalam posisi Tomas pada waktu itu? Apakah kita juga akan meragukan bahwa Kristus sudah bangkit? Apakah kita perlu bukti juga? Mungkin saja itulah yang akan terjadi pada diri kita. Wajarkah itu? Tentu saja wajar saja. Mengapa demikian? Kebangkitan Kristus memang hal luar biasa yang memang tidak masuk akal. Meskipun demikian, karena kebangkitan Kristus memang adalah cara Allah untuk mematahkan kuasa Iblis yang merupakan rencana agung Allah, maka tentu saja tidak ada yang mustahil bagi Allah. Allah berkuasa untuk melakukan apa saja dalam kehendak agung Allah. Oleh sebab itu, marilah kita belajar percaya pada kuasa Allah! Yesus Kristus memang sudah bangkit. Jangan ragukan itu! (BHS)
Tomas masih ragu bahwa Yesus sudah bangkit. Apa yang kemudian terjadi? Mari lihat kisahnya di Yohanes 20:26-27! “Delapan hari kemudian murid-murid Yesus berada kembali dalam rumah itu dan Tomas bersama-sama dengan mereka. Sementara pintu-pintu terkunci, Yesus datang dan Ia berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: "Damai sejahtera bagi kamu!" Kemudian Ia berkata kepada Tomas: "Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah." Demi menghapus keraguan Tomas, Yesus datang lagi untuk menemui murid-murid-Nya dan menunjukkan bekas luka di tangan dan di lambung-Nya. Betapa Yesus mengasihi murid-murid-Nya sehingga, walaupun hanya ada satu murid yang ragu yaitu Tomas, Yesus tetap menampakkan diri-Nya. Yesus tahu bahwa fakta kebangkitan-Nya bukanlah cuma diragukan oleh Tomas, tetapi juga oleh banyak orang di waktu itu, tetapi juga di masa sekarang ini sampai masa mendatang. Keraguan akan kebangkitan Yesus memang akan selalu saja ada. Oleh sebab itu, marilah kita hapus segala keraguan kita! Kristus memang telah bangkit dan Ia hidup untuk selama-lamanya. Inilah keyakinan dasar iman Kristen kita. Tanpa kebangkitan, tidak ada harapan. Tanpa kebangkitan, tidak ada keselamatan. Tanpa kebangkitan, tidak ada hidup kekal. Jangan ragukan kebangkitan Kristus! (BHS)
Apa jawab Tomas setelah Yesus menunjukkan luka di tangan dan lambungnya, dan bahkan mengajak Tomas menaruh jari di luka tersebut? Mari lihat kisahnya di Yohanes 20:28-29, “Tomas menjawab Dia: "Ya Tuhanku dan Allahku!" Kata Yesus kepadanya: "Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya." Setelah melihat Yesus, tanpa meletakkan jari di lukapun, Tomas telah percaya. Bahkan ia membuat pernyataan iman yang sangat penting yaitu bahwa Yesus adalah Tuhan dan Allahnya. Meskipun demikian, orang percaya akan lebih berbahagia kalau tetap beriman bahwa Yesus adalah Tuhan dan Allahnya walau tidak melihat dengan mata kepala sendiri. Pengakuan Tomas bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Allahnya itu merupakan pernyataan iman yang sangat penting. Walaupun sebelumnya Tomas meragukan akan kebangkitan Yesus, ia tidak kemudian hanyut dalam keraguannya itu. Keraguan akan kebangkitan Yesus itu bukanlah hal yang aneh karena peristiwa kebangkitan itu memang peristiwa yang dahsyat dan luar biasa. Murid-murid Kristus yang lainpun pernah ragu. Yang penting adalah bahwa orang tidak terus tinggal dalam keraguan. Oleh sebab itu, bersama Tomas dan orang percaya di masa lalu, marilah kita perteguh iman kita dengan menyerukan bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Allah kita! Inilah fondasi terpenting dari iman kita! (BHS)
Apa tujuan Yohanes dalam menulis Injil Yohanes? Mari dengar penjelasan Yohanes 20:30-31! “Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab ini, tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya.” Injil Yohanes bukanlah sebuah laporan lengkap tentang segala yang telah dilakukan Yesus. Meskipun demikian, tulisan Yohanes ini ditujukan supaya orang menjadi percaya kepada Yesus Kristus sebagai sang Mesias, sang Anak Allah yang hidup. Bila seseorang percaya Kristus, ia pasti akan memiliki kehidupan yang kekal. Apa yang dituliskan oleh Yohanes tentang maksud penulisan Injil Yohanes telah menunjukkan betapa pentingnya Yesus bagi kita. Yesus bukan sekedar manusia biasa. Dialah sang Mesias yaitu Kristus yang diurapi, yang melalui-Nya, kita bisa memperoleh hidup yang kekal. Yesuslah sang Anak Allah yang telah diutus Allah Bapa untuk menjalankan misi penebusan dosa. Tanpa Kristus, kita pasti tidak akan bisa berkenan di hadapan Allah dan pasti binasa dalam dosa-dosa kita. Oleh sebab itu, marilah kita mempelajari Injil dengan makin sungguh sehingga kita dapat makin bertumbuh pula dalam iman kita pada Yesus Kristus! Mari arahkan hati dan pikiran kita pada Kristus saja dan bukan kepada yang lain, siapapun dia atau apapun itu! (BHS)
Di dalam tubuh kebangkitan-Nya, Yesus Kristus menampakkan diri-Nya kepada ke tujuh murid-Nya. Mari simak kisahnya di Yohanes 21:1-2! “Kemudian Yesus menampakkan diri lagi kepada murid-murid-Nya di pantai danau Tiberias dan Ia menampakkan diri sebagai berikut. Di pantai itu berkumpul Simon Petrus, Tomas yang disebut Didimus, Natanael dari Kana yang di Galilea, anak-anak Zebedeus dan dua orang murid-Nya yang lain.” Sesuai perintah Yesus di Markus 16:7, para murid Yesus pergi dari Yerusalem ke Galilea karena Yesus telah berjanji untuk menampakkan diri-Nya di sana. Di pantai danau Tiberias, Tuhan Yesus memang menampakkan diri kepada tujuh murid-Nya, sesuai dengan janji-Nya melalui cara dan waktu-Nya. Yesus Kristus yang telah bangkit itu, menepati apa yang telah dijanjikan-Nya untuk menemui para murid-Nya di Galilea, di mana dulu Ia merekrut mereka. Apa yang telah difirmankan-Nya pastilah akan digenapi sesuai dengan waktu Tuhan dan melalui cara Tuhan. Seperti halnya para murid di masa lalu, orang percaya di masa kinipun harus belajar untuk menaati apa saja yang dijanjikan Kristus. Di dalam ketaatan, Kristus pasti akan menepati janji-Nya karena Kristus adalah sang Anak Allah yang Maha Kuasa. Tidak ada yang mustahil bagi-Nya karena Yesus yang telah bangkit itu berkuasa untuk melakukan apa saja sesuai kehendak-Nya. Memang, tiada yang mustahil bagi Kristus! Karena itu, mari kita terus berpegang pada janji-Nya! (BHS)
Yesus berjanji untuk menemui para murid di Galilea walaupun tempat dan waktunya tidak jelas. Apa yang kemudian dilakukan oleh sebagian murid Yesus? Mari lihat kisahnya di Yohanes 21:3-4! “Kata Simon Petrus kepada mereka: "Aku pergi menangkap ikan." Kata mereka kepadanya: "Kami pergi juga dengan engkau." Mereka berangkat lalu naik ke perahu, tetapi malam itu mereka tidak menangkap apa-apa. Ketika hari mulai siang, Yesus berdiri di pantai; akan tetapi murid-murid itu tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus.” Karena para murid tidak tahu kapan Yesus akan menemui mereka, para murid pergi menangkap ikan semalaman dan hasilnya nihil. Dalam kegundahan hati, mereka tidak mengenali kehadiran Yesus. Walaupun Yesus berdiri di tepi pantai tetapi para murid tidak tahu bahwa itu Yesus. Kegundahan hati karena mereka mungkin lapar, lelah dan tidak berhasil menangkap ikan semalaman menyebabkan para murid tidak peka akan kehadiran Yesus. Pergumulan hidup sehari-hari, baik soal sandang pangan papan ataupun berbagai persoalan hidup memang bisa saja menyebabkan orang percaya untuk fokus kepada diri sendiri. Berfokus pada kegundahan diri sendiri saja memang bisa mengurangi kepekaan kita akan kehadiran Yesus dalam hidup kita. Ini hal yang harus dihindari. Oleh sebab itu, wahai orang percaya, marilah kita tidak larut dalam kegundahan hati sendiri! Marilah kita selalu peka akan kehadiran Yesus dalam hidup kita! (BHS)
Yesus menampakkan diri di tepi danau Tiberias, tetapi para murid yang sedang gundah karena semalaman tidak berhasil menangkap ikan, tidaklah menyadari kehadiran Yesus. Apa yang terjadi selanjutnya? Mari lihat kisahnya di Yohanes 21:5-6! “Kata Yesus kepada mereka: "Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-pauk?" Jawab mereka: "Tidak ada." Maka kata Yesus kepada mereka: "Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh." Lalu mereka menebarkannya dan mereka tidak dapat menariknya lagi karena banyaknya ikan.” Petrus dan murid lain, banyak yang berlatar belakang nelayan. Karenanya, ikan yang begitu banyak adalah mujizat besar karena mereka berani taat melangkah. Walaupun Petrus dan para murid lain tidak mengenali Kristus pada waktu itu, tetapi mereka mau menaati Kristus sewaktu mereka diperintahkan untuk menebarkan jala mereka ke kanan perahu. Keberanian untuk melangkah di dalam iman di tengah segala ketidak pastian merupakan hal yang sangat penting bagi setiap murid Kristus. Meskipun demikian, kita harus selalu mengingat bahwa hasil dari ketaatan itu adalah semata-mata anugerah Tuhan. Oleh sebab itu, bila kita mengalami ketidak pastian dalam hidup, beranilah melangkah. Dengan cara-Nya, Tuhan pasti akan menolong walaupun hasilnya belum jelas. Masalahnya, beranikah kita melangkah sewaktu kita tidak merasa ada tuntunan yang jelas? Marilah kita melangkah maju! (BHS)
Apa yang dilakukan Petrus setelah ia mendengar bahwa orang yang ada di tepi pantai itu Yesus? Ini kisahnya di Yohanes 21:7-8. “Maka murid yang dikasihi Yesus itu berkata kepada Petrus: "Itu Tuhan." Ketika Petrus mendengar, bahwa itu adalah Tuhan, maka ia mengenakan pakaiannya, sebab ia tidak berpakaian, lalu terjun ke dalam danau. Murid-murid yang lain datang dengan perahu karena mereka tidak jauh dari darat, hanya kira-kira dua ratus hasta saja dan mereka menghela jala yang penuh ikan itu.” Mujizat jala yang penuh ikan menyadarkan para murid tentang kehadiran Yesus sehingga mereka bergegas untuk menemui Yesus di tepi danau. Yesus Kristus, sang Anak Allah, baik semasa hidupnya maupun setelah Ia bangkit, tetap Maha Kuasa. Mujizat jala yang penuh ikan pernah dialami oleh Petrus, Yohanes, dan Yakobus di awal pelayanan Yesus Kristus seperti yang diceritakan di Lukas 5. Tidaklah heran kalau Yohanes, murid yang dikasihi Yesus, langsung sadar bahwa orang yang di pantai itu adalah Yesus sehingga semuanya kemudian bergegas menemui Yesus. Karena Yesus Kristus adalah sang Anak Allah, maka kuasa-Nya memang tidak berubah dari kekal sampai kekal. Mujizat yang ditunjukkan Yesus Kristus adalah memang merupakan tanda dari keilahian Yesus Kristus. Yesus Kristus memang tetap berkuasa, baik selama ia hidup di bumi, setelah Ia bangkit, dan sampai selama-lamanya. Marilah kita selalu bersyukur kepada Allah karena kuasa Yesus Kristus. (BHS)
Apa yang terjadi sewaktu para murid sampai di tepi danau Tiberias untuk bertemu Yesus yang telah bangkit? Yohanes 21:9-10 menceritakan kisahnya. “Ketika mereka tiba di darat, mereka melihat api arang dan di atasnya ikan dan roti. Kata Yesus kepada mereka: "Bawalah beberapa ikan, yang baru kamu tangkap itu." Setelah mujizat jala yang penuh ikan yang terjadi sebelumnya, Yesus secara nyata menyediakan ikan dan roti di atas api arang. Ini bukanlah sebuah ilusi tetapi ini adalah sebuah demonstrasi kuasa kebangkitan Yesus Kristus. Yesus Kristus memang sang Anak Allah yang berkuasa yang memiliki tubuh kebangkitan yang bukan maya tetapi nyata. Makan ikan dan roti membuktikan bahwa Ia memang benar-benar hidup. Telah beberapa kali Yesus Kristus menampakkan diri-Nya kepada murid-murid-Nya. Apa maksud semuanya itu? Yesus Kristus telah menunjukkan bahwa Ia telah bangkit dan hidup kembali. Kuasa maut telah dikalahkan. Misi penebusan manusia yang diberikan Allah Bapa kepada Yesus Kristus telah terlaksana. Yesus Kristus telah menang. Kemenangan ini ditunjukkan berkali-kali melalui kehadiran Yesus dalam tubuh yang nyata yaitu tubuh kebangkitan yang nantinya akan naik ke sorga. Ini bukan tubuh ilusi tetapi ini tubuh nyata. Semuanya ini menunjukkan bahwa Yesus Kristus memang benar-benar sudah bangkit. Marilah kita bersyukur bahwa iman Kristen kita didasarkan pada kebangkitan Kristus yang nyata dan bukan ilusi. Yesus sungguh hidup. (BHS)
Bagaimana dampak mujizat jala penuh ikan itu terhadap para murid? Marilah dengar kisahnya di Yohanes 21:11-12! “Simon Petrus naik ke perahu lalu menghela jala itu ke darat, penuh ikan-ikan besar: seratus lima puluh tiga ekor banyaknya, dan sungguhpun sebanyak itu, jala itu tidak koyak. Kata Yesus kepada mereka: "Marilah dan sarapanlah." Tidak ada di antara murid-murid itu yang berani bertanya kepada-Nya: "Siapakah Engkau?" Sebab mereka tahu, bahwa Ia adalah Tuhan.” Setelah semalaman gagal mendapat ikan, para murid mendapat 153 ikan besar di jala mereka karena mereka menaati apa yang disampaikan Kristus. Hal ini telah meneguhkan hati mereka untuk meyakini bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan yang berkuasa. Keragu-raguan seputar kebangkitan Yesus Kristus semula memang menghinggapi para murid. Meskipun demikian, melalui berbagai peristiwa di mana Yesus Kristus menampakkan diri-Nya, para murid menjadi tahu dan yakin bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan. Tidak hanya di zaman Kristus, keyakinan bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Anak Allah yang telah bangkit dan hidup selama-lamanya adalah keyakinan yang harus juga dimiliki oleh setiap orang percaya. Inilah keyakinan dasar iman Kristiani kita. Hanya karena Yesus telah bangkit dan menang dari kuasa mautlah, kita yang percaya kepada Yesus Kristus, dapat memiliki hidup yang kekal. Oleh sebab itu, marilah kita terus berpegang teguh bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan! (BHS)
Perjamuan makan di tepi danau Tiberias terjadi antara Yesus Kristus yang sudah bangkit dengan murid-murid-Nya. Mari kita lihat kisahnya di Yohanes 21:13-14! “Yesus maju ke depan, mengambil roti dan memberikannya kepada mereka, demikian juga ikan itu. Itulah ketiga kalinya Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya sesudah Ia bangkit dari antara orang mati.” Setelah para murid meyakini bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan, maka mereka diundang Kristus untuk ikut serta makan ikan bakar dan roti di tepi danau Tiberias. Berbeda dengan perjamuan terakhir sewaktu perayaan Paskah, perjamuan di tepi danau ini adalah perjamuan setelah Yesus bangkit. Inilah adalah perayaan bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan. Perjamuan di tepi danau Tiberias antara Yesus Kristus dan para murid-Nya adalah perjamuan kemenangan Kristus yang didasarkan pada iman bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan. Karena keyakinan iman inilah, para pengikut Kristus di zaman kekaisaran Roma dulu mengalami penganiayaan besar karena mereka tidak mau berikrar bahwa kaisar Roma adalah Tuhan. Pengakuan bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan adalah pengakuan iman orang Kristen di sepanjang segala abad. Hanya Kristuslah Tuhan dan tiada yang lain. Di tengah hiruk pikuk berbagai pandangan dan keanekaragaman keyakinan di masa kini, marilah kita terus memperbaharui iman kita dengan tetap mengikrarkan bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan! Amin! (BHS)
Setelah perjamuan di tepi danau Tiberias, apa ajakan Yesus Kristus yang sudah bangkit itu kepada Simon Petrus? Mari lihat ajakan Yesus di Yohanes 21:15! “Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." Petrus memang bersemangat membela Yesus tetapi dia juga telah menyangkal Yesus. Dalam pergumulan imannya ini, Petrus sadar akan kelemahan dirinya dan betapa rapuh kasih yang ada dalam dirinya. Meskipun demikian, Yesus tetap mau mengutus Petrus untuk menggembalakan umat-Nya. Dalam pergumulan imannya, Simon Petrus yang pernah menyangkal Yesus pastilah merasa tidak dapat mengasihi sebagaimana Yesus telah mengasihinya. Dalam kesadaran penuh akan kelemahan dirinya, Petrus tetap mau belajar untuk mengasihi. Di dalam anugerah-Nya, Yesus Kristuspun tetap berkenan untuk mengutus Petrus dengan segala kelemahannya itu untuk menggembalakan umat Tuhan. Panggilan pelayanan kepada orang percaya yang penuh kelemahan itu teruslah berkumandang sampai masa kini. Oleh sebab itu, marilah kita bersama-sama belajar melayani umat Tuhan dengan tidak bersandar pada kekuatan diri sendiri! Marilah kita belajar melayani atas dasar kekuatan Tuhan semata! (BHS)
Petrus telah ditanya Yesus satu kali apakah ia mengasihi-Nya. Untuk kedua kalinya, di Yohanes 21:16, ia ditanya lagi. “Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." Petrus sadar betul bahwa Ia pernah menyangkal Yesus tiga kali. Ia sadar betul bahwa dirinya belum bisa mengasihi Yesus dengan kasih ilahi karena ia marasa lemah. Meskipun demikian, Yesus Kristus tetap mau mengutus dan memberi kesempatan bagi Petrus untuk menggembalakan umat Tuhan. Petrus hanya perlu bersandar terus pada Kristus. Di dalam anugerah-Nya yang begitu besar, Yesus Kristus tetap mempercayakan tugas penggembalaan umat Tuhan kepada Petrus yang lemah dan tidak sempurna. Petrus, sebagai gembala umat, justru tidak boleh bergantung pada kemampuan diri sendiri saja. Kekuatan yang dari Allahlah yang harus menjadi tumpuan dasar dari tugas penggembalaan umat Tuhan. Oleh sebab itu, wahai para gembala umat, janganlah risau dan gelisah karena ketidak-sempurnaan dan kelemahan kita! Marilah kita terus melayani Tuhan di dalam kekuatan Tuhan! Janganlah bersandar pada kekuatan diri sendiri! Inilah yang Tuhan kehendaki bagi kita semua. Di dalam kelemahan, kuasa Tuhanlah yang akan menjadi lebih nyata. (BHS)
Menggembalakan umat adalah tanggung jawab penting. Bagaimana cara Kristus untuk memberikan pesan penting ini? Mari lihat Yohanes 21:17! “Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku.” Walaupun sedih, tetapi Petrus sadar betul bahwa ia hanya mampu mengasihi Yesus dengan kasih seorang teman dan bukan kasih ilahi. Meskipun demikian, merasa siap ataupun tidak, Petrus tetap diutus menggembalakan umat. Tugas menggembalakan domba-domba Kristus yaitu umat percaya merupakan tanggung jawab para murid Kristus yang telah dipanggil-Nya. Terlepas dari rasa tidak mampu dan rasa lemah diri seperti halnya yang terjadi pada Petrus, tugas penggembalaan umat itu begitu pentingnya sampai-sampai Kristus mengulangnya tiga kali. Oleh sebab itu, wahai para pelayan Kristus, marilah kita terus setia dalam mengerjakan tugas panggilan kita dalam berbagai kapasitas pelayanan kita! Janganlah kita cepat menyerah kalah karena adanya berbagai tantangan dan cobaan! Tugas penggembalaan memang tidaklah mudah. Tetapi, dalam kekuatan yang dianugerahkan Allah, kita pasti kuat dalam menghadapinya. Ayolah! (BHS)
Pergumulan apa yang akan dialami Petrus dalam ia menjalankan perintah Kristus untuk menggembalakan domba-domba-Nya? Mari dengar perkataan Kristus di Yohanes 21:18! “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki." Pada masa itu, panggilan menjadi pengikut Kristus adalah panggilan penderitaan. Itulah yang akan terjadi pada Petrus. Tugas penggembalaan umat Tuhan yang diemban Petrus memanglah bukan tugas yang mudah dijalankan. Seperti di zaman dulu, panggilan Yesus Kristus untuk menggembalakan umat-Nya teruslah berkumandang sampai masa sekarang ini. Orang percaya di sepanjang segala abad telah dipanggil Tuhan untuk ikut serta dalam menggembalakan umat Tuhan supaya umat Tuhan bisa makin dewasa dalam iman dan kesaksian mereka. Hanya saja sayangnya, karena penderitaan ataupun tawaran kenikmatan dunia, tugas penggembalaan ini sering lalai dijalankan dengan setia. Ini haruslah dihindari. Oleh sebab itu, marilah kita bertobat dan memperteguh hati dan pikiran kita dalam komitmen kepada Kristus! Marilah kita tetap setia dalam menggembalakan umat Tuhan walaupun banyak sekali tantangan menghadang! Tuhan pasti menolong. (BHS)
Yesus Kristus telah menyampaikan bahwa pada waktu Petrus menjadi tua, ia tidak bisa melakukan apa yang diinginkannya karena ia akan kehilangan kebebasannya. Apa maksud Yesus? Mari baca Yohanes 21:19! “Dan hal ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: "Ikutlah Aku." Sejarah gereja memang mencatat bahwa Rasul Petrus memang akhirnya mati martir di bawah pemerintahan Roma karena ia setia menggembalakan umat Tuhan dan setia mengikut Kristus. Walaupun dianiaya, ia tidak pernah lagi menyangkal Kristus. Ia setia mengikut Kristus sampai mati. Kematian Petrus telah membawa kemuliaan bagi Allah. Di masa lalunya, karena rasa takutnya, Petrus memang pernah menyangkal Kristus tiga kali. Meskipun demikian, setelah kebangkitan-Nya, Yesus Kristus tetap mempercayakan Petrus tugas penggembalaan umat Tuhan. Tugas penting ini diberikan Kristus justru kepada orang yang pernah gagal seperti Petrus. Tugas penggembalaan dan pelayanan gereja Tuhan tidaklah diberikan kepada orang yang tidak pernah gagal, tetapi Yesus Kristus justru tetap berkehendak untuk menggunakan kita yang lemah dan pernah gagal seperti Petrus untuk membangun gereja-Nya. Di dalam kuasa kebangkitan Kristus sajalah, orang-orang lemah seperti kita dapat tetap setia dan membawa kemuliaan bagi Allah. Marilah kita tetap setia! (BHS)
Merespons panggilan Yesus, Petrus datang kepada Kristus dengan diikuti oleh Yohanes. Apa yang ditanyakan Petrus tentang Yohanes? Mari lihat Yohanes 21:20-21! “Ketika Petrus berpaling, ia melihat bahwa murid yang dikasihi Yesus sedang mengikuti mereka, yaitu murid yang pada waktu mereka sedang makan bersama duduk dekat Yesus dan yang berkata: "Tuhan, siapakah dia yang akan menyerahkan Engkau?" Ketika Petrus melihat murid itu, ia berkata kepada Yesus: "Tuhan, apakah yang akan terjadi dengan dia ini?" Mendengar bahwa ia akan mati martir, Petrus rupanya ingin tahu apa yang akan terjadi pada Yohanes. Rasa ingin tahu tentang masa depan menunjukkan bahwa manusia memang tidak berkuasa atas masa depannya. Rasa ingin tahu tentang masa depan memang merupakan naluri dasar dari manusia. Di dalam segala kelemahan dan keterbatasannya, manusia melalui berbagai cara membuat spekulasi dan prediksi akan masa depannya. Hanya saja, tidak ada seorangpun yang dapat mengetahui secara pasti hari depan, kecuali Allah. Oleh sebab itu, setiap orang haruslah mengakui kebesaran Allah yang berkuasa atas masa depan manusia. Allah dalam Yesus Kristus adalah Allah yang berkuasa dari dulu, sekarang, dan sampai selama-lamanya. Marilah kita mengakui dan mengumandangkan kebesaran Allah yang menguasai masa depan kita! Karena Allah ada di masa depan kita, marilah kita tidak berkuatir akan masa depan kita! Terpujilah Tuhan! (BHS)
Bagaimana respons Yesus Kristus terhadap rasa ingin tahu Petrus tentang masa depan Yohanes? Mari lihat Yohanes 21:22-23! “Jawab Yesus: "Jikalau Aku menghendaki, supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu. Tetapi engkau: ikutlah Aku." Maka tersebarlah kabar di antara saudara-saudara itu, bahwa murid itu tidak akan mati. Tetapi Yesus tidak mengatakan kepada Petrus, bahwa murid itu tidak akan mati, melainkan: "Jikalau Aku menghendaki supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu." Yesus Kristus menegaskan bahwa masa depan ada di tangan-Nya. Yang penting, Petrus perlu tetap setia mengikut Kristus. Spekulasi bahwa Yohanes tidak akan mati hanyalah berita bohong semata. Kesetiaan dalam mengikut Kristus adalah hal terpenting bagi seorang pengikut Kristus. Rasa ingin tahu hari depan justru bisa berakibat buruk karena ini sering hanya menimbulkan spekulasi-spekulasi akan masa depan yang menyibukkan orang, padahal sebenarnya sama sekali tidak bermanfaat. Bahkan, fokus yang salah ini justru bisa menimbulkan berita-berita bohong yang sangat mengganggu bagi pertumbuhan iman orang percaya. Oleh sebab itu, marilah kita tidak berkuatir dan tidak terobsesi dengan rasa ingin tahu akan masa depan! Ingatlah selalu bahwa Allah berkuasa atas masa depan kita. Yang penting bagi kita adalah kita tetap setia mengikut Kristus. Sepanjang jalan Tuhan pimpin, itu cukup bagi kita. (BHS)
Sebagai penutup dari Injil Yohanes, apa pesan penting yang hendak disampaikan oleh Rasul Yohanes? Mari lihat pesannya di Yohanes 21:24-25! “Dialah murid, yang memberi kesaksian tentang semuanya ini dan yang telah menuliskannya dan kita tahu, bahwa kesaksiannya itu benar. Masih banyak hal-hal lain lagi yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu.” Rasul Yohanes menegaskan bahwa apa yang ia saksikan melalui tulisannya ini adalah benar adanya. Karena Yesus hidup selamanya, maka apa yang telah diperbuat-Nya di sepanjang masa tidaklah cukup dimuat dalam buku. Melalui kematian dan kebangkitan-Nya, Yesus Kristus telah menyelesaikan misi penebusan Allah Bapa. Karya penebusan Kristus ini telah menjadi jalan keselamatan bagi orang yang mau percaya kepada-Nya. Perbuatan baik Kristus bagi manusia tidaklah terhitung jumlahnya karena begitu banyaknya. Oleh sebab itu, setelah kita belajar Injil Yohanes, marilah kita semua memuji kebesaran Allah yang telah mengaruniakan Yesus Kristus bagi kita manusia! Marilah kita senantiasa yakin dan percaya bahwa Yesuslah sang Anak Allah yang telah menjelma menjadi manusia! Hanya di dalam Yesus sajalah, kita mengalami penebusan dosa dan memperoleh hidup kekal. Segala puji dan hormat bagi Yesus Kristus saja! Haleluya! Amin! (BHS)