RENUNGAN
.co
christian
online
Renungan

Dampak Tutur dan Sikap Orangtua Terhadap Anak Berdasarkan Kisah Raja Daud

Dari Renungan

Langsung ke: navigasi, cari

Dampak Tutur dan Sikap Orangtua Terhadap Anak Berdasarkan Kisah Raja Daud

Oleh: Wahyu Wibisana

Sepanjang kisah perjalanan bangsa Israel mulai dari pemerintahan Saul sampai dengan kehidupan para raja Israel dan Yehuda, Raja Daud menjadi tokoh yang banyak disebut dalam Alkitab. Begitu juga ketika Tuhan Yesus lahir dan hidup di dunia, Daud menjadi tokoh tipologi Yesus yang penggenapannya terjadi pada saat Tuhan Yesus datang (Mat. 1:1, 20; Luk. 1:32; Yoh. 7:42). Sebagai pemimpin bangsa, Daud berhasil dalam banyak bidang. Tetapi penting untuk melihat lebih dalam kehidupan keluarga Daud sebagai bahan studi untuk melihat model setiap keluarga dalam menjalankan pendidikan.

  1. Keteladanan Dalam Hidup Takut Akan Tuhan Daud mempunyai sikap hati yang sangat baik dalam relasinya dengan Tuhan. Ia adalah orang yang tulus dan sangat mengasihi Tuhan. Kesungguhannya dalam mengasihi Tuhan dibuktikan melalui ungkapan-ungkapan serta tindakannya yang diakui oleh Tuhan dan manusia. Daud tidak bisa menerima ejekan Goliat dan tentara Filistin yang menghina Allah (1 Sam. 17:26, 45). Daud berusaha menjauhi dosa untuk membunuh Saul karena menyadari bahwa ia tidak berhak melakukan pembalasan (1 Sam. 24:11, 13). Juga kasihnya kepada Allah nyata dari keinginannya yang kuat untuk membangun rumah Tuhan (2 Sam. 7:2). Sikap takut akan Tuhan yang dimiliki Daud menjadi dasar bagi Allah untuk mengukur kesetiaan raja-raja Yehuda selanjutnya. Ketika Allah mengadakan perjanjian dengan Salomo, Allah mengingatkan Salomo agar hidup seperti Daud (1 Raja 9:4). Allah selalu menjadikan Daud sebagai raja yang hidup tulus dan benar di hadapanNya. Bahkan beberapakali Tuhan menahan murka-Nya karena mengingat perjanjian-Nya dengan Daud (2 Raja 8:19). Sikap Daud sebagai pemimpin bangsa serta kepala keluarga juga mempengaruhi kehidupan dan perkembangan iman anak-anaknya. Contoh nyata yang disampaikan Alkitab ialah kehidupan iman Salomo sebagai raja yang memerintah dengan hidup takut akan Tuhan sehingga Allah memberkati pemerintahan Salomo (I Raja 10:14-29).

  2. Poligami Merusak Kesatuan Keluarga Seperti raja-raja pada umumnya, Daud juga terjebak dalam pernikahan poligami. Ia menikah dengan Mikhal anak Saul (1 Sam. 18:27), Ahinoam perempuan Yizreel (1 Sam. 25:43), Abigail janda Nabal (1 Sam 25:42), Maakha ibu Absalom (2 Sam. 3:3), Hagit ibu Adonia (2 Sam. 3:4), Abital dan Egla (2 Sam. 3:4-5), Batsyeba ibu Salomo (2 Sam. 11), isteri dan gundik lain (1 Taw. 3:6-9). Pernikahan poligami Daud mengakibatkan kekacauan dalam rumah tangganya. Anak-anaknya pun berkompetisi memperebutkan perhatian Daud. Persaingan mereka juga nampak pada masa tua Daud dimana Adonia berusaha memperebutkan kursi kerajaan dari Salomo (1 Raja 1). Poligami Daud pun mempengaruhi kehidupan Salomo. Meskipun menjadi raja yang sangat bijaksana, Salomo pun melakukan poligami, mempunyai 700 isteri serta 300 gundik (I Raja 11:3). Akibatnya ialah Salomo terseret dalam dosa penyembahan berhala yang diyakini oleh para isterinya. Kehidupan Raja Daud mengajar setiap orangtua untuk berhati-hati dalam bertutur dan bertindak. Keteladanan maupun kegagalan yang orangtua lakukan mempengaruhi perkembangan anak. Mungkin dampaknya kita temukan dalam waktu cepat maupun saat mereka sudah dewasa.