RENUNGAN
.co
christian
online
Renungan

Mendidik Melalui Teladan

Dari Renungan

Langsung ke: navigasi, cari

Mendidik Melalui Teladan

Oleh: Yeni Krisma, MTh

Salah satu prinsip dalam pembelajaran kepada anak balita ialah melalui percontohan orang tua, yang lebih kuat pengaruhnya dibandingkan dengan pendidikan kognitif. Disini anak melihat langsung keteladanan orang tua dalam menyikapi berbagai masalah. Anak juga ingin membuktikan apakah tindakan orang tua selaras dengan didikan yang disampaikannya.

Berdasarkan metode pendidikan yang dikemukakan Robert Pazmino, percontohan merupakan bukti bahwa orang tua selaku pengajar tidak sekedar menyampaikan pengetahuan. Seperti yang dilakukan Tuhan Yesus sebagai The Master Teacher, salah satu metode pengajaran yang diterapkan ialah menghidupi ajaran-Nya. Tidak sekedar mengajar tentang pengampunan melainkan Ia sendiri menghidupi ajaran-Nya melalui doa pengampunan yang diberikan-Nya kepada orang-orang yang menyalibkan Dia (Luk. 23:34).

Prinsip Pendidikan Melalui Percontohan Keluarga Eli

  1. Melihat Model yang Salah

    Kasus yang terjadi dalam kehidupan keluarga Imam Eli menarik untuk diangkat sebagai bahan kajian bagi pendidikan anak balita. Hal tersebut karena pengalaman keluarga ini membawa pengaruh bagi perkembangan Samuel, yang tinggal bersama dengan Imam Eli di Silo setelah Hana menyerahkan Samuel menjadi hamba Tuhan melalui.

    Sebagai senior, tentu Imam Eli mendidik Samuel dalam berbagai pengetahuan serta pengalaman bagaimana menjadi seorang pelayan Tuhan. Ia berhasil mengarahkan Samuel sehingga bertumbuh menjadi anak yang hidup dekat dengan Tuhan. Pertumbuhan iman Samuel menjadikannya seorang yang semakin disukai oleh manusia dan Tuhan (1 Sam 2:26). Keterangan tersebut membuktikan bahwa Samuel memiliki kualitas hidup yang layak dipercayakan sebagai pemimpin masa depan. Pada akhirnya Samuel mampu melaksanakan tanggung jawab dengan baik selama melayani sebagai nabi, imam dan hakim. Ia menjadi hamba Tuhan yang tegas menegakkan kebenaran, hormat kepada Allah serta setia dalam kehidupan doanya (1 Sam 12:23). Itu sebabnya pada saat Samuel meninggal, bangsa Israel meratapinya karena sangat kehilangan (1 Sam 25:1).

    Sisi lain kehidupan Imam Eli yang kemudian juga berpengaruh dalam kehidupan Samuel ialah kegagalannya dalam melaksanakan pendidikan keluarga. Apa yang terjadi dalam kehidupan Imam Eli di kemudian hari terjadi juga dalam rumah tangga Samuel. Meskipun tidak separah anak-anak Eli, salah satu alasan mengapa bangsa Israel meminta raja ialah karena anak-anak Samuel tidak hidup seperti dia (1 Sam 8:5). Mereka mengejar laba, menerima suap dan memutarbalikkan keadilan. Mengapa hal tersebut bisa terjadi?

    Selain karakter anak-anak Samuel yang tidak baik, Samuel juga tidak memperoleh contoh bagaimana mendidik anak maupun membina keluarga yang takut akan Tuhan. Samuel membutuhkan model yang dapat memberikan konsep sebuah rumah tangga serta fungsi orang tua sebagai pendidik bagi anak-anaknya. Kemungkinan juga apa yang dilakukan Eli dalam menegur anak-anaknya juga dicontoh oleh Samuel sehingga meskipun Samuel tegas terhadap orang lain tetapi tidak terhadap anak-anaknya.

  2. Anak Tanpa Disiplin

    Sebagai kepala keluarga dan sekaligus imam, Eli tidak dapat menerapkan disiplin terhadap anak-anaknya. Segala kejahatan yang dilakukan anak-anaknya tidak ditindak tegas melainkan hanya memberikan teguran (I Sam 2:23-25). Padahal dalam peraturan keimamam seharusnya mereka dikucilkan dari jabatannya sebagai imam. Akibatnya mereka tidak mempunyai rasa segan atau hormat kepada Eli. Beverly La Haye menjelaskan bahwa disiplin adalah bagian dari sifat yang dibangun orang tua dalam diri anak yang akan memberi jalan kehidupan kepada anak di mana disiplin tersebut menjadi efektif bila berjalan bersama kasih. Kitab Amsal banyak mengupas prinsip Alkitab dalam mendisiplinkan anak sebagai tindakan mendidik untuk kebaikan anak (Ams 3:18; 6:20-23).