RENUNGAN
.co
christian
online
Renungan

Waktu untuk Anak

Dari Renungan

Langsung ke: navigasi, cari

Oleh: Wahyu Wibisana

Suatu malam seorang anak bertanya pada ayahnya, “Ayah, sehari Ayah bekerja berapa jam?”
“Ayah bekerja selama 12 jam, Nak. Memang ada apa?” tanya sang ayah penasaran.
“Ah, tidak. Sehari Ayah digaji berapa sih?” tanya si kecil polos.
“Dalam sehari ayah digaji Rp 600 ribu. Ah sudahlah, Ayah sibuk, kamu main lagi ya!” kata si ayah sambil asyik dengan laptopnya.
Tiga hari kemudian si anak kembali bertanya. “Yah, kalau sehari 600 ribu, berarti sejam Ayah dibayar Rp 50.000 ya?”
“Anak pintar, ya begitulah. Per jam ayah dibayar Rp 50.000. Itu semua untuk bayar sekolahmu, makanmu, beli bajumu dan lain-lain,” kata sang ayah.
“Wah, mahal banget harga jam kerja Ayah,” celetuk si anak.
“Kamu kenapa sih dari tiga hari lalu tanya-tanya terus. Mending kamu main sana, jangan ganggu Ayah ya!” kata sang ayah dan kembali dia sibuk dengan laptopnya. Dan si anak tidur karena dapat perintah itu.
Di malam keempat si anak kembali bertanya, “Yah, kalau per jam Ayah dibayar kurang dari Rp 50.000, mau tidak?”
“Ya tidak bisa, Sayang. Tarif ayah Rp 50.000 per jam,” kata ayahnya.
“Yah, aku boleh pinjam Rp 10.000 dari Ayah!” kata si kecil lugu.
“Pokoknya aku mau pinjam, besok aku ganti!”
“Sekarang sudah malam, kamu mau beli apa? Besok Ayah beliin, sekarang tidur saja! Ayah sibuk menyelesaikan pekerjaan dulu,” bujuk ayahnya.
“Gak bisa, aku butuh Rp 10.000 sekarang!” rengek sang anak.
“Besok saja! Kalau ayah bilang besok, ya besok!” kata ayahnya kesal.
Si anak hanya merengek dan berjalan masuk ke kamarnya dengan sangat sedih. Di dalam kamar dia hanya menangis terus meski ibunya sudah membujuk. Akhirnya sang ibu membujuk suaminya untuk masuk menemui anak semata wayang mereka.
Saat masuk ke kamar, sang ayah melihat anaknya menangis dengan sangat sedih. Karena iba, si ayah kemudian menyodorkan uang Rp 10.000 pada anaknya. “Ini, sudah jangan menangis lagi!” kata si ayah.
Anak itu tampak senang. Kemudian dia meminta ayahnya menunggu di tempat tidurnya. Dan dia lari ke lemarinya. Tak lama dia sudah datang lagi sambil memberikan uang sebanyak Rp 50.000 pada ayahnya. “Ini buat Ayah!” kata si anak.
Si ayah bingung. “Loh, kok buat ayah?”
“Iya aku mau bayar satu jam kerja Ayah, biar bisa temanin aku tidur! Karena Ayah jarang sekali mau nemanin aku tidur!” kata si anak dengan ceria.
Cerita di atas mungkin bagi sebagian orang adalah hal yang sepele, namun tidak bagi seorang anak yang butuh kasih sayang dari orang tuanya. Bagi mereka asalkan bisa mendapatkan apa yang mereka harapkan, anak bersedia untuk lakukan itu. Namun orang tua terkadang merasa sudah memberikan yang terbaik buat anaknya, tapi wujudnya hanya berupa materi, bukan kasih sayang yang sesungguhnya. Orang tua selalu sibuk dengan pekerjaannya sehingga tak punya waktu dengan anaknya. Mereka lebih senang menyerahkan pendidikan anaknya pada seorang pembantu atau baby sister.
Padahal sebagai seorang pengikut Yesus Kristus, kita pasti tahu bagaimana Yesus sebagai teladan seperti yang tertuang dalam Markus 10:13-16, Dia tetap mau mengasihi dan memeluk anak-anak yang datang padaNya. Bahkan Dia memarahi para murid yang mengusir anak-anak untuk datang kepadaNya. Bagaimana dengan kita? (ww)