Dari Renungan
Tanggal: 19 Desember
Jangan pernah bersimpati dengan orang yang berada dalam suatu situasi sulit, yang dapat membuat Anda (malah) menyimpulkan bahwa Allah kejam terhadapnya. Allah dapat lebih lembut daripada yang dapat kita perkirakan. Dan, kadang-kadang Dia memberi kita kesempatan untuk menyaksikan hal itu dalam hidup seseorang.
Lalu, apabila kita menemukan bahwa seseorang tidak dapat berserah kepada Allah, itu karena dia memiliki sesuatu yang tersembunyi yang tidak mau dia serahkan. Dia bisa saja mengakui dosanya, tetapi dia tidak akan berserah karena merasa masih dapat terbang dengan kekuatan sendiri. Tidak mungkin bagi kita untuk bersimpati dengan orang-orang semacam ini. Kita harus menjangkau jauh ke dalam kehidupan mereka, sampai ke akar permasalahan, yang menyebabkan permusuhan dan penolakan terhadap pesan atau pemberitaan tentang Allah yang disampaikan kepada mereka. Orang-orang menghendaki berkat Allah, tetapi mereka tidak dapat menerima hal yang menusuk begitu dalam sampai inti permasalahannya.
Jika Anda peka terhadap jalan Allah, berita yang Anda sampaikan sebagai pelayan-Nya dengan tegas akan memotong sampai ke akar permasalahan. Jika tidak, tidak akan ada penyembuhan. Kita harus menyampaikan pesan itu dengan sangat tegas sehingga pendengar tidak akan menyembunyikan sesuatu, melainkan menerima dan melakukan kebenaran. Hadapi orang-orang dengan situasi yang mereka hadapi sampai mereka mulai menyadari kebutuhan mereka yang sesungguhnya. Kemudian, hadapkan standar Yesus Kristus untuk hidup mereka. Tanggapan mereka mungkin, "Kita tidak pernah bisa seperti itu." Namun, tegaskan poinnya bahwa "Yesus Kristus mengatakan, Anda harus." "Namun, bagaimana bisa?" katanya lagi. Jawablah, "Anda memang tidak mampu, kecuali Anda memiliki Roh yang baru." Lihat Lukas 11:13.
Intinya, harus tercipta rasa membutuhkan sebelum pemberitaan Anda berguna. Ribuan orang di dunia ini mengaku bahagia tanpa Allah. Namun, jika kita benar-benar bisa bahagia dan bermoral tanpa Yesus, mengapa Dia datang? Dia datang karena kebahagiaan dan kedamaian duniawi itu hanya tampak dari luar -- superficial. Yesus Kristus datang untuk "membawa pedang" bagi setiap jenis damai yang tidak didasarkan pada hubungan pribadi dengan-Nya."