Dari Renungan
Tanggal: 19 Mei
Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? (Roma 8:35)
Allah tidak membuat anak-Nya kebal dari kesesakan; Dia berjanji,"Aku akan menyertai dia dalam kesesakan"(Mazmur 91:15).
Tidak menjadi soal betapa nyata atau menyesakkan kesukaran itu; tidak ada kesukaran yang dapat memisahkan seseorang dari hubungannya dengan Allah. "Tetapi, dalam semuanya itu kita lebih daripada orang orang yang menang... " (Roma 8:37).
Paulus di sini tidak berbicara tentang hal yang khayali, melainkan tentang hal-hal yang nyata-nyata membawa kepada keputusasaan; dan dia menyatakan bahwa kita adalah "pemenang sempurna" di tengah kesukaran itu, bukan karena kecerdikan kita sendiri ataupun keteguhan hati kita, atau oleh hal lainnya, melainkan karena semua kesukaran itu tidak berpengaruh pada hubungan kita yang esensial dengan Allah di dalam Yesus Kristus. Karena benar atau salah, kita adalah di mana kita berada, persis dalam kondisi tempat kita berada. Saya merasa kasihan terhadap orang Kristen merasa yang tidak pernah menghadapi kesukaran sehingga ia tahu apa artinya berharap hal-hal itu diangkat dari hidupnya.
"Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan... ?" Penindasan tidak pernah menjadi hal yang enak. Namun, apa pun bentuknya -- kelelahan, sakit hati atau sekadar penyebab suatu kelemahan -- itu takkan sanggup "memisahkan kita dari kasih Kristus'. Jangan sekali-kali membiarkan penindasan atau "kekhawatiran dunia ini" memisahkan Anda dari fakta bahwa Allah mengasihi Anda.
"Kesengsaraan ...?" Dapatkah kasih Allah tetap kokoh di hati kita, bahkan ketika setiap orang dan segala sesuatu di sekitar tampaknya mengatakan bahwa kasih Allah itu dusta, dan bahwa tidak ada keadilan?
"Kelaparan ...?"Dapatkah kita tidak hanya memercayai kasih Allah tetapi menjadi "lebih daripada orang-orang yang menang", bahkan selagi kita kelaparan? Ketika sepertinya seluruhnya mempertanyakan kasih Allah, atau sesuatu yang luar biasa terjadi atas seseorang yang berpaut pada kasih-Nya, bisikan dapat datang mengatakan, Yesus Kristus itu seorang penipu atau bahkan mengatakan telah menipu Paulus. Logika pun bungkam dihadapkan dengan hal-hal itu. Hanya satu hal dalam situasi seperti ini -- kasih Allah di dalam Kristus Yesus. Dan, kita pun akan mengatakan, "Dari kehancuran aku bangkit". Setiap waktu.