Dari Renungan
Tanggal: 25 November
Ketika seseorang baru dilahirkan kembali, ia kacau, inkonsisten, ada emosi yang bercampur baur antara yang rohani dan yang terjadi di luar dirinya. Di dalam hidup Rasul Paulus terdapat konsistensi yang kuat dan kokoh. Akibatnya, berbagai hal di luar dirinya boleh terjadi, tetapi hal itu tidak menekannya karena dia berakar dan beralas di dalam Tuhan. Kebanyakan dari kita tidak konsisten secara rohani karena kita lebih peduli tentang menjadi konsisten secara luaran atau lahiriah. Paulus hidup bertumpu di landasan yang bersumber pada Tuhan; para pengkritiknya hidup berdasarkan landasan yang lain, dan keduanya "tidak dapat ketemu" satu sama lain. Ketetapan/konsistensi hidup Paulus adalah pada hal-hal yang mendasar. Dasar utama konsistensinya adalah Allah yang memberikan diri dan menderita dalam Penebusan dunia, yaitu salib Yesus Kristus.
Pastikan kembali kepada diri Anda apa yang Anda yakini, dan kembalilah ke landasan salib Kristus. Dalam sejarah sekuler, Salib merupakan hal yang sama sekali tak berarti, yang dijauhkan. Dari sudut pandang Alkitab, Salib adalah yang lebih penting daripada semua kebesaran dan kekuasaan dunia. Jika kita menjauh dari merenungkan tragedi Allah atas Salib, lalu menyampaikannya dalam pengajaran atau khotbah kita, ia tidak menghasilkan apa-apa. Pengajaran itu tidak menyalurkan kuasa Tuhan kepada manusia, khotbah itu mungkin menarik, tetapi tidak memiliki kuasa. Akan tetapi, dengan memberitakan Salib, kuasa Allah akan terus dinyatakan. "Allah berkenan menyelamatkan mereka yang percaya. .kami memberitakan Kristus yang disalibkan ...." (1 Korintus 1:21,23)"