Dari Renungan
Tanggal: 28 Oktober
Saya tidak diselamatkan karena percaya. Namun kenyataannya, saya hanya menyadari bahwa saya diselamatkan dengan percaya. Dan, bukan pula pertobatan yang menyelamatkan saya. Pertobatan hanyalah tanda bahwa saya menyadari yang telah Allah perbuat melalui Yesus Kristus.
Bahayanya di sini adalah jika kita menekankan pada akibat dan bukannya pada sebab. Apakah ketaatan, kekudusan, dan pengabdian saya yang membuat saya benar di hadapan Allah?
Bukan! Saya diperdamaikan dengan Allah karena sebelum semuanya itu Kristus telah mati. Ketika saya berbalik kepada Allah, dan percaya serta menerima apa yang Allah nyatakan, maka mukjizat keselamatan melalui salib Kristus langsung menempatkan saya dalam hubungan yang benar dengan Allah. Dan, sebagai hasil dari mukjizat anugerah Allah yang adikodrati, saya dibenarkan, bukan karena saya menyesali dosa-dosa saya, atau saya telah bertobat, tetapi karena apa yang Yesus telah kerjakan bagi saya. Roh Allah membawa pembenaran dengan sinar yang terang benderang dan saya tahu bahwa saya telah diselamatkan, walaupun saya tidak tahu bagaimana hal itu terjadi.
Keselamatan yang datang dari Allah tidak didasarkan pada logika manusia, tetapi pada korban kematian Yesus. Kita dapat dilahirkan kembali semata-mata karena karya penebusan Tuhan kita. Orang yang berdosa, siapa pun dia, dapat diubahkan menjadi manusia baru, bukan karena pertobatan atau kepercayaan mereka, tetapi oleh pekerjaan Allah yang ajaib melalui Yesus Kristus yang mendahului semua pengalaman kita (lihat 2 Korintus 5:17-19).
Kepastian mutlak dari pembenaran dan pengudusan adalah Allah sendiri. Kita tidak perlu mengusahakan sendiri hal-hal itu karena semuanya itu telah dikerjakan melalui karya penebusan dan salib Kristus. Sesuatu yang adikodrati menjadi hal yang natural/alami bagi kita melalui mukjizat Allah dan merupakan perwujudan dari apa yang telah dikerjakan oleh Yesus Kristus – "Sudah selesai" (Yohanes 19:30)."