RENUNGAN
.co
christian
online
Renungan

Teologi Keakraban (dengan Tuhan)

Dari Renungan

Langsung ke: navigasi, cari

Tanggal: 6 November

Marta percaya akan kuasa yang ada pada Yesus Kristus; Marta percaya bahwa jika Dia ada di sana, tentu Dia sudah menyembuhkan saudaranya; Marta juga percaya bahwa Yesus memiliki keakraban yang khusus dengan Allah, dan apa pun yang Dia minta dari Allah, maka Allah akan melakukannya. Akan tetapi, Marta memerlukan keakraban pribadi yang lebih dekat dengan Yesus. Teologi Marta digenapi di kemudian hari. Akan tetapi, Yesus terus menarik dan membawa Marta masuk sampai keyakinan Marta menjadi miliknya yang akrab. Dan, hal itu kemudian perlahan-lahan mengemuka menjadi warisan pribadi Marta, ketika dia berkata, "Ya, Tuhan, aku percaya bahwa Engkaulah Kristus" (Yohanes 11:27).

Apakah Tuhan memperlakukan Anda dengan cara seperti itu? Apakah Yesus mengajar Anda untuk memiliki keakraban pribadi dengan Diri-Nya sendiri? Izinkanlah Dia membisikkan pertanyaan-Nya langsung kepada Anda -- "Apakah engkau percaya akan hal ini?" Apakah Anda menghadapi suatu kebimbangan dalam kehidupan Anda? Apakah Anda, seperti Marta, telah tiba di suatu persimpangan jalan situasi yang melingkupi Anda di mana kemudian teologi Anda telah menjadi kepercayaan Anda pribadi? Hal ini terjadi hanya ketika terpaan masalah pribadi membawa kesadaran akan kebutuhan pribadi akan Tuhan.

Percaya berarti commit atau berserah. Dalam bidang pembelajaran intelektual, saya secara pribadi commit secara mental, dan menolak segala sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan keyakinan itu. Dalam alam kepercayaan pribadi (personal belief), saya commit secara moral atas keyakinan saya dan menolak untuk berkompromi. Akan tetapi, dalam kepercayaan pribadi secara akrab kepada Yesus, saya commit secara rohani kepada Yesus Kristus dan membuat keputusan untuk dikuasai hanya oleh Dia saja.

Lalu, ketika saya berhadapan muka dengan muka dengan Yesus Kristus dan Dia berkata kepada saya, "Apakah engkau percaya akan hal ini?" saya mendapati bahwa iman sama wajarnya dengan bernapas. Dan, saya terenyak ketika memikirkan betapa bodohnya saya selama ini karena tidak memercayai-Nya sebelumnya."


Dengarkan audionya