Adakah Kita Masih Mencuri dari Allah?
Saya lahir dan menjadi dewasa sebagai orang Kristen, saya mengaku sebagai orang Kristen, saya ke gereja layaknya seorang Kristen, saya membaca firman, ada yang saya mengerti, tapi banyak kali tidak kumengerti. Namun firman yang tertulis dalam Maleakhi pasal 3, benar-benar membingungkan saya.... Kami selalu menyiapkannya jauh-jauh hari. Tiap kali terima gaji atau dari menerima uang seribuan yang masih baru, kami sisihkan untuk menjadi persembahan untuk dibawa dan diserahkan sebagai kolekte, juga kami siapkan persembahan dalam amplop bila ada pelayanan ibadah dirumah.......
Ketika saya mulai menjalani kelahiran baru, di tahun 2004, dan menerima penjelasan akan firman Tuhan itu. Saya menjadi malu sekali kepada Tuhan, dan memohon ampun padaNYA, betapa bodohnya saya selama ini. Bagaimana mungkin gereja bisa mendanai pelayanan? Membiayai operasional gerejanya, dan pemeliharaan jemaatnya......bila jemaatnya hanya memberi seribu rupiah sebulan?....wah wah wah.... Saya bersyukur Tuhan memberi saya kesempatan untuk dibukakan dari semua doktrin dan kebodohan saya. Dan sebagai langkah pertama sayapun mulai dengan taat mengembalikan sepersepuluh dari berapapun pemasukan tunai yang saya terima sebulan lalunya, segera saya masukkan sebagai persepuluhan. Saya tidak memikirkan biaya operasional rumah tangga. Karna bila saya mulai membayar kebutuhan rumah tangga dulu, atau memikirkannya, maka saya pasti kekurangan ....jadi tetap saya lakukan mengembalikan milik Tuhan bagi kerajaanNYA di bumi dan selebihnya saya berjalan dengan iman, Tuhan pasti akan cukupkan. Dan Puji Tuhan itulah yang terjadi, setiap bulan saya tidah kekurangan walau belum berlebih untuk ditabung.
Ketika lahir baru, saya dituntun sepasang suami istri sebagai mentor saya, tetapi menjelang tahun kedua saya disarankan untuk berdiri sendiri, tapi dipesankan untuk tidak keluar dari komunitas yang takut akan Tuhan. Saya sangat beruntung Tuhan pakai kedua mentor membawa saya berjalan dalam jalan Tuhan. Saya lihat bagaimana hubungan yang mereka miliki dengan Tuhan, Saat itu saya belum memiliki hubungan intim dengan Tuhan, sehingga saya sering terdorong untuk mengetahui adakah Tuhan bicara tentang saya.....dan ini tidak sebagaimana seharusnya. Tiap pribadi bisa memiliki hubungan intim dengan Tuhan bila mau meluangkan waktu mencari wajahNYA.....mungkin saya belum siap, tetapi terus berusaha berjalan hanya mengandalkan Tuhan dan belajar mencari wajahNYA, dengan duduk di kamar memuji Tuhan menyembah dengan persembahan puji-pujian selama beberapa jam. Selain itu saya terus mengikuti seminar-seminar dan doa bersama.
Akhir tahun 2006, Tuhan cairkan salah satu aset, sehingga saya harus mengembalikan persepuluhan saya sebesar sembilan puluh juta. Tiba-tiba ada pertanyaan dalam diriku, apakah seluruh sembilan puluh juta atau dapat dibagi-bagi karna saya berniat memberkati orang orang di Nias dengan Alkitab bahasa Nias....mentor saya sudah menyatakan agar saya memiliki hubungan pribadi dengan Tuhan......jadi menurutku apa yang saya rasa ingin lakukan adalah apa yang Tuhan taruh dalam hatiku.
Demikianlah, pertengahan tahun 2007 dengan membagi sepersepuluhan saya sebagian buat biaya ke Nias dan sebagian ke Gereja, kemudian saya kembali bergabung dangan tim 8 melakukan perjalanan ke Nias dan P. Simeulue yang juga belum lama dilanda gempa. Perjalanan ini bukan yang pertama kali, kami pernah lewat Nias setelah selesai melakukan misi transformasi Aceh, pasca tsunami 2006. Namun kali ini saya rindu sekali memberkati mereka dengan 200 Alkitab dalam bahasa daerah mereka, karna pengalaman sebelumnya kami sadar bahwa mereka yang membawa Alkitab ke gereja, hanya satu dua orang, itupun karna mereka berbahasa Indonesia, jemaat pada umumnya tidak bisa berbahasa Indonesia, mereka menggunakan bahasa lokal, bahasa Nias. Sementara di Nias, mereka tidak memiliki Alkitab dalam bahasa Nias. Ini sangat menyedihkan bukan.....? Begitu banyak kerinduanku melihat mereka yang mengaku adalah Pengikut Kristus, dimana anak-anak muda sehabis mengikuti ibadah malam hari masih bisa dengan bebas menyanyikan puji-pujian bagi Tuhan Yesus dari teras rumah-rumah mereka. Selain itu yang juga menjadi kerinduan kami adalah membuatkan mereka kamar mandi dan kakus. Mereka tidak memiliki kamar mandi dan kakus. Mereka buang air besar di hutan karet yang di sebar garam, kalau mereka mau mandi, mereka harus berjalan sejauh sungai yang dapat didapati dari rumah tinggal mereka.... Tanah mereka tidak bisa ditanami sayur-mayur apapun. Mereka pada umumnya ada dalam masa-masa tak berpenghasilan. Karna mereka adalah penanam pohon coklat, tapi buah buahnya kropos, tidak menghasikan. Mereka juga peternak babi, tapi pada umumnya gagal, karna pada waktu babi betina harus melahirkan induk maupun anak-anak babi itu terkena virus dan mati.
Lewat perjalanan Misi Transformasi kedua yang diorganisasikan Unit Mobilisasi Pendoa Syafaat inilah tim beserta saya mendoakan, mentahirkan kutuk yang tertera dalam Ul 28 : 15-17, & 23 atas tanah Nias dan melepas berkat Tuhan didalam Kuasa Kebangkitan & didalam Kuasa Bapa di Surga.
Sebulan setelah kembali, tim kami dihubungi oleh para petani coklat dan peternak babi yang kami doakan, mereka minta agar kami bisa datang kembali untuk juga mendoakan keluarga-keluarga lainnya yang belum sempat di doakan. Demikianlah misi perjalanan berhasil. Sebagian besar dari mereka telah memiliki Alkitab dalam bahasa Nias...
Sedangkan saya? Saya mengira bahwa dengan cairnya aset, itu sebagai tanda bahwa saya telah keluar dari padang gurun, dan masuk tanah Kanaan, tanah penuh gandum, anggur dan madu, artinya saya dalam kelimpahan berkat dan bisa kembali membangun sumur, intinya melayani lebih lagi.....Ternyata saya salah besar....!!!
Pertama persepuluhan tidak pernah boleh dibagi bagi. Berapapun jumlah sepersepuluh kita tanpa pembulatan, itulah yang harus kembali ke gereja. Bila ada kerinduan memberi maka itu masuk dalam Persembahan Kasih. Ternyata aset yang Tuhan cairkan bagiku sama dengan saat ketika kita ada di dalam padang gurun, Tuhan sediakan kolam-kolam air atau pancaran-pancaran air dari Tanah. Dan belum masuk Tanah Perjanjian......tapi saya masih tetap dalam padang gurun dibentuk menurut kehendakNya.....
Selain itu lewat perjalanan dalam padang gurun adalah benar-benar gambaran kita mencari wajah Tuhan, kita dibentuk Tuhan dalam kekeringan, serba tidak nyaman, tapi tetap bagian kita untuk menabur kebaikan atau menabur firman Tuhan, kita tidak perlu takut karna selalu ada yang Tuhan sediakan secukupnya. Kadang kala kita merasa sudah tidak sanggup menahan proses, tiba-tiba Tuhan bukakan berkat tapi selalu secukupnya. Belajarlah untuk mengelola berkat yang Tuhan bukakan, kita tidak tahu berapa lama kita ada dalam padang gurun. Pakailah waktu untuk mengenal Tuhan lebih dalam, tanyakan apa maksud dan tujuan kita dilahirkan dan apakah tugas-tugas kita selesai kita diperlengkapi di dalam padang gurun ini, milikilah visi Tuhan atas hidup kita, supaya kehendakNYA tergenapi unuk kemuliaanNYA.
Kini saya tidak lagi bingung atau ragu dalam mengembalikan persepuluhan. Juga tidak perlu buat pembulatan, karna Tuhan hanya mau kita taat dalam melakukannya. Biarlah kesaksianku ini boleh menjadi berkat bagi yang masih dalam pembentukkan Tuhan di dalam padang gurun, dan bagi yang belum mengembalikan persepuluhan milik Tuhan, lakukanlah, karna ini bukti ketaatan kita akan perintah-perintahNYA.......
Haleluya....Terpujilah NamaMU ya Tuhan Yesus.......