Dari Renungan
Tanggal: 24 November
Ayat ini menggambarkan ketergantungan sepenuhnya kepada Tuhan. Sebagaimana mata seorang hamba yang terpusat kepada tuannya, demikian pula seharusnya mata kita tertuju dan terpusat kepada Allah. Melalui cara ini, Allah menyatakan diri-Nya kepada kita serta menambahkan pengetahuan-Nya (Yesaya 53:1). Kekuatan rohani kita mulai terkuras ketika kita berhenti mengarahkan pandangan kita kepada Tuhan. Stamina atau daya tahan kita merosot, bukan karena masalah-masalah dari luar diri kita, melainkan lebih banyak karena masalah dalam pikiran kita sendiri. Kita keliru berpikir, "Saya kira selama ini saya terlalu memaksakan diri dan mencoba menjadi seperti Allah, bukan menjadi orang yang biasa-biasa saja." Kita harus menyadari bahwa tidak ada usaha yang terlalu berat.
Sebagai contoh, Anda mengalami krisis dalam kehidupan Anda, mengambil sikap tetap setia pada Tuhan, bahkan mendapat peneguhan Roh sebagai peneguhan bahwa apa yang Anda perbuat benar. Akan tetapi, sekarang, mungkin setelah sekian minggu atau tahun berlalu, Anda perlahan sampai pada kesimpulan -- "Baiklah, mungkin apa yang dulu saya lakukan hanya karena terlalu sombong atau hanya supaya tampak hebat dari luar. Adakah saya telah mengambil sikap yang terlalu tinggi bagiku?" Kemudian, teman-teman Anda yang "rasional" datang dan berkata, "Jangan bodoh. Kami sudah tahu saat pertama engkau berbicara tentang kebangunan rohani yang terjadi dalam dirimu, itu hanya dorongan hati yang datang sepintas dan hal yang tidak dapat dihindari dalam suasana yang penuh ketegangan. Bagaimana pun juga, Allah tidak mengharapkan engkau bertahan terus-menerus seperti itu." Anda menanggapinya dengan berkata, "Ya, saya pikir saya terlalu berharap terlalu banyak." Kedengarannya seperti perkataan yang merendah, tetapi sebenarnya menunjukkan bahwa kebersandaran Anda pada Tuhan sudah tidak ada lagi, dan Anda sekarang bersandar pada pendapat dunia ini. Bahayanya ketika tidak lagi bersandar kepada Tuhan, Anda akan mengabaikan pemusatan perhatian kepada-Nya. Biasanya, kita baru sadar bahwa kita telah kalah setelah Allah secara tiba-tiba menghentikan jalan kita. Manakala terjadi kekeringan rohani dalam kehidupan Anda, segeralah perbaiki. Sadarilah bahwa ada sesuatu yang menghalangi hubungan Anda dengan Allah, dan segeralah perbaiki dan singkirkan segala yang menghalanginya."