Dari Renungan
Karena Kasih Tuhan
Pada pertengahan tahun 1982, keluarga saya pindah dari kota kecil Jepara ke Jakarta. Kemudian kami mengontrak rumah di samping Asrama Paswalpres dulu di Mangga Besar Pasar Minggu.
Sebagai pendatang baru dari daerah, kami belum tahu ke mana mencari tempat untuk beribadah. Di Jepara kami adalah jemaat GITJ (Gereja Injili Tanah Jawi) Jepara.
Suatu kali saya mengikuti persekutuan di rumah Ibu Robert, tetangga. Saya berkenalan dengan Ibu Leny Yakobus yang rumahnya tak jauh dari kontrakan kami dan Pak Yakobus adalah Majelis dari GKI Kebayoran Baru. Diajaknyalah kami beribadah di GKI Kebayoran Baru. Saya selalu diajak kalau ada kebaktian keluarga, juga PA Komisi Wanita saat itu.
Saya senang sekali, sebagai orang baru mempunyai banyak saudara seiman. Ibu Leny dan Ibu Nupikso adalah aktifis Komisi Wanita dan Komisi Pelawatan, mengajak saya ikut kegiatan itu. Rasanya ingin sekali saya ikut, terutama Pelawatan, tapi kendalanya saya mempunyai penyakit pengapuran pada lutut kiri yang tak kunjung sembuh. Saya disarankan oleh dokter Ortopedie, dr Imam, untuk operasi. Setiap tiga hari sekali terapi ke RS. Fatmawati. Obat tak kunjung berhenti, tetap tidak sembuh. Hampir satu tahun saya merasa capek, juga harga obat termasuk mahal saat itu, sementara hati rindu ikut kegiatan. Situasi ini hampir membuat saya putus asa.
Suatu malam saat kaki saya kambuh, minta ampun sakit sekali. Jangankan berjalan, berdiri pun sakit. Kira-kira tengah malam, saat itu saya ndeprok (duduk di lantai, tanpa kursi) di samping tempat tidur sambil menangis menyebut nama Tuhan Yesus berulang-ulang. "Tuhan Yesus, tolong sembuhkan kakiku. Aku berjanji kalau sembuh, aku mau mempersembahkan hidupku sampai akhir untuk melayaniMU."
Entah karena kecapekan, saya tertidur di bawah, baru terbangun saat ayam berkokok. Saya bisa bangkit tanpa rasa sakit, berdiri, jalan mondar mandir tak merasa ngilu. Saya coba bersujud, bisa! Saya sebut nama Tuhan Yesus berkali- kali, "Tuhan Yesus terima kasih" tak terasa air mataku pun mengalir karena sukacita tak terkendali. Saya akan tepati janji menyerahkan hidup pada Tuhan Yesus sampai tutup usia. Suami saat itu dinas di Puncak, jadi tidak tahu kejadian itu. Saya bangunkan anak-anak yang masih tidur dan saya katakan "Tuhan Yesus sembuhkan kakiku".
Pagi harinya, hari Rabu, seharusnya saya kontrol dan therapi, tetapi saya tidak pergi karena sudah disembuhkan Tuhan Yesus.
Waktu itu PA Komisi Wanita hari Sabtu, saya bilang pada Ibu Leny dan Ibu Nupikso karena saya sudah disembuhkan Tuhan, saya mau mengikuti semua kegiatan Komisi Wanita. Jadilah pertengahan tahun 1983 saya dibimbing Ibu Leny, Ibu Nupikso di Komisi Wanita, PA, dan ikut Pelawatan sampai akhir tahun 2003 karena kepindahan saya ke Bekasi sesudah suami dipanggil Tuhan. Tapi yang lain tetap saya jalani bahkan ikut Doa Pagi, ikut pelayanan PI ke RS juga Lembaga Permasyarakatan (LP). Tetapi karena bertambahnya usia
jadi Lansia, hanya PA Komisi Dewasa (dulu Komisi Wanita, berubah nama agar bisa mencakup juga kaum bapak). Doa Pagi yang masih saya jalani meskipun rumah kami sekarang di Pancoran Mas Depok. Saya akan tetap setia bersekutu sampai akhir hayat.
Inilah pengalaman iman dan kasih Tuhan pada saya dan keluarga. Kesaksian ini telah dimuat di Bulan Kesaksian di Warta Jemaat GKI Kebayoran Baru, tanggal 13 Oktober 2013.
Penulis : Siti Asiyah Adinugroho
Usia 72 tahun (Terima Tuhan 1970 dari Muslim)