Dari Renungan
Tanggal: 23 Mei
Janganlah khwatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah khwatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. (Matius 6:25)
Yesus menyimpulkan, kekhawatiran yang menurut akal wajar dalam kehidupan seorang murid adalah sebagai ketidakpercayaan.
Jika kita telah menerima Roh Allah, Dia akan mendesak kita dengan pertanyaan, "Sekarang apakah peranan-Ku dalam hubungan ini, dalam liburan yang telah kau rencanakan ini atau dalam buku-buku yang ingin kaubaca ini?" Dan Dia selalu mendesak terus poin seperti ini sampai kita belajar menempatkan Dia sebagai pertimbangan kita yang pertama. Bila kita menempatkan yang lain menjadi yang pertama, maka akan terjadi konflik dalam diri.
"Janganlah khawatir akan hidupmu... ". Janganlah biarkan beban pemeliharaan Allah akan hidup Anda membebani diri Anda. Adalah tidak saja keliru untuk khawatir, itu merupakan ketidakpercayaan; karena khawatir berarti tidak percaya bahwa Allah dapat memelihara sampai hal-hal kecil dalam hidup kita.
Pernahkah Anda memperhatikan, hal apakah yang dikatakan Yesus yang akan mengimpit Firman dalam diri kita? Ibliskah? Bukan, melainkan "kekhawatiran dunia ini" (Matius 13:22).
Adalah selalu kekhawatiran-kekhawatiran kecillah yang justru mengimpit Firman dalam diri kita. Kita berkata, "Aku takkan percaya bila aku tidak dapat melihat" -- dan di situlah ketidakpercayaan itu mulai. Pengobatan satu-satunya bagi ketidakpercayaan ialah ketaatan pada Roh.
Kata terbesar dari Yesus kepada murid-Nya ialah menyerah.