Dari Renungan
Setiap doa yang kupanjatkan ada saja pintu yang selalu Tuhan bukakan bagiku. Tidak ada satu masalah yang pernah terlambat pertolonganNya.
Namun saat harus melunasi uang kuliah anakku, dana belum juga cair, hati saya mulai gelisah. Waktu tinggal seminggu tanggal jatuh tempo, saya pun semakin bertambah kuatir. Saya ingat firman yang berbunyi “Lakukan lah bagian mu dengan apa yang ada pada mu, Maka Tuhan akan lakukan bagianNya...”. Saya berpikir apa lagi yang bisa saya lakukan, saya berpuasa, karena dengan berpuasa saya mengadakan penyangkalan diri dan kepatuhan kepada Tuhan dengan kerendahan hati, dalam mencari wajahNya, dan perkenananNya. Menanti dan menanti, karena percaya waktuNya lah yang terbaik bagiku. Sementara waktu berjalan terus.......
Pagi itu saya hanya bisa menangis, hari itu adalah tanggal jatuh tempo pembayaran. Sepanjang malam saya tidak bisa tidur, saya tidak mengerti mengapa Tuhan diam. Namun saya tetap percaya semua ada dalam kehendakNya. Saya hanya tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan.
Dalam persekutuan mingguan yang diadakan komunitas lingkungan, kami sering diingatkan mentor, agar tetap teguh dan setia mengandalkan kuasaNya juga berhati-hati saat mengeluarkan perkataan. Karena lidah penuh kuasa. Bila sering berkeluh kesah dengan mengeluarkan kata-kata negatif, maka jangan kaget hari-hari bahkan tahun-tahun ke depan akan terjadi sebagaimana kita pernah berucap sebelumnya. Hal yang sama juga akan terjadi saat kita melepas kata-kata positif atas kita.
Karena itulah saya lebih banyak bermazmur di kamar, tapi hati saya tetap kuatir. Bermacam-macam pikiran terlintas menggangu sekali, seperti: “Bagaimana kalau dananya macet lebih lama dari yang diperkirakan”. Pikiran-pikiran dan kemungkinan-kemungkinan drop out membuat saya semakin tidak berdaya, “Tuhanku, jangan biarkan aku menjadi ibu yang gagal membesarkan anakku....bukankah Engkau Suamiku yang menciptakanku, apa yang harus kulakukan ya Abba, ya Bapa.”
Tiba-tiba telepon rumah berdering, saya angkat, ternyata mentor yang mau mengingatkan persekutuan nanti malam. Mendengar suara saya, seperti menahan tangis, dia bertanya ada apa, saya pun ceritakan masalah yang sedang saya hadapi. Saya jelaskan untuk menghadap Pendidik Akademik anak saya, saya harus ke Fakultas anak saya di Karawaci, sementara untuk biaya transport pun, saya tidak ada. Puji Tuhan mentor saya, ya suaminya, ya istrinya bersedia mengantar saya ke Karawaci.
Di mobil kami berdoa bersama, saat kedua mentor berdoa, saya dengarkan dan meng-amin-kan setiap ucapan doa mereka. Selesai doa saya bertanya bukankah sepanjang doa tadi adalah firman-firman Tuhan? Ia kemudian menjelaskan firmanNya adalah pedang bermata dua. Saat kita ucapkan perkataan-perkataanNya, maka saat itulah para malaikat-malaikat memagari, membela, menolong, berperang bagi kita.
Jangan lupa Tuhan Yesus telah memenangkan segala perkara bagi kita. Maka kita menjadi “Lebih dari Pemenang”. Firman juga membuat kita semakin bertumbuh di dalam iman. Mentorku pun menjelaskan bahwa dalam 2 Korintus 10:4 senjata-senjata yang digunakan di dalam peperangan rohani bukanlah senjata dunia tetapi senjata-senjata Allah yang berkuasa menghancurkan pertahanan-pertahanan yang menghambat bahkan membuka kembali jalan-jalan yang telah Tuhan sediakan bagi kita, yang semula ditutup iblis.
Singkat cerita, setibanya kami di Fakultas anakku, mentorku yang perempuan menemani saya menghadap Pimpinan Akademik, dan Guru Besar Fak. Kedokteran dan memohon jangan sampai anak saya cuti kuliah.
Di luar dugaan saya, Guru Besar ijinkan anak saya tetap kuliah dengan syarat, begitu dana turun dan cair, saya harus segera melunasinya.... Saya begitu bersyukur Tuhan telah kirimkan orang-orangNya yang berhati penuh kasih.....kiranya Tuhan membalas kebaikan-kebaikan kedua mentorku, Pimpinan Akademik anakku dan Prof. Besar Fakultas Kedokteran itu..........
Tuhan telah ijinkan saya untuk bertambah pengetahuan dalam memakai KuasaNya di dalam Otoritas KerajaanNya untuk dimampukan mengatasi satu masalah. Ternyata Tuhan memang mau saya melihat, merekam, dan kelak berfungsi sendiri, bagaimana melakukan sebuah peperangan rohani...
Sepanjang perjalanan pulang kami rasakan kemenangan yang telah Tuhan nyatakan, kami berdoa dan mengucap syukur. Dua bulan kemudian dana pun cair, segera saya lunasi, dan sampai anak saya lulus juga dalam melengkapinya dengan koas di RSPD Gatot Subroto, saya tidak lagi kuatir masalah pembayaran kuliah karena Tuhan tidak pernah bekerja setengah jalan.
Di balik semua ini, saya juga belajar untuk tidak perlu kuatir, Tuhan tidak suka kalau kita kuatir. Karna masalah itu ada untuk mengajar kita memiliki iman yang terus bertumbuh, sehingga kala kita diuji, kita ada sebagaimana Tuhan berkenan. Kalau ada yang kita tidak mengerti, Roh Kudus ada untuk membimbing dan menuntun kita dalam KebenaranNya.
Dan yang lebih lagi, saya merasa sangat diberkati lewat masalah ini, saya mengerti apa itu peperangan rohani… target sebuah peperangan rohani adalah selalu “Datanglah KerajaanMu, jadilah KehendakMu” (Mat 6: 10). Sungguh, saya amat sangat diberkati, dan sangat berharap kesaksian ini dapat memberkati pembaca yang ada dalam kondisi yang sama, jangan kuatir. Tuhan mau kita dari waktu ke waktu menjadi seturut denganNya, pada waktunya, kita akan dimampukan menghadapi dan mengatasi setiap persoalan, supaya namaNya semakin..
Haleluya......terpujilah namaMu, ya Tuhanku...... Amin.