Dari Renungan
Memberi Melebihi Yang Dimintakan (Kejadian 24: 10-27)
Oleh: Hans Y. Lekipera, STh, M.Min
Tema bulan ini adalah Mengasihi Di Atas Rata-rata, menjadi ajakan bagi kita untuk mengasihi dengan kasih yang lebih, tidak rata-rata. Artinya kasih yang diberikan harus melebihi orang pada umumnya, tentu baik secara kuantitas maupun secara kualitas.
Untuk itu, kita akan belajar dari bagaimana kasih Ribka, yang mampu memberi melebihi apa yang dimintakan. Tentu itu karena kasihnya yang di atas rata-rata.
Mengapa harus di atas rata-rata?
Secara matematis penilaian selalu menggunakan angka, antara 0 – 10. Jika ini digunakan, maka angka rata-rata berada di kisaran angka 5. Hal itu berarti jika nilai kita adalah 5, maka kita berada dalam posisi rata-rata, jika 0-4, maka kita berada di posisi di bawah rata-rata. Sedangkan jika 6-10 berada di atas rata-rata.
Kasih kita harus di atas rata-rata, tidak boleh rata-rata apalagi di bawah rata-rata. Mengapa? Jika kasih kita adalah rata-rata, memang kita berada di atas mereka yang di bawah rata-rata, lebih baik dari yang di bawah rata-rata. Tetapi kita adalah orang-orang yang berada di titik terbawah mereka yang kasihnya di atas rata-rata.
Ketika kita memberikan sesuatu sesuai yang dimintakan, inilah level rata-rata. Memberi di bawah/kurang dari apa yang dimintakan adalah level di bawah rata-rata. Sedangkan memberi melebihi apa yang dimintakan, adalah level di atas rata-rata. Berarti bahwa Ribka mengasihi dengan level di atas rata-rata.
Mengenal Sosok Ribka dan Spiritualitasnya.
Catatan bagi kita untuk mengenal sosok Ribka adalah, dia anak Betuel, usianya masih sangat muda, remaja, dan parasnya cantik. Rupanya salah satu tugas pekerjaan Ribka dalam keluarga adalah menimba air di sumur.
Tentu patut diteladani, seorang anak yang mau aktif dalam tugas pekerjaan dalam keluarga. Dia lebih mengutamakan tanggung-jawab anak dalam keluarga, ketimbang kesenangan dirinya bermain.
Spiritualitas Ribka nampak dalam apa yang dia berikan kepada pelayan Abraham.
Dari tabel di bawah ini Nampak jelas bahwa Ribka memberi melebihi yang dimintakan kepadanya.
Yang dimintakan oleh sang pelayan Abraham sedikit air untuk minum, yang diberikan tidak hanya air minum untuk sang pelayan, tetapi juga unta-unta yang berjumlah 10 ekor itu. Jelas, yang diberikan melebihi yang dimintakan.
Luar biasanya, kebutuhan minum seekor unta dalam keadaan normal adalah berkisar antara 7 galon, 1 galon berisi 19 liter. Berarti Ribka menimba air untuk unta-unta itu sekitar 70 galon, sekitar 1386 liter. Kalau digunakan takaran derum(drum) minyak tanah yang isi 200 liter, maka kurang lebih Ribka harus menimba air sebanyak 7 derum (drum).
Tentu bukan soal begitu banyaknya air yang harus ditimba Ribka, tetapi juga soal waktu yang harus tersita. Tentu untuk menimba air sebanyak itu tidak sedikit waktu yang dibutuhkan. Artinya, Ribka tidak saja berkorban tenaga, tetapi juga berkorban waktu. Belum lagi soal kemungkinan dimarahin oleh orang tuanya. Dia mau mengambil semua resiko itu, karena kasihnya tulus.
Ketika sang pelayan membutuhkan tempat bermalam, Ribka bahkan memberikan juga jerami dan makanan unta. Satu hal yang perlu kita perhatikan di sini adalah, Ribka langsung mengiyakan permintaan itu dengan tambahan pemberian tadi, tanpa harus menanyakan dulu kepada orang tuanya. Ribka tidak mengatakan: “nanti dulu ya, saya tanyakan kepada orang tua”. Tentu hal ini dikarenakan dia adalah anak kesayangan orang tuanya, dan orang tuanya sendiri sudah mengenal dan memahami betul bagaimana hati anaknya yang suka menolong. Kualitas hidup seperti ini harus nyata juga dalam kehidupan keluarga kita saat ini.
Meneladani Ribka
Bagaimana memiliki spiritualitas seperti Ribka, sehingga kita mampu memberikan lebih dari rata-rata? Mampu mengasihi di atas rata-rata.
Dari kisah Ribka dalam kejadian 24: 10 – 27 ini, hal yang dapat kita teladani dari Ribka adalah:
Pertama, kasih yang tulus. Hanya karena ketulusan kita dapat berkorban bagi yang lain, dan tidak akan pernah mengharapkan balas jasa. Kasih di atas rata-rata adalah kasih yang tulus, kasih yang tidak mengharapkan balas jasa.
Kedua, berkorban secara total. Kasih di atas rata-rata adalah kasih yang mendorong kita mau berkorban secara total, berkorban tenaga, pikiran, waktu, bahkan materi.
Ketiga, menjadi kesenangan keluarga. Hidup yang memiliki kasih di atas rata-rata tentu akan menjadi kesenangan bagi keluarga, mengharumkan nama keluarga. Tentu yang utama adalah kesenangan bagi Tuhan.
Semua itu dapat terwujud jika kita menghayati bahwa perbuatan-perbuatan baik itu kita lakukan bukan untuk manusia, tetapi untuk Tuhan. Hal ini akan memungkinkan kita melakukannya dengan segenap hati, ketulusan, sama seperti perintahNya: kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu....
Kebenaran ini ditegaskan di dalam Kolose 3:23 “Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia”.