RENUNGAN
.co
christian
online
Renungan

Syarat Menjadi Murid

Dari Renungan

Langsung ke: navigasi, cari

Tanggal: 2 Juli

Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, istrinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya ..., bahkan nyawanya sendiri ... tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku. (Lukas 14:26-27,33)

Jika hubungan terakrab dalam kehidupan seorang murid konflik dengan pernyataan atau claim Yesus Kristus, maka Tuhan menuntut ketaatan saat itu juga kepada diri-Nya. Menjadi murid berarti pengabdian penuh kesungguhan secara pribadi kepada satu Pribadi -- Tuhan Yesus Kristus.

Ada perbedaan besar antara pengabdian kepada seseorang dengan pengabdian kepada suatu asas atau alasan tertentu. Tuhan tidak pernah menyatakan suatu alasan atau sebab tertentu -- Dia menyatakan pengabdian pribadi kepada diri-Nya sendiri. Menjadi murid berarti mengabdi seperti menjadi hamba yang digerakkan oleh kasih kepada Tuhan Yesus.

Banyak di antara kita yang mengaku sebagai orang Kristen, tetapi tidak sungguh-sungguh mengabdi kepada Yesus Kristus. Tidak seorang pun di dunia ini memiliki kasih yang bergelora bagi Tuhan Yesus jika Roh Kudus tidak memberikan kasih itu kepadanya.

Kita mungkin mengagumi, menghargai, dan menghormati-Nya, tetapi kita tidak dapat mengasihi-Nya dengan kekuatan kita sendiri. Pribadi satu-satunya, yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan Yesus adalah Roh Kudus, dan Dialah yang telah mencurahkan ke dalam hati kita kasih Allah itu (lihat Roma 5:5). Bila Roh Kudus melihat peluang untuk memuliakan Yesus melalui Anda, Dia akan mengambil seluruh diri Anda dan membuat Anda berkobar-kobar dengan pengabdian yang menyala kepada Yesus Kristus.

Kehidupan Kristen adalah kehidupan yang ditandai oleh kreativitas sejati dan spontan. Akibatnya, seorang murid menjadi orang yang terhadapnya ditujukan tuduhan serupa dengan yang ditujukan terhadap Yesus Kristus, yaitu tuduhan ketidakkonsistenan (inconsintency).

Akan tetapi, Yesus Kristus selalu konsisten dalam hubungan-Nya dengan Allah, dan seorang Kristen harus konsisten dalam hubungan-Nya dengan Allah, dan dalam hubungannya dengan kehidupan Anak Allah di dalam dirinya, bukan konsisten kepada doktrin yang keras, kaku. Orang-orang yang mencurahkan diri mereka ke dalam doktrin atau credo mereka sendiri, oleh Allah akan menghancurkan dan memaksa mereka keluar dari prasangka atau gagasan-gagasan yang telah dibentuk dalam diri mereka (proconceived ideas), sebelum mereka dapat mengabdi kepada Yesus Kristus.