Mei
1 Mei: Iman, Bukan Emosi
Mengapa ada saat-saat dalam pekerjaan pelayanan, Tuhan terasa dekat? Mengapa ada saat-saat Tuhan tampaknya menutup surga untuk kita, dan kita mulai kehilangan sukacita, lalu bicara hanya tentang cobaan dan kesulitan? Renungan hari ini mengatakan bahwa Allah membiarkannya terjadi. Untuk apa?
Dengarkan audionya
2 Mei: Kesabaran Menantikan Visi dari Tuhan
Renungan hari ini mengingatkan kita akan bahaya cepat puas secara rohani dan santai secara rohani. Jika kita memiliki apa yang telah kita alami, kita tidak punya apa-apa. Kita diajak untuk mendapatkan dan memiliki visi dari Allah, yang olehnya kita dimungkinkan mencapai lebih dari yang sudah kita pahami.
Dengarkan audionya
3 Mei: Doa Syafaat yang Hidup
Mungkin "mudah" berdoa syafaat di depan orang lain, tetapi tidak demikian ketika sendiri. Renungan tentang "Doa Syafaat yang Hidup" hari ini menekankan bahwa kunci doa syafaat adalah kesatuan dengan perhatian dan kepedulian Allah, yang oleh-Nya, kita diberi ketajaman melihat kehidupan orang lain, panggilan berdoa syafaat bagi mereka –- suatu pengalaman yang luar biasa. Lalu, apa rintangannya?
Dengarkan audionya
4 Mei: Doa Syafaat bagi Orang Lain
Renungan hari ini masih lanjutan renungan kemarin, dengan penekanan pada rintangan utama doa syafaat, yaitu kebebalan rohani. Doa yang kita naikkan untuk orang lain adalah berdasarkan pemikiran atau pendapat kita –- dan itu kita paksakan kepada Tuhan. Doa kita untuk orang lain tidak berdasarkan kepada pikiran dan perhatian Allah tentang yang bersangkutan. Pikiran seperti ini hanya dapat kita "lihat" dalam kesatuan hubungan dengan Dia.
Dengarkan audionya
5 Mei: Penghakiman dan Kasih Allah
Renungan hari ini menekankan bahwa ada ujian terpenting dalam pemberitaan firman. Pertama, apakah hal itu akan membawa orang kepada penghakiman -- berhadapan muka dengan muka dengan Allah sendiri. Kedua, bahwa kebersandaran kita pada diri sendiri harus mati karena karena saat mengenali kelemahan dan ketergantungan kita kepada-Nyalah, Roh Allah akan menyatakan kuasa-Nya.
Dengarkan audionya
6 Mei: Kemerdekaan dan Tolok Ukur Yesus
Sering kita tidak sabar dengan orang lain. Kita memaksakan pandangan kita dan menyalahkan mereka bila pandangannya tidak sama dengan pandangan kita. Renungan hari ini mengingatkan kita untuk memperlakukan orang lain seperti Allah memperlakukan kita, penuh kesabaran dan kelemahlembutan. Lebih baik kita memberi ruang bagi kebenaran Allah untuk dinyatakan dalam hati nurani orang tersebut, yang menyanggupkannya melakukan hal yang benar.
Dengarkan audionya
7 Mei: Membangun untuk Kekekalan
Renungan hari ini adalah tentang "Membangun untuk Kekekalan". Inilah tugas menjadi murid Tuhan. Renungan ini menjelaskan bahwa orang yang akan dipakai Tuhan dalam pekerjaan besar ini adalah orang yang baginya, Tuhan telah melakukan segalanya. Dengan menyadari hal inilah orang tersebut mengasihi Dia dengan pengabdian besar -- syarat untuk dipakai-Nya. Namun, kita diingatkan bahwa sesungguhnya kita tidak pernah dapat bekerja bagi Allah ... dan tidak seorang pun berhak menuntut di mana Allah akan menempatkan dia.
Dengarkan audionya
8 Mei: Iman untuk Bertekun
Renungan hari ini, "Iman untuk Bertekun", menekankan iman sebagai keyakinan yang kuat dan penuh semangat, yang dibangun berdasarkan kenyataan bahwa Allah itu kasih yang suci. Walaupun kita tidak dapat melihat-Nya sekarang dan tidak dapat memahami hal yang sedang dilakukan-Nya, tetapi kita mengenal-Nya. Mengenal Allah adalah hidup kekal, yaitu hidup yang mampu menghadapi apa pun yang harus dihadapi tanpa bimbang.
Dengarkan audionya
9 Mei: Meraih di Luar Jangkauan Kita
Bicara soal visi biasanya diasosiasikan dengan perusahaan atau institusi besar. Mereka harus ada visi. Akan tetapi, renungan hari ini berbicara tentang visi, yang mutlak bagi setiap orang percaya. Bahkan, dalam hal-hal kecil kehidupan kita, tanpa visi Allah atau mengesampingkannya, kita akan sembrono dan ngawur. Renungan ini mempertanyakan apakah sikap kita saat ini mengalir dari visi kita tentang Allah?
Dengarkan audionya
10 Mei: Berprakarsalah!
Renungan hari ini adalah mengenai hal praktis: "Berprakarsalah!" Berinisiatiflah! Kita harus membiasakan diri mendengarkan Allah dengan cermat tentang semua hal, membentuk kebiasaan, menemukan, atau mengetahui apa yang diilhamkan-Nya. Setelah itu, kita harus mengindahkannya dan mengambil inisiatif untuk bertindak. Bukti bahwa kebiasaan itu telah ada pada kita adalah pada saat krisis datang, secara naluri kita berpaling kepada Allah.
Dengarkan audionya
11 Mei: Saling Mengasihi
Allah adalah kasih. Pernyataan itu bisa menjadi sekadar keyakinan teologis. Akan tetapi, Allah mengasihi saya bukan karena saya pantas dikasihi, melainkan sungguh suatu pengalaman dari pekerjaan Roh Kudus. Dalam renungan hari ini, Oswald Chambers sepertinya tidak hendak berbicara kepada orang lain (ia tidak menggunakan kata "Anda"), tetapi menyaksikan pergumulan dan pengalamannya sendiri tentang kasih Allah dan membagikannya pada kita.
Dengarkan audionya
12 Mei: Kebiasaan Tidak Mempunyai Kebiasaan
Kesombongan timbul ketika seseorang sadar bahwa ia menjadi orang yang lebih baik, beribadah, melakukan perbuatan kasih, dll.. Renungan hari ini mengatakan bahwa kesadaran seperti ini seharusnya berlalu sejalan dengan pertumbuhan rohani. Kita juga diingatkan akan bahaya menjadikan kebiasaan hidup kekristenan kita menjadi ilah kita, seperti kebiasaan berdoa atau membaca Alkitab pada waktu tertentu.
Dengarkan audionya
13 Mei: Memelihara Hati Nurani yang Murni
Seorang yang ternama mengatakan bahwa hati nurani adalah kompas kita. Akan tetapi, renungan hari ini menyatakan lebih dalam lagi, hati nurani adalah mata jiwa yang memandang keluar, baik ke arah Allah atau ke arah tolok ukur tertinggi, dan yang terus-menerus mengingatkan kita tentang apa yang dituntut oleh tolok ukur tersebut untuk dilakukan. Kita diajak untuk memelihara hati nurani supaya tetap peka dengan kebiasaan untuk membuka hati kepada Allah.
Dengarkan audionya
14 Mei: Menjalani Hidup dengan Kesukaran
Secara naluri kita akan menolak hal-hal yang tidak menyenangkan atau hal-hal yang sukar. Akan tetapi, renungan hari ini, "The Habit of Enjoying Adversity", justru mengajak kita menikmatinya. Kok, bisa? Ya, hal itu dimungkinkan karena di dalam kesukaranlah kita dapat memanifestasikan hidup Yesus dalam diri kita. Kita tidak memilih kesukaran. Akan tetapi, ....
Dengarkan audionya
15 Mei: Biasakanlah Setiap Kali Menang Menghadapi Kesukaran
Renungan hari ini masih lanjutan dari renungan kemarin tentang menghadapi kesukaran. Judulnya, "The Habit of Rising to the Occasion", suatu pernyataan idiomatik untuk membiasakan diri menang atas tantangan atau kesulitan. Bagi orang yang telah mengenal keselamatan, kesukaran dilihat sebagai kesempatan untuk memanifestasikan hidup Yesus dalam hidupnya. Tidak seorang pun anak Tuhan diistimewakan dengan tidak mengenal kesukaran.
Dengarkan audionya
16 Mei: Mengenali Kekayaan yang Disediakan Allah
"Allah kita Mahakaya," ungkapan ini sering kita dengarkan dalam khotbah-khotbah. Renungan hari ini, "The Habit of Recognizing God’s Provision" (edisi pertama, "The Habit of Wealth"), merupakan ajakan mengembangkan kebiasaan menyadari kekayaan pemeliharaan (provision) Allah yang telah disiapkan bagi kita. Dan, sebaliknya menjauhkan dosa iba diri, yang menyingkirkan Allah dari hidup kita.
Dengarkan audionya
17 Mei: Kenaikan Kristus dan Jalan Masuk Kita
Seorang blogger beberapa hari yang lalu menulis bahwa ia merasa sangat sedih setelah ngobrol dengan seorang temannya, yang sudah lebih lama menjadi kristen. Temannya tersebut tidak tahu perbedaan/hubungan antara Jumat Agung, Paskah, Kenaikan, dan Pentakosta. Sepertinya tidak sedikit yang masih demikian, dan itu menyedihkan. Renungan hari ini kiranya menyegarkan pemahaman dan pengaguman kita akan kebenaran hal itu.
Dengarkan audionya
18 Mei: Hidup Bersahaja – Namun, Tetap Fokus
Sungguh mulia ketika kita ingin tetap maju secara rohani dan berguna bagi orang lain. Namun, renungan hari ini mengatakan bahwa usaha yang secara sadar kita lakukan tersebut malah menjadi penghalang dan , merusak rancangan Allah yang Ia ingin tunjukkan melalui kita. Hanya ada satu cara bertumbuh secara rohani, yaitu melalui pemusatan perhatian kepada Allah. Dengan kata lain, perhatikanlah Sumbernya, dan dari kita "akan mengalir aliran-aliran air hidup"
Dengarkan audionya
19 Mei: Dari Kehancuran Aku Bangkit
Pengakuan bahwa "Yesus mengasihiku" tidaklah sukar apabila kita sedang mendapat berkat atau segala sesuatunya berjalan dengan baik. Akan tetapi, bagaimana ketika berbagai kesukaran menyesakkan kita? Ketika orang-orang di sekitar tampaknya mengatakan bahwa kasih Allah itu dusta? Tidak ada keadilan dari Allah? Hanya satu hal dalam situasi seperti ini, yang memampukan kita bangkit, yaitu kasih Allah dalam Kristus Yesus dinyatakan di dalam diri kita.
Dengarkan audionya
20 Mei: Menjadikan Jiwa Kita Milik Kita
Good mood. Suasana hati yang enak, itulah umumnya yang dicari orang modern, dengan bayaran apa pun. Renungan hari ini mengatakan, suasana hati hampir selalu berakar dalam situasi lahiriah, bukan batin kita. Bagi seorang Kristen, sekalipun merupakan perjuangan yang berkesinambungan, tidak patut mendengarkan suasana hati dan jangan sekali-kali tunduk kepadanya. Demikianlah cara dan disiplin "Menjadikan Jiwa Kita Milik Kita"
Dengarkan audionya
21 Mei: Memiliki Iman yang “Tidak Masuk Akal”
"Carilah dahulu Kerajaan Allah ...," adalah salah satu ayat paling banyak dikutip atau dinasihatkan. Namun, mengimaninya tidak semudah mengatakannya. Bahkan, orang yang paling "rohani" tidak lepas dari argumentasi: "Tetapi ’kan harus hidup, harus ada uang, harus makan,'" dll.. Yesus tidak mengatakan tidak perlu memikirkan apa pun dalam hidup, tetapi perhatian terbesar adalah menempatkan hubungan dengan Allah sebagai yang pertama:
Dengarkan audionya
22 Mei: Penjelasan Mengenai Kesulitan Kita
Apakah kita sedang merasa terasing atau sendiri? Atau, kita juga cenderung mengkritik, cari-cari kesalahan dan ngototan? Apakah kita merasakan hal-hal itu menguasai diri kita? Renungan hari ini memberikan penjelasan mengapa hal-hal itu terjadi dan jawabannya, yaitu masalah hubungan atau kesatuan kita dengan Allah –- seperti Yesus dengan Allah -- yang justru menjadi doa Yesus bagi kita.
Dengarkan audionya
23 Mei: Ketidakpercayaan dan Kekhawatiran
Siapa yang tidak pernah khawatir? Bahkan, mungkin kita mengalami kecemasan, yang menjadi musuh dari dalam diri kita sendiri. Dunia dan akal sehat mengatakan kekhawatiran adalah hal yang wajar dalam hidup. Namun, renungan hari ini mengatakan bahwa Yesus melihat kekhawatiran sebagai suatu yang serius, yaitu ketidakpercayaan. Tidak percaya akan pemeliharaan Allah dan lebih jauh lagi, kekhawatiran mengimpit firman dalam kita. Bagaimana Tuhan menyadarkan kita akan hal itu?
Dengarkan audionya
24 Mei: Kegembiraan dalam Keputusasaan
Bisakah ada kegembiraan dalam keputusasaan atau ketiadaan harapan? Bisa. Hal itulah yang ingin dikemukakan dalam renungan hari ini, malah disebutkan sebagai sesuatu kegembiraan, penghiburan, yang tak terkatakan. Akan tetapi, saya harus tiba terlebih dahulu pada titik keputusasaan yang dimaksud. Keputusasaan yang bagaimana? Bahwa "di dalam aku ... tidak ada sesuatu yang baik."
Dengarkan audionya
25 Mei: Yang Baik atau Paling Baik
Banyak di antara kita, tegas renungan hari ini, tidak bertumbuh secara rohani karena lebih suka memilih berdasarkan hak-hak kita, bukannya bergantung kepada Allah untuk membuat pilihan itu bagi kita. Dan dikatakan, musuh terbesar dari hidup iman bukanlah dosa. Melainkan pilihan-pilihan baik yang sebenarnya tidak cukup baik. Mengapa? Menjadikan hak sebagai penentu hidup kita akan menumpulkan pandangan rohani kita ....
Dengarkan audionya
26 Mei: Memahami Doa seperti yang Yesus Ajarkan
Renungan hari ini mengatakan bahwa pemahaman kita akan doa harus berdasarkan konsep yang betul. Doa adalah kehidupan. Harus terus berjalan -- seperti napas dan darah dari jantung. Kita boleh tahu ada kepastian doa, yang dikerjakan Roh Kudus dalam kita. Bahayanya, kita sering memperlunak apa yang Yesus katakan -– mengartikan perkataan-Nya sesuai dengan akal sehat kita, lalu itu yang kita yakini!
Dengarkan audionya
27 Mei: Hidup yang Hidup (Life that Lives)
Kebenaran tentang Pentakosta adalah dengan menerima Roh Kudus, kita menerima kehidupan yang membangkitkan kembali dari Yesus yang sudah bangkit dan telah naik ke surga. Kita harus terus-menerus memiliki sikap menerima dan menyambut-Nya ke dalam hidup kita. Namun, renungan ini mengingatkan untuk tidak menjadikan (pengalaman) baptisan Roh Kudus yang utama, melainkan pengenalan akan Allah – Hidup itu sendiri!
Dengarkan audionya
28 Mei: Penyingkapan yang Tidak Dipertanyakan
Dalam alam keterbukaan seperti saat ini, kita semakin dicecari dengan hal-hal yang dapat memengaruhi iman percaya kita. Bukan saja dari luar -- seperti Da Vinci Code dan sebangsanya, tetapi dari dalam -– masalah dogma misalnya, atau yang lain -- dari dalam diri kita sendiri. Yang mana pun itu, renungan hari ini menegaskan bahwa tidak ada hal yang patut kita ragukan kalau Allah sendiri mengungkapkan kebenaran-Nya kepada kita pribadi.
Dengarkan audionya
29 Mei: Hubungan yang Tidak Terubahkan
Ketika mengakhiri doa, "... dalam nama Yesus Tuhan kami," rasanya kata-kata ini bagai mantra yang diucapkan begitu saja tanpa makna. Renungan hari ini mengajak kita untuk melihat makna hakiki doa, ketika berdoa dalam nama Yesus, yaitu kita menyatu dengan Yesus dalam suatu hubungan yang akrab, hubungan yang sama seperti Yesus berdiri tiada bercela dan suci di hadirat Bapa-Nya, bukan usaha kita, melainkan oleh kuasa baptisan Roh Kudus.
Dengarkan audionya
30 Mei: Ya Tuhan, ... Tetapi ...!
Mengapa kita sering gagal dalam mengikut Tuhan? Renungan hari ini menegaskan karena kita belum sampai pada penyerahan total dan akal sehat kita setiap kali menghadang dan "ber-tetapi". Yesus justru menuntut kita untuk mempertaruhkan segalanya yang kita genggam atau kita percayai melalui akal sehat, dan mengambil langkah iman untuk ikut firman-Nya. Di sanalah kita baru akan mendapati kenyataan mengagumkan bahwa firman-Nya sungguh benar.
Dengarkan audionya
31 Mei: God First -- Utamakanlah Allah
Judul renungan hari ini adalah "God First -- Utamakanlah Allah". Menaruh percaya (trust) kita pada orang lain akan membuat kita kecewa, bahkan mungkin putus asa. Kita menggebu-gebu dalam pekerjaan Tuhan. Akan tetapi, pertama-tama kita tidak mengetahui kehendak-Nya dalam diri kita dan dilengkapi oleh-Nya. Hal yang terutama bukan tujuan kita, tetapi tujuan Allah adalah agar Anak-Nya dapat dinyatakan dalam diri kita.
Dengarkan audionya