29 Agustus 2015: Perbedaan antara revisi

Dari Renungan
←Membuat halaman berisi '{{Aletea}} {{Agustus}} Jumat, 28 Agustus 2015 Bacaan: {{Alkitab|Kisah Para Rasul 7:54-8:1}} Nats: Ayat 58 ==Berjuang Sampai Mati== Setia sampai mati adalah semboyan ...'
 
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(1 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Aletea}} {{Agustus}}
{{Aletea}} {{Agustus}}
Jumat, 28 Agustus 2015
[[Berkas:Cover-aletea-Agustus.jpg|220px|left]]
Sabtu, 29 Agustus 2015


Bacaan: {{Alkitab|Kisah Para Rasul 7:54-8:1}}
Bacaan: {{Alkitab|2 Raja-raja 4:8-37}}


Nats: Ayat 58
Nats: Ayat 24, 26


==Berjuang Sampai Mati==
==Maju Dengan Mantap==


Setia sampai mati adalah semboyan hidup dari mereka yang memiliki prinsip iman yang tangguh. Perhatikan hidup para rasul, mereka begitu rela berkorban dan memiliki daya juang tinggi untuk menegakkan kebenaran sekalipun bertaruh nyawa. Ditusuk dengan pedang, digantung di atas pohon Zaitun, dimasukkan dalam kuali berisi minyak mendidih, dipancung kepala, digantung dan diikat pada kayu salin, dilemparkan dari puncak bangunan, ataupun dilempari batu.
Perempuan Sunem ini suci hati dan tenang, hingga ia bisa yakin bahwa Elisa adalah abdi Allah. Ia  sangat bisa menata perasaannya, penuh penguasaan diri. Ternyata ia begitu pedih hati karena belum mempunyai anak sementara suaminya sudah tua. Saat Elisa bertanya apa yang bisa Elisa perbuat baginya, ia tak lantas tergoda untuk meluapkan seluruh kepedihannya.


Sekitar tahun 37, diaken Stefanus sang pelayan meja mengalami penganiayaan, dilempari batu hingga meninggal. Anggota Mahkamah Agama sangat marah mengingat isi pembelaan diri Stefanus menyinggung keadaan diri mereka yang sesungguhnya. Bahwa orang-orang Yahudi telah menerima hukum Taurat namun hidup mereka tidak mencerminkan diri sebagai orang yang tahu akan hukum Taurat. Martir pertama ini begitu berani bersaksi bahkan menyatakan apa yang benar. Kepasrahan diri kepada Allahpun menunjukkan kerendahan hatinya sebagai seorang pemberita firman yang handal. Itu tercermin dari kata-kata terakhirnya sebelum meninggal: “Ya Tuhan Yesus terimalah rohku dan jangan tanggungkan dosa ini kepada mereka.”
Saat anak pemberian Allah melalui Elisa itu mati, dengan tenang penuh keyakinan ia melangkah maju dengan keledainya. Ia tidak menangis meraung-raung. Dengan tenang  ia  membawa kepedihannya itu kepada abdi Allah. Ia pun menjawab dengan positif, seperti keyakinan imannya agar anaknya hidup kembali, “Selamat!” Keyakinannya yang kuat akan Allah nampak saat ia tak mau berjalan pulang tanpa Elisa. Anak itu dijanjikan langsung kepadanya, kini ia pun yakin  bahwa harapan pada Allah bukanlah harapan kosong. Sebuah perjuangan cinta ibu, maju dengan iman.


Keluarga yang dikasihi Tuhan, harga dari kesetiaan, ketaatan, dan perjuangan yang tak kenal lelah menghasilkan kemenangan. Stefanus telah mengalaminya. Bagaimana dengan kita? Apakah tantangan kehidupan membuat kita berencana mundur dari panggilan kita sebagai orang percaya atau sebaliknya semakin membuat kita kuat sampai akhir hayat? (argt)
Keluarga yang dikasihi Tuhan, mari merenungkannya: seberapa kuat keyakinan kita akan kesetiaan Allah pada janji-Nya? Seberapa kuat hal itu mendorong kita untuk berani total berharap pada-Nya dan  menjadi daya dorong kita untuk terus bergerak maju dan penuh keyakinan mengatakan yang baik, positif, selamat dan menang dalam perjuangan hidup? Lawan terbesar perjuangan adalah keraguan kita sendiri. Kalahkan keraguan dengan keyakinan akan kuasa Tuhan. Dan majulah untuk menang! (rs)


Pokok Doa hari ini:
Pokok Doa hari ini:
1. Pergumulan Pembaca;
# Pergumulan Pembaca
2. Keluarga-keluarga Kristen;
# Keluarga-keluarga Kristen
3. Bangsa dan Negara;
# Bangsa dan Negara
4. Pelayanan RHK Aletea.
# Pelayanan RHK Aletea.

Revisi terkini sejak 4 Agustus 2015 09.09

Renungan Harian Keluarga Aletea
Renungan Artikel Konseling Kesaksian Jaringan Pelayan Anak Facebook

Templat:Agustus2025

Gagal membuat miniatur: Berkas tak ditemukan

Sabtu, 29 Agustus 2015

Bacaan: 2 Raja-raja 4:8-37

Nats: Ayat 24, 26

Maju Dengan Mantap

Perempuan Sunem ini suci hati dan tenang, hingga ia bisa yakin bahwa Elisa adalah abdi Allah. Ia sangat bisa menata perasaannya, penuh penguasaan diri. Ternyata ia begitu pedih hati karena belum mempunyai anak sementara suaminya sudah tua. Saat Elisa bertanya apa yang bisa Elisa perbuat baginya, ia tak lantas tergoda untuk meluapkan seluruh kepedihannya.

Saat anak pemberian Allah melalui Elisa itu mati, dengan tenang penuh keyakinan ia melangkah maju dengan keledainya. Ia tidak menangis meraung-raung. Dengan tenang ia membawa kepedihannya itu kepada abdi Allah. Ia pun menjawab dengan positif, seperti keyakinan imannya agar anaknya hidup kembali, “Selamat!” Keyakinannya yang kuat akan Allah nampak saat ia tak mau berjalan pulang tanpa Elisa. Anak itu dijanjikan langsung kepadanya, kini ia pun yakin bahwa harapan pada Allah bukanlah harapan kosong. Sebuah perjuangan cinta ibu, maju dengan iman.

Keluarga yang dikasihi Tuhan, mari merenungkannya: seberapa kuat keyakinan kita akan kesetiaan Allah pada janji-Nya? Seberapa kuat hal itu mendorong kita untuk berani total berharap pada-Nya dan menjadi daya dorong kita untuk terus bergerak maju dan penuh keyakinan mengatakan yang baik, positif, selamat dan menang dalam perjuangan hidup? Lawan terbesar perjuangan adalah keraguan kita sendiri. Kalahkan keraguan dengan keyakinan akan kuasa Tuhan. Dan majulah untuk menang! (rs)

Pokok Doa hari ini:

  1. Pergumulan Pembaca
  2. Keluarga-keluarga Kristen
  3. Bangsa dan Negara
  4. Pelayanan RHK Aletea.