24 Agustus 2015: Perbedaan antara revisi

Dari Renungan
←Membuat halaman berisi '{{Aletea}} {{Agustus}} Minggu, 23 Agustus 2015 Bacaan: {{Alkitab|Pengkhotbah 11: 1-6}} Nats: Ayat 4 ==Kalahkan Situasi dan Kondisi== Situasi dan kondisi alam memang t...'
 
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1: Baris 1:
{{Aletea}} {{Agustus}}
{{Aletea}} {{Agustus}}
Minggu, 23 Agustus 2015
Senin, 24 Agustus 2015


Bacaan: {{Alkitab|Pengkhotbah 11: 1-6}}
Bacaan: {{Alkitab|Lukas 22:39-46}}


Nats: Ayat 4
Nats: Ayat 44


==Kalahkan Situasi dan Kondisi==
==Getsemani: Allah Yang Berjuang==


Situasi dan kondisi alam memang tidak dapat kita kendalikan. Tidak ada seorang pun dapat menahan datangnya badai hujan dan angin. Yang dapat dilakukan hanyalah bagaimana menghadapinya agar badai itu tidak menghancurkan kehidupan kita. Tidak sedikit badai angin dan hujan ini membuat kita berhenti beraktivitas, berhenti bekerja, berhenti dalam perjuangan hidup.
Demi sesuatu yang baik, mencintai, sepintas mudah dan tak butuh perjuangan. Hal memberi, seolah berlalu begitu saja: memberi – diterima, selesai. Tidaklah demikian dengan pemberian cinta Allah, harus diperjuangkan hingga kematian. Yang memberi, yang menderita. Ironis memang! Perjuangan cinta.


Pesan Pengkhotbah pasal 11 ini sangat jelas, siapa yang memperhatikan angin dia tidak akan menabur, dan siapa yang senantiasa melihat awan tidak akan menuai. Menabur dan menuai merupakan aktivitas manusia untuk melanjutkan kehidupan, inilah perjuangan hidup. Angin dan awan merupakan simbol dari situasi dan kondisi yang seringkali menjadi penghambat orang untuk bekerja, berusaha, menabur dan menuai. Oleh karenanya Pengkhotbah mau menegaskan bahwa agar dapat terus menabur dan menuai, janganlah kita senantiasa memperhatikan angin dan awan. Bekerjalah terus, berusahalah terus, berjuanglah terus, baik atau tidak baik waktunya.
Dituturkan begitu beratnya penderitaan Yesus tatkala seluruh dosa dunia dibebankan di atas pundak-Nya. Ia mengalami ketegangan emosi dan kesedihan yang mendalam. Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah (hematidrosis). Matius menuliskan kata-kata Yesus: “Hati-Ku sangat sedih seperti mau mati rasanya” (26:38). Begitu besar energi rohani yang Ia butuhkan, Ia berserah pada Bapa-Nya, maka Bapa pun mengirimkan malaikat-Nya untuk memberikan kekuatan. Teladan sempurna di tengah perjuangan besar itu, Ia berserah kepada Tuhan dan makin sungguh-sungguh berdoa. Hanya itu kekuatan-Nya untuk terus fokus dan setia dalam perjuangan cinta-Nya pada dunia.
 
Keluarga yang dikasihi Tuhan, “angin dan awan” berarti hambatan, tantangan dan rintangan. Hal itu bisa saja hadir berupa kondisi alam, situasi sosial ekonomi, bahkan bisa juga sikap malas. Kesemuanya bisa menghambat segala usaha dan perjuangan hidup kita. Oleh karena itu, kalahkanlah situasi dan kondisi itu, maka kita akan terus bergerak maju untuk menabur dan menuai bagi kehidupan kita. (hyl)


Keluarga yang dikasihi Tuhan, mungkin keluarga kita pernah tergoda untuk lebih baik menyerah saja dalam perjuangan hidup. Mari terus setia, karena Tuhan Yesus telah terlebih dahulu berbela rasa,  berjuang demi pengampunan dosa kita. Sebenarnya perjuangan kita sungguh tak sebanding dengan beratnya perjuangan Yesus. Peristiwa Getsemani, adalah Allah yang berjuang. Jadikanlah itu energi untuk kita kembali dan selalu setia dalam perjuangan hidup. Godaan menyerah adalah pengkhianat perjuangan. Setialah walau tak mudah! (rs)
Pokok Doa hari ini:
Pokok Doa hari ini:
1. Pergumulan Pembaca;
1. Pergumulan Pembaca;

Revisi per 3 Agustus 2015 06.29

Renungan Harian Keluarga Aletea
Renungan Artikel Konseling Kesaksian Jaringan Pelayan Anak Facebook

Templat:Agustus2025

Senin, 24 Agustus 2015

Bacaan: Lukas 22:39-46

Nats: Ayat 44

Getsemani: Allah Yang Berjuang

Demi sesuatu yang baik, mencintai, sepintas mudah dan tak butuh perjuangan. Hal memberi, seolah berlalu begitu saja: memberi – diterima, selesai. Tidaklah demikian dengan pemberian cinta Allah, harus diperjuangkan hingga kematian. Yang memberi, yang menderita. Ironis memang! Perjuangan cinta.

Dituturkan begitu beratnya penderitaan Yesus tatkala seluruh dosa dunia dibebankan di atas pundak-Nya. Ia mengalami ketegangan emosi dan kesedihan yang mendalam. Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah (hematidrosis). Matius menuliskan kata-kata Yesus: “Hati-Ku sangat sedih seperti mau mati rasanya” (26:38). Begitu besar energi rohani yang Ia butuhkan, Ia berserah pada Bapa-Nya, maka Bapa pun mengirimkan malaikat-Nya untuk memberikan kekuatan. Teladan sempurna di tengah perjuangan besar itu, Ia berserah kepada Tuhan dan makin sungguh-sungguh berdoa. Hanya itu kekuatan-Nya untuk terus fokus dan setia dalam perjuangan cinta-Nya pada dunia.

Keluarga yang dikasihi Tuhan, mungkin keluarga kita pernah tergoda untuk lebih baik menyerah saja dalam perjuangan hidup. Mari terus setia, karena Tuhan Yesus telah terlebih dahulu berbela rasa, berjuang demi pengampunan dosa kita. Sebenarnya perjuangan kita sungguh tak sebanding dengan beratnya perjuangan Yesus. Peristiwa Getsemani, adalah Allah yang berjuang. Jadikanlah itu energi untuk kita kembali dan selalu setia dalam perjuangan hidup. Godaan menyerah adalah pengkhianat perjuangan. Setialah walau tak mudah! (rs)

Pokok Doa hari ini: 1. Pergumulan Pembaca; 2. Keluarga-keluarga Kristen; 3. Bangsa dan Negara; 4. Pelayanan RHK Aletea.