Dari Renungan
Renungan Harian Keluarga Aletea | |||||
---|---|---|---|---|---|
Renungan | Artikel | Konseling | Kesaksian | Jaringan Pelayan Anak |
Minggu, 26 April 2015
Bacaan: Lukas 23: 44-49
Nats: Ayat 46
Pengorbanan Nyawa
Banyak hal yang dapat dilakukan sebagai wujud pengorbanan kepada orang lain. Ada yang rela berkorban materi, berkorban tenaga, berkorban pikiran, dan berkorban waktu dan kesempatannya. Namun tatkala pengorbanan itu menyangkut soal nyawa, orang akan mengatakan “nanti dulu, aku masih ingin hidup seribu tahun lagi”. Hal ini menunjukkan bahwa betapa sulitnya kita mau berkorban ketika itu menyangkut nyawa.
Dibutuhkan sebuah keberanian dalam kerelaan berkorban nyawa. Karena fase yang harus dilewati sunguh sangat berat walau masih dalam fase awal yaitu keputusan. Belum lagi soal fase berikutnya yaitu mengalami kehilangan nyawa. Membayangkannya saja orang sudah merasa ngeri. Namun hal inilah yang dilakukan oleh Yesus, saat Dia berucap “Ya Bapa, ke dalam tanganMu Kuserahkan nyawaKu”, bukan tanpa sebuah pergumulan hebat. Mengapa Dia mau mengambil keputusan itu? Itulah keputusan dalam ketaatanNya pada rancangan Bapa.
Keluarga yang dikasihi Tuhan, Bapa juga menghendaki kita mau berkorban, walau nyawa sekalipin, demi menolong sesama. FirmanNya jelas di dalam Matius 10:39 “Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya”. Berkorban nyawa adalah kehendakNya, berarti ketika kehilangan nyawa itu adalah kehilangan karena Tuhan, maka kita akan memperolehnya kembali nyawa itu, yaitu dalam wujud kehidupan yang kekal. (hyl)
Pokok Doa hari ini:
- Pergumulan Pembaca;
- Keluarga-keluarga Kristen;
- Bangsa dan Negara;
- Pelayanan RHK Aletea.