Dari Renungan
Renungan Harian Keluarga Aletea | |||||
---|---|---|---|---|---|
Renungan | Artikel | Konseling | Kesaksian | Jaringan Pelayan Anak |
Rabu, 3 September 2014
Bacaan: Efesus 4:25-32
Nats: Ayat 26
Kemarahan Menghambat Kebebasan
Di ultah ke-5, cucu kami, saya mencium dan memberinya selamat. ‘’Makasih, Opa jangan marah-marah lagi,” jawabnya. Saya terperanjat dengan nasihatnya itu. ‘Penyakit marah’ akibat stroke saya ini, membuat seisi rumah tak bebas merdeka berkomunikasi.
Tentunya memerlukan perjuangan sungguh-sungguh untuk menjinakkan emosi. Tetapi, kita harus mengusahakannya, agar meredam marah dan mengubahnya menjadi suasana sukacita dan damaì dalam keluarga. Dalam bacaan hari ini, Paulus mengajar kepada kita, bagaimana meniadakan marah menggantinya dengan kasih. Seisi rumah tidak takut dan sembunyi lagi, tapi bergirang hati, melihat kita tersenyum dengan wajah cerah. Tidak seperti biasanya, kusut dan redup.
Keluarga yang dikasihi Tuhan, mari kita menjalankan tuntunan Paulus di dalam Efesus 4. Pertama, apabila kita marah, jangan kita berbuat dosa. Tidak melakukan tindakan yang menyakiti keluarga baik psikis maupun fisik. Kedua, padamkan amarah kita sebelum matahari terbenam. Harus lekas diselesaikan. Ketiga, kita tidak mengeluarkan kata-kata kotor yang membuat orang tersandung, tapi mengeluarkan kata-kata yang baik hingga yang mendengar, beroleh kasih karunia. Ternyata kebebasan itu bermula dari hati dan bermuara dalam laku.(mtm)
Pokok Doa hari ini:
- Pergumulan Pembaca;
- Keluarga-keluarga Kristen;
- Bangsa dan Negara;
- RHK Aletea