28 Agustus 2015: Perbedaan antara revisi

Dari Renungan
←Membuat halaman berisi '{{Aletea}} {{Agustus}} Kamis, 27 Agustus 2015 Bacaan: {{Alkitab|Roma 4:18–25}} Nats: Ayat 18 ==Perjuangan Iman== Siapa yang tidak kenal dengan Abraham, ‘Bapa oran...'
 
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(1 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Aletea}} {{Agustus}}
{{Aletea}} {{Agustus}}
Kamis, 27 Agustus 2015
[[Berkas:Cover-aletea-Agustus.jpg|220px|left]]
Jumat, 28 Agustus 2015


Bacaan: {{Alkitab|Roma 4:18–25}}
Bacaan: {{Alkitab|Kisah Para Rasul 7:54-8:1}}


Nats: Ayat 18
Nats: Ayat 58


==Perjuangan Iman==
==Berjuang Sampai Mati==


Siapa yang tidak kenal dengan Abraham, ‘Bapa orang beriman’? Kepercayaannya kepada Tuhan tidak diragukan lagi, waktu ia berumur 75 tahun ketika Allah berfirman dan berjanji akan memberikan keturunan kepadanya, dan Alkitab mencatat baru di usia 100 tahunlah ia  memperoleh penggenapan janji Tuhan tersebut (Kej 21:5).
Setia sampai mati adalah semboyan hidup dari mereka yang memiliki prinsip iman yang tangguh. Perhatikan hidup para rasul, mereka begitu rela berkorban dan memiliki daya juang tinggi untuk menegakkan kebenaran sekalipun bertaruh nyawa. Ditusuk dengan pedang, digantung di atas pohon Zaitun, dimasukkan dalam kuali berisi minyak mendidih, dipancung kepala, digantung dan diikat pada kayu salin, dilemparkan dari puncak bangunan, ataupun dilempari batu.


Artinya, 25 tahun Abraham menanti dalam hidupnya untuk memperoleh keturunan dan ini bukanlah hal yang mudah. Bukan hanya itu, ia tetap menanti dengan yakin dalam keadaannya yang sudah tua dan rahim Sara pun telah tertutup, yang bagi manusia mustahil akan memperoleh keturunan. Dibutuhkan keteguhan hati untuk memegang janji Tuhan, dan diperlukan iman yang kuat agar tetap fokus. Berapa banyak anak-anak Tuhan yang goyah ketika sedang ada dalam masa penantian, bahkan tidak sedikit yang kecewa dan pergi meninggalkan Tuhan. Menyedihkan bukan? Tapi inilah proses pendewasaan iman agar menjadi pribadi yang tangguh dan tidak mudah diombang-ambingkan.  
Sekitar tahun 37, diaken Stefanus sang pelayan meja mengalami penganiayaan, dilempari batu hingga meninggal. Anggota Mahkamah Agama sangat marah mengingat isi pembelaan diri Stefanus menyinggung keadaan diri mereka yang sesungguhnya. Bahwa orang-orang Yahudi telah menerima hukum Taurat namun hidup mereka tidak mencerminkan diri sebagai orang yang tahu akan hukum Taurat. Martir pertama ini begitu berani bersaksi bahkan menyatakan apa yang benar. Kepasrahan diri kepada Allahpun menunjukkan kerendahan hatinya sebagai seorang pemberita firman yang handal. Itu tercermin dari kata-kata terakhirnya sebelum meninggal: “Ya Tuhan Yesus terimalah rohku dan jangan tanggungkan dosa ini kepada mereka.


Keluarga yang dikasihi Tuhan, dalam kehidupan kita, banyak sekali  tawaran hidup yang dengan sekejab menggoyahkan iman kita, bahkan terang-terangan mengajak kita untuk menjual iman kita. Mari berjuang, teguh berpegang pada Allah sekalipun rasanya mustahil dan berat, tapi Dia yang kita sembah adalah Allah yang dahsyat. Justru semakin berat ujiannya, makin manis buahnya. Mari teruslah berjuang dalam iman seperti Abraham. (ros)
Keluarga yang dikasihi Tuhan, harga dari kesetiaan, ketaatan, dan perjuangan yang tak kenal lelah menghasilkan kemenangan. Stefanus telah mengalaminya. Bagaimana dengan kita? Apakah tantangan kehidupan membuat kita berencana mundur dari panggilan kita sebagai orang percaya atau sebaliknya semakin membuat kita kuat sampai akhir hayat? (argt)


Pokok Doa hari ini:
Pokok Doa hari ini:
1. Pergumulan Pembaca;
# Pergumulan Pembaca
2. Keluarga-keluarga Kristen;
# Keluarga-keluarga Kristen
3. Bangsa dan Negara;
# Bangsa dan Negara
4. Pelayanan RHK Aletea.
# Pelayanan RHK Aletea.

Revisi terkini sejak 4 Agustus 2015 09.09

Renungan Harian Keluarga Aletea
Renungan Artikel Konseling Kesaksian Jaringan Pelayan Anak Facebook

Templat:Agustus2025

Gagal membuat miniatur: Berkas tak ditemukan

Jumat, 28 Agustus 2015

Bacaan: Kisah Para Rasul 7:54-8:1

Nats: Ayat 58

Berjuang Sampai Mati

Setia sampai mati adalah semboyan hidup dari mereka yang memiliki prinsip iman yang tangguh. Perhatikan hidup para rasul, mereka begitu rela berkorban dan memiliki daya juang tinggi untuk menegakkan kebenaran sekalipun bertaruh nyawa. Ditusuk dengan pedang, digantung di atas pohon Zaitun, dimasukkan dalam kuali berisi minyak mendidih, dipancung kepala, digantung dan diikat pada kayu salin, dilemparkan dari puncak bangunan, ataupun dilempari batu.

Sekitar tahun 37, diaken Stefanus sang pelayan meja mengalami penganiayaan, dilempari batu hingga meninggal. Anggota Mahkamah Agama sangat marah mengingat isi pembelaan diri Stefanus menyinggung keadaan diri mereka yang sesungguhnya. Bahwa orang-orang Yahudi telah menerima hukum Taurat namun hidup mereka tidak mencerminkan diri sebagai orang yang tahu akan hukum Taurat. Martir pertama ini begitu berani bersaksi bahkan menyatakan apa yang benar. Kepasrahan diri kepada Allahpun menunjukkan kerendahan hatinya sebagai seorang pemberita firman yang handal. Itu tercermin dari kata-kata terakhirnya sebelum meninggal: “Ya Tuhan Yesus terimalah rohku dan jangan tanggungkan dosa ini kepada mereka.”

Keluarga yang dikasihi Tuhan, harga dari kesetiaan, ketaatan, dan perjuangan yang tak kenal lelah menghasilkan kemenangan. Stefanus telah mengalaminya. Bagaimana dengan kita? Apakah tantangan kehidupan membuat kita berencana mundur dari panggilan kita sebagai orang percaya atau sebaliknya semakin membuat kita kuat sampai akhir hayat? (argt)

Pokok Doa hari ini:

  1. Pergumulan Pembaca
  2. Keluarga-keluarga Kristen
  3. Bangsa dan Negara
  4. Pelayanan RHK Aletea.