17 Oktober 2015: Perbedaan antara revisi

Dari Renungan
k ←Membuat halaman berisi '{{Aletea}} {{Oktober}} Jumat, 16 Oktober 2015 Bacaan: {{Alkitab|Mazmur 145 : 8-13}} Nats: Ayat 9 ==Kemurahan Hati Bapa== Menyadari bahwa selama hidup di dunia ini ada...'
 
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1: Baris 1:
{{Aletea}} {{Oktober}}
{{Aletea}} {{Oktober}}
Jumat, 16 Oktober 2015
Sabtu, 17 Oktober 2015


Bacaan: {{Alkitab|Mazmur 145 : 8-13}}
Bacaan: {{Alkitab|Keluaran 18 : 13-27}}


Nats: Ayat 9
Nats: Ibrani 25, 26


==Kemurahan Hati Bapa==
==Toleran: Memberi Peran==


Menyadari bahwa selama hidup di dunia ini ada Tuhan yang selalu menyertai, menimbulkan damai di hati – dan mengetahui bahwa Ia tidak pernah meninggalkan kita sendiri, membuat hidup ini nyaman. Firman-Nya dengan tegas berkata: “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau” (Ibr 13:5).
Terkadang di tengah kehidupan yang majemuk ini, manusia seringkali masih mementingkan diri sendiri; sulit menghargai atau berbagi peran dengan orang lain. Awalnya Musa pun demikian, memimpin, menyelesaikan, mengadili perkara bangsa Israel seorang diri. Atas nasihat Yitro, mertuanya, ia mau mengubah paradigma dan sikapnya.


Tahukah kita bahwa dalam hidup ini satu-satunya perkataan yang dapat kita jadikan pegangan hidup adalah PERKATAAN TUHAN. Alkitab menyebutkan bahwa perkataan Tuhan Allah (firmanNya) sebagai perkataan yang mulia, artinya adalah perkataan yang dapat membawa  kita kepada keselamatan yang kekal. Tugas kitalah sebagai anak-anak Tuhan yang sudah menerima jaminan keselamatan itu untuk menjadi saksi Kristus dalam hal memanifestasikan kebaikan Tuhan.
Yitro diam-diam memperhatikan bahwa Musa terlalu lelah bila melakukan tugasnya dengan cara demikian, semua berpusat pada Musa. Dan umat pun akan lelah menunggu terlalu lama perkara mereka. Cara ini tidak efektif. Yitro mengajarkan agar Musa berbagi peran dengan banyak orang Israel yang mempunyai kapasitas, kemampuan bagus dalam hal memimpin: mereka cakap dan takut akan Tuhan; dapat dipercaya dan membenci suap. Di sinilah Musa belajar menghargai mereka, memberdayakan keberagaman kemampuan umat; ia menghargai perbedaan; tidak merendahkan. Musa pada zamannya telah menerapkan toleransi terhadap keberagaman. Hal ini nyata dalam kemauannya memberi peran kepada umat sesuai kemampuan mereka.


Pertanyaannya adalah bagaimana agar semua manusia dapat menerima keselamatan yang Bapa berikan melalui pengorbanan anak-Nya, Yesus Kristus? Mudah, jawabannya adalah dengan menjadikan diri kita sebagai saksi Kristus, yakni mengasihi sesama dan dapat menerima perbedaan yang ada.
Keluarga yang dikasihi Tuhan, kita juga hidup di tengah keberagaman masyarakat. Mari belajar menghargai kemajemukan tersebut bukan hanya dengan kata, tetapi dengan membuka diri dalam hal saling memberi dan menerima peran dalam kapasitas yang berbeda-beda. Itulah bukti nyata toleransi. Banyak hal positif yang dapat diraih: kerukunan, merasa dihargai dan banyak pekerjaan bersama yang lekas terselesaikan. Semuanya demi keadaan bersama yang lebih baik. (aws)
 
Keluarga yang dikasihi Allah, biarlah kebaikan Tuhan yang kita terima dapat kita salurkan, berikan dan nyatakan kepada orang-orang di sekitar kita. Taburlah kasih sebanyak-banyaknya, jangan pelit – Tuhan Yesus dengan tegas berkata: “Hendaklah kamu MURAH HATI, sama seperti Bapamu adalah murah hati” (Luk 6:36). (ros)


Pokok Doa hari ini:  
Pokok Doa hari ini:  

Revisi per 28 September 2015 07.13

Renungan Harian Keluarga Aletea
Renungan Artikel Konseling Kesaksian Jaringan Pelayan Anak Facebook

Templat:Oktober2025

Sabtu, 17 Oktober 2015

Bacaan: Keluaran 18 : 13-27

Nats: Ibrani 25, 26

Toleran: Memberi Peran

Terkadang di tengah kehidupan yang majemuk ini, manusia seringkali masih mementingkan diri sendiri; sulit menghargai atau berbagi peran dengan orang lain. Awalnya Musa pun demikian, memimpin, menyelesaikan, mengadili perkara bangsa Israel seorang diri. Atas nasihat Yitro, mertuanya, ia mau mengubah paradigma dan sikapnya.

Yitro diam-diam memperhatikan bahwa Musa terlalu lelah bila melakukan tugasnya dengan cara demikian, semua berpusat pada Musa. Dan umat pun akan lelah menunggu terlalu lama perkara mereka. Cara ini tidak efektif. Yitro mengajarkan agar Musa berbagi peran dengan banyak orang Israel yang mempunyai kapasitas, kemampuan bagus dalam hal memimpin: mereka cakap dan takut akan Tuhan; dapat dipercaya dan membenci suap. Di sinilah Musa belajar menghargai mereka, memberdayakan keberagaman kemampuan umat; ia menghargai perbedaan; tidak merendahkan. Musa pada zamannya telah menerapkan toleransi terhadap keberagaman. Hal ini nyata dalam kemauannya memberi peran kepada umat sesuai kemampuan mereka.

Keluarga yang dikasihi Tuhan, kita juga hidup di tengah keberagaman masyarakat. Mari belajar menghargai kemajemukan tersebut bukan hanya dengan kata, tetapi dengan membuka diri dalam hal saling memberi dan menerima peran dalam kapasitas yang berbeda-beda. Itulah bukti nyata toleransi. Banyak hal positif yang dapat diraih: kerukunan, merasa dihargai dan banyak pekerjaan bersama yang lekas terselesaikan. Semuanya demi keadaan bersama yang lebih baik. (aws)

Pokok Doa hari ini:

  1. Pergumulan Pembaca;
  2. Keluarga-keluarga Kristen;
  3. Bangsa dan Negara;
  4. Pelayanan RHK Aletea.