Renungan Harian Keluarga Aletea/Artikel Aletea: Perbedaan antara revisi

Dari Renungan
←Membuat halaman berisi '==Menghadirkan Damai Melalui Rekonsiliasi== '''''Oleh:''''' ''Teguh Haryanto STh'' Kata rekonsiliasi terdengar menakutkan. Kata ini dihubungkan dengan keadaan kacau b...'
 
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(36 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
==Menghadirkan Damai Melalui Rekonsiliasi==
{{Aletea}}
Artikel Renungan Harian Keluarga
<cl>


'''''Oleh:''''' ''Teguh Haryanto STh''
* [[Mengenang Jasa Gus Dur: Harmonisasi Kristen Mojowarno Dan Islam Tebuireng]]<br>
Bukan rahasia umum lagi bahwa jasa besar Gus Dur adalah mengukuhkan panji-panji pluralisme. Sebab itu, pernyataan bahwa Gus Dur adalah pejuang pluralisme merupakan sebuah realitas yang tidak terbantahkan lagi.[[Mengenang Jasa Gus Dur: Harmonisasi Kristen Mojowarno Dan Islam Tebuireng|Selanjutnya...]]


Kata rekonsiliasi terdengar  menakutkan.  Kata ini dihubungkan dengan keadaan kacau balau yang terjadi di suatu daerah yang ditimbulkan oleh konflik. Tidak ada pihak yang mau mengalah masing masing menganggap benar dengan alasan dan dasar keyakinan yang benar. Konflik yang terjadi di Aceh, Ambon, sampai Papua dan beberapa daerah di Tanah Air terkesan menakutkan. Untuk mengatasi konflik ini dibutuhkan negosiator, mereka yang bertugas menjadi juru damai. Tugas mereka adalah merekonsiliasi atau menengahi pihak pihak yang berkonflik sehingga kembali menjadi damai seperti semula.
* [[Diakonia: Bukan untuk menciptakan ketergantungan, melainkan untuk memberdayakan dan membebaskan]]<br>
Slogan ini bukan hanya sebagai isapan jempol belaka namun menjadi tantangan bagi gereja apakah diakonia yang selama ini dilakukan sudah dapat memberdayakan warga jemaat di dalam kehidupannya.[[Diakonia: Bukan untuk menciptakan ketergantungan, melainkan untuk memberdayakan dan membebaskan|Selanjutnya...]]


Intensitas kata rekonsiliasi bila diterapkan pada keluarga tentu berbeda. Bisa dibuat sederhana namun juga bisa menjadi rumit sejauh mana persoalan keluarga dipandang. Oleh kaca mata seorang pemerhati masalah keluarga yang bernama M.A.W. Brower melihatnya sangat sederhana mengenai rekonsiliasi, perhatikan apa yang dikatakannya:  ”Keluarga adalah keadaan di mana orang tergabung dengan orang lain. Bapak dengan Ibu, Ibu dengan anak, anak dengan bapak, anak dengan anak.  Setiap orang dalam keluarga mengurus kepentingannya sendiri dan mengikuti jalannya sendiri. Tapi jalan-jalan itu saling bersentuhan dan punya satu muara, yaitu alam umum keluarga.  Setiap orang campur tangan dalam urusan orang lain dalam keluarga. Mengadili yang lain, mengritik yang lain. Kakak minun dari cangkir adiknya, adik memakai piring kakaknya . Anak memakai dasi ayah, dan adik perempuan memakai sarung ibu… Mereka berselisih bertengkar, mengkritik dan berkelahi. Tapi tidak usah berdamai atau minta maaf. Sebab tak pernah mungkin bahwa seseorang betul betul salah terhadap yang lain. Dia adikku, dia kakakku, tak usah diampuni “ (dari Bapak Ibu, dengarlah). Kata-kata Brower ini menyatakan rekonsiliasi dalam keluarga mengalir begitu saja tanpa ada pihak-pihak menginterfensi baik dalam keluarga atau pihak luar keluarga. Perlukah pihak ke tiga dilibatkan ketika ada perselisihan dalam keluarga?  Tunggu dulu dan tahan jangan buru buru lapor ke RT atau lainnya pun seandainya  terjadi KDRT.
* [[Mengandalkan Tuhan Dalam Perjuangan Hidup]]<br>
Spiritualitas Kristen selalu berfokus pada Kristus sebagai Sang Gembala, Kristus sebagai pusat kehidupan, yang kepadaNya setiap kita meletakan pengharapan dan pengabdian dalam tugas panggilan.[[Mengandalkan Tuhan Dalam Perjuangan Hidup|Selanjutnya...]]


Bukan masalah malu diketahui orang lain. Persoalan keluarga sekalipun mendapat pertolongan konsultan keluarga yang handal sekalipun tidak akan dapat menyelesaikan dan mengakhiri masalahnya bila keluarga itu sendiri tidak mau berdamai. Mereka hanya membantu apabila diundang dan diperlukan. Tetapi rekonsiliasi ada pada keluarga sendiri, kunci dipegang oleh setiap anggotanya. Tidak ada persoalan yang tidak dapat diatasi dalam keluarga, serumit dan sepelik apapun, bahkan keluarga yang nampaknya sudah tidak memiliki harapan tetap saja ada solusi untuk mengatasinya.  Rekonsiliasi menjadi bagian yang tidak terkatakan  sejak suami dan istri disatukan dalam ikatan perkawinan. Ketika keduanya mengatakan untuk “menerima” sebagai suami atau istri kemudian lebih lagi berjanji “ dalam sehat ataupun sakit dalam susah atau senang’ di sana ada kata-kata yang tak terucapkan “rekonsiliasi”. Ketika seseorang mau menikah pada saat pacaran baiklah lebih dahulu untuk belajar “proses rekonsiliasi” pada pacarnya. Lihatlah mereka saat pacaran nampaknya tidak banyak masalah, masing masing berusaha ingin berpenampilan menarik, menyenangkan, baik, perhatian, pengertian tidak lupa berusaha saling memberi pujian dan sanjungan. Kamu cantik, ganteng dsb. Mungkin ada pertengkaran tetapi bukan itu yang menyebabkan perpisahan, tetapi jika mereka sudah kehilangan jiwa rekonsiliasi atau sudah tidak nyambung lagi baru mereka akan memilih untuk pisah.
* [[Memahami Fungsi dalam Keluarga]]<br>
Ketika berbicara tentang keluarga, maka tidak terhindarkan kita harus berbicara soal fungsi-fungsi keluarga. Secara singkat, beberapa fungsi dalam keluarga yang harus dijalankan dalam rangka membangun keluarga, antara lain. [[Memahami Fungsi dalam Keluarga|Selanjutnya...]]


Membentuk keluarga berarti siap mengalami rekonsiliasi terus menerus. Anggaplah mesin selalu membutuhkan oli yang mendinginkan dan melicinkan suasana keluarga. Di dalam keluarga ada kehidupan, ada gerakan dinamis dan inovatif. Masing masing memiliki kebebasan untuk bergerak tetapi juga terikat dan bergantung satu dengan lain. Seperti setiap onderdil mesin bergesekan tetapi tidak saling merusak melainkan saling dibutuhkan menjadi satu gerakan bertenaga.
* [[BIJAK MENGIKUTI JAMAN]]<br>


Pergumulan kita adalah siapa yang menjadi power atau kekuatan penggerak yang merekonsiliasi terus menerus dalam keluarga. Keluarga Kristen, disatukan oleh semangat kasih Tuhan.  Dengan semangat cinta kasih, tiap orang dalam keluarga memiliki kesadaran dan kemauan untuk mengoreksi diri sendiri, menerima berbagai kebenaran dan kritik positif dari sesama anggota keluarga serta bersedia mengubah diri. Pengalaman menerima kritik dari sesama anggota keluarga akan memampukan kita untuk menerima kritik dari orang-orang lain di luar keluarga.  
Ibuku pernah mengisahkan: saat ia masih kanak-kanak, ada seorang wanita yang kurang waras, namanya, Nyah Bong. Wanita itu lekat di memori ibuku bukan hanya karena ketidakwarasannya, melainkan lebih karena cara berpakaiannya yang sangat tidak biasa: daster, celana panjang, sweater, kaos, dan jas dipakai bersamaan. [[BIJAK MENGIKUTI JAMAN|Selanjutnya...]]


Mari kita perhatikan skema yang tergambar berikut ini mengacu pada hubugan yang seimbang antar anggota keluarga dalam keluarga Kristen, tampak bahwa suami dan istri yang saling,  mencintai,  mengasihi  dan  setia  untuk  mempersembahkan cinta dan kesetiaan kepada Kristus karena Kristus telah lebih dahulu mengasihi keluarga. Dalam kesetiaan dan kasih kepada Kristus, orang tua berkewajiban mendampingi, membimbing dan memelihara anak-anaknya, terutama memberikan rasa aman secara psykologis, biologis maupun sosial. Anak-anak wajib menghormati dan  mengasihi orang tua dalam kekurangan dan kelebihan mereka sebagai orang tua. Dengan demikian hubungan antar anggota keluarga haruslah seimbang semua saling memberi dan menerima.
* [[Roh Kudus dan Transformasi Keluarga]]<br>


Dalam {{Alkitab|1 Korintus 11: 3; Kolose 3: 18-21; Efesus 5: 22-6: 4}}. Rasul Paulus menegaskan apa artinya menjadikan Kristus sebagai Kepala supaya di dalam keluarga selalu ada jalan keluar bagi masalah yang dihadapi keluarga. Dasar keluarga adalah jalan yang lebih utama dalam membuat ikatan keluarga menjadi makin kuat serta mampu bertahan dari berbagai persoalan. Inilah dasar keluarga itu:
Bagaimana keluarga dapat menjiwai pekerjaan Roh Kudus dalam kehidupannya, maka keluarga harus paham betul bagaimana pekerjaan Roh Kudus itu. Tentu ada banyak pekerjaan Roh Kudus dalam kehidupan manusia, terutama kita sebagai umat percaya. Oleh karena itu berkaitan dengan tema edisi bulan Mei 2015 ini, mari kita membatasi diri pada konteks Jemaat mula-mula. [[Roh Kudus dan Transformasi Keluarga|Selanjutnya...]]
# Memprioritaskan Kristus dalam keluarga. Menjadikan ibadah sebagai napas hidup keluarga.
# Sikap saling mengasihi dan saling menghormati dalam keluarga.
# Cinta kasih yang tanpa batas yang dimiliki setiap anggota keluarga untuk memiliki tekad saling berkorban demi keutuhan lehidupan keluarga.
# Sikap empati dan simpati antar sesama anggota keluarga sebagai kunci  mengatasi berbagai problematika dalam keluarga.


Rekonsiliasi dalam keluarga jangan dibayangkan seperti  konflik yang tejadi di Ambon, Poso, dan daerah-daerah lain di Tanah Air. Jangan menunggu sampai semua menyadari adanya masalah, tetapi ada masalah atau tidak dalam keluarga siap “rekonsiliasi” bersedia memberi dan menerima, mengkritik dan menerima kritikan, melukai dan siap dilukai tetapi masing-masing selalu membawa obat dan perban untuk mengobati dan membalut luka pasangan dan setiap anggota keluarga.  Perhatikan puisi indah ini:
* [[Makna “Turun Ke Dalam Kerajaan Maut]]<br>


{{kutip|Christ is the Head of this home<br> The silent Listener to every conversation<br> The unseen guest at every meal}}
Paska yang dipahami sebagai kebangkitan Kristus tentu tidak terbantahkan. Paulus sendiri dalam suratnya kepada jemaat Korintus menegaskan peristiwa kebangkitan Kritus adalah sebuah kemenangan atas maut [[Makna “Turun Ke Dalam Kerajaan Maut”|Selanjutnya...]]


Semoga artikel ini mendasari Keluarga kita yang siap dan selalu merekonsiliasisi diri setiap anggota keluarga . Sebab Kristus hadir sebagai pendengar meskipun Ia diam. Kristus adalah tamu yang tidak kelihatan setiapkali kami makan (makan bersama semeja gambaran inti sebuah keluarga).
* [[REMEMBERING GOD’S PROMISE” MENGINGAT JANJI TUHAN ITU MENGHIDUPKAN DAYA TAHAN ROHANI YANG LUAR BIASA]]<br>


• Alumnus Fakultas Teologi Universitas Kristen Duta Wacana Jogjakarta
Sebagian besar dari kita mungkin pernah mengalami proses “mengingat” kemudian “lupa”, mengingat kembali dan kembali lupa lagi dan seterusnya. Kita menganggap hal tersebut normal-normal saja dan jarang menaruh perhatian terhadap hal ini.[[REMEMBERING GOD’S PROMISE” MENGINGAT JANJI TUHAN ITU MENGHIDUPKAN DAYA TAHAN ROHANI YANG LUAR BIASA|Selanjutnya...]]
 
* [[Mengajarkan Kebohongan Pada Anak]]<br>
 
Mungkin Anda bertanya-tanya, mengapa judul artikel ini seperti itu? Saya hanya ingin mengingatkan bahwa sebagai seorang tua, kita terkadang disadari atau tidak sering mengajarkan kebohongan kepada anak-anak kita.[[Mengajarkan Kebohongan Pada Anak|Selanjutnya...]]
 
* [[Pengakuan dan Harapan]]
 
Ada dua hal yang kemungkinan sulit untuk dilakukan oleh orang yang sedang dalam pergumulan atau keterpurukan: pertama, flashback melihat ke belakang dan menemukan kebaikan-kebaikan, tindakan dan pertolongan kasih pihak lain, dan itu membuatnya melihat bahwa masih ada kebaikan dan hidupnya.[[Pengakuan dan Harapan|Selanjutnya...]]
 
* [[Saya PEMIMPIN...!!]]
 
Siapa itu pemimpin? Jawabannya adalah kita semua. Karena semua orang yang ada di muka bumi ini adalah pemimpin. [[Saya PEMIMPIN|Selanjutnya...]]
 
* [[Belajar Berbagi]]
 
Suatu kali seorang kawan bercerita bagaimana dua orang anaknya begitu sulit untuk berbagi.  “Setiap hari anak-anak saya kerap ribut soal banyak hal. Kakaknya tidak mau mengalah, demikian juga sebaliknya.[[Belajar Berbagi|Selanjutnya...]]
 
* [[Dampak Revolusi Industri Bagi Keluarga]]
 
Semua kita tentu mendambakan kebersamaan dalam keluarga. Selalu ada acara-acara bersama di rumah, apalagi moment-moment penting seperti ulang tahun, kenaikan kelas, liburan sekolah anak-anak, Natal, dsb.[[Dampak Revolusi Industri Bagi Keluarga|Selanjutnya...]]
 
* [[BERSINERGI MEMBANGUN SPIRITUALITAS ANAK]]
 
Sekolah Minggu berawal dari Inggris di tahun 1780 di bawah seorang guru bernama Robert Raikes. Pada awalnya, Sekolah Minggu merupakan sebuah sekolah sederhana untuk anak-anak miskin belajar menulis dan membaca, sehingga mereka bisa mengerti apa yang tertulis dalam Alkitab.[[BERSINERGI MEMBANGUN SPIRITUALITAS ANAK|Selanjutnya...]]
 
* [[Kehidupan Adalah Sebuah Kenangan]]
 
Penduduk di negara maju sangat merasakan kesepian terkhusus para orang yang lanjut usia, karena tidak mempunyai keluarga, hidup sebatang kara, dan tidak punya teman (hal ini biasa di negara maju karena ada yang mau hidup sendiri tanpa mempunyai pasangan hidup atau sanak keluarga).[[Kehidupan Adalah Sebuah Kenangan|Selanjutnya...]]
 
* [[Peran Keluarga Dalam Kelahiran Kristus]]
 
Natal tlah tiba…. Natal tlah tiba… horeeee…. horeeee… horeee…. 
Sepenggal lagu yang selalu menggema dalam suasana Natal setiap tahunnya. tidak saja menyampaikan bahwa natal telah tiba, tetapi juga keceriaan anak-anak yang begitu bersukacita ketika natal tiba, akan ada kado natal, baju baru, sepatu, dll. [[Peran Keluarga Dalam Kelahiran Kristus|Selanjutnya...]]
 
* [[Menjaga Keutuhan Keluarga]]
 
Keutuhan adalah keadaan sempurna sebagaimana adanya atau sebagaimana semula (tidak berubah, tidak rusak, tidak berkurang, dsb). Pengertian yang demikian mengajak kita mencermati titik berangkat keutuhan keluarga itu dari dua keadaan awal: [[Menjaga Keutuhan Keluarga|Selanjutnya...]]
 
* [[Dampak Tutur dan Sikap Orangtua Terhadap Anak Berdasarkan Kisah Raja Daud]]
 
Sepanjang kisah perjalanan bangsa Israel mulai dari pemerintahan Saul sampai dengan kehidupan para raja Israel dan Yehuda, Raja Daud menjadi  tokoh yang banyak disebut dalam Alkitab. Begitu juga ketika Tuhan Yesus lahir dan hidup di dunia, Daud menjadi tokoh tipologi Yesus yang penggenapannya terjadi pada saat Tuhan Yesus datang. [[Dampak Tutur dan Sikap Orangtua Terhadap Anak Berdasarkan Kisah Raja Daud|Selanjutnya...]]
 
* [[Merdeka dari Belenggu]]
 
Konsep tentang dosa sering mengalami penyederhanaan, mulai dari pengucapannya, yang dapat berpengaruh pada cara berpikir tentang dosa, tindakan serta dampaknya. Hal ini nyata dari anggapan dosa sebagai perkara ringan, hanya “kesalahan” yang dapat dikendalikan, dan tidak perlu diwaspadai, apalagi dijauhi. Apakah demikian?[[Merdeka dari Belenggu|Selanjutnya...]]
 
* [[Mendidik Melalui Teladan]]
 
Salah satu prinsip dalam pembelajaran kepada anak balita ialah melalui percontohan orang tua, yang lebih kuat pengaruhnya dibandingkan dengan pendidikan kognitif. Disini anak melihat langsung keteladanan orang tua dalam menyikapi berbagai masalah. Anak juga ingin membuktikan apakah tindakan orang tua selaras dengan didikan yang disampaikannya. [[Mendidik_Melalui_Teladan|Selanjutnya...]]
 
* [[Menghadirkan Damai Melalui Rekonsiliasi]]
 
Kata rekonsiliasi terdengar  menakutkan.  Kata ini dihubungkan dengan keadaan kacau balau yang terjadi di suatu daerah yang ditimbulkan oleh konflik. Tidak ada pihak yang mau mengalah masing masing menganggap benar dengan alasan dan dasar keyakinan yang benar. Konflik yang terjadi di Aceh, Ambon, sampai Papua dan beberapa daerah di Tanah Air terkesan menakutkan. [[Menghadirkan_Damai_Melalui_Rekonsiliasi|Selanjutnya...]]
 
* [[Spiritualitas Ribka]]
 
Tema bulan ini adalah Mengasihi Di Atas Rata-rata, menjadi ajakan bagi kita untuk mengasihi dengan kasih yang lebih, tidak rata-rata. Artinya kasih yang diberikan harus melebihi orang pada umumnya, tentu baik secara kuantitas maupun secara kualitas. [[Spiritualitas_Ribka|Selengkapnya...]]
 
</cl>

Revisi terkini sejak 29 September 2015 04.10

Renungan Harian Keluarga Aletea
Renungan Artikel Konseling Kesaksian Jaringan Pelayan Anak Facebook

Artikel Renungan Harian Keluarga <cl>

Bukan rahasia umum lagi bahwa jasa besar Gus Dur adalah mengukuhkan panji-panji pluralisme. Sebab itu, pernyataan bahwa Gus Dur adalah pejuang pluralisme merupakan sebuah realitas yang tidak terbantahkan lagi.Selanjutnya...

Slogan ini bukan hanya sebagai isapan jempol belaka namun menjadi tantangan bagi gereja apakah diakonia yang selama ini dilakukan sudah dapat memberdayakan warga jemaat di dalam kehidupannya.Selanjutnya...

Spiritualitas Kristen selalu berfokus pada Kristus sebagai Sang Gembala, Kristus sebagai pusat kehidupan, yang kepadaNya setiap kita meletakan pengharapan dan pengabdian dalam tugas panggilan.Selanjutnya...

Ketika berbicara tentang keluarga, maka tidak terhindarkan kita harus berbicara soal fungsi-fungsi keluarga. Secara singkat, beberapa fungsi dalam keluarga yang harus dijalankan dalam rangka membangun keluarga, antara lain. Selanjutnya...

Ibuku pernah mengisahkan: saat ia masih kanak-kanak, ada seorang wanita yang kurang waras, namanya, Nyah Bong. Wanita itu lekat di memori ibuku bukan hanya karena ketidakwarasannya, melainkan lebih karena cara berpakaiannya yang sangat tidak biasa: daster, celana panjang, sweater, kaos, dan jas dipakai bersamaan. Selanjutnya...

Bagaimana keluarga dapat menjiwai pekerjaan Roh Kudus dalam kehidupannya, maka keluarga harus paham betul bagaimana pekerjaan Roh Kudus itu. Tentu ada banyak pekerjaan Roh Kudus dalam kehidupan manusia, terutama kita sebagai umat percaya. Oleh karena itu berkaitan dengan tema edisi bulan Mei 2015 ini, mari kita membatasi diri pada konteks Jemaat mula-mula. Selanjutnya...

Paska yang dipahami sebagai kebangkitan Kristus tentu tidak terbantahkan. Paulus sendiri dalam suratnya kepada jemaat Korintus menegaskan peristiwa kebangkitan Kritus adalah sebuah kemenangan atas maut Selanjutnya...

Sebagian besar dari kita mungkin pernah mengalami proses “mengingat” kemudian “lupa”, mengingat kembali dan kembali lupa lagi dan seterusnya. Kita menganggap hal tersebut normal-normal saja dan jarang menaruh perhatian terhadap hal ini.Selanjutnya...

Mungkin Anda bertanya-tanya, mengapa judul artikel ini seperti itu? Saya hanya ingin mengingatkan bahwa sebagai seorang tua, kita terkadang disadari atau tidak sering mengajarkan kebohongan kepada anak-anak kita.Selanjutnya...

Ada dua hal yang kemungkinan sulit untuk dilakukan oleh orang yang sedang dalam pergumulan atau keterpurukan: pertama, flashback melihat ke belakang dan menemukan kebaikan-kebaikan, tindakan dan pertolongan kasih pihak lain, dan itu membuatnya melihat bahwa masih ada kebaikan dan hidupnya.Selanjutnya...

Siapa itu pemimpin? Jawabannya adalah kita semua. Karena semua orang yang ada di muka bumi ini adalah pemimpin. Selanjutnya...

Suatu kali seorang kawan bercerita bagaimana dua orang anaknya begitu sulit untuk berbagi. “Setiap hari anak-anak saya kerap ribut soal banyak hal. Kakaknya tidak mau mengalah, demikian juga sebaliknya.Selanjutnya...

Semua kita tentu mendambakan kebersamaan dalam keluarga. Selalu ada acara-acara bersama di rumah, apalagi moment-moment penting seperti ulang tahun, kenaikan kelas, liburan sekolah anak-anak, Natal, dsb.Selanjutnya...

Sekolah Minggu berawal dari Inggris di tahun 1780 di bawah seorang guru bernama Robert Raikes. Pada awalnya, Sekolah Minggu merupakan sebuah sekolah sederhana untuk anak-anak miskin belajar menulis dan membaca, sehingga mereka bisa mengerti apa yang tertulis dalam Alkitab.Selanjutnya...

Penduduk di negara maju sangat merasakan kesepian terkhusus para orang yang lanjut usia, karena tidak mempunyai keluarga, hidup sebatang kara, dan tidak punya teman (hal ini biasa di negara maju karena ada yang mau hidup sendiri tanpa mempunyai pasangan hidup atau sanak keluarga).Selanjutnya...

Natal tlah tiba…. Natal tlah tiba… horeeee…. horeeee… horeee…. Sepenggal lagu yang selalu menggema dalam suasana Natal setiap tahunnya. tidak saja menyampaikan bahwa natal telah tiba, tetapi juga keceriaan anak-anak yang begitu bersukacita ketika natal tiba, akan ada kado natal, baju baru, sepatu, dll. Selanjutnya...

Keutuhan adalah keadaan sempurna sebagaimana adanya atau sebagaimana semula (tidak berubah, tidak rusak, tidak berkurang, dsb). Pengertian yang demikian mengajak kita mencermati titik berangkat keutuhan keluarga itu dari dua keadaan awal: Selanjutnya...

Sepanjang kisah perjalanan bangsa Israel mulai dari pemerintahan Saul sampai dengan kehidupan para raja Israel dan Yehuda, Raja Daud menjadi tokoh yang banyak disebut dalam Alkitab. Begitu juga ketika Tuhan Yesus lahir dan hidup di dunia, Daud menjadi tokoh tipologi Yesus yang penggenapannya terjadi pada saat Tuhan Yesus datang. Selanjutnya...

Konsep tentang dosa sering mengalami penyederhanaan, mulai dari pengucapannya, yang dapat berpengaruh pada cara berpikir tentang dosa, tindakan serta dampaknya. Hal ini nyata dari anggapan dosa sebagai perkara ringan, hanya “kesalahan” yang dapat dikendalikan, dan tidak perlu diwaspadai, apalagi dijauhi. Apakah demikian?Selanjutnya...

Salah satu prinsip dalam pembelajaran kepada anak balita ialah melalui percontohan orang tua, yang lebih kuat pengaruhnya dibandingkan dengan pendidikan kognitif. Disini anak melihat langsung keteladanan orang tua dalam menyikapi berbagai masalah. Anak juga ingin membuktikan apakah tindakan orang tua selaras dengan didikan yang disampaikannya. Selanjutnya...

Kata rekonsiliasi terdengar menakutkan. Kata ini dihubungkan dengan keadaan kacau balau yang terjadi di suatu daerah yang ditimbulkan oleh konflik. Tidak ada pihak yang mau mengalah masing masing menganggap benar dengan alasan dan dasar keyakinan yang benar. Konflik yang terjadi di Aceh, Ambon, sampai Papua dan beberapa daerah di Tanah Air terkesan menakutkan. Selanjutnya...

Tema bulan ini adalah Mengasihi Di Atas Rata-rata, menjadi ajakan bagi kita untuk mengasihi dengan kasih yang lebih, tidak rata-rata. Artinya kasih yang diberikan harus melebihi orang pada umumnya, tentu baik secara kuantitas maupun secara kualitas. Selengkapnya...

</cl>