Dari Renungan
Renungan Harian Keluarga Aletea | |||||
---|---|---|---|---|---|
Renungan | Artikel | Konseling | Kesaksian | Jaringan Pelayan Anak |
< | Juli 2014 | > | ||||
'14 | ||||||
M | S | S | R | K | J | S |
1 | 2 | 3 | 4 | 5 | ||
6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 |
13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 |
20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 |
27 | 28 | 29 | 30 | 31 | ||
Bacaan: Kejadian 18: 1-15
Nats: Ayat 10
Tawa Harapan
Kemandulan dalam masyarakat Yahudi adalah aib. Secara pribadi, hal itu sangat mempengaruhi citra diri, minder dan ada rasa tak berarti; sekaligus pandangan keluarga yang melihatnya sebagai 'tidak sempurna.' Betapa besarnya tekanan batin bagi perempuan yang demikian. Namun Allah sangat memperhatikan jeritan batin mereka, diubahkan menjadi tawa harapan.
Abraham sejak awal nampak sangat patuh, santun menyikapi berita gembira itu. Sara 'tertawa' rasanya tidak percaya, tidak mungkin karena ia memandangnya dengan matematika manusia. Tiga tamu itu bekerja dengan cara Tuhan. Dalam ayat 15 Sara menyangkal, hatinya mulai berubah untuk melihat janji karya Tuhan. Tawa mustahilnya diubahkan menjadi tawa harapan. Ia hanya perlu mengakui kegetiran hatinya, keraguannya agar Tuhan mampukan melihat harapan
Keluarga yang dikasihi Tuhan, dalam keterpurukan, seolah Tuhan diam, TIDAK! Itu karena mata batin kita tersamar kesedihan dan keterpurukan. Matematika Tuhan: 0+0= nyata! Itulah iman. Dari situ mari kita belajar berani menaruh harap dalam Tuhan, tidak ada yang mustahil bagi-Nya. Di dalam Tuhan kita mempunyai tawa harapan, karena Dia-lah sumber kehidupan kita, sumber kesegaran jalan dan langkah keluarga kita. (rs)
Pokok Doa hari ini:
- Pergumulan Pembaca;
- Keluarga-keluarga Kristen;
- Bangsa (Komnas Perempuan & Anak);
- Aletea (Program Taman Baca)