7 Maret 2014

Dari Renungan
Revisi sejak 8 April 2014 05.03 oleh Renungan (bicara | kontrib)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Renungan Harian Keluarga Aletea
Renungan Artikel Konseling Kesaksian Jaringan Pelayan Anak Facebook
< Maret 2014 >
            '14
M S S R K J S
  1
2 3 4 5 6 7 8
9 10 11 12 13 14 15
16 17 18 19 20 21 22
23 24 25 26 27 28 29
30 31
Kalender Setahun

Sabtu, 1 Maret 2014

Bacaan: Nehemia 5:1-13

Membangun Kepedulian

Nats: Kataku: "Tidaklah patut apa yang kamu lakukan itu! Biarlah kita hapuskan hutang mereka itu!" (Nehemia 5: 9a,10b)

Kepedulian kepada sesama dewasa ini cenderung makin terkikis. Maka sering terjadi dalam hubungan darah, seseorang memang ada ikatan persaudaraan (basodara, sedulur, dll), tapi jika bicara uang (harta), maka lain cerita. Mudah sekali terjadi masalah perebutan harta warisan antar saudara.

Pada jaman Nehemia, rasa sosial (peduli) pada saudara sebangsa menjadi kendor karena masalah sosial yang begitu berat menekan. Muncul soal rentenir, sampai kepada soal gadai-menggadai tanah karena mesti membayar pajak yang ditentukan pemerintah. Kehidupan rakyat semakin berat. Nehemia marah terhadap pelaku ketidakadilan, karena mereka tidak punya rasa peduli pada saudara sebangsanya. Atas arahannya, maka mereka bersedia bahkan berjanji mengembalikan hak-hak rakyat sebagaimana sediakala.

Keluarga yang dikasihi Tuhan, belajar dari prinsip Nehemia, maka seharusnya kita bersedia untuk berkorban bagi orang-orang yang ditindas. Mungkin kita tidak punya uang cukup untuk membantu mereka tetapi kita bisa terus memperdengarkan suara pembebasan bagi pihak lain. Bermula dari keluarga, mari kita saling membangun dan mengembangkan rasa peduli. (arg)

DOA: Tuhan, mampukan kami untuk peduli pada yang lemah dengan memperjuangkan hak-hak mereka. Amin Jumat, 7 Maret 2014

Bacaan: Yohanes 10:1-21

Pengorbanan Adalah Cinta

Nats: Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya; (Yohanes 10:11)

Saat krisis moneter 1997, saya masih SMP. Untuk bisa makan daging ayam bagi kami adalah sesuatu yang mewah. Suatu malam, Papa membawa beberapa potong kecil ayam goreng. Kami semua kebagian, kecuali papa dan mama. Bagi mereka lebih baik kami saja yang makan.

Selang 12 tahun kemudian, papa sakit dan dirawat cukup lama di rumah sakit. Saat itulah saya menungguinya dan pekerjaan saya terbengkalai demi fokus merawat papa. Sampai akhirnya papa meninggal, saya bersama kedua kakak harus menyelesaikan semua urusan hutang-piutang. Namun demikian, kami tidak merasa rugi dan kehilangan banyak hal untuk papa.

Keluarga yang dikasihi Tuhan, saling berkorban dalam keluarga harus dilakukan dengan sukacita. Mengapa? Karena Yesus lebih dahulu melakukannya untuk kita. Ia menganggap kita keluarga-Nya sendiri, hal inilah yang Yesus ungkapkan dalam cerita Gembala yang baik. Kita ibarat domba yang bodoh, namun Yesus rela mengorbankan nyawa-Nya karena kita milik-Nya yang berharga. Berterima kasihlah atas pengorbanan sanak saudara kita. Pengorbanan dalam keluarga adalah cinta dari Tuhan. (rtgr)

DOA: Tuhan, terima kasih karena Engkau memberi kami keluarga dan mereka rela berkorban untuk kami. Terima kasih atas cinta-Mu, ya Tuhan. Amin