22 Maret 2014

Dari Renungan
Revisi sejak 8 April 2014 05.03 oleh Renungan (bicara | kontrib)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Renungan Harian Keluarga Aletea
Renungan Artikel Konseling Kesaksian Jaringan Pelayan Anak Facebook
< Maret 2014 >
            '14
M S S R K J S
  1
2 3 4 5 6 7 8
9 10 11 12 13 14 15
16 17 18 19 20 21 22
23 24 25 26 27 28 29
30 31
Kalender Setahun

Sabtu, 1 Maret 2014

Bacaan: Nehemia 5:1-13

Membangun Kepedulian

Nats: Kataku: "Tidaklah patut apa yang kamu lakukan itu! Biarlah kita hapuskan hutang mereka itu!" (Nehemia 5: 9a,10b)

Kepedulian kepada sesama dewasa ini cenderung makin terkikis. Maka sering terjadi dalam hubungan darah, seseorang memang ada ikatan persaudaraan (basodara, sedulur, dll), tapi jika bicara uang (harta), maka lain cerita. Mudah sekali terjadi masalah perebutan harta warisan antar saudara.

Pada jaman Nehemia, rasa sosial (peduli) pada saudara sebangsa menjadi kendor karena masalah sosial yang begitu berat menekan. Muncul soal rentenir, sampai kepada soal gadai-menggadai tanah karena mesti membayar pajak yang ditentukan pemerintah. Kehidupan rakyat semakin berat. Nehemia marah terhadap pelaku ketidakadilan, karena mereka tidak punya rasa peduli pada saudara sebangsanya. Atas arahannya, maka mereka bersedia bahkan berjanji mengembalikan hak-hak rakyat sebagaimana sediakala.

Keluarga yang dikasihi Tuhan, belajar dari prinsip Nehemia, maka seharusnya kita bersedia untuk berkorban bagi orang-orang yang ditindas. Mungkin kita tidak punya uang cukup untuk membantu mereka tetapi kita bisa terus memperdengarkan suara pembebasan bagi pihak lain. Bermula dari keluarga, mari kita saling membangun dan mengembangkan rasa peduli. (arg)

DOA: Tuhan, mampukan kami untuk peduli pada yang lemah dengan memperjuangkan hak-hak mereka. Amin Sabtu, 22 Maret 2014

Bacaan: Roma 12:1-8

Berkorban: Realisasi Kasih

Nats: Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita. (Roma 12:6a)

Mempersembahkan hidup dalam kesucian adalah merupakan persembahan yang berkenan kepada

Allah. Di dalam Kristus Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya.

Paulus menegaskan bahwa jemaat di Roma dan setiap orang percaya telah menerima panggilan Allah dan dijadikan orang-orang kudus. Oleh karenanya, setiap orang percaya mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah, sebagai bentuk ibadah yang sejati; dan jangan menjadi serupa dengan dunia ini.

Keluarga yang dikasihi Tuhan, Paulus menyampaikan nasihat itu demi kemurahan Allah yang sudah dilimpahkan kepada kita, umat-Nya. Jadi, persembahan kita adalah wujud pengucapan syukur. Di dalam kita hidup bermasyarakat, kesaksian hidup secara Kristen itu harus nyata, dan pertama-tama tentu dalam keluarga. Kita adalah satu tubuh di dalam Kristus, dengan karunia yang tidak sama. Oleh sebab itu kita terpanggil untuk saling mau berkorban dalam kebersamaan. Dengan demikian realitas kasih dengan dan dalam berkorban harus nyata. (tm)

DOA: Pimpinlah kami, ya Tuhan, agar dapat mempersembahkan hidup yang didasari ketaatan akan firman-Mu yang hidup dan kuat. Amin