24 Maret 2014
Renungan Harian Keluarga Aletea | |||||
---|---|---|---|---|---|
Renungan | Artikel | Konseling | Kesaksian | Jaringan Pelayan Anak |
< | Maret 2014 | > | ||||
'14 | ||||||
M | S | S | R | K | J | S |
1 | ||||||
2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 |
9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 |
16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 |
23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 |
30 | 31 | |||||
Kalender Setahun |
Sabtu, 1 Maret 2014
Bacaan: Nehemia 5:1-13
Membangun Kepedulian
Nats: Kataku: "Tidaklah patut apa yang kamu lakukan itu! Biarlah kita hapuskan hutang mereka itu!" (Nehemia 5: 9a,10b)
Kepedulian kepada sesama dewasa ini cenderung makin terkikis. Maka sering terjadi dalam hubungan darah, seseorang memang ada ikatan persaudaraan (basodara, sedulur, dll), tapi jika bicara uang (harta), maka lain cerita. Mudah sekali terjadi masalah perebutan harta warisan antar saudara.
Pada jaman Nehemia, rasa sosial (peduli) pada saudara sebangsa menjadi kendor karena masalah sosial yang begitu berat menekan. Muncul soal rentenir, sampai kepada soal gadai-menggadai tanah karena mesti membayar pajak yang ditentukan pemerintah. Kehidupan rakyat semakin berat. Nehemia marah terhadap pelaku ketidakadilan, karena mereka tidak punya rasa peduli pada saudara sebangsanya. Atas arahannya, maka mereka bersedia bahkan berjanji mengembalikan hak-hak rakyat sebagaimana sediakala.
Keluarga yang dikasihi Tuhan, belajar dari prinsip Nehemia, maka seharusnya kita bersedia untuk berkorban bagi orang-orang yang ditindas. Mungkin kita tidak punya uang cukup untuk membantu mereka tetapi kita bisa terus memperdengarkan suara pembebasan bagi pihak lain. Bermula dari keluarga, mari kita saling membangun dan mengembangkan rasa peduli. (arg)
DOA: Tuhan, mampukan kami untuk peduli pada yang lemah dengan memperjuangkan hak-hak mereka. Amin Senin, 24 Maret 2014
Bacaan: Kisah Para Rasul 20:17-38
Walau Harus Berlubang
Nats: Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah... (Kisah Para Rasul 20:35a)
Melihat ulat kecil dan kurus itu telah menggerakkan hati Daun Hijau untuk melakukan sesuatu. Ia memberikan sedikit dari dirinya untuk makanan si ulat, ia akan tetap hijau, hanya saja akan kelihatan berlobang-lobang. Meskipun demikian ia bahagia bisa melakukan sesuatu bagi ulat kecil yang lapar itu.
Perpisahan Paulus dengan para Penatua di Efesus sangat mengharukan. Prinsip hidup beriman telah diteladankan Paulus kepada mereka yakni berupaya sedemikian rupa menghidupi kebutuhan hidupnya. Ia tidak membebani orang lain, tetapi justru memberi diri/ berkorban bagi orang lain. Kasih Paulus makin nampak di saat dia berani berkorban bagi orang lain.
Keluarga yang dikasihi Tuhan, Daun Hijau berbaik hati, tidak menutup mata dan telinga bagi kesulitan ulat. Merelakan kesenangan dan kepentingan bagi sesama tidaklah mudah, kemungkinan besar kita harus terluka, berlobang-lobang, namun indah dan menyenangkan. Kita bahagia melihat sesama tersenyum. Hidup ini singkat bagai Daun Hijau yang suatu saat akan layu dan kering, maka buat hidup ini indah dengan berani berkorban bagi sesama. (arg)
DOA: Tuhan yang baik, buat kami memiliki kerinduan berkorban bagi sesama. Amin