27 Maret 2014

Dari Renungan
Revisi sejak 8 April 2014 05.03 oleh Renungan (bicara | kontrib)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Renungan Harian Keluarga Aletea
Renungan Artikel Konseling Kesaksian Jaringan Pelayan Anak Facebook
< Maret 2014 >
            '14
M S S R K J S
  1
2 3 4 5 6 7 8
9 10 11 12 13 14 15
16 17 18 19 20 21 22
23 24 25 26 27 28 29
30 31
Kalender Setahun

Sabtu, 1 Maret 2014

Bacaan: Nehemia 5:1-13

Membangun Kepedulian

Nats: Kataku: "Tidaklah patut apa yang kamu lakukan itu! Biarlah kita hapuskan hutang mereka itu!" (Nehemia 5: 9a,10b)

Kepedulian kepada sesama dewasa ini cenderung makin terkikis. Maka sering terjadi dalam hubungan darah, seseorang memang ada ikatan persaudaraan (basodara, sedulur, dll), tapi jika bicara uang (harta), maka lain cerita. Mudah sekali terjadi masalah perebutan harta warisan antar saudara.

Pada jaman Nehemia, rasa sosial (peduli) pada saudara sebangsa menjadi kendor karena masalah sosial yang begitu berat menekan. Muncul soal rentenir, sampai kepada soal gadai-menggadai tanah karena mesti membayar pajak yang ditentukan pemerintah. Kehidupan rakyat semakin berat. Nehemia marah terhadap pelaku ketidakadilan, karena mereka tidak punya rasa peduli pada saudara sebangsanya. Atas arahannya, maka mereka bersedia bahkan berjanji mengembalikan hak-hak rakyat sebagaimana sediakala.

Keluarga yang dikasihi Tuhan, belajar dari prinsip Nehemia, maka seharusnya kita bersedia untuk berkorban bagi orang-orang yang ditindas. Mungkin kita tidak punya uang cukup untuk membantu mereka tetapi kita bisa terus memperdengarkan suara pembebasan bagi pihak lain. Bermula dari keluarga, mari kita saling membangun dan mengembangkan rasa peduli. (arg)

DOA: Tuhan, mampukan kami untuk peduli pada yang lemah dengan memperjuangkan hak-hak mereka. Amin Kamis, 27 Maret 2014

Bacaan: Markus 6:30-34

Mau Diganggu

Nats: Sebab memang begitu banyaknya orang yang datang dan yang pergi, sehingga makan pun mereka tidak sempat. (Markus 6:31b)

Dunia ini sedang mengejar kebahagiaan tanpa mau diganggu oleh kesulitan orang lain. Tetapi Yesus justru mengundang mereka, "Marilah kepada-Ku semua yang letih lesu dan berbeban berat...".

Karena banyaknya orang yang datang dan pergi kepada-Nya, sampai-sampai Yesus dan para murid tak sempat makan. Dengan undangan di atas, menggambarkan bahwa Yesus mau diganggu, menyediakan diri untuk orang lain. Melihat mereka, justru hati-Nya tergerak oleh belas kasihan. Ia rela mengorbankan atau menomorsekiankan kepentingan diri.

Keluarga yang dikasihi Tuhan, mungkin pernah kita merasa terganggu dengan kehadiran orang lain. Saat itulah kita merasa kebahagiaan adalah sesuatu yang terjadi bila tanpa orang lain. Hanya saya dan saya. Belajar dari sikap Yesus, hidup tidak berpusat pada diri sendiri; semangat berkorban; mau hadir dan menerima kehadiran orang lain tanpa merasa terganggu. Mungkin saat ini mereka yang butuh kita, mungkin suatu saat kita yang memerlukan mereka. Hidup itu saling memberi dan menerima. Pertama- tama, itulah yang kita polakan dalam hidup berkeluarga.(rs)

DOA: Bapa, Engkau sangat peduli kepada kami tanpa merasa terganggu. Kami mau belajar hidup berbagi dengan sesama, agar bisa membagi sukacita kami. Amin