Dari Renungan
Renungan Harian Keluarga Aletea | |||||
---|---|---|---|---|---|
Renungan | Artikel | Konseling | Kesaksian | Jaringan Pelayan Anak |
< | Februari 2015 | > | ||||
'14 | '15 | |||||
M | S | S | R | K | J | S |
1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 |
8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 |
15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 |
22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 |
Kamis, 12 Februari 2015
Bacaan: Filemon: 4-16
Nats: Ayat 9a
Jembatan Kasih
Seperti yang sudah kita ketahui bahwa budak dalam jaman Alkitab tidak mempunyai hak, bahkan atas dirinya sendiri. Ketika Onesimus, melarikan diri dari tuannya, Filemon, ia bisa terancam hukuman mati. Dan melalui surat inilah, Paulus memperjuangkan nasib Onesimus.
Acuan Paulus adalah kasih Filemon kepada orang-orang kudus dan imannya kepada Tuhan Yesus; maka ia juga mau Filemon juga mengerjakan pengetahuan yang baik itu untuk Kristus. Itulah sebabnya Paulus memakai kata “karena itu” (ayat 8) mengacu pada kasih dan iman Filemon. Karena kasih pula sanggup mengubahkan rasa “memerintah” (terkesan berjarak dan memaksa) menjadi “meminta” (akrab dan rela hati) agar Filemon menerima kembali Onesimus tidak lagi sebagai hamba tetapi saudara yang kekasih; serta memberi ampunan. Bahwa karena kasih dan iman pula mampu meniadakan jarak status budak dan orang merdeka, bahkan Paulus menyebut Onesimus sebagai anak, buah hati.
Keluarga yang dikasihi Tuhan, betapa luar biasanya kuasa kasih itu. Ia dapat menjadi jembatan terkokoh sepanjang jaman, meniadakan jarak status, sementara dunia kita luar biasa membanggakan status sosial. Tetapi kasih justru sanggup meniadakannya. Dan karena kasih pula memberi kesanggupan bermurah hati dan memberi ampunan. Kisah Filemon dan Onesimus ini hendaklah juga menjadi tuturan hikmat bagi keluarga dan gereja kita, untuk dalam segala hal mengenakan perilaku kasih.(rs)
Pokok Doa hari ini:
- Pergumulan Pembaca;
- Keluarga-keluarga Kristen;
- Bangsa dan Negara;
- Pelayanan RHK Aletea.