Dari Renungan
Renungan Harian Keluarga Aletea | |||||
---|---|---|---|---|---|
Renungan | Artikel | Konseling | Kesaksian | Jaringan Pelayan Anak |
< | Februari 2015 | > | ||||
'14 | '15 | |||||
M | S | S | R | K | J | S |
1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 |
8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 |
15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 |
22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 |
Sabtu, 21 Februari 2015
Bacaan: Kejadian 45:8-15
Nats: Ayat 15
Dipersatukan Oleh Kasih
Perjalanan manusia yang terus diperhadapkan dengan berbagai penderitaan. Namun bagaimana manusia menyikapi kenyataan hidup itu dan menghadirkan makna sekalipun berada pada situasi sulit?
Yusuf memaknai kenyataan hidupnya dengan sikap terpuji. Ketika dijual sebagai budak ia tetap tabah. Ketika difitnah dan mendekam dalam penjara, lagi-lagi ia tetap tabah. Hal ini terjadi karena Yusuf sungguh-sungguh sadar terhadap campur tangan Allah. Kesadaran dan pengakuan ini membawanya tetap rendah hati di tengah-tengah puncak kesuksesannya. Sebenarnya Yusuf mempunyai kuasa dan kesempatan untuk membalas dendam terhadap saudara-saudaranya. Tetapi kenyataannya justru mengampuni kesalahan mereka. Sebuah kehidupan yang memancarkan kasih dan pengampunan. Apakah hal ini terjadi dengan sendirinya? Dalam ayat 5 ada pengakuan Yusuf akan keterlibatan Allah dalam seluruh tingkah lakunya untuk mendatangkan kebaikan di tengah-tengah penderitaan umat-Nya.
Keluarga yang mengasihi Tuhan, sikap rendah hati seperti inilah yang semestinya kita miliki sebagai umat Tuhan. Sikap memaafkan yang demikian hendaknya diterapkan juga dalam hidup anggota keluarga. Hubungan yang dirajut kembali dengan kasih mendatangkan kehidupan yang sungguh membahagiakan. Kita ditantang untuk belajar dari Yusuf. Upahnya menikmati kehidupan yang menyenangkan dan membahagiakan. (arg)
Pokok Doa hari ini:
- Pergumulan Pembaca;
- Keluarga-keluarga Kristen;
- Bangsa dan Negara;
- Pelayanan RHK Aletea.